Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK PEREMPUAN UMUR 9 BULAN


DENGAN DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI
DAN GIZI BAIK

Oleh :
Himmatul Fuad

G99141088/K.2-14

Faisal Hafidh

G99141090/K.4-14

Pembimbing :
dr. Noor Alifah, Sp. A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI
2014

BAB I

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. MCP

Tanggal Lahir / Umur : 7 Maret 2014 / 9 bulan


Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Asmil 408 Siswodipuran Boyolali

Tanggal masuk

: 7 Desember 2014

Tanggal Pemeriksaan : 7 Desember 2014


No. RM

: 14.475.567

II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap ibu penderita.
A.

Keluhan Utama
BAB cair dengan lendir darah

B.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan diare sejak 1 hari SMRS Pandan
Arang. Dalam sehari, pasien diare sebanyak kurang lebih 5x. Warna merah
kecoklatan, lembek, cair lebih banyak daripada ampas, nyemprot (-).
Masing-masing gelas belimbing. Darah (+), lendir (+), bau (-), seperti
cucian beras (-). Pasien juga mengalami panas sejak 2 hari SMR. Panas
terjadi secara mendadak dan hilang timbul. Pasien diberikan obat anti
kejang lewat dubur oleh ibunya karena khawatir terjadi kejang. Belum
diberi obat penurun panas. Pagi hari SMRS pasien diare 1x, lembek, cair
lebih banyak daripada ampas. Warna kuning kehijauan, lebih kuning dari
diare sebelumnya. Pasien tidak tampak kesakitan saat buang air besar.
1

Pasien rewel, tidak terlihat haus, air mata (+/+), buang air kecil normal,
warna kuning jernih jumlah banyak. Batuk (-), pilek (-) kejang (-), muntah
(-).

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit serupa

: disangkal

Riwayat mondok di RS

: disangkal

Riwayat sakit diare

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat kejang

: disangkal

Riwayat demam

: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit diare

: disangkal

Riwayat alergi

: disangkal

Riwayat lingkungan sekitar terkena diare

: disangkal

E. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal


Pemeriksaan di

: Bidan

Frekuensi

: Trimester I

: 1x/ 1 bulan

Trimester II

: 2x/ 1 bulan

Trimester III

: 2x/ 1 minggu

Keluhan selama kehamilan : tidak ada


Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet
penambah darah.

F. Riwayat Kelahiran :
Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 2900 gram dan panjang 47
cm, cukup bulan, lahir spontan, langsung menangis kuat segera setelah
lahir.

G. Riwayat Postnatal
Rutin ke puskesmas setiap bulan untuk menimbang badan dan mendapat
imunisasi.

H. Riwayat Imunisasi
Hb 0

: 0 bulan

BCG, Polio 1

: 1 bulan

DPT/Hb 1, Polio 2

: 2 bulan

DPT/Hb 2, Polio 3

: 3 bulan

DPT/Hb 3, Polio 4

: 4 bulan

Kesimpulan : imunisasi lengkap sesuai usia menurut Depkes.

J. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


1 bulan

: tersenyum

2 bulan

: mengangkat kepala

3 bulan

: tengkurap sendiri

4 bulan

: meraih benda, berteriak

6 bulan

: duduk bersandar, mengambil mainan, mengoceh

9 bulan

: merangkak, bicara penggal kata

Berat badan ditimbang rutin tiap bulan di posyandu, dan mengalami


kenaikan tiap bulan.

Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.


3

K. Riwayat Makan Minum Anak


1. ASI diberikan sejak lahir, sampai sekarang, diberikan tiap kali
menangis, lama menyusui 10-15 menit, bergantian payudara kanan
dan kiri, sesudah disusui anak tidak menangis. Penggunaan susu
formula disangkal.
2. Buah dan sayur : pisang sejak umur 4 bulan, sayur bayam, wortel,
lauk ati ayam, tahu, tempe, telur, daging, udang sejak usia 9 bulan.
3. Makanan padat dan bubur :
a. Bubur susu

: sejak usia 4 bulan, sebanyak 3x sehari

masing-masing kurang lebih 2 sendok.


b. Nasi tim : mulai usia 9 bulan, kurang lebih 3 sendok
sebanyak 3x sehari.
4. Riwayat ganti susu: disangkal
5. Riwayat makan makanan yang tidak biasa: disangkal

Kesan : kualitas dan kuantitas nutrisi baik.

