Preskes Diare
Preskes Diare
Oleh :
Himmatul Fuad
G99141088/K.2-14
Faisal Hafidh
G99141090/K.4-14
Pembimbing :
dr. Noor Alifah, Sp. A
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. MCP
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal masuk
: 7 Desember 2014
: 14.475.567
II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap ibu penderita.
A.
Keluhan Utama
BAB cair dengan lendir darah
B.
Pasien rewel, tidak terlihat haus, air mata (+/+), buang air kecil normal,
warna kuning jernih jumlah banyak. Batuk (-), pilek (-) kejang (-), muntah
(-).
: disangkal
Riwayat mondok di RS
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat kejang
: disangkal
Riwayat demam
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
: Bidan
Frekuensi
: Trimester I
: 1x/ 1 bulan
Trimester II
: 2x/ 1 bulan
Trimester III
: 2x/ 1 minggu
F. Riwayat Kelahiran :
Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 2900 gram dan panjang 47
cm, cukup bulan, lahir spontan, langsung menangis kuat segera setelah
lahir.
G. Riwayat Postnatal
Rutin ke puskesmas setiap bulan untuk menimbang badan dan mendapat
imunisasi.
H. Riwayat Imunisasi
Hb 0
: 0 bulan
BCG, Polio 1
: 1 bulan
DPT/Hb 1, Polio 2
: 2 bulan
DPT/Hb 2, Polio 3
: 3 bulan
DPT/Hb 3, Polio 4
: 4 bulan
: tersenyum
2 bulan
: mengangkat kepala
3 bulan
: tengkurap sendiri
4 bulan
6 bulan
9 bulan
L. Pohon Keluarga
I
II
Tn. DS
Ny. S
III
B. Tanda vital
BB
: 7,6 kg
PB
: 70 cm
Nadi
RR
: 30x/menit
Suhu
C. Kulit
Warna sawo matang, kelembaban cukup, ujud kelainan kulit (-)
D. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut, UUB cekung (-),
LK= 42 cm.
E. Mata
Mata cowong
K. Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri
Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas paru-hepar
: SIC V kanan
Batas paru-lambung
: SIC VI kiri
Redup relatif
: SIC V kanan
Redup absolut
Auskultasi
Suara
dasar
vesikuler
(+/+),
suara
tambahan (-/-)
Cor :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
L. Abdomen
Inspeksi
: timpani
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, massa
abdomen (-), turgor kulit kembali cepat.
M. Ekstremitas
Akral dingin -
oedema
- -
Pemeriksaan
07/12/2014
Satuan
Rujukan
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin
11,8
g/dl
11,3 14,1
Hematokrit
35.3
33 - 41
19230 (H)
/uL
6000 - 17500
25
/mm
0 - 20
Eritrosit
5.13
juta/ul
4.1 5.3
Trombosit
321
ribu/ul
150 450
MCV
68.8 (L)
fL
80 - 100
MCH
23.0 (L)
pg
27 - 32
MCHC
33.4
g/dl
32 - 36
RDW
17.2
Leukosit
LED
INDEX ERITROSIT
0.3 (L)
1-3
0.1
0-1
Neutrofil batang%
0.0 (L)
1-6
Neutrofil segmen%
39.9 (L)
50 - 70
Limfosit%
46.7 (H)
20 - 40
Monosit%
13.0 (H)
2-8
Basofil%
V. RESUME
Pasien mengalami diare sejak 1 hari SMRS. Dalam sehari, pasien
diare sebanyak kurang lebih 5x. Warna merah kecoklatan, lembek, cair
lebih banyak daripada ampas, nyemprot (-). Masing-masing gelas
belimbing. Darah (+), lendir (+), bau (-), seperti cucian beras (-). Pasien
mengalami panas selama 2 hari mendadak dan hilang timbul. Pagi hari
SMRS pasien diare 1x, lembek, cair lebih banyak daripada ampas. Warna
kuning kehijauan, lebih kuning dari diare sebelumnya. Pasien tidak
tampak kesakitan saat buang air besar. Pasien rewel, tidak terlihat haus, air
mata (+/+), air mata (+/+), buang air kecil normal, warna kuning jernih
jumlah banyak. Batuk (-), pilek (-) kejang (-), muntah (-).
