Anda di halaman 1dari 12

III.

METODE PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Penelitian direncanakan berlangsung di Laboratorium, rumah kaca,
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin,

B. Bahan dan Alat


Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
adalah : benih jagung 3 kultivar (Bisma, Lamuru dan Sukmaraga) yang
diiradiasi di Pusat aplikasi teknologi dan isotop radioaktif (PATIR
BATAN). Benih yang diradiasi untuk tiap dosis perlakuan sebanyak 250
gram ( 1000 biji) selama 20 menit., pasir, tanah, pupuk kandang, NaCl,
PEG 6000, kertas buram, air, larutan Hoagland.
Alat yang digunakan adalah : baskom plastik, cawan plastik, ember
plastik, sterofoam, tabung erlenmeyer, gelas ukur, spoit, polybag, gelas
plastik kecil dan besar, selang, sprayer, timbangan analitik, mikroskop,
meteran, label, kamera, Photosynthetic System Licor CID-320, oven, ECmeter, pH-meter, timbangan, mistar geser, dan alat tulis menulis.

34

C. Rancangan Penelitian
Penelitian direncanakan dalam bentuk percobaan, yaitu:
I. Percobaan seleksi dan karakterisasi secara morfofisiologis (5
bulan)
Percobaan seleksi dan karakterisasi secara morfofisiologis pada
beberapa genotipe jagung hasil iradiasi di laboratorium pada media PEG
(toleransi terhadap kekeringan) dan NaCl (toleransi terhadap salinitas),
masing-masing pada tingkat kecambah.
Tanaman terseleksi dilanjutkan dengan seleksi dan karakterisasi
secara morfofisiologis pada pengujian di rumah kaca pada tingkat
kecambah dan fase vegetatif pada media yang sama dengan seleksi dan
karakterisi di laboratorium yang dilakukan di rumah kaca.
Hasil dari penelitian ini akan diperoleh karakter morfofisionlogis
yang dapat dijadikan tolok ukur ketahanan tanaman jagung terhadap
kekeringan dan salinitas, mekanisme ketahanan dan metode seleksi
secara dini.
Berdasarkan uraian diatas maka pada percobaan ini dilaksanakan
dalam 3 (tiga) tahap, yaitu:
a. Tahap I: Seleksi dan Pengujian Kecambah di Laboratorium
Percobaan pengujian tingkat kecambah menggunakan metode uji
di atas kertas (UDK) dan metode hidroponik.
Percobaan yang dilaksanakan di tingkat laboratorium menggunakan rancangan petak-petak terpisah (RPPT) dalam rancangan Acak

35

kelompok. Faktor pertama sebagai petak utama (PU) adalah konsentrasi


PEG dan NaCl (K) yang terdiri dari tujuh taraf, yaitu: 0 g PEG + 0 g NaCl =
kontrol (k0), 30 g PEG (k1), 8 g NaCl (k2), 30 g PEG + 8 g NaCl (k3), 30 g
PEG + 4 g NaCl (k4), 15 g PEG + 4 g NaCl (k5) dan 15 g PEG + 2 g NaCl
(k6). Faktor kedua sebagai anak petak (AP) adalah varietas (V) yang terdiri
dari tiga jenis, yaitu: Bisma (v1), Lamuru (v2) dan Sukmaraga (v3). Faktor
ketiga sebagai anak-anak petak (AAP) adalah dosis iradiasi (D) yang
terdiri dari enam taraf, yaitu: 0 Gy (d0), 100 Gy (d1), 200 Gy (d2), 300 Gy
(d3), 400 Gy (d4) dan 500 Gy (d5). Berdasarkan jumlah perlakuan yang
dicobakan, maka diperoleh (7x3x6) = 126 kombinasi perlakuan yang
diulang sebanyak tiga kali. Setiap ulangan pada uji kecambah di atas
kertas terdiri dari dua puluh benih yang dikecambahkan selama 7 hari,
sedangkan pada metode hidroponik setiap ulangan masing-masing
digunakan enam unit, yang dikecambahkan dan ditumbuhkan selama 14
hari.
Berdasarkan hasil pengujian (pengamatan dan pengukuran) pada
fase kecambah di laboratorium ini dilakukan seleksi genotipe dan
konsentrasi (PEG / NaCl) untuk dilanjutkan pengujiannya pada fase
vegetatif di rumah kaca.