L. Pohon Keluarga
I

II
Tn. DS

Ny. S

III

An. MCP; ; 9 bulan; 7,6 kg

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum
Keadaan umum

: rewel, Compos Mentis, gizi kesan cukup

B. Tanda vital
BB

: 7,6 kg

PB

: 70 cm

Nadi

: 120 x/menit, reguler, isi tegangan cukup

RR

: 30x/menit

Suhu

: 36,0 C (per aksiler)

C. Kulit
Warna sawo matang, kelembaban cukup, ujud kelainan kulit (-)
D. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut, UUB cekung (-),
LK= 42 cm.
E. Mata
Mata cowong

(-/-), konjungtiva pucat (-/-), palpebra oedem (-/-),

sklera ikterik (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), reflek cahaya (+/+),


airmata (+/+)
F. Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
G. Mulut
Bibir sianosis (-), mukosa basah (+)
H. Telinga
Normotia, sekret (-/-), tragus pain (-/-), mastoid pain (-/-).
I. Tenggorok
Uvula di tengah, tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
J. Leher
Trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar, JVP tidak
meningkat
5

K. Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri
Pulmo :

Inspeksi

: Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

: Fremitus raba sulit dievaluasi

Perkusi

: Sonor / Sonor di semua lapang paru

Batas paru-hepar

: SIC V kanan

Batas paru-lambung

: SIC VI kiri

Redup relatif

: SIC V kanan

Redup absolut

: SIC VI kanan (hepar)

Auskultasi

Suara

dasar

vesikuler

(+/+),

suara

tambahan (-/-)
Cor :

Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung sulit dievaluasi

Auskultasi

: bunyi jantung I-II intensitas nomal, reguler,


bising (-)

L. Abdomen
Inspeksi

: dinding perut sejajar dinding dada , spasme (-)

Auskultasi : Bising usus (+) meningkat


Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, massa
abdomen (-), turgor kulit kembali cepat.

M. Ekstremitas
Akral dingin -

oedema

- -

Capillary Refill Time < 2 detik


Arteri Dorsalis Pedis teraba kuat

N. Perhitungan Status Gizi


Secara Antropometris
BB
: 7,6 kg
Umur : 9 bulan
PB
: 70 cm
BB : 7,6 x 100% = 92,7 % -2 SD < Z Score < 0 SD
U 8,2
TB : 70 x 100% = 99,8 % -2 SD < Z score < 0 SD
U 70,1
BB : 7,6 x 100% = 92,7 % -2 SD < Z score < 0 SD
TB 8,2
(WHO, 2005)
Status gizi secara antropometris : gizi baik dengan normoweight
normoheight

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Laboratorium darah tanggal 7 Desember 2014 pukul 07.56

Pemeriksaan

07/12/2014

Satuan

Rujukan

HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin

11,8

g/dl

11,3 14,1

Hematokrit

35.3

33 - 41

19230 (H)

/uL

6000 - 17500

25

/mm

0 - 20

Eritrosit

5.13

juta/ul

4.1 5.3

Trombosit

321

ribu/ul

150 450

MCV

68.8 (L)

fL

80 - 100

MCH

23.0 (L)

pg

27 - 32

MCHC

33.4

g/dl

32 - 36

RDW

17.2

Leukosit
LED

INDEX ERITROSIT

HITUNG JENIS SEL


Eosinofil%

0.3 (L)

1-3

0.1

0-1

Neutrofil batang%

0.0 (L)

1-6

Neutrofil segmen%

39.9 (L)

50 - 70

Limfosit%

46.7 (H)

20 - 40

Monosit%

13.0 (H)

