Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISI MATERIAL

POLARIMATER
Oleh:

Nama

:ahmad zainollah

NIM

:115090300111006

Kelompok

:1A

Asisten

:yuni

LABORATURIUM FISIKA METRIAL


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Cahaya adalah energy yang berbentuk gelombang elektromagnetik yang
kasat mata dengan panjang gelombang sekitar 380-750 nm. Cahaya juga
merupakan paket partikel yang disebut dengan foton. Sinar biasa secara umum
dapat dikatakan gelombang elektromagnetik yang memiliki vector medan listrik
dan medan maghnetnya bergetar ke semua arah pada bidang tegak lurus arah
rambatannya dan disebut sinar terpolarisasi. Polarisasi optik merupakan salah satu
sifat cahaya yang bergerak secara osillasi dan menuju kea rah tertentu. Cahaya juga
dikategorikan sebagai gelombang transversal, yang berarti bahwa cahaya merambat
tegak lurus terhadap osillasinya. Cahaya dikatakan terpolarisasi apabila cahaya itu
bergerak merambat kea rah tertentu. Arah polarisasi gelombang ini dicirikan oleh
vector bidang medan maghnetnya. Interaksi cahaya yang tidak terpolarisasi dengan
suatu bahan dapat diamati menggunakan polarimeter. Hal yang bisa diamati
dengan menggunakan polarimeter ini antara lain adalah rotasi optik, konsentrasi,
dan komposisi isomer optis.
Polarimeter merupakan instrument scientific yang digunakan untuk
mengukur penyebab sudut rotasi, menggunakan cahaya polarisasi secara terus
menerus pada subtansi optik aktif. Pada polarimeter terdapat polarisator dan
analisator, dimana polarimeter adalah Polaroid yang dapat mempolarisasikan
cahaya, sedangkan analiastor adalah Polaroid yang dapat menganalisa atau
mempolarisasikan cahaya.
1.2.Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan polarimeter ini adalah menentukan sudut putar jenis
(rotasi spesifik) larutan optik aktif dengan menggunakan polarimeter.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Larutan Optik Aktif
Zat optik aktif adalah zat yang bersifat dapat memutar bidang polarisasi
cahaya. Salah satu zat optik aktif adalah larutan gula. Larutan gula dapat memutar
bidang polarisasi cahaya sehingga terjadi pergeseran sudut polarisasi. Semakin
besar konsentrasi gula dalam larutan semaikn besar sudut putar sumbu polarisasi.
(sumber: Muhammad Lailia Nurafik, Sutrisno, Yoyok Adisetio Laksono, 2012)

struktur glukosa, galaktosa, dan fruktosa. sumber (http://rumushitung.com/2013/01/15/rumus-kimia-gulalengkap/)

Figure 1 sukrosa. sumber: (http://id.wikipedia.org/wiki/Sukrosa)

Sifat sukrosa adalah:


1. Bersifat optis aktif putaran kanan.
2. Tidak dapat mereduksi larutan fehling dan tollens.
3. Dapat mengalami hidrolisis menghasilkan glukosa dan fruktosa dengan enzim
invertase.

Pada hidrolisis ini disertai inverse, yaitu perubahan arah putar bidang polarisasi
cahaya dari arah kanan ke kiri (sehingga sukrosa disebut dula invert)
4. Larut dalam air
5. Pada pemanasan yang kuat menghasilkan caramel
(sumber: panduan praktikum analisis material 2013)
2.2.Polarimeter
Polarimeter merupakan instrument scientific yang digunakan untuk
mengukur penyebab sudut rotasi, menggunakan cahaya polarisasi secara terus
menerus pada subtansi optik aktif. Pada polarimeter terdapat polarisator dan
analisator, dimana polarimeter adalah Polaroid yang dapat mempolarisasikan
cahaya, sedangkan analiastor adalah Polaroid yang dapat menganalisa atau
mempolarisasikan cahaya.

Figure 2 Polarimeter

Cahaya merupakan gelombang elektromagnit yang terdiri dari getaran


medan listrik dan getaran medan magnit yang saling tegak lurus. Bidang getar
kedua medan ini tegak lurus terhadap arah rambatnya. Sinar biasa secara umum
dapat dikatakan gelombang elektromagnit yang vektor-vektor medan listrik dan
medan magnitnya bergetar kesemua arah pada bidang tegak lurus arah rambatnya
dan disebut sinar tak terpolarisasi. Apabila sinar ini melalui suatu polarisator maka
sinar yang diteruskan mempunyai getaran listrik yang terletak pada satu bidang
saja dan dikatakan sinar terpolarisasi bidang (linear).

Bila arah transmisi polarisator sejajar dengan arah transmisi analisator,


maka sinar yang mempunyai arah getaran yang sama dengan arah polarisator

diteruskan seluruhnya. Tetapi apabila arah transmisi polarisator tegak lurus


terhadap arah analisator maka tak ada sinar yang diteruskan. Dan bila arahnya
membentuk suatu sudut maka sinar yang diteruskan hanya sebagian. Sinar
terpolarisasi linear yang melalui suatu larutan optik aktif akan mengalami
pemutaran bidang polarisasi.

Apabila bidang polarisasi tersebut terputar kearah kiri (levo) dilihat dari
pihak pengamat, peristiwa ini kita sebut polarisasi putar kiri. Demikian juga untuk
peristiwa

sebaliknya

(dextro).

(sumber:

http://browse.feedreader.com/c/Arimjie_Blog/249447079)

Fakta bahwa cahaya mengalami polarisasi menunjukkan bahwa cahaya


merupakan gelombang transversal. Cahaya dapat terpolarisasi karena peristiwa
pemantulan, peristiwa pembiasan dan pemantulan, peristiwa bias kembar, peristiwa
absorbsi selektif, dan peristiwahamburan.
Setiap zat aktif optik memiliki rotasi sendiri yang spesifik sebagaimana
yang ditetapkan oleh hukum Biots:

Dimana:

= sudut optis yang teramati dari percobaan

= panjang kolom larutan dalam (dm)

= konsentrasi larutan

= sudut putar jenis larutan optik aktif (rotasi spesifik) untuk sinar

D natrium pada temperature t


(Sumber:http://fisika.lab.gunadarma.ac.id/wp-conten/upload/2010/02/O3.POLARIMETER.pdf)

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah gula halus dan aquades. Sedangkan alat-alat
digunakan antara lain adalah timbangan digital, gelas ukur, pengaduk larutan,
tabung pengamat polarisasi, lampu D natrium 589,3 nm, dan polarimeter.
3.2. Tata Laksana Percobaan
Percobaan ini dilakukan dengan konsentrasi gula yang berbeda-beda, oleh
karena itu hal pertama yang dilakukan adalah menimbang sejumlah massa gula
yang diperlukan yakni 3 gram, 6 gram, dan 9 gram. Larutan yang sudah jadi
kemudian dimasukkan ke dalam tabung pengamat. Diusahakan agar tidak terdapat
gelembung udara dalam tabung tersebut. Tabung ini kemudian diletakkan dalam
polarimeter dan diamati pola gelap terang seperti gambar 3 (setengah gelap dan
setengah terang) dengan keadaan lampu yang menyala pada ujung polarisator.
Sudut terbentuknya pola gelap terang diamati sebanyak dua kali, jadi setelah
menemukan pola pada sudut pertama pemutaran analisator diterukan dalam arah
yang sama hingga diperoleh pola yang sama kembali. Sudut terbentuknya pola
tersebut kemudian dicatat. Hal yang sama dilakukan untuk sampel 6 gram dan 9
gram. Panjang tabung dan temperature ruang juga dicatat.

Gambar 3: Pola yang terbentuk dalam Polarimeter

3.3. Gambar Alat Polarimeter

Lubang
Pengamatan

Lampu
Pemutar
Analisator

Tempat tabung Pengamat

Tabung

BAB IV
ANALISIS HASIL PERCOBAAN
4.1.Data Hasil Percobaan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
Sudut terbentuk gelap terang

Volume
aquades

Massa gula

3 gram

50 ml

12,4

147

6 gram

50 ml

14,2

149

9 gram

50 ml

20,2

155

4.2.Pengolahan data
Sudut yang diperoleh dari hasil pengamatan dengan polarimeter merupakan
sudut putaran optis. Sudut putaran ditentukan dengan persamaan:

Yang mana:

= sudut rotasi optis yang teramati dari percobaan

= konsentrasi laruatan (massa/volume)

= panjang larutan dalam dm

= sudut putar jenis larutan optik aktif (rotasi spesifik) untuk sinar

natrium pada temperature t.

Berikut adalah table perhitungan, dimana hasil yang didapatkan telah dihitung
berdasarkan rumus diatas.

Konsentrasi
larutan c

Rotasi optis

Rotasi spesifik

60

1
12.4

2
147

0.210

2.500

120

14.2

149

0.121

1.267

180

20.2

155

0.114

0.878

Dalam percobaan polarimeter kali ini bertujuan untuk menentukan sudut


jenis (rotasi spesifik) larutan optik aktif dengan menggunakan polarimeter. Dimana
polarimeter merupakan suatu instrument yang digunakan untuk mengukur sudut
putaran yang disebabkan oleh lewatnya cahaya yang terpolarisasi pada larutan
optik aktif. Polarimeter mengukur sudut putar dengan cara melewatkan cahaya tak
terpolarisasi ke polarisator, sehingga cahaya menjadi terpolarisasi. Cahaya
kemudian dilewatkan pada sampel, yang mana sampel yang digunakan dalam
percobaan kali ini adalah gula pasir, sehingga cahaya yang dilewatkan ini akan
mengalami putaran sudut.
Arah transmisi polarisator sejajar dengan arah transmisi analisator, maka
sinar yang mempunyai arah getaran yang sama dengan arah polarisator diteruskan
seluruhnya. Tetapi apabila arah transmisi polarisator tegak lurus terhadap arah
analisator maka tidak ada sinar yang akan diteruskan. Dan bila arahnya membentuk
suatu sudut maka sinar yang diteruskan hanya sebagia. Sinar terpolarisasi linear
yang melalui suatu larutan optik aktif akan mengalami pemutaran bidang
polarisasi.