Riwayat imunisasi dasar lengkap sesuai umur. Kualitas dan
kuantitas pemberian nutrisi baik.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum rewel, sadar
penuh, gizi kesan baik, tidak tampak kehausan. Tidak didapat UUB
cekung dan mata cowong. Air mata (+/+) normal. Turgor kulit kembali
cepat, bising usus meningkat, dan tidak ada akral dingin. Tanda vital Nadi:
120x/menit, RR: 30x/menit, Suhu = 36,0oC. Status gizi secara
antropometris (WHO, 2005) : gizi baik normoweight normoheight.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan, Hb: 11,5 g/dL, Hct: 35,3 %,
AE: 5.130.000 /L, AL: 19.230/L, AT: 321.000/L, MCV: 68,8 / um,
8
MCH: 23,0 pg, MCHC: 33,4 g/dl, Eosinofil 0,3%, Basofil 0,1%, Neutrofil
Batang 0% Neutrofil Segmen 39,9%, Limfosit: 46,7%, Monosit 13,0%.
IX. PENATALAKSANAAN
Terapi
1. Rawat bangsal anak
2. IVFD Ringer Lactat (100 cc/kgBB/hari=760cc/hari) 8 tpm
3. Paracetamol 3x80 mg
9
Diagnostik
Feses rutin
Monitoring
KUVS per 4 jam
Balance cairan per 8 jam
Edukasi
Motivasi keluarga tentang penyakitnya
Menjaga higienitas lingkungan dan makanan
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering
X. PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad sanam
: bonam
Ad fungsionam
: bonam
10
FOLLOW UP
A. DPH I
Senin, 8 Desember 2014
S : Demam (-), kejang (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-)
BAK (+), diare (-)
O : Keadaan Umum: Tampak sakit sedang, Compos mentis,Gizi Kesan Baik
Vital Sign
: Heart Rate
: 128x/menit
Respirasi Rate
: 48 x/menit
Suhu
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
Cor
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor // sonor
: Inspeksi
Perkusi
: timpani
Palpasi
Ekstremitas
Akral dingin
Oedem
A:
1. Diare akut tanpa dehidrasi e/c bakteri
2. Gizi baik normoweight normoheight
P : Terapi
1.
2.
3.
4.
5.
Cotrimoxazol 2x cth
6.
12
B. DPH II
Selasa, 9 Desember 2014
S : Demam (-), kejang (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-)
BAK (+), diare (-)
O : Keadaan Umum: Tampak sakit sedang, Compos mentis,Gizi Kesan Baik
Vital Sign
: Heart Rate
: 108x/menit
Respirasi Rate
: 28 x/menit
Suhu
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
Cor
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor // sonor
: Inspeksi
: timpani
13
Palpasi
Ekstremitas
Akral dingin
Oedem
A:
1. Diare akut tanpa dehidrasi e/c bakteri
2. Gizi baik normoweight normoheight
P : Terapi
1. Infus RL 8 tpm aff
2. Paracetamol 3x80 mg (bila perlu)
3. Zinc sirup 1x1 cth
4. L-Bio 2x1 sachet
5. Cotrimoxazol 2x cth
6. Oralit (10 cc/kgBB) 76 cc tiap diare (5 cc/kgBB) 38 cc tiap muntah
Plan : BLPL
14
BAB II
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini diagnosis diare akut tanpa dehidrasi e/c bakteri dengan
febris 2 hari ditegakkan berdasarkan :
A. Anamnesis didapatkan :
1. Penderita mengalami demam mendadak dan hilang timbul 2 hari sebelum
masuk rumah sakit
2. Diare 5x sehari dengan konsistensi lembek, warna merah coklat sampai
kuning kehijauan. Didapatkan lendir darah pada feses.
3. Tidak tampak kehausan, produksi air mata dan urin normal.
4. Riwayat penyakit dan lingkungan diare (-).
B. Pemeriksaan Fisik didapatkan :
1. Kesadaran: compos mentis, gizi kesan baik
2. Tanda vital penderita didapatkan nadi 120 kali permenit, pengisian cukup,
kuat; frekuensi pernafasan 30 kali permenit; suhu tubuh pada saat itu
adalah 36,0C.
3. UUB cekung (-), mata cowong (-/-), air mata (+/+), mukosa mulut basah,
turgor kulit kembali cepat, CRT < 2 detik, arteri dorsalis pedis teraba kuat.
C. Pemeriksaan Penunjang didapatkan :
1. Leukositosis dengan Antal Leukosit 19230/uL yang menunjukkan adanya
infeksi.
2. Limfosit dan Monosit yang tinggi dari hasil pemeriksaan hitung jenis sel
yang mendukung infeksi karena bakteri.
pemberian infus dilakukan secara maintenance dengan DNS dimana berat badan
1-10 kg kebutuhan harian cairan rumatan 100 ml/kgBB/hari, sehingga pada pasien
ini kebutuhan cairan rumatan per hari 760 ml diberikan infus RL 8 tetes per menit
makro.
Pada hari perawatan selanjutnya tetap diusahakan diberikan oralit sesuai
umur setiap kali buang air besar atau muntah dimana untuk anak 1 5 tahun
sebanyak 10cc/kgBB setiap habis buang air besar dan 5cc/kgBB setiap habis
muntah.
Pemberian antibiotik sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang . Bila
ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai dengan hasil
pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol, amoksisilin dan
atau sesuai hasil uji sensitivitas.
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering. Syarat makanan lunak yang diberikan adalah: bahan yang digunakan tidak
banyak mengandung serat, mudah dicerna, tidak menimbulkan gas dalam saluran
pencernaan, tidak boleh diberikan gorengan yang keras, bumbu yang merangsang,
dan diberikan dalam porsi kecil, buah-buahan diberikan terutama pisang.
Kebutuhan kalori perhari pada usia 1 3 tahun adalah 760 kkal.
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi
atau anak yang sebelumnya sehat. Ada juga yang memberi batasan diare akut
pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu (IDAI, 2010).
B. EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia.
Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5
% akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang
tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia.
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :
Faktor lingkungan
Gizi
Kependudukan
Pendidikan
Perilaku masyarakat
pengetahuan
ibu
tentang
masalah
kesehatan.
Faktor
kependudukan
menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang
padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan
masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum
menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak.
Faktor-faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing
keluarga (Irwanto, dkk, 2002).
C. ETIOLOGI
Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu
sapi, laktose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh
virus adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk,
Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakter-bakteri
yang
dapat
menyebabkan
diare
adalah
Shigella,
philipinensis,
Fasiolopsis
buski,
Sarcocystis
suihominis,
Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili
usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili.
Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan
penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum
matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili
dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama
18
19
Parasit
Obat-obatan
E. PATOFISIOLOGI
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.
Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah
sekresi cairan yang menyebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh
sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi
20
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin
bakteri seperti toksin E.coli dan Shigella.
Diare osmotik
Diare osmotik disebut juga dengan diare akibat gangguan absorbsi.
Penurunan fungsi absorbs secara umum dapat terjadi oleh berbagai sebab
seperti mengkonsumsi magnesium hidroksida, defisiensi sukrase-isomaltase,
defisiensi laktase dan adanya bahan yang tidak dapat diserap. Adanya bahan
yang tidak diserap, dimana bahan intraluminal pada usus halus bagian
proksimal tersebut bersifat hipertonis menyebabkan keadaan hiperosmolaritas.
Akibat perbedaan tekanan osmotik antara lumen usus dan darah maka pada
segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan mengalir kea rah
lumen jejunum, sehingga air akan banyak terkumpul dalam lumen usus
(Ditjen PPM & PLP, 1999).
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan elektrolit,
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), hipoglikemia,
hipotermi, gangguan gizi, gangguan sirkulasi dan terkadang juga dapat
menyebabkan timbulnya kejang (Aswitha, dkk, 2000).
F. MANIFESTASI KLINIS
Awalnya anak menjadi rewel, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar
cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut
kering (Aswitha, dkk, 2000).
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu
sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam
21
Diare akut dengan pendarahan (disentri), dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.
G. PENCEGAHAN
Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain
sebagai berikut :
-
Menggunakan jamban
22
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a.
Demam
Penggunaan antibiotik
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
23
tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir
dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada
tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin,
perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
a. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 3% berat badan)
-
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah
Akral hangat
Turgor kurang
Akral hangat
Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan
Turgor buruk
Akral dingin
Dehidrasi berat
Gelisah, rewel
Mata cekung
Haus, minum dengan lahap
Cubitan kulit perut kembalinya
lambat
Dehidrasi ringan/sedang
Tanpa dehidrasi
ringan/sedang
25
1. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaaan tinja
-
I. PENATALAKSANAAN
1. Atasi dehidrasi
Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit
diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah
dengan dosis:
-
5 tahun : semaunya.
pemberian
kehilangan
cairan
yang
sedang
26
Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat
100 cc/kgBB. Cara pemberian :
-
hasil
pemeriksaan
penunjang.
Sebagai
pilihan
adalah
27
J. PEMANTAUAN
1) Terapi
Setelah pemberian cairan rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi,
berat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masih dehidrasi maka
dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan derajat dehidrasinya. Jika setelah
3 hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada perubahan
maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.
2) Tumbuh kembang
3) Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah
sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami
gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk.
28
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Ditjen PPM & PLP, 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.
4.
IDAI, 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal :
58-62.
5.
6.
7.
29