2-8

Basofil%

V. RESUME
Pasien mengalami diare sejak 1 hari SMRS. Dalam sehari, pasien
diare sebanyak kurang lebih 5x. Warna merah kecoklatan, lembek, cair
lebih banyak daripada ampas, nyemprot (-). Masing-masing gelas
belimbing. Darah (+), lendir (+), bau (-), seperti cucian beras (-). Pasien
mengalami panas selama 2 hari mendadak dan hilang timbul. Pagi hari
SMRS pasien diare 1x, lembek, cair lebih banyak daripada ampas. Warna
kuning kehijauan, lebih kuning dari diare sebelumnya. Pasien tidak
tampak kesakitan saat buang air besar. Pasien rewel, tidak terlihat haus, air
mata (+/+), air mata (+/+), buang air kecil normal, warna kuning jernih
jumlah banyak. Batuk (-), pilek (-) kejang (-), muntah (-).
Riwayat imunisasi dasar lengkap sesuai umur. Kualitas dan
kuantitas pemberian nutrisi baik.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum rewel, sadar
penuh, gizi kesan baik, tidak tampak kehausan. Tidak didapat UUB
cekung dan mata cowong. Air mata (+/+) normal. Turgor kulit kembali
cepat, bising usus meningkat, dan tidak ada akral dingin. Tanda vital Nadi:
120x/menit, RR: 30x/menit, Suhu = 36,0oC. Status gizi secara
antropometris (WHO, 2005) : gizi baik normoweight normoheight.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan, Hb: 11,5 g/dL, Hct: 35,3 %,
AE: 5.130.000 /L, AL: 19.230/L, AT: 321.000/L, MCV: 68,8 / um,
8

MCH: 23,0 pg, MCHC: 33,4 g/dl, Eosinofil 0,3%, Basofil 0,1%, Neutrofil
Batang 0% Neutrofil Segmen 39,9%, Limfosit: 46,7%, Monosit 13,0%.

VI. DAFTAR MASALAH


1. Diare sejak 2 hari, 5x per hari sebanyak gelas belimbing
2. Feses lembek, ledir darah (+)
3. Demam sejak 2 hari
4. Rewel
5. UUB cekung (-), air mata (+/+) normal
6. Turgor kembali cepat
7. Leukositosis
8. Hitung limfosit tinggi
9. Hitung monosit tinggi

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Diare Akut tanpa dehidrasi e/c bakteri
Diare Akut tanpa dehidrasi e/c virus
Diare Akut tanpa dehidrasi e/c keracunan makanan
2. Gizi baik normoweight normoheight

VIII. DIAGNOSIS KERJA


1. Diare Akut tanpa dehidrasi e/c bakteri
2. Gizi baik normoweight normoheight

IX. PENATALAKSANAAN
Terapi
1. Rawat bangsal anak
2. IVFD Ringer Lactat (100 cc/kgBB/hari=760cc/hari) 8 tpm
3. Paracetamol 3x80 mg
9

4. Zinc sirup 1x1 cth


5. L-Bio 2x1 sachet
6. Oralit (10 cc/kgBB) 76 cc tiap diare (5 cc/kgBB) 38 cc tiap muntah

Diagnostik
Feses rutin

Monitoring
KUVS per 4 jam
Balance cairan per 8 jam

Edukasi
Motivasi keluarga tentang penyakitnya
Menjaga higienitas lingkungan dan makanan
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering

X. PROGNOSIS
Ad vitam

: bonam

Ad sanam

: bonam

Ad fungsionam

: bonam

10

FOLLOW UP

A. DPH I
Senin, 8 Desember 2014
S : Demam (-), kejang (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-)
BAK (+), diare (-)
O : Keadaan Umum: Tampak sakit sedang, Compos mentis,Gizi Kesan Baik
Vital Sign

: Heart Rate

: 128x/menit

Respirasi Rate

: 48 x/menit

Suhu

: 36,3o C per aksila

Kepala

: mesocephal, UUB datar

Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata


cekung (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), RC (+/+), air
mata (+/+)

Hidung

: nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

Telinga

: normotia, sekret (-/-)

Mulut

: mukosa basah (+), sianosis (-)

Leher

: kelenjar getah bening tidak membesar

Thorax

: normochest, simetris, retraksi (-/-)

Cor

: Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung sulit dievaluasi

Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)


Pulmo

: Inspeksi

: pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

: fremitus simetris sulit dievaluasi

Perkusi

: sonor // sonor

Auskultasi : SDV (+/+), suara tambahan (-/-)


Abdomen

: Inspeksi

: dinding perut // dinding dada

Auskultasi : peristaltik (+) normal


11

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak


teraba, turgor kembali cepat

Ekstremitas

Akral dingin

Oedem

Capillary refill time < 2


Arteri Dorsalis Pedis teraba kuat

A:
1. Diare akut tanpa dehidrasi e/c bakteri
2. Gizi baik normoweight normoheight

P : Terapi
1.

