Bab I-Daftar Pustaka
Bab I-Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
Acute kidney injury (AKI) atau gangguan ginjal akut (GgGA) sebelumnya
dikenal sebagai istilah acute renal failure atau gagal ginjal akut adalah penurunan
fungsi ginjal mendadak dengan akibat hilangnya kemampuan ginjal untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Akibatnya terjadi peningkatan metabolit
persenyawaan nitrogen seperti ureum, kreatinin dan gangguan keseimbangan
cairan, elektrolit, dan asam basa.1
Manifestasi AKI sangat bervariasi, mulai dari yang ringan tanpa gejala,
hingga yang sangat berat dengan disertai gagal organ multipel dan keadaan ini
dapat terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit baik yang diruang intensif
ataupun di bangsal biasa, bahkan bisa ditemukan diluar rumah sakit atau pada
populasi umum.1
Angka kejadian AKI sangat bervariasi mulai 5-7% dari semua pasien yang
dirawat di rumah sakit sampai dengan 30- 50% pada pasien-pasien yang dirawat
di ruangan intensive care unit (ICU). Di inggris pada populasi umum Tarig Ali
dkk (2007) dengan menggunakan kriteria RIFFLE melaporkan angka kejadian
AKI sebesar 1.811 kasus/ juta penduduk.1,2,3
Di negara- negara berkembang termasuk juga Indonesia jarang dilaporkan
insiden AKI pada populasi umum, Hal ini karena tidak semua pasien dirujuk ke
rumah sakit. Sedangkan untuk pasien yang dirawat dirumah sakit terutama di ICU
berdasarkan laporan beberapa rumah sakit di Bandung insiden AKI didapatkan
sekitar 34 % .4
Sampai saat ini AKI masih mempunyai angka kematian yang tinggi dan
sering kali tidak terdiagnosis, padahal dengan menggunakan kriteria diagnosis
baru yaitu kriteria RIFFLE menurut Acute Dialysis Quality Initiative (ADQI)
angka kejadian AKI dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin dapat mencegah
terjadinya AKI. Pada pasien yang dirawat dirumah sakit angka kematian AKI
sekitar 30- 50 % dan dapat mencapai 70- 80% pada pasien- pasien yang dirawat di
ruang intensif .4
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Alamat
No RM
Ruangan / Kamar
Tanggal Masuk / Pukul
Tanggal pemeriksaan
: Tn. S
: 51 Tahun
: Laki-laki
: Petani
: RT 07 Berlian Jaya Tungkal Jaya
: 772439
: Interne B3 / Kelas III
: 23 Agustus 2014 / 16:00 WIB
: 25 Agustus 2014
2.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama :
Tidak bisa BAK sama sekali sejak 1 hari SMRS
2. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Sejak 1 hari sebelum Os dibawa ke RS, os mengeluh tiba-tiba tidak bisa
BAK sama sekali, minum cukup namun tetap tidak bisa BAK, nafas sesak,
mual (+), muntah (-), lemas. Os juga mengeluh pinggang sakit, perut
mules. Riwayat makan jengkol pagi hari sebanyak 1 mangkok dan hampir
setiap hari makan dengan lauk jengkol. Demam (-), sakit kepala (-).
Sebelumnya BAK Os lancar, tidak ada nyeri, tidak pernah keluar batu,
BAB lancar, tidak ada mencret. Tidak ada muntah-muntah sebelumnya. Os
juga tidak pernah mengeluh sakit pinggang sebelumnya dan tidak pernah
mengeluh sesak nafas sebelumnya. Os juga tidak ada mengkonsumsi obatobatan.
Os dibawa ke Rumah Sakit Bratanata dan dirawat. Selama perawatan Os
dilakukan cuci darah sebanyak 1 kali. Setelah di cuci darah keluhan Os
mulai berkurang dan sudah bisa kencing. Selanjutnya Os dirujuk ke RS
Raden Mattaher untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.
3.
Riwayat DM disangkal
Riwayat sakit jantung disangkal
: Sedang
: Tampak sakit sedang
: Kompos mentis, GCS 15 (E4, M5, V6)
: 150/70 mmHg
: 84 x/menit
: 22 x/menit
: 36,7 C
: TB : 160, BB : 58 kg
:
58
(1,6):
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil
kanan & kiri isokor, d 3 mm,
Telinga :
Tidak ada deformitas, fungsi pendengaran baik, tidak ada sekret, nyeri (-)
Hidung :
Deviasi septum (-), napas cuping hidung (-), rinore (-), pembesaran konka
(-), perdarahan (-), sumbatan (-), fungsi penciuman baik.
