Pkmrs Amoebiasis PRINT
Pkmrs Amoebiasis PRINT
PENDAHULUAN
Amubiasis merupakan suatu infeksi Entamoeba histolytica pada manusia
dapat terjadi secara akut dan kronik . Manusia merupakan penjamu dari beberapa
spesies
amuba,
yaitu Entamoeba
histolytica,
E.
coli,
E.
ginggivalis,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Amubiasis adalah suatu keadaan terdapatnya Entamoeba histolytica dengan
atau tanpa manifestasi klinik, dan disebut sebagai penyakit bawaan makanan
(Food Borne Disease). Entamoeba histolytica juga dapat menyebabkan Disenteri
amoeba, penyebarannya kosmopolitan banyak dijumpai pada daerah tropis dan
subtropis terutama pada daerah yang sosio ekonomi lemah dan higiene sanitasinya
jelek.1,2
Klasifikasi amubiasis menurut WHO (1968) dibagi dalam asimtomatik dan
simptomatik, yang termasuk amubiasis simptomatik yaitu amubiasis intestinal
yaitu dysentri, non-dysentri colitis, amoebic appendicitas ke orang lain oleh
pengandung kista entamoeba hitolytica yang mempunyai gejala klinik
(simptomatik) maupun yang tidak (asimptomatik).1,2
Amubiasis pada manusia dapat terjadi secara akut dan kronik. Amubiasis
memiliki gejala yang samar-samar, sehingga hampir tidak diketahui. Gejalanya
bisa berupa diare yang hilang-timbul dan sembelit, banyak buang gas (flatulensi)
dan kram perut. Bisa terjadi demam ringan. Diagnosis dilakukan berdasarkan
ditemukannya amuba pada sampel tinja penderita. Amuba penyebab amubiasis
tidak selalu ditemukan pada setiap sampel tinja, karena itu biasanya diperlukan
pemeriksaan tinja sebanyak 3-6 kali. Selain pemberian antiamuba, diperlukan juga
tindakan lain yang sifatnya menguntungkan penderita seperti diet rendah residu
dan karbohidrat serta protein yang mudah dicerna, pemberian obat yang bersifat
merupakan
protozoa
usus,
sering
hidup
sebagai
D. PATOFISIOLOGI
Entamoeba histolytica memiliki siklus hidup dengan dua tahap, yaitu
tahap trofozoit dan kista. Pada tahap trofozoit, amuba tidak bisa bertahan hidup
mandiri, sedangkan pada tahap kista amuba bersifat sangat menular dan kuat,
hidup di Lingkungan yang ekstrim. Entamoeba histolytica ditularkan melalui rute
fecal-oral. Periode inkubasi terjadi mulai dari hitungan hari sampai tahun (durasi
rata-rata 2-4 minggu. 4,5
Mengandung kista yang jumlahnya besar dan penderita dalam keadaan
konvalesensi merupakan bahaya potensial yang merupakan sumber infeksi dan
harus diobati dengan sempurna karena keduanya merupakan masalah kesehatan
yang besar.1,3,4
Kista dapat hidup lama dalam air (10 14 hari). Dalam lingkungan yang
dingin dan lembab kista dapat hidup selama kurang lebih 12 hari, kista juga tahan
terhadap Khlor yang terdapat dalam air leding dan kista akan mati pada suhu 50o
C atau dalam keadaan kering. Entamoeba histolytica ini juga menyebabkan
Dysenteriae amoeba, abses hati dan Giardia lamblia yang banyak ditemukan pada
anak-anak. Infeksi juga ditularkan dalam bentuk kista, sehingga pengandung kista
adalah penting dalam penyebaran penyakit ini.1,2
Infeksi dimulai dari tertelannya kista dalam makanan dan minuman yang
terkontaminasi tinja. Kista yang tertelan mengeluarkan trofozoit dalam usus besar
dan memasuki submukosa. Bentuk kista biasanya sferis, berukuran 10-18 mm.
Kista yang matang berisi 2 inti yang akan membelah menjadi 4 inti yang kecil.
