Anda di halaman 1dari 5

Ada sepuluh hal yang Allah sangat benci yang tidak seharusnya kita terjerat di dalam

perangkapnya :
1. Kikirnya orang-orang kaya
2. Takabburnya orang-orang miskin
3. Rakusnya para ulama
4. Minimnya rasa malu para wanita
5. Suka dunia orang-orang yang sudah tua renta
6. Malasnya para pemuda
7. Kejinya para penguasa
8. Pengecutnya para tentara perang
9. Ujubnya para zahid
10. Riya'nya para ahli ibadah
Orang-orang kaya itu dihadirkan untuk membei bantuan dan meringankan orang lain,
meringankan beban orang-orang tak berdaya sebagai ungkapan syukur atas nikmat yang
Allah berikan kepadanya. Kekayaan yang mereka miliki jangan sampai terkonsentrasi
pada dirinya dan tidak bisa dinikmati oleh orang lain. Bahkan menurut Rasulullah,
cukuplah sebuah dosa bagi seseorang yang tidur kekenyangan sementara tetangganya
mengerang kelaparan. Kepedulian sosial adalah bagian sangat penting dalam ajaran
Islam yang harus senantiasa dikibarkan panji-panjinya. Orang yang tidak pernah terlibat
merasakan denyut nadi perasaan orang lain sesungguhnya dia bukan bagian dari
mereka. Barang siapa yang tidak pernah peduli pada masalah-masalah kaum muslimin
maka sesungguhnya dia bukan bagian bagian dari mereka.

Barang siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin maka dia bukan bagian
dari mereka (HR. Hakim).
Kikirnya orang-orang kaya akan menyumbat kesejahteraan sosial yang menjadi pilar
besar ajaran Islam.

Lalu penyakit apa lagi yang lebih berbahaya daripada sifat kikir (HR. Ahmad, Bukhari dan
Muslim)
Adapun takabburnya orang-orang miskin adalah penyakit yang sulit dimengerti. Apa
yang mendorong dirinya menjadi takabbur. Padahal harta tidak punya, kekayaan tidak
melimpah. Rumah morat marit, kendaraan sudah berumur. Lalu apa yang membuat
mereka sombong? Padahal orang kaya berharta saja yang memiliki kekayaan dan harta
berlimpah tidak boleh menyombongkan diri kepada siapa saja. Sebab Allah sangat tidak
menyukai perilaku sombong itu karena dia termasuk sifat yang melekat pada Iblis, yang
karenanya dia dilaknat Allah dan diusir dari surga serta akan dikekalkan dalam neraka.
Simaklah firman Allah berikut ini :

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan diri (An-Nisaa' : 36).
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (Lukman : 18).
Kesombongan hanya akan menyesakkan dada pelakunya dan memuakkan orang yang
dihadapinya. Kesombongan hanya akan merenggangkan keakraban yang selama ini
sudah terbina. Kesombongan hanya akan membuat jiwa tidak terkontrol sehingga
meremehkan setiap orang yang dihadapinya. Sungguh lebih gila jika kesombongan itu
dilakukan oleh orang-orang miskin papa yang tidak memiliki apa-apa. Beda antara harga
diri dengan kesombongan. Harga diri adalah mempertahakan kehormatan diri jika dihina
sedangkan sombong adalah meremehkan sesama.
Sedangkan para ulama dihadirkan untuk menghadirkan contoh sifat qana'ah dan tidak
rakus pada dunia. Ulama sebagai penyeru akhlak dan moralitas hendaknya menyadari
bahwa dirinya ditatap, disorot dan diamati oleh sekian ribu mata yang senantiasa
menanti perilaku lurusnya. Ulama tidak dilahirkan untuk rakus pada dunia. Sebagai
pewaris para Nabi sudah sepantasnya mereka tidak terlalu berpikir mewariskan dunia
pada anak-anaknya namun yang dia pikirkan bagimana mewariskan ilmu pada
generasinya.
Manusia-manusia yang bukan ulama saja tidak boleh tamak pada dunia apalagi ulama
yang seharusnya menjadi contoh bagi mereka. Rakus pada dunia mematikan perburuan
pada akhirat dan melemahkan ummat ini. Para pecinta dunia akan terkena penyakit
ganas yang disebut dengan"wahn" cinta cinta dunia over-dosis dan takut mati overdosis.
Para ulama pecinta dunia hampir bisa dipastikan mereka akan kehilangan karisma dan
martabat keulamaannya dan akan mendapat gelar "ulama dunia" atau sering pula
disebut dengan ulama suu', ulama buruk.

