C. Aktivitas-Aktivitas MSDM
Secara khusus Manajemen SDM merujuk pada aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh
suatu organisasi untuk memanfaatkan SDM yang secara efektif, aktifitas-aktivitas tersebut
meliputi :
1. Perencanaan SDM
2. Penyusunan staf (rekrutmen, seleksi, penempatan)
3. Manajemen kinerja
4. Pelatihan dan pembangunan
5. Kompensasi (balas jasa) dan tujuan-tujuan
6. HUbungan industrial
D. Perbedaan MSDM Internasional & MSDM Domestik
MSDM Internasional lebih luas fungsi yang harus ditangani, contoh : pajak, gaji dalam mata uang
asing, keluarga pekerjaan dan lain-lain.
Keterlibatan dalam kehidupan pribadi, contoh : akomodasi, budaya, sekolah, lokasi aman.
Sistem berbeda untuk lokasi geografis berbeda.
Berhubungan dengan berbagai lembaga beragam pemerintah, politik dan agama.
Meningkatkan resiko-resiko, contoh : kesehatan, keamanan.
Kompleksitas operasi di negara-negara berbeda dan dalam memperkerjakan karyawan
yang berbeda merupakan variabel kunci yang membedakan MSDM domestik dan MSDM Global
. Dowling (1998) berpendapat bahwa kompleksitas MSDM Global dapat dihubungkan dengan 6
faktor :
1. Lebih banyak aktivitas SDM
Untuk beroperasi di suatu lingkungan, departemen SDM harus memasukkan sejumlah aktivitas
yang tidak perlu dilingkungan domestic, seperti perpajakan internasional, relokasi dan orientasi
internasional dan membangun hubungan dengan oemerintah tuan rumah.
2. Kebutuhan untuk perspektif yang lebih luas
Para manajer SDM Global harus mengembangkan bidang-bidang keahlian mereka meliputi
keahlian mereka meliputi pengetahuan dalam beberapa budaya asing, praktik SDM dan kerangka
hukum demikian pula isu-isu bisnis global, ekonomi dan politik yang akan mempengaruhi
keputusan dan praktik-praktik SDM. Para praktisi SDM harus memiliki perspektif yang jauh
lebih luas untuk dapat membuat keputusan-keputusan yang efektif dilingkungan internasional.
3. Keterlibatan yang lebih banyak dalam kehidupan pribadi karyawan dalam MSDM domestik,
keterlibatan departemen SDM dengan keluarga sangat terbatas. Sedangkan dalam SDM Global
departemen SDM harus banyak terlibat menyediakan dukungan dan mengetahui lebih banyak
tentang kehidupan karyawan, misalnya dibeberapa negara mewajibkan penyertaan surat
pernikahan sebelum memberikan visa untuk pasangan yang menjadi karyawan pada sebuah
perusahaan multinasional.
4. Pengungkapan resiko
Seringkali kegagalan SDM dan keuangan dalam area internasional lebih hebat daripada bisnis
domestik. Misalnya kegagalan ekspatriat dan rendahnya kinerja dalam penugasan internasional
adalah masalah-masalah potensial yang berbiaya sangat tinggi, aspek lainnya resiko keamanan,
banyak perusahaan multinasional harus mempertimbangkan resiko politik dalam keamanan
penugasan internasional.
5. Pengaruh-pengaruh eksternal yang lebih luas
Faktor-faktor eksternal yang yang utama yang mempengaruhi MSDM Global adalah, tipe
pemerintah, keadaan ekonomi dan praktik-praktik ketenagakerjaan di tiap Negara berbeda-beda.
6. Perubahan-perubahan dalam penekanan seperti campuran gugus kerja antara ekspatriat dan
karyawan lokal.