Mulut dan faring :
Sariawan (-), tonsil T1-T1, gusi berdarah (-), lidah kotor (-), atrofi papil
(-), bau pernapasan khas (-), disfagia (-)
Leher :
Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP
kaku kuduk (-)
Paru-paru
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi
ketok (-)
- Auskultasi
5-2 cmH2O,
Kiri
Atas
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
- Superior
: deformitas (-), jari tabuh (-), sianosis (-), edem (-), palmar
: 9,2 % (17-48)
: 4,4 L % (4-10)
: 86,4 % (43-76)
: 0,7 L 103/mm3 (1,2-3,2)
: 0,3 L 103/mm3 (0,3-0,8)
: 7,3 H 103/mm3 (1,2-6,8)
2. Faal Ginjal
Ureum : 114,4
Kreatinin : 7,9
GDS : 149
mg/dl
mg/dl (15-39)
mg/dl (L: 0,9-1,3. P: 0,6-1,1)
3. Pemeriksaan Elektrolit
Natrium
Kalium
Chlorida
Kalsium
: 125,11
: 4,57
: 91,67
: 0,95
mmol/L (135-148)
mmol/L (3,5-5,3)
mmol/L (98-110)
mmol/L (1,12-1,23)
HB
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
LED
2. Faal Ginjal
Ureum
Kreatinin
: (-)
: (-)
3. Golongan darah
Golongan darah
Rhesus
:A
: (+) Positif
4. Kimia Darah
Kolesterorol
Asam Urat
SGOT
SGPT
Alkali Phosphatase
Total protein
Albumin
Bilirubin Total
Biirubin Direct
Gamma-GT
Calcium
Trigliseride
Bilirubin Indirect
Globulin
5. USG Abdomen
Kesan
: Gambaran pyelonefritis
Hepar, KE pankreas, Lien, aorta , VU normal
: ad bonam
: Dubia ad bonam
2.10 Follow Up
Tanggal
Perkembangan
Terapi
26 Agustus 2014
27 Agustus 2014
Infus RL 20 tts/i
Inj. Furosemid 1x1(iv)
Inj. Ceftriaxon 2x1 gr (iv)
Bic Nat 3x2 tab
Hasil :
Faal Ginjal
Ureum : 25,1 mg/dl (15-39)
Kreatinin : 0,9 mg/dl (L: 0,91,3. P: 0,6-1,1)
Pemeriksaan Elektrolit
Natrium : 132,89 mmol/L
(135-148)
Kalium : 4,2 mmol/L (3,55,3)
Chlorida : 1,12 mmol/L (98110)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
8
2.1 Definisi
Acute kidney injury (AKI) atau Acute renal failure (ARF) merupakan
sindrom yang ditandai oleh penurunan laju filtrasi glomerulus secara mendadak
dan cepat (hitungan jam-minggu) yang mengakibatkan terjadinya retensi produk
sisa nitrogen seperti ureum dan kreatinin. 5
2.2 Etiologi
Penyebab AKI secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pre renal
(gagal ginjal sirkulatorik), renal (gagal ginjal intrinsik), dan post renal (uropati
obstruksi akut)
1. Pre renal
Terjadinya penurunan aliran darah ginjal (renal hypoperfusion) yang
mengakibatkan penurunan tekanan filtrasi glomelurus dan kemudian
diikuti oleh penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Ini dapat disebabkan
oleh :
Hipovolemia, penyebab hipovolemi misalnya pada perdarahan, luka
-
penggunaan
obat
anestesi,
obat
penghambat
karena
adanya
stenosis
arteri
ginjal,
embolisme,
2. Renal
Penyebab AKI renal dibagi antara lain
Kelainan pembuluh darah ginjal, terjadi pada hipertensi maligna,
emboli kolesterol, vaskulitis, purpura, trombositopenia trombotik,
9
kehamilan.
Penyakit pada glomerulus, terjadi pada glomerulonephritis.