Celakalah bagi ummatku dari ulama buruk yang menjadikan agama ini sebagai
komoditas, yang mereka jual pada para penguasa mereka di zamannya demi meraup
keuntungan untuk diri mereka sendiri. Allah pasti tidak akan menjadikan bisnis mereka
memperoleh keuntungan (HR. Hakim).
Wanita, fitrahnya dihadirkan dengan rasa malu yang luar biasa. Dari cara mereka bicara,
cara mereka memandang, cara mereka berjalan ada sentuhan-sentuhan kelembutan
yang luar biasa yang menggambarkan bahwa mereka adalah seorang wanita. Wanita
dicipta untuk melahirkan kelembutan-kelembutan yang terefleksi dari perilaku mereka
yang senantiasa berhiaskan rasa malu. Maka jika seorang wanit sedikit rasa malunya,
dunia akan menjadi tidak seimbang lagi. Karena sisi positif wanita telah kehilangan

ikatannya. Wanita masa kini tidak lagi merasa memamerkan auratnya di depan laki-laki
asing.
Maka jangan heran jika Allah murka karena maksiat mereka. Padahal kita bisa belajar
dari apa yang dilakukan oleh dua anak gadis Nabi Syu'aib tatkala mereka mau
mengambil air di sebuah sumur lalu keduanya bertemu Musa, sosok wanita ideal yang
saat ini tidak pernah lagi jadi perbincangan. Allah berfirman : Kemudian datanglah
kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata:
"Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)
mu memberi minum (ternak) kami". Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib)
dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya). Syu'aib berkata: "Janganlah
kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang dzalim itu". (Al-Qashahs : 25).
Malu adalah mahkota seorang wanita, dan kehilangan rasa malu sama dengan
kehilangan mahkotanya. Dan secara otomatis hilang pula harga dirinya.
Orang tua renta sudah seharusnya mempersiapkan segala hal untuk kematiannya.
Kerentaannya hendaknya memberikan peringatan keras bahwa dia telah dekat untuk
menuju ambang kematian. Dia telah jauh berjalan menemupuh liku-liku dunia dan
semua uji cobanya. Rambut yang menguban, gigi yang bertanggalan, tulang-belulang
yang mulai keroposan adalah sebagai pengingat bahwa kematian akan segera
menjelang, menjemputnya bersama ketuaan yang sudah disandang.
Orang tua yang masih senang dunia, mabuk di dalamnya, berebut kenikmatannya yang
hanya sementara tentu saja sangat Allah benci. Apakah mereka tidak sadar bahwa dunia
akan segera ditinggalkannya, lalu untuk apa dia masih berburu dunia dengan penuh
tamak dan cinta yang melampui batas.
Adapun masa muda adalah masa paling produktif dalam kehidupan manusia. Masa muda
adalah masa gelora kehidupan mereka. Masa muda adalah masa penentuan masa depan
yang sesungghnya. Maka malasnya pemuda adalah alamat awal dari suram dan
buramnya masa depan mereka. Gelap dan gulitanya hari-hari ke depan mereka. Manusia
yang tidak memiliki awal yang cemerlang biasanya sulit menuai cahaya di ujung
kehidupan. Pemuda tiang sebuah bangsa.
Maju dan tidaknya sebuah bangsa berada pada produktivitas mereka, sedangkan
bangkrut dan hancurnya sebuah negara ada pada kemalasan mereka. Islam di awal-awal
bangkit karena dukungan para pemuda enerjik yang anti kemalasan. Siang mereka
adalah kerja keras dan malam mereka adalah ibadah malam.
Rasulullah menghimpun orang-orang mulia dalam tujuh golongan diantaranya adalah
pemuda yang enerjik. Rasulullah bersabda :