IVFD Ringer Lactat (100 cc/kgBB/hari=760cc/hari) 8 tpm

2.

Paracetamol 3x80 mg (bila perlu)

3.

Zinc sirup 1x1 cth

4.

L-Bio 2x1 sachet

5.

Cotrimoxazol 2x cth

6.

Oralit (10 cc/kgBB) 76 cc tiap diare (5 cc/kgBB) 38 cc tiap muntah

12

B. DPH II
Selasa, 9 Desember 2014
S : Demam (-), kejang (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-)
BAK (+), diare (-)
O : Keadaan Umum: Tampak sakit sedang, Compos mentis,Gizi Kesan Baik
Vital Sign

: Heart Rate

: 108x/menit

Respirasi Rate

: 28 x/menit

Suhu

: 35,7o C per aksila

Kepala

: mesocephal, UUB datar

Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata


cekung (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), RC (+/+), air
mata (+/+)

Hidung

: nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

Telinga

: normotia, sekret (-/-)

Mulut

: mukosa basah (+), sianosis (-)

Leher

: kelenjar getah bening tidak membesar

Thorax

: normochest, simetris, retraksi (-/-)

Cor

: Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi

: batas jantung sulit dievaluasi

Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)


Pulmo

: Inspeksi

: pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi

: fremitus taktil sulit dievaluasi

Perkusi

: sonor // sonor

Auskultasi : SDV (+/+), suara tambahan (-/-)


Abdomen

: Inspeksi

: dinding perut // dinding dada

Auskultasi : peristaltik (+) normal


Perkusi

: timpani
13

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak


teraba, turgor kembali cepat

Ekstremitas

Akral dingin

Oedem

Capillary refill time < 2


Arteri Dorsalis Pedis teraba kuat

A:
1. Diare akut tanpa dehidrasi e/c bakteri
2. Gizi baik normoweight normoheight

P : Terapi
1. Infus RL 8 tpm aff
2. Paracetamol 3x80 mg (bila perlu)
3. Zinc sirup 1x1 cth
4. L-Bio 2x1 sachet
5. Cotrimoxazol 2x cth
6. Oralit (10 cc/kgBB) 76 cc tiap diare (5 cc/kgBB) 38 cc tiap muntah

Plan : BLPL

14

BAB II
ANALISIS KASUS

Pada kasus ini diagnosis diare akut tanpa dehidrasi e/c bakteri dengan
febris 2 hari ditegakkan berdasarkan :
A. Anamnesis didapatkan :
1. Penderita mengalami demam mendadak dan hilang timbul 2 hari sebelum
masuk rumah sakit
2. Diare 5x sehari dengan konsistensi lembek, warna merah coklat sampai
kuning kehijauan. Didapatkan lendir darah pada feses.
3. Tidak tampak kehausan, produksi air mata dan urin normal.
4. Riwayat penyakit dan lingkungan diare (-).
B. Pemeriksaan Fisik didapatkan :
1. Kesadaran: compos mentis, gizi kesan baik
2. Tanda vital penderita didapatkan nadi 120 kali permenit, pengisian cukup,
kuat; frekuensi pernafasan 30 kali permenit; suhu tubuh pada saat itu
adalah 36,0C.
3. UUB cekung (-), mata cowong (-/-), air mata (+/+), mukosa mulut basah,
turgor kulit kembali cepat, CRT < 2 detik, arteri dorsalis pedis teraba kuat.
C. Pemeriksaan Penunjang didapatkan :
1. Leukositosis dengan Antal Leukosit 19230/uL yang menunjukkan adanya
infeksi.
2. Limfosit dan Monosit yang tinggi dari hasil pemeriksaan hitung jenis sel
yang mendukung infeksi karena bakteri.

Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang lewat


tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektolit dan
glukosa, pada kasus diare dehidrasi ringan sedang diberikan cairan oralit 75
cc/kgBB dalam 3 jam pertama

(570 cc). Pada kasus diare tanpa dehidrasi


15

pemberian infus dilakukan secara maintenance dengan DNS dimana berat badan
1-10 kg kebutuhan harian cairan rumatan 100 ml/kgBB/hari, sehingga pada pasien
ini kebutuhan cairan rumatan per hari 760 ml diberikan infus RL 8 tetes per menit
makro.
Pada hari perawatan selanjutnya tetap diusahakan diberikan oralit sesuai
umur setiap kali buang air besar atau muntah dimana untuk anak 1 5 tahun
sebanyak 10cc/kgBB setiap habis buang air besar dan 5cc/kgBB setiap habis
muntah.
Pemberian antibiotik sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang . Bila
ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai dengan hasil
pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol, amoksisilin dan
atau sesuai hasil uji sensitivitas.
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering. Syarat makanan lunak yang diberikan adalah: bahan yang digunakan tidak
banyak mengandung serat, mudah dicerna, tidak menimbulkan gas dalam saluran
pencernaan, tidak boleh diberikan gorengan yang keras, bumbu yang merangsang,
dan diberikan dalam porsi kecil, buah-buahan diberikan terutama pisang.
Kebutuhan kalori perhari pada usia 1 3 tahun adalah 760 kkal.

16

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan
berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi
atau anak yang sebelumnya sehat. Ada juga yang memberi batasan diare akut
pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu (IDAI, 2010).
B. EPIDEMIOLOGI
Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia.
Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia dimana 1-5
% akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang
tidak segera ditolong, 50-60% diantaranya dapat meninggal dunia.
Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain :

Faktor lingkungan

Gizi

Kependudukan

Pendidikan

Keadaan sosial ekonomi

Perilaku masyarakat

Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan


perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu,
maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan.
Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun
anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah
17

pengetahuan

ibu

tentang

masalah

kesehatan.

Faktor

kependudukan

menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang
padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan
masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum
menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak.
Faktor-faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing
keluarga (Irwanto, dkk, 2002).
C. ETIOLOGI
Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu
sapi, laktose defisiensi primer dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh
virus adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk,
Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.
Bakter-bakteri

yang

dapat

menyebabkan

diare

adalah

Shigella,

Salmonella,, E. coli enteroinvansif, E. coli enterotoksigenik, Plesiomonas


shigelloides, Vibrio cholerae, Vibrio Parahemolyticus, Campylobacter jejuni.
Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Giardia lamblia,
Entamoeba histolytica, Isospora belli, Balantidium coli, Cryptosporodium,
Capillaria

philipinensis,

Fasiolopsis

buski,

Sarcocystis

suihominis,

Strongyloides strecoralis, dan Trichuris trichiura (Irwanto, dkk, 2002).


D. PATOGENESIS
Virus

Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili
usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili.
Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan
penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum
matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili
dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama
18

laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel


vilinya menjadi matang.
Bakteri

Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus


pertama-tama harus menempel mukosa untuk menghindarkan diri dari
penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut
getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan
usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V.
Cholera. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan
dengan perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas
penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan.

Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae


dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi
sel epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan
mungkin meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan
sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti
dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.

Invasi mukosa. Shigella, C. Jejuni, E. coli enteroinvasif dan Salmonella


dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel
mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi
mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial
yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau
terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini
menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan
elektrolit dari mukosa.

19

Parasit

Penempelan mukosa. G. Lamblia dan Cryptosporodium menempel pada


epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan
menyebabkan diare.

Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi


epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan
ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.

Obat-obatan

Beberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab


diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga
organisme yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri
akan berkembang bebas. Di samping itu sifat farmakokinetika dari
antibiotika itu sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh
ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam
empedu yang merubah flora tinja secara intesif walaupun diberikan secara
parental. Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya
tetrasiklin, kanamisin, polmiksin, dan neomisin (Irwanto, dkk, 2002).