Nekrosis tubulus akut akibat iskemia, zat nefrotoksik.6,7
3. Post renal
Penyebab AKI post renal dibagi menjadi dua yaitu
Sumbatan ureter yang terjadi pada fibrosis atau tumor retroperitoneal,
striktura bilateral, pascaoperasi atau radiasi, batu ureter bilateral,
-
10
11
13
Risk
Trauma
jam
<0,5 ml/kg/jam selama 12
jam
14
Gagal
Loss
ESRD
minggu
Gagal ginjal terminal lebih dari 3
bulan
2.
Pada tahun 2005 AKIN membuat seditkit modifikasi pada kriteria RIFLE
dengan berbagai pertimbangan salah satunya menghilangkan kriteria L dan E
karena tidak menggambarkan tahapan penyakit tetapi prognosis, dengan demikian
tahapan AKI menurut AKIN adalah:
Tabel 2.Kriteria RIFLE menurut Acute Kidney Injury Network (AKIN)
Tahap
1
15
mg/dl
dengan jam
dasar
ATAU
<0,5
ml/kgBB/jam
dengan
peningkatan
pasien
<18
tahun,
memperlihatkan
keluhan-keluhan
yang
diakibatkan
oleh
menyebabkan
asidosis
metabolik
yang
dikompensasi
dengan
dll
kurang.
Oligo-anuria
Sesak napas
tubuh)
Oligo-anuri
Edema paru
Edema tungkai
intravaskuler,embolus, laserasi
Pemeriksaan fisik
Anamnesis sesuai etiologi
Pada nefrotoksik ATN atau
konsumsi obat-obatan,
penggunaan radiokontras)
Pada iskemik ATN : keluhan
berat).
Nefritis Intertisial akut
Obat-obatan (penisilin, NSAID,
Pemeriksaan fisik
-
metabolic (hiperurikemia,
nefrokalsinosis), toksin (etilene
glikol, kalsium oksalat), penyakit
autoimun (SLE, cryoglobulinemia).
Glomerulonefritis Akut
Pasca-infeksi (streptokokus,
Wegeners granulomatous,
sindrom Goodpasture,
Glomerulonefritis membranoproliferative Idiopatik)
purpura (vaskulitis)
Mata : ikterik (sepsis, hepatitis)
Jantung L takikardia, murmur
(gagal jantung), nadi ireguler
infeksi/sepsis
Kulit : butterfly rash(SLE),
(infark).
Paru : ronkhi (edema paru
Wegener)
Abdomen : nyeri CVA, asites,
hidronefrosis
Pemeriksaan fisik
Nyeri kolik abdomen
21
(bilateral/unilateral)
Missal tumor, batu, bekuan darah, dll
Obstruksi kantung kemih atau
uretra
Missal tumor, hipertrofi prostat,
Pemeriksaan
penunjang
lain
yang
penting
adalah
23
mg/dl (44,2 mol/l) atau dengan peningkatan relative setidaknya 25 % dari nilai
dasar. 5,7,9,10
24
25
Pasien AKI, terutama yang dalam kondisi kritis dan dirawat di ICU seringkali
disertai dengan berbagai komplikasi berat, seperti gejala-gejala uremi, kelebihan
cairan, gangguan elektrolit, asidosis, atau hiperkatabolik. Pada banyak kasus,
pasien mengalami sepsis dan gagal multi-organ yang memerlukan alat bantu
napas. Kondisi klinik semacam ini memerlukan banyak asupan cairan, obat, atau
nutrisi, padahal pasien juga mengalami keadaan oligo atau anuri, yang membatasi
asupan cairan. Pengelolaan pasien semacam ini tidak lagi dapat dilakukan secara
konservatif (suportif), tetapi sudah membutuhkan terapi penganti ginjal. Strategi
TPG pada pasien AKI dalam kondisi kritis diharapkan dapat mencapai tujuantujuan dibawah ini
a. Mencegah perburukan fungsi ginjal lebih lanjut
b. Membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit dan pemulihan fungsi
ginjal dan fungsi organ lain yang terganggu.
c. Memungkinkan dilakukan tindakan pengobatan yang banyak memerlukan
cairan, misalnya resusitasi cairan, pemberian nutrisi dan obat-obatan.