Selama proses pematangan vakuola glikogen akan dikeluarkan dan benda
kromatoid menjadi makin kabur dan akhirnya menghilang. Kista sangat tahan
terhadap bahan kimia tertentu. Kista bisa tetap hidup dan infektif dalam kondisi
lembab sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan sampai 12 hari dan
dalam air selama 30 hari.6
Bila air minum atau makanan terkontaminasi oleh kista Entamoeba histolytica,
kista akan masuk melalui saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi,
dinding kista robek dan keluar amoeba multinucleus metacystic yang langsung
7
10
gejala yang jelas yaitu sindrom disentri yang merupakan kumpulan gejala terdiri
atas diare (berak-berak encer) dengan tinja yang berlendir dan berdarah serta
tenesmus anus (nyeri pada anus waktu buang air besar). Terdapat juga rasa tidak
enak di perut dan mules. Bila tinja segar diperiksa, bentuk histolitika dapat
ditemukan dengan mudah.
b)
disease bila gejalanya berlangsung lebih dari 1 bulan atau bila terjadi gejala yang
ringan, diikuti oleh reaktivasi gejala akut secara periodik. Amubiasis kolon
menahun mempunyai gejala yang tidak begitu jelas. Biasanya terdapat gejala sus
yang ringan, antara lain rasa tidak enak di perut, diare yang diselingi dengan
obstipasi (sembelit).
2. Amubiasis Ekstra-Intestinal
Invasi amoeba selain dalam jaringan usus disebut amubiasis sekunder atau
ekstra intestinal. Terjadinya kasus trofozoit terbawa aliran darah dan limfe ke
lokasi lain dari tubuh, menyebabkan terjadinya lesi pada organ lain. Lesi sekunder
dijumpai lesi pada hati (sekitar 5% dari kasus amubiasis). Umumnya infestasi
amuba yang paling sering adalah amubiasis intraluminal asimptomatik. Perkiraan
prevalensi individu yang asimptomatik bervariasi antara 5-50% populasi.3
Amubiasis sekunder dapat terjadi penyebaran melalui beberapa cara, yaitu
melalui darah atau yang disebut hematogen, organ yang paling sering terserang
yaitu hepar yang akan menimbulkan amubiasis hepatitis dan selanjutnya absces
hepatikum dapat terjadi secara single atau multiple dan 85% pada lobus dextra..
Hal ini terjadi bila trofozoit masuk kedalam venula mesenterika dan bergerak ke
11
hati melalui sistem vena porta hepatis, kemudian masuk melalui kapiler darah
portal menuju sinusoid hati dan akhirnya membentuk absces.6 Besarnya absces
cukup bervariasi dari bentuk titik yang kemudian membesar sampai seperti buah
anggur. Ditengah absces akan terlihat adanya cairan nekrosis, ditengahnya ada sel
stroma hati dan bagian luarnya terlihat jaringan hati yang ditempeli oleh amoeba.
Bilamana absces pecah serpihan absces akan tersebar dan menginfeksi jaringan
lainnya. Selanjutnya dapat menyebar melalui otak.3,4,5
3. Carrier (Cyst Passer)
Pasien tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan
karena amoeba yang berada di dalam lumen usus besar, tidak mengadakan invasi
ke dinding usus.
F. GAMBARAN KLINIK
Gejala-gejala klinik dari amubiasis tergantung daripada lokalisasi dan
beratnya infeksi. Penyakit disentri yang ditimbulkannya hanya dijumpai pada
sebagian kecil penderita tanpa gejala dan tanpa disadari merupakan sumber
infeksi yang penting yang kita kenal sebagai "carrier", terutama didaerah dingin,
yang dapat mengeluarkan berjuta-juta kista sehari. Penderita amubiasis intestinalis
sering dijumpai tanpa gejala atau adanya perasaan tidak enak diperut yang samarsamar, dengan adanya konstipasi, lemah dan neurastenia. Infeksi menahun dengan
gejala subklinis dan terkadang dengan eksaserbasi kadang-kadang menimbulkan
terjadinya kolon yang "irritable" sakit perut berupa kolik yang tidak teratur.1,2,5
Amubiasis yang akut mempunyai masa tunas 1-14 minggu. Dengan adanya
sindrom disentri berupa diare yang berdarah dengan mukus atau lendir yang
12
disertai dengan perasaan sakit perut dan tenesmus yang juga sering disertai
dengan adanya demam. Amubiasis yang menahun dengan serangan disentri
berulang terdapat nyeri tekan setempat pada abdomen dan terkadang disertai
pembesaran hati. Penyakit menahun yang melemahkan ini mengakibatkan
menurunnya berat badan.