Apabila bidang polarisasi tersebut terputar kiri (levo) dilihat dari pihak
pengamat, peristiwa ini disebut polarisasi putar kiri. Demikian juga peristiwa
sebaliknya (dextro). Rotasi optis yang diamati atau diukut dari suatu larutan
bergantung pada jumlah senyawa dalam tabung sampel, panjang jalan atau larutan
yang dilalui cahaya, temperature pengukuran, dan panjang gelombang cahaya yang
digunakan.
Sudut putar jenis larutan optik aktif (rotasi spesifik) untuk sinar natrium

pada temperature t bergantung pada konsentrasi sampel yang digunakan. Dimana


dalam percobaan kali ini menggunakan sampel gula pasir, dengan perlakuan

dimana diberikan gula pasir sebanyak 3 gram, 6 gram, dan 9 gram. Semakin pekat
konsentrasi pada sampel semakin besar nilai sudut rotasi optis yang dapat diamati
menggunakan polarimeter. Hal tersebut terjadi karena perbuhan indeks bias ketika
adanya suatu perbedaan konsentrsi pada larutan sampel. Semkain besar konsentrasi
suatu sampel larutan gula, maka semakin besar indeks bias yang terjadi pada
cahaya yang dilewatkan atau yang dipolarisasikan.
Polarimeter

merupakan

suatu

instrument

yang

digunakan

untuk

menentukan putaran zat. Hal ini juga digunakan untuk mengukur rotasi,
konsentrasi dan skala tertentu zat optik aktif sesuai standart internasional.
Polarimeter sangat ideal untuk farmasi, makanan dan minuman, gula,kosmetik,
kilang minya, industry kimia serta studi penelitian ilmiah. Berikut contoh aplikasi
polarimeter diberbagai bidang:
A. Dalam dunia farmasi digunakan untuk mengukur kemurnian produk

Asam Amino
Antibiotic
Dekstrosa
Steroid
Gula amino
Kokain
Dierutik
Obat penenang

B.

Anal gesik
Vitamin

Flavor, fragrance and essential oil industry, dimana memanfaatkan polarimeter untuk
pemeriksaan bahan baku, antara lain:

C.

Camphors
Gums
Orange oil
Asam sitrun (citric acid)
Minyak lavender
Spearmint oil
Glyceric acid
Lemon oil

Food industry, dimana memastikan kualitas produk dengan mengukur konsentrasi dan
kemurnian senyawa berikut dalam makanan berbasis gula, sereal dan sirup:

Karbohidrat
Laktosa
Raffinose
Berbagai amylum
Fruktosa
Levulosa
Monosakarida alami
Glukosa
Maltosa
Xylosa

D. Chemical industry, dimana menganilisa rotasi optik sebagai cara untuk mengidentifaksi dan
karakteristik pada:

Biopolymer
Natural polymer
Synthetic polymer

BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Dari percobaan tersebut, dimana polarimeter dapat menentukan sudut putar
jenis (rotasi spesifik) larutan optik aktif. Dimana ketika cahaya yang merupakan
gelombang elektromagnetik yang terdiri dari getaran elektrik dan getaran
maghnetik yang saling tegak lurus. Sehingga yang bisa teramati dengan
menggunakan polarimeter adalah rotasi optik, konsentrasi dan komposisi isomer
optis. Konsentrasi larutan optik aktif menentukan besarnya nilai dari rotasi optis,
dimana semakin besar nilai konsentrasi pada larutan maka semakin besar juga nilai
rotasi optis yang diberikan oleh larutan.
5.2.Saran
Sebeleum melakukan percobaan seharusnya praktikan diharapkan membaca
modul terlebih dahulu. Sehingga ketika percobaan yang dilakukan agar tidak
bingung. Ketika melakukan pengamatan polarimeter, sebaiknya berkonsentrasi
pada titik, simana didalam polarimeter tersebut terdapat skala, sehingga ketika
pengamatan benar-benar terlihat skala yang ditunjukkan polarimeter.

Daftrar Pustaka
Masruroh, Puji, Nike. 2013. Panduan Praktikum Analisis Material. Malang.
Laboraturiam Material jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya
Muhammad Lailia Nurafik, Sutrisno, Yoyok Adisetio Laksono, 2012. Pengaruh Kadar
Gula Dalam Darah Manusia Terhadap Sudut Putar Sumbu Polarisasi
Menggunakan Alat Polarmeter Non- Invasive. Malang. Jurusan Fisika
Universitas Negeri Malang
http://browse.feedreader.com/c/Arimjie_Blog/249447079
http://fisika.lab.gunadarma.ac.id/wp-conten/upload/2010/02/O3.-POLARIMETER.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Sukrosa
(http://rumushitung.com/2013/01/15/rumus-kimia-gula-lengkap/

Anda mungkin juga menyukai