Pada awal perkembangannya, perusahaan cenderung untuk lebih mengandalkan penggunaan
PCNs dalam posisi kunci material, teknikal dan pemasaran. Ketika aktivitas luar negara
meningkat, perusahaan cenderung untuk lebih mengandalkan HCNs dan TCNs. Jadi penekanan
akan berubah dari mengelola proses ekspatriatisasi ke suatu lokasi atau pelatihan karyawan untuk
mengambil alih posisi kunci tersebut.
E. Tugas Global
1. Tugas teknis, seseorang dikirim untuk melakukan pekerjaan khusus kemudian kembali, dimana
dibutuhkan keterampilan kebudayaan tertentu.
2. Tugas fungsional, seseorang dikirim untuk melakukan proyek atau pekerjaan besar tetapi
kembali setelah pekerjaan tersebut selesai, dan diperlukan beberapa keterampilan antar
kebudayaan.
3. Tugas pengembangan, seseorang dikirim untuk mengembangkan dan meluaskan pemahaman
mereka tentang operasi global.
4. Tugas strategis, seseorang dikirim untuk melakukan pekerjaan strategis yang penting, dalam
tugas ini dibutuhkan usaha-usaha lebih, serta pemahaman dan keterampilan antar budaya.
Global Human Resources Management perlu mendapatkan perhatian karena :
NAFTA, EU, AFTA : arus sumber daya manusia / perpindahan tidak dibatasi sepenuhnya
Akselerasi pasar keuangan internasional dan jaringan informasi
Kurang penanganan yang memadai dalam hal perencanaan dan pengembangan operasi
internasional
Mobilitas tenaga kerja : perpindahan orang dari suatu negara ke negara lain atau suatu daerah
(rural) ke daerah lain (urban) untuk memperoleh pekerjaan. Hal ini disebabkan oleh :
a. Ekonomi : ingin mendapatkan kehidupan lebih baik dengan pekerjaan dan bayaran lebih baik,
memenuhi kebutuhan tenaga kerja di negara tuan rumah daan dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di negara tersebut.
b. Politik : disebabkan adanya perselisihan di negara asal pekerja.
F. Masalah-Masalah MSDM bagi Perusahaan Global
1. Hambatan-hambatan Kebudayaan :
Satu tantangan terbesar bagi SDM Global pada umumnya adalah perbedaan kebudayaan antar
Negara. Dalam isu terminologi sosiologis dan pendidikan, hambatan-hambatan tersebut
diilustrasikan sebagai berikut :
SOSIOLOGIS
Pandangan terhadap bisnis dan para manajernya
Pandangan terhadap wewenang dan bawahan kerjasama antar organisasi-antar
bisnis, serikat pekerja dan pemerintah
Pandangan terhadap prestasi
Struktur kelas dan mobilitas individu
Pandangan terhadap kekayaan dan perolehan materi
Pandangan terhadap metode ilmiah
Pandangan terhadap penanganan resiko
Pandangan terhadap perubahan
PENDIDIKAN
Tingkat melek huruf dan tingkat pendidikan dasar
Pelatihan teknikal terspesialisasi dan pendidikan umum tahap kedua
Pendidikan lanjut yang lebih tinggi
Program-program pelatihan manajemen yang khusus (tidak dijalankan oleh
perusahaan)
Sikap umum terhadap pendidikan dan pelatihan
Kesesuaian pendidikan dengan persyaratan perusahaan
Ketersediaan pendidikan bisnis
Kesimpulan signifikan yang dapat ditarik adalah :
Pemikiran bahwa system organisasi dan manajerial yang dikembangkan dan dilaksanakan di
negara asal dan perusahaan induk, yang harus dipaksa untuk diterapkan pada cabang luar negara
perusahaan multinasional adalah salah.
2. Proses-proses manajemen
Dalam proses manajemen, ada sejumlah isu dan perhatian yang dipengaruhi secara langsung oleh
tipe atau jenis-jenis hambatan kebudayaan.