Amubiasis ekstra intestinalis memberikan gejala sangat tergantung kepada
lokasi absesnya. Yang paling sering dijumpai adalah amubiasis hati disebabkan
metastasis dari mukosa usus melalui aliran sistem portal. Sering dijumpai pada
orang-orang dewasa muda dan lebih sering pada pria daripada wanita dengan
gejala berupa demam berulang, kadang-kadang disertai menggigil, icterus ringan,
bagian kanan diafragma sedikit meninggi, sering ada rasa sakit sekali pada bahu
kanan dan hepatomegali. Abses ini dapat meluas ke paru-paru disertai batuk dan
nyeri tekan intercostal, pleural effusion dengan demam disertai dengan menggigil.
Pada pemeriksaan darah dijumpai lekositosis kadang-kadang amubiasis hati
sudah lama diderita tanpa tanda-tanda dan gejalanya khas yang sukar didiagnosa.
Infeksi amoeba di otak menunjukkan berbagai tanda dan gejala seperti abses atau
tumor otak. Amubiasis ekstra intestinalis ini dapat juga dijumpai di penis, vulva,
perineum, kulit setentang hati atau kulit setentang colon atau di tempat lain
dengan tanda-tanda suatu ulkus dengan pinggirnya yang tegas, sangat sakit dan
mudah berdarah.
G. DIAGNOSIS
Diagnosis pasti penderita amubiasis adalah menemukan parasit didalam
tinja atau jaringan. Diagnosis laboratorium dapat dibuat dengan pemeriksaan
13
14
gejala penyakit disentri basilaris. Pada disentri basilaris terdapat sindrom disentri
dengan diare yang lebih sering, kadang-kadang sampai lebih dari 10 kali sehari,
terdapat juga demam dan lekositosis. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan
menemukan Entamoeba histolytica bentuk histolytica dalam tinja.
Amubiasis kolon menahun biasanya terdapat gejala diare yang ringan
diselingi dengan obstipasi. Dapat juga terjadi suatu eksaserbasi akut dengan
sindrom disentri. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan
Entamoeba histolytica bentuk histolytica dalam tinja.
Bila amoeba tidak ditemukan, pemeriksaan tinja perlu diulangi 3 hari
berturut-turut. Reaksi serologi perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis.
Proktoskop dapat digunakan untuk melihat luka yang terdapat di rektum dan
untuk melihat kelainan di sigmoid digunakan sigmoidoskop.
Sedangkan pada amubiasis hati secara klinis dapat dibuat diagnosis bila
terdapat gejala berat badan menurun, badan terasa lemah, demam, tidak nafsu
makan disertai pembesaran hati yang nyeri tekan. Pada pemeriksaan radiologi
biasanya didapatkan peninggian diafragma. Pemeriksaan darah menunjukkan
adanya leukositosis. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan
Entamoeba histolytica bentuk histolytica dalam biopsi dinding abses atau dalam
aspirasi nanah abses. Bila amoeba tidak ditemukan, dilakukan pemeriksaan
serologik, antara lain tes hemaglutinasi tidak langsung atau tes imunodifusi.
H. DIAGNOSIS BANDING 1,2,5
1. Disentri basiler
2. Schistosomiasis
15
PENATALAKSANAAN
luminal
yang
dapat
membunuh
amuba,
seperti
iodoquinol,
paromomycin dan diloksanid furoat, secara primer efektif di dalam lumen usus.
16
17
menjadi 3 dosis, diberikan secara oral untuk 7 hari. Diloksanid furoat hanya
tersedia di beberapa pusat pengobatan yang besar saja. Toksisitasnya jarang
terjadi namun sebaiknya tidak digunakan untuk anak-anak dibawah usia 2 tahun.