b. Tahap II: Seleksi dan Pengujian Fase Vegetatif di Rumah Kaca


Genotipe yang lolos seleksi pada fase perkecambahan akan
dilanjutkan pengujiannya pada fase vegetatif secara hidroponik selama

36

satu bulan. Demikian juga dengan konsentrasi PEG dan NaCl yang akan
digunakan adalah konsentrasi yang dianggap dapat mewakili (keragaman
besar).
Pengujian fase vegetatif dilakukan dengan menggunakan dua
wadah gelas berukuran berbeda yang disusun bertingkat. Gelas bagian
atas (berukuran lebih besar dibanding gelas bagian bawah) berisi media
pasir yang telah dibersihkan, sedangkan gelas bagian bawah yang
ukurannya lebih kecil berisi larutan yang didalamnya telah dilarutkan PEG
dan atau NaCl (sesuai perlakuan masing-masing) dan ditambahkan
dengan larutan Hoaglands (Lampiran 1).
Pengujian pada fase ini dilaksanakan dengan menggunakan
rancangan petak terpisah (RPT) dalam rancangan acak kelompok. Faktor
pertama sebagai petak utama adalah konsentrasi PEG dan NaCl, terpilih
(K), sedangkan faktor kedua sebagai anak petak (AP) adalah genotipe
terpilih (G). Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali sebagai kelompok,
dan menggunakan 4 unit tanaman.
Berdasarkan hasil pengujian pada fase vegetatif di rumah kaca ini
dilakukan seleksi genotipe dan konsentrasi (PEG / NaCl) untuk dilanjutkan
pengujiannya pada fase produksi di rumah kaca.

c. TahapI III: Seleksi dan Pengujian Fase Produksi di Rumah Kaca


Genotipe yang lolos seleksi pada fase vegetatif selanjutnya
dipindahkan ke pengujian fase produksi pada media pasir secara

37

hidroponik.

Media

pasir

yang

digunakan

terlebih

dahulu diayak,

dibersihkan dan dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3 hari.


kemudian dimasukkan ke dalam polybag (ukuran 35 cm x 25 cm) yang
diberi lubang pada bagian bawahnya. Polybag yang telah berisi pasir
kemudian dimasukkan ke dalam ember yang berisi larutan Hoaglands
yang ditambahan PEG dan NaCl (sesuai perlakuan masing-masing).
Konsentrasi PEG dan NaCl yang digunakan pada tahap ini tergantung
pada konsentrasi PEG dan NaCl yang memberikan keragaman terbesar
pada fase kecambah dan fase vegetatif, serta kontrol.
Pengujian pada fase ini dilaksanakan dengan menggunakan
rancangan petak terpisah (RPT) dalam rancangan acak kelompok. Faktor
pertama sebagai petak utama adalah konsentrasi PEG dan NaCl, terpilih
(K), sedangkan faktor kedua sebagai anak petak (AP) adalah genotipe
terpilih (G). Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali sebagai kelompok,
dan menggunakan 2 unit tanaman.
Untuk mencegah penyerbukan silang maka dilakukan penyerbukan
buatan. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan penyerbukan terlebih dahulu
dilakukan penyungkupan terhadap bunga jantan untuk pengambilan
serbuk sari dan penyungkupan bunga betina agar tidak terjadi
penyerbukan silang antar genotipe yang berbeda.

38

D. Pengamatan dan Pengkuran


I. Seleksi dan Pengujian Kecambah di Laboratorium
1. Persentase Kecambah (%), merupakan perbandingan antara benih
yang berkecambah dengan total benih yang diuji.

% perkecamba han

jumlah kecambah normal yang dihasilkan


x 100%
jumlah contoh benih yang diuji

2. Vigor benih diamati sampai hari ke-7 dan dihitung dengan


menggunakan rumus :
I.V.

G1 G2 G3
Gn

......
D1 D2 D3
Dn

Dimana, G =

Jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu,

D =

Waktu yang bersesuaian dengan jumlah tersebut,

n =

Jumlah hari pada perhitungan akhir

3. Koefisien Perkecambahan dihitung dengan menggunakan rumus :

CG

(100 )( A 1 A 2 ............... A n )
A 1 T1 A 2 T2 ........... A n Tn

Dimana, A

= Jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu,

= Waktu yang bersesuaian dengan A,

= Jumlah hari pada penilaian/perhitungan akhir

CG = Koefisien perkecambahan
4. Berat segar kecambah (g), menimbang kecambah dalam keadaan
segar.
5. Berat Kering kecambah (g), menimbang kecambah dalam keadaan
kering setelah dioven selama 24 jam pada suhu 105oC.

39

6. Panjang plumula (cm), diukur mulai pangkal batang hingga ujung


plumula jagung.
7. Panjang akar (cm), diukur mulai pangkal akar hingga ujung akar.
8. Volume akar (ml), diukur dengan cara merendam akar pada gelas
ukur dan diamati peningkatan volume air saat perendaman akar dalam
gelas ukur tersebut.
9. Lethal dosis 50 %, menghitung jumlah benih jagung hasil iradiasi yang
dapat tumbuh.

Nomor 1 - 5 dihitung dan diukur pada percobaan uji di atas kertas


(UDK), nomor 6 - 8 diukur pada percobaan bak plastik bergabus;

II. Seleksi dan Pengujian Fase Vegetatif di Rumah Kaca


1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh.
2. Jumlah daun (helai), dihitung keseluruhan daun yang terbentuk pada
setiap tanaman.
3. Volume akar (ml), diukur dengan cara merendam akar pada gelas
ukur dan diamati peningkatan volume air saat perendaman akar dalam
gelas ukur
4. Panjang akar (cm), diukur mulai dari pangkal akar sampai ujung akar
terpanjang
5. Kekeringan daun (%)

40

6. Nisbah bobot kering akar-tajuk, diukur dengan memisahkan antara


tajuk dan akar, kemudian dioven selama 24 jam pada suhu 105 oC.
Nisbah A/P = Bobot Kering Akar /Bobot Kering Tajuk
7. Panjang akar relatif (PAR), yaitu
PAR = PA cekaman / PA normal x 100%
8. Bobot akar relatif (BAR), yaitu:
BAR(%) = BA cekaman/BA normal x 100%
9. Bobot tajuk relatif (BPR), yaitu:
BTR(%) = BTcekaman/BTnormal x 100%
Untuk mendapatkan data tersebut di atas, dilakukan pengamatan
panjang akar setelah ditumbuhkan pada larutam hara yang mengandung
cekaman (PA cekaman) dan yang tanpa cekaman (PA normal), bobot akar
dengan cekaman (BA cekaman), bobot akar pada larutan normal (BA
normal), dan bobot tajuk dengan cekaman (BT cekaman) dan bobot tajuk
pada larutan normal (BT normal), kemudian dilakukan perhitung menurut
Baligar et al. (1989) seperti pada rumus di atas.

III. Seleksi dan Pengujian Produksi di Rumah Kaca


1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh.
2. Jumlah daun (helai), dihitung keseluruhan daun yang terbentuk pada
setiap tanaman.

41

3. Volume akar (ml), diukur dengan cara merendam akar pada gelas
ukur dan diamati peningkatan volume air saat perendaman akar dalam
gelas ukur
4. Panjang akar (cm), diukur mulai dari pangkal akar sampai ujung akar
terpanjang
5. Jumlah stomata, diamati pada mikroskop dengan pembesaran 400x
dengan metode kuteks
6. Jumlah stomata yang membuka, diamati pada mikroskop dengan
pembesaran 400x dengan metode kuteks
7. Luas

pembukaan

stomata,

diamati

pada

mikroskop

dengan

pembesaran 1000x dengan metode kuteks


8. Kekeringan daun (%)
9. Umur berbunga jantan 50% (hari), dihitung mulai saat tanam hingga
mulainya muncul bunga jantan.
10. Umur berbunga betina 50% (hari), dihitung mulai saat tanam hingga
hari mulainya muncul bunga betina Umur berbunga betina (silking,
keluar rambut) 50%, dicatat apabila panjang rambut telah keluar >2
cm.
11. Nilai ASI (Anthesis Silking Interval), Umumnya anthesis lebih duluan
daripada silking. Perbedaan hari antara keluar serbuk sari dengan
keluar rambut disebut ASI. Makin rendah angka ASI makin sinkron
pembungaan.