Tantangan-tantangan Manajerial :
Mengembangkan pemikiran global
Mekanisme pengendalian informasi
Komunikasi horisontal
Batasan silang dan Tim virtual
Penugasan-penugasan internasional
Seleksi Expat
Kesuksesan seleksi expat menurut Mendenhall dan Oddou :
1. Self Orientation : self esteem, self confidence, mental well being
Seseorang yang memiliki mental ini akan mampu menyesuaikan diri dengan makanan setempat,
olahraga, musik dan hobi
2. Other orientation : kemampuan membangun hubungan dan berkomunikasi dengan teman kerja
dan masyarakat di negara dimana dia ditempatkan
3. Perceptual ability : mampu mengerti perilaku warga negara lain / memiliki empati
4. Cultural toughness / ketahanan budaya : hubungan antara negara asal dan kemampuan
beradaptasi manajer atau suatu penempatan (mampu di suatu negara bukan berarti mampu di
negara lain)
Training untuk penempatan diluar Negara :
Cultural training : sejarah, politik, ekonomi, agama, situasi sosial dan bisnis
Language training : minimum pengetahuan dasar bahasa setempat
Practical training : penyesuaian dalam kehidupan sehari-hari : sekolah, lokasi aman, kesehatan
Repatriasi expat.
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima para karyawan sebagai balas jasa
untuk kerja mereka. Kompensasi juga merupakan salah satu cara yang paling efektif
bagi departemen personalia guna meningkatkan prestasi kerja, motivasi serta kepuasan
kerja karyawan. Sistem kompensasi yang baik akan mampu memberikan kepuasan bagi
karyawan dan memungkinkan perusahaan memperoleh, mempekerjakan, dan
mempertahankan karyawan.
Sebagian besar masyarakat khususnya karyawan menganggap kompensasi sangat
penting, sebab besarnya kompensasi bagi mereka mencerminkan ukuran nilai karya
mereka diantara para karyawan itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Tingkat
kompensasi absolut karyawan menentukan skala kehidupannya, sedangkan kompensasi
relatif menunjukkan status, martabat, dan harga diri mereka. Jadi bila para karyawan
memandang kompensasi mereka tidak memadai, prestasi kerja, motivasi dan kepuasan
kerja mereka bias turun secara dramatis.
Program-program kompensasi juga penting bagi perusahaan, karena mencerminkan
upaya organisasi untuk mempertahankan sumberdaya manusianya. Selain itu
kompensasi sering merupakan komponen-komponen biaya yang paling besar dan
penting. Bila pengupahan dan penggajian tidak diadministrasikan secara tepat,
perusahaan bisa kehilangan para karyawannya yang baik dan harus mengeluarkan biaya
untuk menarik, menyeleksi, melatih dan mengembangkan penggantinya. Bahkan
apabila karyawan tidak keluar, mereka mungkin menjadi tidak puas terhadap
perusahaan dan menurunkan produktivitas mereka.
Tujuan dan Fungsi Kompensasi
Secara umum kompensasi memiliki beberapa tujuan, diantaranya:
1. Memperoleh
Personalia
Yang
Qualified
Para
Karyawan
Yang
Ada
Sekarang
Apabila kita menginginkan kayawan baik kita tidak keluar atau berpindah ke
perusahaan lain maka tingkat kompensasi harus dijaga agar tetap kompetitif
3. Menjamin
Keadilan
Perilaku
Yang
Diinginkan
Biaya-biaya
organisasi dapat membayar kurang (underpay) atau lebih (overpay) kepada para
karyawannya.
6. Memenuhi
Peraturan-peraturan
Legal
Sejalan dengan hal tersebut, Martoyo (1994) berpendapat bahwa tujuan kompensasi
adalah:
1. Pemenuhan kebutuhan ekonomi karyawan atau sebagai jaminan economic
securitybagi karyawan.