Amubiasis invasif dari usus, hepar dan organ lainnya membutuhkan
metronidazole, sebuah obat antiamuba. Tinidazol dan ornidazol tersedia dan telah
banyak digunakan. Efek yang tidak diharapkan dari metronidazol termasuk mual,
rasa tidak nyaman pada abdomen, dan rasa logam pada lidah, gejala ini tidak
umum dan dapat hilang setelah terapi diselesaikan. Metronidazol juga termasuk
amubisid luminal namun efektivitasnya kecil untuk tujuan ini dan harus diikuti
dengan pemberikan golongan luminal. E. histolytica yang resisten metronidazol
tidak banyak dilaporkan. Namun demikian pada kasus-kasus fulminan, beberapa
ahli menyarankan untuk menambahkan dehidroemetin untuk beberapa hari
pertama, diberikan dapat secara subkutan atau intramuskular (tidak melalui
intravena) dalam dosis 1 mg/kgBB/24 jam. Pasien harus dirawat inap di rumah
sakit jika obat ini diberikan. Jika didapatkan takikardi, depresi gelombang T,
aritmia, atau berkembang menjadi proteinuria pemberian obat tersebut harus
dihentikan. Klorokuin, yang terkonsentrasi di dalam hepar, dapat sangat
bermanfaat untuk pengobatan abses hepar amubiasis. Aspirasi dari lesi yang besar
atau dari abses lobus hepar kiri dapat dilakukan jika terjadi ruptur atau pasien
hanya menunjukkan respon pengobatan yang minimal dalm 4-6 hari setelah
pemberian obat antiamuba tersebut.
Pemeriksaan tinja harus diulang setiap 2 minggu sampai hasilnya negatif setelah
selesai terapi antiamuba untuk mengkonfirmasikan kesembuhan.
18
J.
PROGNOSIS
Prognosis amubiasis usus baik bila tidak ada penyulit. Data statistik
menunjukkan bahwa kematian amubiasis usus tanpa abses hati hanya 1-2%.
Kematian ini biasanya akibat nekrosis atau perforasi usus, tindakan bedah sedini
mungkin dapat menurunkan angka kematian karena penyulit ini dari 100% sampai
28%. Abses amuba hati terjadi pada 1% kasus amubiasis usus dan case
fatality rate (CFR) nya sebesar 10-15%, bila terjadi ruptur ke dalam rongga pleura
maka angka kematian menjadi 120%. Pada kasus abses amuba hati dapat terjadi
penyulit perikarditis amuba (0,2-2,8% dengan CFR 40%). Amubiasis otak angka
kematian 96%.
K. KOMPLIKASI
Beberapa penyulit dapat terjadi pada disentri amoeba, baik berat maupun
ringan. Sering sumber penyakit di usus sudah tidak menunjukkan gejala lagi atau
hanya menunjukkan gejala ringan, sehingga yang menonjol adalah gejala
penyulitnya (komplikasi). Berdasarkan lokasinya, penyulit tersebut dapat dibagi
menjadi 2 yakni : 5
1. Komplikasi Intestinal
a. Perdarahan usus
b. Perforasi usus
c. Ameboma
d. Intususepsi
e. Penyempitan usus (Striktura)
19
20
secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin
tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Amubiasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit. Penyakit
ini tersebar hampir diseluruh dunia terutama di daerah negara tropis yang
sedang berkembang. Umumnya disebabkan karena faktor kepadatan
penduduk, higiene individu dan sanitasi lingkungan hidup serta kondisi sosial
ekonomi dan kultural yang kurang menunjang perilaku kesehatan.
B. SARAN
Kasus amubiasis masih sering di jumpai, baik di pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) maupun dalam praktek kedokteran sehari-hari, tetapi
penanganannya
kadangkala
kurang
memadai,
sehingga
akan
terjadi
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasmaliah. 2003. Epidemiologi Amoebasis dan Upaya Pencegahannya.
diakses
pada
tanggal
12/08/2014.
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm.rasmaliah.pdf
2. Gandahusada, Srisasi.. Parasitologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta: 2004.
3.
Int. J. Environ. Res. Public Health. 2010. Human Amubiasis: Breaking The
Paradigm. http://id.scribd.com/ Diakses pada tanggal 12 Agustus 2014.
23