42

12. Tinggi letak

Tongkol

(cm), dilakukan bersamaan dengan tinggi

tanaman, diukur mulai

dari permukaan tanah sampai dasar

kedudukan tongkol. Apabila tanaman mempunyai > 1 tongkol, maka


diambil

tongkol

yang

teratas

tongkol

yang

lebih

normal

perkembangannya.
13. Menutupnya Kelobot (husk cover) .
14. Jumlah Tongkol per Tanaman.
15. Bobot Tongkol Kupasan Basah, diamati dengan menimbang bobot
tongkol yang dipanen per petak setelah dikupas klobotnya. Data ini
akan digunakan untuk menghitung hasil per petak, selanjutnya
dikonversi ke satuan per hektar.
16. Panjang tongkol (cm), diukur dari pangkal sampai ujung tongkol yang
berbiji.
17. Diameter tongkol (cm), diukur pada pertengahan tongkol dengan
menggunakan mistar geser.
18. Jumlah baris per tongkol (baris).
19. Jumlah biji per baris (butir).
20. Kadar Air Panen (%).
21. Bobot 1000 biji pada kadar air 15 %.
22. Produktivitas (kg ha-1).

Untuk mengukur indeks kepekaan/sensitivitas terhadap cekaman,


maka dihitung

dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh

Fischer dan Maurer (1978):

(1 Yp / Y )
1 Xp / X )

43

Keterangan:
S

= Indeks toleransi cekaman

Yp = Rata-rata suatu genotipe yang mendapatkan cekaman


Y

= Rata-rata suatu genotipe yang tidak mendapatkan cekaman

Xp = Rata-rata dari seluruh genotipe yang mendapatkan cekaman


X

= Rata-rata seluruh genotipe yang tidak mendapatkan cekaman

Kriteria untuk menentukan tingkat toleransi terhadap cekaman


adalah: jika nilai S 0,5 maka genotipe tersebut toleran, jika nilai
0,5 < S 1 maka genotipe tersebut agak toleran, dan jika nilai S >1 maka
genotipe dianggap peka.

Setelah data penelitian diperoleh dilakukan pengujian dengan


model analisis sebagai berikut :
Sumber Keragaman

db/df

Ms

E (Ms)

Replications

r1

Konsentrasi PEG dan


NaCl (K)

k1

M5

2e + 2 2a + 2r2g

Error (a)

(r -1) (n 1)

M4

2e + r 2a

Genotipe (G)

g1

M3

2e + r 2kg + nr 2g

Interaksi G x K

(g 1) (k 1)

M2

2e + r 2kg

Error (b)

n (r 1) (k 1) M1

Total

rkg - 1
e
2g
2p
h2
2

= M1
= (M3 M2)/nr
= 2g + 2e
= 2g/2p

2e +

44

Keterangan :

2e
2g
2p
h2

= Ragam lingkungan
= Ragam genetik
= Ragam fenotipe
= Heritabilitas

Kriteria nilai heritabilitas dalam arti luas (Mursito, 2003), dengan ketentuan
sebagai berikut :
H

< 0,20

= heritabilitas rendah

0,20 < H < 0,50

= heritabilitas sedang

= heritabilitas tinggi

> 0,50

E. Analisis Data
Data hasil pengamatan yang diperoleh dari penelitian dianalisis
menggunakan Software SPSS-17 dan Microsoft Excel 2007 pada tingkat
kepercayaan 95%. Apabila terdapat pengaruh perlakuan yang nyata pada
analisis sidik ragam (ANOVA), maka dilakukan uji lanjut untuk
membedakan rata-rata antar perlakuan dengan menggunakan Uji Jarak
Berganda Duncan (DMRT) dengan tingkat kepercayaan 95%.(Gaspersz,
V., 1991).

Anda mungkin juga menyukai