E. PATOFISIOLOGI
Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.
Diare sekretorik
Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus
halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi
chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah
sekresi cairan yang menyebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh
sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi

20

perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin
bakteri seperti toksin E.coli dan Shigella.
Diare osmotik
Diare osmotik disebut juga dengan diare akibat gangguan absorbsi.
Penurunan fungsi absorbs secara umum dapat terjadi oleh berbagai sebab
seperti mengkonsumsi magnesium hidroksida, defisiensi sukrase-isomaltase,
defisiensi laktase dan adanya bahan yang tidak dapat diserap. Adanya bahan
yang tidak diserap, dimana bahan intraluminal pada usus halus bagian
proksimal tersebut bersifat hipertonis menyebabkan keadaan hiperosmolaritas.
Akibat perbedaan tekanan osmotik antara lumen usus dan darah maka pada
segmen usus jejunum yang bersifat permeabel, air akan mengalir kea rah
lumen jejunum, sehingga air akan banyak terkumpul dalam lumen usus
(Ditjen PPM & PLP, 1999).
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan elektrolit,
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), hipoglikemia,
hipotermi, gangguan gizi, gangguan sirkulasi dan terkadang juga dapat
menyebabkan timbulnya kejang (Aswitha, dkk, 2000).

F. MANIFESTASI KLINIS
Awalnya anak menjadi rewel, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat
terjadi sebelum dan atau sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan
elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar
cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut
kering (Aswitha, dkk, 2000).
Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu
sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam
21

menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang


berbeda-beda :

Diare cair akut (berlangsung kurang dari 14 hari) yang berlangsung


beberapa jam sampai dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu
diwaspadai bahaya terjadinya dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan
berat badan apabila intake makanan kurang.

Diare akut dengan pendarahan (disentri), dimana pada diare ini bahaya
utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.

Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana


bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat
serta dehidrasi.

Diare dengan malnutisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan


bahaya utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal
jantung, dan defisiensi mineral dan vitamin (WHO, 2004).

G. PENCEGAHAN
Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain
sebagai berikut :
-

Meningkatkan sarana air besih dan sanitasi umum

Promosi pendidikan rentang kebersihan

Pemberian ASI eksklusif

Meningkatkan keterampilan mengasuh anak

Imunisasi pada anak

Menggunakan jamban

Menjaga kebersihan makanan dan minuman

Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan

Mencuci peralatan makan (WHO, 2004).

22

H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a.

Riwayat diare sekarang :


-

Sudah berapa lama diare berlangsung

Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan


jumlah tinja

Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah


tidak)

Muntah (frekuensi dan jumlah)

Demam

Buang air kecil terakhir

Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun

Jumlah cairan yang masuk selama diare

Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat,


oralit)

Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya

Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare

Kontak dengan orang yang sakit

Penggunaan antibiotik

b. Riwayat diare sebelumnya : kapan, berapa lama


c. Riwayat penyakit penyerta saat ini
d. Riwayat imunisasi : lengkap atau tidak.
e. Riwayat makanan sebelum diare : ASI, susu formula, makan makanan
yang tidak biasa (Subagyo, 2004).

2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu,
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda
tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau
23

tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir
dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada
tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin,
perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
a. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 3% berat badan)
-

Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan

Keadaan umum baik baik dan sadar

Tanda vital dalam batas normal

Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada,
mukosa mulut dan bibir basah

Turgor abdomen baik, bising usus normal

Akral hangat

Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain


(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare yang sering).
b. Dehidarasi ringan sedang (kehilangan cairan 3-9% berat badan)
-

Apabila di dapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih


tanda tambahan

Keadaan umum gelisah dan cengeng

Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata


kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering

Turgor kurang

Akral hangat

Pasien harus rawat inap

c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 9% berat badan)


-

Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda
tambahan

Keadaan umum lemah, letargi tau koma


24

Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata


tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering

Turgor buruk

Akral dingin

Pasien harus rawat inap (IDAI, 2010).