Berdasarkan tujuan pengobatan, Mehta (2001) membagi TPG pada
pasien AKI yang dirawat di ICU menjadi renal support dan renal replacement.
Perbedaan tujuan pengobatan kedua jenis tindakan TPG dapat dilihat ditabel
berikut ini : 5,9,10
Tabel 9. Tujuan pengobatan TPG
Renal replacement
Tujuan pengobatan
Saat
Renal support
(penganti ginjal )
(pembantu ginjal)
Mengganti
fungsi Membantu ginjal dan
ginjal
organ lain
melakukan Tergantung parameter Tergantung kebutuhan
intervensi
Indikasi dialysis
Dosis dialysis
biokimia
Sempit
Sesuai
individual
Luas
penurunan Sesuai kebutuhan dan
Lamanya pengobatan
fungsi ginjal
Selamanya (rutin)
indikasi
Sementara
(sampai
26
AKI membaik
Indikasi Inisiasi TPG pada AKI
Saat ini belum ada panduan baku berdasarkan evidence based medicine
untuk menentukan inisiasi TPG pada pasien AKI dalam kondisi kritis. Indikasi
untuk memulai dialysis pada pasien AKI, sangat berbeda dengan indikasi pada
pasien gagal ginjal kronik. Kriteria untuk memulai Terapi Penganti Ginjal pada
pasien kritis dengan gangguan ginjal akut : 5,9,10
1. Oliguria (produksi urin<2000 mL/12 jam)
2. Anuria/oliguria berat (output urin <50 mL/12 jam)
3. Hiperkalemia (Kadar potasium>6,5 mmol/L)
4. Asidosis berat pH<7,1
5. Azotemia (urea >30 mmol/liter)
6. Enselofati uremik
7. Perikarditis uremik
8. Neuropati/ miopati uremikum
9. Disnatremia berat (Na > 160 atau >155 mmol/l)
10. Hipertermia/hipotermia
11. Overdosis obat-obatan
Catatan bila didapatkan :
Satu gejala diatas sudah dapat merupakan indikasi untuk inisiasi dialysis
Dua gejala di atas merupakan indikasi untuk segera inisiasi dialysis, dan
Terapi Nutrisi
Terapi nutrisi pada penderita AKI harus memperhatikan berbagai faktor:
1.
Mempertimbangkan kelainan metabolisme yang terjadi
2.
Mengurangi akumulasi toksin uremi
3.
Mempertahankan status nutrisi secara optimal . 5,9,10
27
Nutrisi
Kebutuhan
Energi
20-30 kkal/kgBB/hr
Karbohidrat
Lemak
1,0-1,5 g/kgBB/hr
2.8 Komplikasi
o
Infeksi
Kelainan kardiovaskuler
2.9 Prognosis
Prognosis gagal ginjal akut tergantung dari beberapa faktor, yaitu :
1.
Penyakit dasarnya
Pada umumnya AKI yang diperoleh dari rumah sakit mempunyai
prognosis yang lebih buruk dibandingkan AKI yang didapat dari
komunitas atau lingkungan
2.
Komplikasi
Komplikasi terutama perdarahan saluran cerna dan penyakit sistem
kardiovaskuler, infeksi sekunder disertai sindrom sepsis
3.
4.
5.
BAB IV
29
ANALISIS KASUS
Tn S, laki-laki (51 Tahun), masuk ke RS tanggal 23 Agustus 2014. Os
didiagnosis dengan acute renal failure e.c intoksikasi jengkol berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjnag.
Dari anamnesis didapatkan keluhan tidak bisa BAK sama sekali sejak 1 hari
SMRS, sesak nafas, mual, lemas, riwayat makan jengkol (+), idak ada demam,
BAK sebelumnya lancar atau , tidak ada nyeri, tidak pernah keluar batu, BAB
lancar, tidak ada mencret. Tidak ada muntah-muntah sebelumnya. Os juga tidak
pernah mengeluh sakit pinggang sebelumnya dan tidak pernah mengeluh sesak
nafas sebelumnya. Os juga tidak ada mengkonsumsi obat-obatan. Riwayat pernah
sakit yang sama sebelumnya, riwayat hipertensi disangkal, riwayat DM disangkal,
riwayat sakit jantung disangkal.
Keluhan Os tidak bisa BAK sejak 1 hari SMRS ini menunjukkan suatu
keadaan anuria dimana tiada ada urin akibat produksi urin tidak ada. Anuria dapat
disebabkan oleh obtruksi komplit saluran kemih bilateral, oklusi arteri renalis,
trombosis vena renalis, nekrosis korteks ginjal berat, syok, obat-obatan (NSAID
dan ACEI inhibitor).
Pada kasus ini, anuria disebabkan oleh adanya obstruksi intrarenal akibat
deposisi kristal asam jengkol pada ginjal. Hal ini menyebabkan penyumbatan
mekanis. Asam jengkol terdapat dalam ultrafiltrat, mudah sekali menghablur
menjadi kristal oleh karena tidak terdapat lagi protein yang membuatnya lebih
larut seperti terjadi di dalam darah. Apalagi di dalam perjalanan selanjutnya
terjadi penyerapan kembali sejumlah air oleh lengkung henle. Semua hal ini
menyebabkan asam jengkol mencapai titik kejenuhan dan mengendap sebagai
kristal-kristal berbentuk jarum-jarum yang tajam. Penyumbatan ini menimbulkan
gejala anuria (tidak keluar kencing).
Selain itu Os juga mengeluh tiba-tiba sesak nafas, mual (+), lemas. Keluhan
sesak nafas, mual, lemas pada gagal ginjal menunjukkan sindrom uremia akut.
Terjadi akibat gangguan kemampuan ginjal untuk mensekresikan H + yang akan
mengakibatkan asidosis sistemik disertai penurunan kadar bikarbonat (HCO3-) dan
pH plasma. Kadar HCO3- menurun karena digunakan untuk mendapatkan H+.
30
mangkok dan hampir setiap hari makan dengan lauk jengkol. Penyebab gagal
ginjal lain disangkal Hal ini mengarahkan gagal ginjal yang dialami Os
disebabkan oleh intoksiskasi jengkol yang merupakan penyebab gagal ginjal
akibat obstruksi intrarenal .
Disamping itu anamnesis riwayat penyakit sebelumnya dapat memperkuat
suatu gagal ginjal akut karena Os belum pernah sakit yang sama sebelumnya,
riwayat hipertensi disangkal, riwayat DM disangkal, riwayat sakit jantung
disangkal yang dapat menyingkirkan suatu penyakit ginjal kronik
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah meningkat, nadi,
pernapasan dan suhu dalam batas normal. Hal ini dikarenkan pemeriksaan fisik
dilakukan pada saat pasien dirawat di RS Raden Mattaher, sedangkan pertama kali
Os datang dengan keluhan diatas, Os dibawa ke RS Bratanata dan telah dilakukan
terapi untuk mengatasi keluhan pasien.
Dari pemeriksaan penunjang yang didapatkan darah rutin dalam batas
normal, ureum dan kreatinin meningkat (Ureum 123 mg/dl, Kreatinin 8,9 mg/dl di
RS Bratanata dan ureum 114,4 mg/dl dan Kreatinin 7,9 di RS Raden Mattaher)
dan pemeriksaan elektrolit didapatkan hiponatremi (125,11 mmol/L).
Kadar Hb yang normal dari hasil pemeriksaan penunjang dapat membantuk
menyingkirkan suatu gagal ginjal kronik dimana pada gagal ginjal akut belum
terjadi gangguan dalam produksi eritropoetin yang berguna dalam proses
pembentukan sel darah merah (eritropoesis).
Hasil ureum dan kreatinin pada kasus ini dapat membantu mengkategorikan
pasien berdasarkan klasifikasi menurut AKIN dan RIFLE. Pada kasus ini
berdasarkan klasifikasi AKIN sudah masuk dalam kategori gagal dimana sudah
terjadi peningkatan serum kreatinin 3 kali atau kreatinin
4 mg/dl atau
berdasarkan kritera jumlah urin didapatkan <0,5 ml/kg/jam selama 24 jam atau
anuria selama 12 jam.