2. Mendorong agar karyawan lebih baik dan lebih giat.
3. Menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kemajuan.
4. Menunjukkan penghargaan dan perlakuan adil organisasi terhadap karyawannya
(adanya
keseimbangan
diberikan
karyawan
terhadap
Dari tujuan-tujuan di atas dapat disimpulkan bahwa antara tujuan umum dan tujuan
menurut Martoyo, memiliki beberapa kesamaan seperti mencitakan karyawan yang
lebih baik dan menunjukkan perlakuan yang adil.
Martoyo (1994) juga berpendapat bahwa kompensasi memiliki fungsi yang cukup
penting di dalam memperlancar jalannya roda organisasi/perusahaan yaitu:
1. Penggunaan
SDM
secara
lebih
efisien
dan
lebih
efektif
bersangkutan
karena
besarnya
kompensasi
sangat
ditentukan
oleh
stabilitas
dan
pertumbuhan
ekonomi
Penentuan Kompensasi
Penentuan besarnya kompensasi yang diberikan ditentukan oleh factor-faktor di bawah
ini yaitu:
1. Harga/ Nilai Pekerjaan
Penilaian harga suatu jenis pekerjaan merupakan tindakan pertama yang dilakukan
dalam menentukan besarnya kompensasi yang akan diberikan kepada karyawan.
Penilaain harga pekerja dapat dilakukan dengan dua cara, sebagai berikut:
survei
harga
pekerjaan
sejenis
pada
organisasi
lain.
2. Sistem kompensasi
Beberapa sistem kompensasi yang biasa digunakan adalah :
a. Sistem
Prestasi
Pengupahan dengan cara ini mengaitkan secara langsung antara besarnya upah
dengan prestasi kerja yang ditujukan oleh karyawan yang bersangkutan. Sedikit
banyaknya upah tersebut tergantung pada sedikit banyaknya hasil yang dicapai
karyawan dalam waktu tertentu. Cara ini dapat diterapkan bila hasil kerja dapat
diukur secara kuantitatif. Cara ini dapat mendorong karyawan yang kurang
produktif menjadi lebih produktif. Cara ini akan sangat menguntungkan bagi
karyawan yang dapat bekerja cepat dan berkemampaun tinggi. Contoh
kompensasi sistem hasil/prestasi : per potong, per meter, per kilo, per liter dan
sebagainya.
b. Sistem
Waktu
Bulan.
Besarnya
Upah
ditentukan
oleh
lamanya
karyawan
Dapat mencegah hal- hal yang kurang diinginkan seperti pilih kasih,
diskriminasi maupun kompetisi yang kurang sehat.
c. Sistem
Kontrak/Borongan
Dana
Organisasi
Serikat
pekerja
Para pekerja yang tergabung dalam seikat pekerja juga dapat mempengaruhi
pelaksanaan atau penetapan kompensasi dalam suatu perusahaan. Serikat
pekerja dapat menjadi simbol kekuatan pekerja di dalam menuntut perbaikan
nasib. Keberadaan serikat pekerja perlu mendapatkan perhatian atau perlu
diperhitungkan oleh pihak manajemen.
a. Produktivitas
kerja
dan
Jabatan
dan
Pengalaman
Selain posisi dan jabatan, pendidikan dan pengalaman kerja juga merupakan
faktor
yang
lebih
dan
Sifat
Pekerjaan
kompensasi
yang
berbeda
ini
selain
karena
pertimbangan
profesionalisme pegawai juga karena besarnya resiko dan tanggung jawab yang
dipikul oleh pegawai yang bersangkutan. Sebagai contoh, kebanyakan
organisasi/perusahaan
pegawai
yang
bertugas
di
lapangan
biasanya
3. Faktor Ekstern
a. Penawaran
dan
Permintaan
kerja
Mengacu pada hukum ekonomi pasar bebas, kondisi dimana penawaran (supply)
tenaga kerja ebih dari permintaan (demand) akan menyebabkan rendahnya
kompensasi yang diberikan. Sebaiknya bila kondisi pasar kerja menunjukkan
besarnya jumlah permintaan tenaga kerja sementara penawaran hanya sedikit,
maka kompensasi yang diberikan akan besar. Besarnya nilai kompensasi yang
ditawarkan suatu organisasi merupakan daya tarik calon pegawai untuk
memasuki organisasi tersebut. Namun dalam keadaan dimana jumlah tenaga
kerja lebih besar dari lapangan kerja yang tersedia, besarnya kompensasi sedikit
banyak menjadi terabaikan.