Tujuh golongan orang yang akan mendapat naungan Allah pada hari dimana tidak ada
naungan kecuali naungan Allah. Peminpin yang adil, pemuda yang tumbuh berkembang
dalam beribadah kepada Allah, lelaki yang hatinya senantiasa terpaut ke mesjid tatkala

dia keluar darinya hingga dia balik kembali, dua lelaki yang saling mencinta karena Allah.
Dia berkumpul karenanya dan berpisah karenanya pula. Lelaki yang mengingat Allah
sendirian kemudian kedua matanya mengalirkan air mata, lelaki yang dipanggil oleh
seorang wanita yang memiliki kedudukan dan cantik lalu dia berkata : Sesunggguhnya
aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam, seseorang yang bersedekah lalu dia
menyembunyikannya sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan
tangan kanannya (HR. Malik, Tirmidzi, Bukhari Muslim).
Peminpin sebagaimana diisyaratkan hadits di atas juga seharusnya berbuat adil bukan
berlaku kejam agar mereka mendapat naungan Allah di hari kiamat. Keadilan mereka
sangat ditunggu dan dirindu oleh rakyat. Karena harapan keadilan memang bertumpu
pada para penguasa itu. Keadilan adalam dambaan setiap orang, cita setiap insan.
Tatkala seorang penguasa yang seharus adil berubah menjadi keji maka kemurkaan
Allah yang demikianpedih telah menunggu mereka. Karena Allah sangat tidak suka pada
mereka yang berbuat zhalim. Allah berfirman : Tempat kembali mereka ialah neraka;
dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang dzalim (Ali Imran : 151).
Para prajurit yang berlaga di medan perang adalah manusia-manusia pilihan untuk
melakukan pembelaan terhadap agama mereka. Maka harus tidak ada dalam jiwa
mereka rasa pengecut dan gentar saat menghadapi musuh sebesar apapun jumlah
musuh yang ada di depan mereka. Selengkap apapun peralatan musuh yang mereka
miliki. Jiwa prajurit adalah jiwa ksatria yang pantang menyerah pada musuh.
Jiwa prajurit tidak pernah menyimpan sikap pengecut dalam kamus hidup mereka. Sikap
pengecut hanya akan menjadi virus yang menularkan kegentaran pada prajurit lain dan
akan merusak semangat juang mereka. Oleh sebab itulah sungguhh sangat hina
manusia-manusia yang melarikan diri pada saat perang sedang berkecamuk. Allah
berfirman : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang
yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka
(mundur) (Al-Anfaal : 15).
Ujub adalah penyakit hati yang bisa menyerang siapa saja. Tidak terkecuali pada zahid
yang banyak menghindari dunia dan lebih dekat pada akhirat. Namun kezahidan mereka
akan menuai murka Allah jika dalam kezahidan itu bergemuruh ujub yang membuncah
dalam ucapan dan perilaku mereka.
Rasulullah bersabda :
:
Tiga perkara yang menghancurkan : kekikiran yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti dan
ujub dengan pendapat sendiri (HR. Bazzar dan Ath-Thabrani).
Yang tak kalah sengitnya akan mendapatkan murka Allah adalah mereka yang
menyatakan diri sebagai ahli ibadah namun riya' menyelimuti seluruh ritual ibadahnya,
mengiringi setiap langkah ibadahnya. Pujian selalu dia harapkan dari mulut manusia,
pujaan selalu mereka dambakan dari lisan mereka. Sungguh celakalah mereka karena
sesungguhnya riya' itulah syirik kecil yang sangat diwanti-wanti oleh Rasulullah agar kita
meninggalkannya.

Maka, jika kita menjadi orang kaya dermawanlah pada sesama. Jika kita ditakdirkan
menjadi seorang miskin lebih rendah hatilah pada manusia. Jka kita menjadi ulama
janganlah rakus pada dunia. Jika Anda seorang wanita maka ingat bahwa mahkota Anda
ada pada rasa malu Anda. Jika kita telah tua renta maka segeralah rakus pada akhirat.
Jika jika masih muda maka semangatlah bekerja untuk mengisi amanah khilafah di dunia
yang Allah bebankan kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai