Makalah Etika Bisnis Disclosure Wildan
Makalah Etika Bisnis Disclosure Wildan
Kebijakan Pengungkapan
1. Pengungkapan keuangan
Menurut OECD Principles 5, Kerangka tata kelola perusahaan harus memastikan
akurasi dan ketepatan waktu pengungkapan dibuat pada semua material mengenai
perusahaan, termasuk di dalamnya keadaan finansial, performa, kepemilikan, dan tata kelola
dari perusahaan.
Menurut World Bank Key findings Disclosure and transparency, related
recommendation and annex menyebutkan bahwa semua perusahaan yang listing diharuskan
untuk membuat annual report yang dilengkapi dengan laporan keuangan yang sudah diaudit
yang didalamnya termasuk neraca/laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan laporan
arus kas. Penyesuaian dibutuhkan jika sebuah perusahaan publik mengendalikan atau
memiliki kepemilikan mayor pada perusahaan lain (merupakan anak perusahaan). Sebagian
besar dari perusahaan yang listing membuat Annual Report tepat waktu dan Bapepam-LK
secara reguler memonitor dan memberlakukan penyesuaian dengan dasar syarat
pengungkapan.
Sementara itu berdasarkan ASEAN corporate governance scorecard, ada tujuh poin
utama yang harus dipenuhi oleh manajemen dalam menilai pengungkapan dan transparansi
sebuah perusahaan, yang antara lain sebagai berikut :
1. Struktur kepemilikan yang transparan
2. Kualitas Annual Report
3. Pengungkapan dari related party transaction (RPT)
4. Perjanjian saham dalam perusahaan Direksi dan Komisioner
5. Laporan Auditor dan Auditor Eksternal
6. Media komunikasi
7. Ketepatapan waktu filling/ rilisnya annual dan financial report
2. Pengungkapan non-keuangan
Menurut World Bank Key findings Disclosure and transparency, related
recommendation and annex menyebutkan selain laporan keuangan, laporan tahunan juga
harus menyertakan laporan papan dengan pernyataan tentang tata kelola perusahaan dan
tanggung jawab sosial perusahaan. Peraturan baru ini mensyaratkan pengungkapan kebijakan
dan praktik tata kelola perusahaan. Namun, pengungkapan sesuai dengan GCG bersifat
sukarela murni dalam prakteknya. Menurut data 2008 IICD, hanya 28 persen dari perusahaan
yang terdaftar memberikan pernyataan komprehensif mengenai kebijakan pemerintahan,
sementara 48 persen diungkapkan beberapa aspek kebijakan pemerintahan dan 24 persen
tidak mengungkapkan apapun yang berhubungan dengan pemerintahan.
Laporan tahunan ini juga harus mencakup rincian tentang anggota dewan termasuk
kualifikasi, pertemuan kehadiran, dan kemandirian. Anggota dewan remunerasi dan
kebijakan remunerasi ini juga untuk diungkapkan. Dalam prakteknya, menurut data 2008
IICD, perusahaan yang terdaftar mengungkapkan agregat remunerasi, tetapi hanya 2 persen
dari perusahaan yang terdaftar mengungkapkan remunerasi secara individual. Elemen wajib
lainnya pelaporan non-keuangan meliputi kepemilikan, transaksi dengan pihak terkait (RPT),
dan manajemen risiko. Pemegang saham yang memiliki 5 persen atau lebih dari saham dan
kepemilikan anggota dewan harus diungkapkan.
Pengungkapan kepemilikan saham langsung tidak diperlukan. Karena persetujuan
pemegang saham diperlukan untuk transaksi tertentu, RPT kadang-kadang diungkapkan exante. Standar akuntansi nasional juga memerlukan pengungkapan ex-post di catatan atas
laporan keuangan. Satu set terbatas RPT, termasuk transaksi antara BUMN tidak harus
diungkapkan.
Dalam prakteknya, mayoritas besar perusahaan mengungkapkan kepemilikan saham
langsung dan RPT. Kebanyakan perusahaan juga mengungkapkan faktor risiko. Namun,
banyak yang tidak mengungkapkan kebijakan manajemen risiko.
Kontrol yang bergantung pada kepemilikan saham tidak langsung tidak diungkapkan
dan tidak semua perusahaan mengkonfirmasi bahwa RPT berlangsung pada secara wajar.
Berdasarkan peraturan Bapepam-LK, perusahaan diwajibkan untuk mengungkapkan
informasi material yang dapat mempengaruhi harga saham dalam waktu dua hari, meskipun
informasi tersebut jarang diposting di website perusahaan. Informasi material tidak akan
selektif diungkapkan kepada investor tertentu atau orang lain, dan perusahaan umumnya
memenuhi persyaratan ini.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
"atau didefinisikan sebagai jumlah maksimum yang ditentukan dari yang ditentukan hari. Prinsip
IOSCO Pengungkapan dan Material yang sedang berlangsung Pengembangan Pelaporan oleh
Entitas Terdaftar ditetapkan prinsip-prinsip umum pengungkapan yang sedang berlangsung dan
pelaporan pengembangan bahan untuk perusahaan yang terdaftar.
jawab atas desing yang memadai dan operasi yang efektif dari proses manajemen risiko
perusahaan dan risiko penilaian yang tepat terkait dengan proses. Komite audit
bertanggung jawab untuk mengawasi kebijakan manajemen, program, prosedur, dan
pedoman yang berkaitan kegiatan manajemen risiko perusahaan. auditor internal harus
melaporkannya pada komite audit yang (1) manajemen telah mengidentifikasi secara
memadai dan risiko dikendalikan secara efektif (2) kebijakan dan prosedur manajemen
risiko yang memadai dan efektif dalam menangani risiko yang terkait (3) menjamin
efektivitas perusahaan itu proses manajemen risiko
Regulator, Pembuat standard, COSO, organisasi profesi, dan perusahaan publik
semua bekerjaa sama untuk menerapkan pedoman yang diberikan dalam kerangka COSO
pada ERM.
F. Peran akuntan profesional dalam memastikan terlaksananya prinsip pengungkapan
dan transparansi.
Menurut ZR mengenai peran akuntan profesional dalam memastikan terlaksananya
prinsip pengungkapan. Dalam bagian 204 dari SOX mengharuskan akuntan profesional
mengkomunikasikan secara tepat waktu dalam komite audit tentang semua kebijakan
akuntansi yang penting dan praktek yang akan digunakan oleh manajemen perusahaan.
Perkiraan akuntansi yang dibuat oleh akuntan sebagai bagian dari kebijakan akuntansi,
termasuk analisis sensifitas asumsi yang berbeda.
KASUS
Prinsip 5 dan 6 OECD: Satyam.
Bahan Bacaan Kasus :
-
http://wwwwds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2014/01/16/00033303
7_20140116131801/Rendered/PDF/734340BAHASA0Box382109B00PUBLIC0.pdf
Profil perusahaan
Satyam adalah perusahaan jasa teknologi informasi besar yang tergabung dalam Republik
India dengan kantor eksekutif utama di Hyderabad. Perusahaan ini didirikan oleh B. Ramalinga
Raju atau disebut Raju pada tahun 1987 di India. Responden melakukan bisnis di Amerika
Serikat sebagai Satyam, terdaftar sebagai perusahaan yang melakukan bisnis di negara bagian
New York dan sebagai penerbit asing dengan Komisi dengan nama Satyam.
Kasus satyam
Dalam melebarkan sayap perusahaan, Satyam melakukan beberapa akuisisi. Dimana
setelah terjadi akuisisi tersebut terdapat beberapa kejanggalan antara pihak satyam dan pihak
yang berelasi. Salah satunya yaitu Satyam melakukan akuisisi pada perusahaan yang memiliki
perbedaan core bisnis.
Maytas Infra bergerak di bidang konstruksi, sedangkan Maytas Properties bergerak di
bidang property. Dengan nilai akuisisi senilai 1,6 billion rupee, di mana Satyam akan mengakuisi
Maytas Infra sebanyak 100% dan Maytas Properties sebanyak 51%, transaksi ini terlihat seperti
transaksi yang merugikan, karena banyaknya uang yang diinvestasikan kepada core bisnis yang
tidak berhubungan, atau keputusan melakukan unrelated diversification yang cukup aneh.
Maytas Infra dan Maytas Properties diketahui adalah milik keluarga Ramalangga Raju,
selaku CEO dari Satyam. Dengan begitu, controlling shareholders Satyam dan Maytas adalah
orang yang sama. Dengan transaksi ini, keluarga Raju akan mendapatkan uang sebanyak 570 juta
dollar. Karena mereka memiliki 35% saham mereka di Maytas Infra, dan 36% saham mereka di
Maytas Properties.
Keputusan pengakuisisian ini dengan anehnya dapat melewati persetujuan dari board
Satyam. Keputusan ini juga diambil tanpa mengambil suara dari pemilik saham minoritas,
dengan alasan karena hal ini tidak terdapat dalam peraturan. Hal ini dapat mengindikasi adanya
transaksi berelasi yang disalah gunakan. Hal ini dapat disimpulkan dari sifat-sifat transaksi
berikut ini:
pemilik saham dapat mengetahui apakah transaksi berelasi ini sudah benar atau belum. Transaksi
berelasi ini pada kenyataanya memiliki nilai yang sangat tinggi, valuasi terhadap saham Maytas
jauh lebih tinggi dibandingkan nilai saham Maytas yang sebenarnya.
Pengumuman akan pengakusisian saham oleh Satyam ini mengakibatkan nilai saham
Satyam turun 55% dari nilai yang sebelumnya. Hal ini yang mengakibatkan pembatalan
pengakusisian sehari berikutnya.
Pengakuisisian ini ternyata adalah satu kejadian di balik kecurangan yang dilakukan
Satyam. Dugaan ini dapat dibilang benar, mengingat bahwa setelah pengakuan, ternyata Satyam
memiliki gap besar yaitu 1,6 billion rupee, antara laporan keuangan dan kondisi keuangan
Satyam yang sebenarnya. Penyalahgunaan transaksi berelasi ini ternyata untuk menutupi dan
mengalihkan kas sebanyak 1,6 billion rupee dari buku Satyam ke Maytas, sehingga perbedaan
nilai buku yang telah ditutupi selama bertahun-tahun dapat ditutupi sekali lagi.
Satyam mengakui bahwa aksi pengakuisisian ini adalah aksinya yang terakhir untuk
menutupi fraud yang sudah ia lakukan selama hampir 6 tahun.
Pelaporan keuangan yang salah ini sudah terjadi beberapa tahun, dan seharusnya ketika
prosespengauditan dijalankan dengan benar, hal ini tidak seharusnya bisa terjadi. Kejadian ini
bisa terjadi sampai beberapa tahun karena auditor dan direktur independen tidak menjalankan
tugas sesuai fungsinya.
sebagai auditor memiliki hubungan bisnis, di mana Satyam adalah partner dari PWC dan hal ini
tidak dapat dibenarkan dalam hubungan auditor dan klien.
Diketahui pula bahwa perbandingan pembayaran biaya audit dari Satyam ke PWC,
relative jauh lebih besar dibandingkan usaha sejenis Satyam dalam pembayaran kepada
auditornya
1. Pendekatan kasus berdasarkan prinsip 5
Transparansi :
A. Berkaitan dengan transparansi pemegang saham minoritas :
Dikutip dari prinsip 5 OECD The corporate governance framework should ensure that
timely and accurate disclosure is made on all material matters regarding the corporation,
including the financial situation, performance, ownership, and governance of the company.
Disini Satyam diketahui tidak melaporkan semua berkaitan dengan transaksi material berkaitan
dengan Akuisisi, ini melanggar prinsip dikarenakan tidak adanya transparansi kepada pemegang
saham minoritas.
Satyam diduga melakukan Related Party Transactions karena upayanya melakukan Akuisisi
untuk terhadap dua perusahaan Matyas yang tidak bersinergi pada perusahaan (yang dianggap
sebagai keanehan), Maytas Infra dan Maytas Properties diketahui adalah milik keluarga
Ramalangga Raju, selaku CEO dari Satyam, Menurut prinsip 5 OECD, transaksi dalam keluarga
berpotensi menurunkan pengendalian perusahaan dan hubungan istimewa.
2. Pendekatan kasus berdasarkan Prinsip 6 OECD The Responsibilities of the Board
Berkaitan dengan transparansi pemegang saham minoritas :
Dikutip dari prinsip 6 OECD Board members should act on a fully informed basis, in
good faith, with due diligence and care, and in the best interest of the company and the
shareholders.
Satyam diduga melakukan kerjasama dengan KAP yang mengaudit perusahaannya,
disini Satyam tidak mencerminkan prinsip 6 OECD, di mana direksi tidak bergerak dengan
informasi yang berdasarkan good faith, melakukan kecurangan, penyelundupan, yang berujung
merugikan.
Daftar Pustaka
Materi Silabus
1.
2.
3.
4.
5.
ZR, Ch. 6.
OECD Principle 5.
WB: Key findings Disclosure and transparency, related recommendation and annex.
ASEAN CG Scorecard: Part D.
Annual Report Satyam 2012
Materi Tambahan
1. Roadmap Tata Kelola Perusahaan Indonesia Otoritas Jasa Keuangan
2. Bursa India Diguncang Skandal Keuangan Satyam (detik)
http://finance.detik.com/read/2009/01/07/150554/1064537/6/bursa-india-diguncang-skandal3.
keuangan-satyam
Siapa yang menjalankan perusahaan? International Finance Corporation 2121
Pennsylvania Avenue, NW, Washington, DC 20433
http://wwwwds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2014/01/16/000333037_2
0140116131801/Rendered/PDF/734340BAHASA0Box382109B00PUBLIC0.pdf