b. Biaya
hidup
biaya hidup minimal. Jika kompensasi yang diberikan lebih rendah dari biaya
hidup minimal, maka yang terjadi adalah proses pemiskinan bangsa.
c. Kebijaksanaan
Pemerintah
Perekonomian
Nasional
Kompensasi yang diterim oleh pegawai di negara-negara maju jauh lebih besar
dari yang diterima negara-negara berkembang dan atau negara miskin. Besarnya
rata-rata kompensasi yang diberikan oleh organsasi-organisasi dalam suatu
negara mencerminkan kondisi perekonomian negara tersebut dan penghargaan
negara terhadap sumber daya manusianya.
dan
Permintaan
Tenaga
Kerja
Beberapa jenis pekerjaan mungkin harus dibayar lebih tinggi daripada yang
ditunjukkan oleh nilai relatifnya karena desakan kondisi pasar. Sebagai contoh,
pada tahun 1970-an, kelangkaan tenaga akuntan menyebabkan perusahaan
(organisasi) harus memberikan tunjangan kelangkaan disamping kompensasi
dasar untuk memperoleh tenaga kerja akuntan.
2. Produktivitas
Perusahaan harus memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan hidup dan
tumbuh. Tanpa hal ini, perusahaan tidak akan bias bersaing lagi. Oleh karena itu,
perusahaan tidak dapat membayar para karyawannya melebihi kontribusi
mereka kepada perusahan melalui produktivitas mereka. Bila ini terjadi (bisa
karena kelangkaan atau kekuatan serikat karyawan), perusahaan biasanya
merancang kembali pekerjaan-pekerjaan, melatih para karyawan baru untuk
menaikkan suplai atau melakukan automaisasi.
3. Kesediaan
untuk
membayar
kebijaksanaan
pengupahan
dan
penggajian
5. Kendala-kendala
pemerintah
hal-hal
diatas,
dalam
pemberian
kompensasi
perlu
dipertimbangkan
pokok minuman atau upah minimum sesuai dengan ketentuan pemerintah. Kelayakan
juga dilihat dengan cara membandingkan pengupahan di perusahaan lain. Bila
kelayakan ini sudah tercapai, maka perusahaan sudah mencapai apa yang
disebut external
consistency(Konsistensi
Eksternal).
Apabila
upaya
di
dalam
Contoh nyatanya adalah Bank Century di Indonesia. Bank yang berdiri pada 6 desember 2004 tersebut,
pada akhirnya haruskolaps dan meninggalkan berbagai masalah yang sampai sekarang masih belum
tuntas, bahkan masalah tersebut seakan-seakan berangsur menghilang. Tahun 1989 Bank ini dibuat oleh
Robert Tantular dengan nama Bank Century Intervest Corporation (Bank CIC). Dari awal kemunculannya
saja, bank ini sudah menimbulkan keraguan karena proses perencanaannya yang tidak optimal. Terbukti
pada bulan Maret tahun 1999, Bank CIC melakukan penawaran umum terbatas atau biasa disebut rights
issue pertama pada Maret 1999 kepada Bank Indonesia. Di bawah naungan Robert Tantular, Bank ini
dinyatakan tidak lolos uji kelayakan dan kepatutan oleh Bank Indonesia. Lalu pada tahun 2002, auditor
Bank Indonesia menemukan rasio modal Bank CIC minus 83,06% sehingga menyebabkan Bank tersebut
kekurangan modal sebesar Rp. 2,67 Triliun. Bulan Maret 2003 Bank CIC melakukan penawaran umum
terbatas yang ke-3, namun lagi-lagi gagal. Alasannya, karena pada tahun yang sama Bank CIC diketahui
memiliki masalah yang terindikasikan dengan surat-surat berharga valuta asing sekitar Rp. 2 Triliun. Atas
saran dari Bank Indonesia, akhirnya pada 22 Oktober 2004 Berdiri Bank Century dari merger Bank
Danpac, Bank Pikko, dan Bank CIC dengan pengesahannya tanggal 6 Desember di tahun yang sama.