Berdarakan klasifikasi RIFLE, pada kasus ini termasuk dalam tahap 3 yaitu
kenaikan kreatinin serum 3 kali nilai dasar atau penurunan GFR 75 % atau nilai
31
= 8,0 mL/menit/1,73 m2
72 x 8,9
turunnya GFR dan meningkatnya reabsorbsi natrium dan air di tubulus proksimal
yang diikuti penurunan reabsorbsi di tubulus distal yang menyebabkan
pengenceran di segmen-segmen nefron. Kedua, adalah hasil dari adanya defek
transportassi dari NaCL keluar dari segmen-segmen dari nefron pada thick
ascending limb of Henle, ketiga adalah rangsangan sekresi vasopresin oleh
mekanisme nonosmotik meskipun terdapat keadaan hipoosmolalitas. Hiponatremi
pada pasien ini kemungkinan dapat terjadi akibat gangguan reabsorbsi tubulus
yang menyebabkan peningkatan eksresi terhadap elektrolit.
Os dibawa ke Rumah Sakit Bratanata dan dirawat. Selama perawatan Os
dilakukan cuci darah sebanyak 1 kali. Setelah di cuci darah keluhan Os mulai
berkurang dan sudah bisa kencing.
Tindakan cuci darah yang dilakukan kepada Os dilakukan karena
memenuhi kriteria untuk dilakukan cuci darah yaitu anuria dan GFR < 15 yang
menunjukkan kebutuhkan pasien terhadap hemodialisis.
Diagnosis banding dari keluhan yang dialami Os adalah episode akut pada
gagal ginjal kronik, nefrolithiasis bilateral, glomerolunefritis akut.
Pada pasien dengan gagal ginjal kronik dapat mengalami serangan akut
yang dapat terjadi akibat stress seperti infeksi atau kehilangan cairan akibat
muntah dan diare pada pasien gagal ginjal kronik karena cadangan ginjal yang
sedikit. Kriteria menegakkan gagal ginjala kronik berupa :
Kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih berupa kelainan
struktur /fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan LFG berdasarkan kelainan
32
ginjal kronik karena kerusakan ginjal terjadi akut yaitu 1 hari. Disamping itu pada
pasien ini tidak ada riwayat penyakit sistemik (DM, hipertensi, gejala ginjal lama,
kelainan laboratorium fungsi ginjal yang lama).
Pada nefrolitiasis bilateral dapat menyebabkan keadaan anuria. Untuk
menyingkirkan diagnosis ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG ginjal.
Glomerulonefritis merupakan penyakit akibat suatu reaksi imunologis pada
ginjal. Glomerulonefritis akut dapat merupakan penyebab terjadi gagal ginjal
akut. Dalam menegakkan diagnosis glomerolonefritis berdasarkan keluhan yaitu
proteinuria, hematuria, penurunan fungsi ginjal, dan perubahan ekskresi garam
dengan akibat edema, kongesti aliran darah dan hipertensi. Informasi riwayat
dalam keluarga, penggunaan obat antiinflamasi non steorid, imunosupresif seperti
siklosforin,
riwayat
infeksi
streptokokus
diperulakn
untuk
menelusuri
elektrolit
ulang : untuk
mengetahui
adanya
gangguan
nutrisi yang kuat, atasi infeksi, perawatan menyeluruh yang baik, memulai terapi
dialisis sebelum timbul komplikasi, dan pemberian obat sesuai dengan GFR.
Pada pasien ini terapi yang diberikan kepada Os yaitu non-medikamentosa
berupa :
1. Non-medikamentosa
- Kateter untuk memonitor urin output
- O2 kanul 3-4 l/i diberikan jika pasien sesak untuk meningkatkan suplai O2
1. Medikamentosa
- Infus RL 20 tts/i
- Inj. Furosemid 1 x 1 amp; (iv)
Furosemid merupakan obat golongan diuretik loop diuretik yang bekerja
dengan menghambat co transpror Na, K, Cl dari membaran lumen pada pars
asendens loop henle. Pemberian furosemid pada gagal ginjal akut untuk
mendapatkan efek diuretik yang kuat. Pemberiaan furosemid secara rutin
diperlukan pada gagal ginjal akut untuk mempertahankan urin output.
- Inj. Ceftriaxon1 2 x 1 gr (iv)
Pemberian antibiotik pada gagal ginjal akut dapat diberikan untuk mencegah
infeksi.
- Three way NaCl 3% dalam 24 jam
Pemberian NaCl 3% pada pasien ini diberikan untuk mengatasi hiponatremi.
Koreksi Hiponatremi
Na. Deficit = 0,6 x BB (kg) x (140 Na Serum)
= 0,6 x 58 x (140-125, 11)
= 34,8 x 14,89 = 518.172 mEq
Dalam 1 kolf NaCl 3 % mengandung 513 mEq
Pemberian NaCl 3% dengan dosis 1 mL/kgbb diharapkan dapat
meningkatkan kadar Natrium sekitar 1,6 mEq/L.
Kenaikan kadar natrium serum idealnya tidak melebihi 1 mEq/jam
NaCl 3% 1 mEq = 2 cc
- Natrium Bikarbonat 3 x 2 tab
Diberikan untuk mengatasi asidosis metabolik.
Sediaan tablet : 325 mg, 500mg.
1 gram Natrium bikarbonat mengandung 11,9 mEq (mmol)
Dosis : 50-100 mmol
Setelah diberikan terapi, Os dilakukan pengecekan ulang faal ginjal dan ureum,
kreatinin, didapatkan hasil faal ginjal normal dan pemeriksaan elektrolit
didapatkan hasil dalam batas normal.
Ureum : 25,1 mg/dl (15-39)
Kreatinin : 0,9 mg/dl (L: 0,9-1,3. P: 0,6-1,1) Normal
GFR = (140 51) x 58
= 7,6 mL/menit/1,73 m2
72 x 0,9
34
BAB V
KESIMPULAN
1. Acute kidney injury atau gangguan ginjal akut (GgGA) yang sebelumnya
disebut gagal ginjal akut adalah penurunan fungsi ginjal mendadak, dalam
beberapa jam sampai beberapa hari, diikuti kegagalan ginjal untuk
mengekskresi sisa metabolisme nitrogen dengan atau tanpa disertai terjadinya
gangguan keseimbangan cairan ataupun elektrolit.
2. AKI dapat dibagi menjadi 3 yaitu sebelum ginjal (pre renal), di dalam ginjal
(renal/ intrinsik) dan setelah ginjal ( post renal ).
3. Gejala klinis pada gangguan ginjal akut adalah oligouri bila produksi urine >
40 ml/hari, anuri bila produksi urine < 50 ml/hari, jumlah urine > 1000 ml/hari
tetapi kemampuan konsentrasi terganggu.
4. Tujuan utama dari pengelolaan AKI adalah mencegah terjadinya kerusakan
ginjal,
mempertahankan
hemostasis,
melakukan
resusitasi,
mencegah
DAFTAR PUSTAKA
1. Roesly RMA. Definisi dan Klasifikasi Gangguan Ginjal Akut. Dalam buku
Diagnosis dan Pengelolaan Gangguan ginjal akut (Acute Kidney Injury) . Pusat
Penerbitan Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD/RS dr. Hasan
Sadikin. Bandung. 2008: 12-20.
2. Devarajan P. Emerging Biomarker for Acute Kidney Injury. Contributors to
Nefrology 2007;156:203-12.
3. Devarajan P. Novel Biomarker for the Early Prediction of Acute Kidney Injury.
Cancer Therapy 2005;3:477-488.
4. Roesly RMA. Epidemiologi Gangguan Ginjal Akut. Dalam buku Diagnosis
dan Pengelolaan Gangguan ginjal akut (Acute Kidney Injury) . Pusat
Penerbitan Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD/RS dr. Hasan
Sadikin. Bandung. 2008: 28-40.
5. Markum HMS. Gagal Ginjal Akut. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Editor: Sudoyo AW et al. jilid I. Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. Jakarta. 2006: 585-9.
6. Kellum JA, Bellomo R, Ronco C. The Concept of Acute Kidney Injury and the
Riffle Criteria. In:Acute Kidney Injury. Ed: Ronco C, Kellum JA, Bellomo R. S
Karger AG. Switzerland. 2007 : 10-6.
7. Roesly RMA. Diagnosis klinik & Etiologi Gangguan Ginjal Akut. Dalam buku
Diagnosis dan Pengelolaan Gangguan ginjal akut (Acute Kidney Injury) . Pusat
Penerbitan Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD/RS dr. Hasan
Sadikin. Bandung. 2008: 42-66.
8. Gondadiputra R. Patofisiologi Gangguan Ginjal Akut(GgGA). Dalam buku
Diagnosis dan Pengelolaan Gangguan ginjal akut (Acute Kidney Injury) . Pusat
36
37