Penilaian dehidrasi menurut MTBS


Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini :

Letargis atau tidak sadar


Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas
minum
Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat

Dehidrasi berat

Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda


berikut ini:

Gelisah, rewel
Mata cekung
Haus, minum dengan lahap
Cubitan kulit perut kembalinya
lambat

Dehidrasi ringan/sedang

Tidak cukup tanda-tanda untuk


diklasifikasikan dehidrasi berat atau

Tanpa dehidrasi

ringan/sedang

25

1. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaaan tinja
-

Makroskopis : bau, warna, lendir, darah , konsistensi

Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit

Kimia : PH, elektrolit (Na, K, HCO3)

Biakan dan uji sensitivitas

b. Pemeriksaan darah : Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit


(terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare
yang disertai kejang), kadar uerum dan kreatinin
darah.
c. Pemeriksaan urin

: urin rutin (Aswitha, dkk, 2001)

I. PENATALAKSANAAN
1. Atasi dehidrasi
Tanpa dehidrasi
Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit
diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah
dengan dosis:
-

< 1 tahun: 50-100 cc

1-5 tahun : 100-200 cc

5 tahun : semaunya.

Dehidrasi ringan sedang


Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama
dilanjutkan

pemberian

kehilangan

cairan

yang

sedang

berlangsung sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air


besar.

26

Dehidrasi berat
Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat
100 cc/kgBB. Cara pemberian :
-

< 1 tahun 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70


cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.

1 tahun : 30 cc/kgBB dalam jam pertama dilanjutkan 70


cc/kgBB dalam 2 jam berikutnya.

Minum diberikan jika pasien sudah mau minum 5 cc/kgBB


selama proses rehidrasi.
2. Pemakaian antibiotik
Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai
dengan

hasil

pemeriksaan

penunjang.

Sebagai

pilihan

adalah

kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.


3. Diet
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
4. Jangan mengunakan spasmolitika
5. Koreksi elektrolit : koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia,
hiperkalemia atau hipokalemia.
6. Vitamin A
-

6 bulan 1 tahun : 100.000 IU

- >1 tahun : 200.000 IU


7. Pendidikan orangtua : penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara
pencegahan diare (IDAI, 2004).

27

Indikasi rawat inap :

Diare akut dengan dehidrasi berat

Diare akut dehidrasi ringan sedang dengan komplikasi

Usia < 6 bulan (usia yang mempunyai resiko tinggi mengalami


dehidrasi), buang air besar cair > dari 8 kali dalam 24 jam dan muntah
> dari 4 kali sehari (Armon, 2001).

J. PEMANTAUAN
1) Terapi
Setelah pemberian cairan rehidrasi harus dinilai ulang derajat dehidrasi,
berat badan, gejala dan tanda dehidrasi. Jika masih dehidrasi maka
dilakukan rehidrasi ulang sesuai dengan derajat dehidrasinya. Jika setelah
3 hari pemberian antibiotik klinis dan laboratorium tidak ada perubahan
maka dipikirkan penggantian antibiotik sesuai hasil uji sensitivitas.
2) Tumbuh kembang
3) Timbang berat badan sebelum dan sesudah rehidrasi, 2 minggu setelah
sembuh dan seterusnya secara periodik sesuai umur. Jika anak mengalami
gizi buruk maka dikelola sesuai dengan SPM gizi buruk.

Penderita dapat dipulangkan bila penderita tidak dehidrasi, keadaaan umum


dan tanda vital baik, sudah bisa makan dan minum (IDAI, 2010)

28

DAFTAR PUSTAKA

1.

Armon, 2001. An evidence and consensus based guideline for acute


diarrhoea management.

2.

Aswitha, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran; Gastroenterologi Anak.


Media Aesculapius. Jakarta, hal : 470 471.

3.

Ditjen PPM & PLP, 1999. Buku Ajar Diare. Jakarta, hal : 8-10.

4.

IDAI, 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta, hal :
58-62.

5.

Irwanto, 2002. Ilmu Penyalit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan.


Salemba Medika. Jakarta, hal : 73 79.

6.

Subagyo, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf Medis Fungsional


Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta, hal : 58-63.

7.

WHO, 2004. Diarrhoea : Water, Sanitation and Hygiene Links to Health.

29

Anda mungkin juga menyukai