Melalui bukti ini, cukup kiranya menjadikan Bank Century sebagai contoh dalam proses perencanaan
yang kurang baik. Terlihat dari masalah minus modal sehingga menyebabkan Bank ini ditolak right
issue_nya, seharusnya kalau memang perecanaannya itu baik, mestinya dari awal sudah tahu kalau
modal yang ada masih belum cukup untuk membangun sebuah Bank. Ditambah kasus yang tidak
kunjung selesai dan masih menimbulkan tanda tanya besar seputar pengeluaran dana talangan Rp 6,762
trilyun untuk membantu Bank Century dalam mengganti uang nasabahnya yang tidak bisa dikembalikan.
Terkait masalah ini, penyebab utamanya adalah ketidaksinambungan proses pengelolaan dan
pengendalian risiko likuiditas.
(
Sumber
: http://azmy_firmansyah-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-70782-UmumPentingnya%20Sebuah%20Perencanaan%20dalam%20Menghadapi%20Tantangan%20Manajemen%20d
i%20Era%20Globalisasi.html )
apabila dilakukan dengan benar maka dampak negatif (apabila ada) yang akan ditimbulkan tidak akan
terlalu besar. Jawaban yang relevan dari pertanyaan tersebut adalah karena proses pengelolaan dan
pengendalian risiko likuiditas tidak dilakukan secara sistematis dan not built controloleh setiap unit
kerja. Artinya, tidak ada koordinasi yang baik antara pihak atasan dengan bawahan terkait dengan
pengelolaan dan pengendalian risiko likuiditas yang telah diterapkan. Mungkin saja ada faktor lain yang
mempengaruhi mengapa Bank Century kala itu mengalami minus modal. Bisa saja karena sebagian besar
uangnya telah dicuri, atau faktor-faktor lain di luar perkiran manusia.
b. Sarana dan prasarana pendukung teknologi dapat disediakan dengan mudah dengan harga yang
terjangkau.
c. Teknologi tertentu dapat dibuat dan diperbaiki di lokasi sendiri.
d. Mampu menciptakan efek ganda pada beragam sektor usaha baru.
Sementara itu, kompetensi sumber daya manusia perlu di daya gunakan agar merekan mampu
menciptakan bisnis nasional bahkan internasional yang mampu bersaing. Hal itu perlu diwujudkan
secara gradual melalui pelatihan, pemagangan bisnis, dan aktif dalam lokakarya serta pertemuanpertemuan bisnis dan iptek.
( Sumber : Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawiira, Ghalia
Indonesia Anggota IKAPI )
Pembahasan dan solusi Kasus
Masalah yang dihadapi:
- SDM masyarakat yang kurang terampil.
-Kendala financial yang dihadapi masyarakat.
Penyebab permasalahan:
- Rendahnya tingkat SDM yang dimiliki oleh masyakat dan kurangnya pelatihan tenaga kerja dari
pemerintah.
Penyelesaian:
-pemerintah harus lebih fokus meningkatkan ketrampilan kerja masyarakat.
-memperkenalkan tekhnologi agribisnis sehingga masyarakat mampu bersaing dalam skala nasional dan
internasional.
- Memberikan subsidi pada tekhnologi agribisnis sehingga masyarakat bisa meningkatkan
produktifitasnya.