Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN PLS

PROSES PENGEMBANGAN (DEVELOPING)

Disusun Oleh :

ABD ROHIM NOER

13010034042

FITRI YULIANI

13010034043

SUPRAYOGI ANHAR

13010034047

Kelompok 8

PENDIDIKAN NON FORMAL 2013 B


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Tahun Pelajaran 2014/2015

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah tentang proses
pengembangan.
Meskipun selama penyusunan makalah ini banyak menghadapi kesulitan, namun
berkat usaha yang keras serta dorongan semua pihak, penulis berhasil menyelesaikan
makalah ini. makalah ini berisi pemaparan proses pengembangan.
Akhir kata, penulis mengharap agar makalah ini bermanfaat bagi pembaca,
khususnya untuk masyarakat dan mahasiswa. Kepada pembaca, kritik dan saran yang
bersifat membangun guna penyempurnaan makalah ini, sangat penulis harapkan. Dan
semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu manajemen PLS
dan bagi para pembaca dan penulis. Amin.

Surabaya, November2014

Penyusun

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Arti Dan Kegunaan Pengembangan ........................................................................... 2
2.2 Pendekatan Pengembangan ...................................................................................... 3
2.3 Strategi-Strategi Dalam Pengembangan Suatu Program ........................................... 4

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 17
3.2. Saran ......................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan adalah fungsi keenam dalam manajemen pendidikan nonformal.
Pengembangan dilakukan setelah suatu program pendidikan dilaksanakan dan dievaluasi.
Dengan perkataan lain, pengembangan akan muncul setelah rangkaian kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan, pembinaan, dan penilaian suatu program
pendidikan nonformal.
Pengembangan dapat dikatakan pula sebagai kegiatan awal pengelolaan lanjutan
suatu program. Pengelolaan lanjutan ini akan dimulai dari perencanaan dan dilanjutkan
dengan pengorganisasian, penggerakkan dan seterusnya. Kegiatan awal pengelolaan
program akan terjadi setelah terdapat keputusan yang didasarkan atas hasil penilaian
program. Penilai program, sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya, adalah
kegiatan yang sistematik untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan
menyajikan data/informasi sebagai bahan dalam pengambilan keputusan tentang suatu
program. Keputusan yang diambil mungkin berupa penghentian program, perbaikan
program, penentuan pengaruh program, kelanjutan program, perluasan program dan atau
pengembangan program.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa arti dan kegunaan pengembangan?
2. Bagaimana pendekatan pengembangan?
3. Apa startegi pengembangan dalam suatu program?

1.3 Tujuan Makalah


1. Mengetahui arti dan kegunaan pengembangan
2. Mengetahui pendekatan pengembangan yang digunakan
3. Mengetahui strategi-strategi dalam pengembangan suatu program

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arti dan Kegunaan Pengembangan


Pengembangan diambil dari istilah bahasa Inggris yaitu Development. Menurut
Morris, dalam The American Herritage Dictionary of the English Language,
dikemukakan

bahwa

Development

is

the

act

of

developing

(perbuatan

mengembangkan). Developing itu sendiri diberi arti To expand or realize the


potentialities of; bring gradually to a fuller, greater, or better state ... To progress
from earlier to later or from simpler to more complex stages of evolution (Morris,
1976:360-361). Artinya, pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan
potensi-potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang
lebih lengkap, lebih besar, atau lebih baik, memajukan sesuatu dari yang lebih awal
kepada yang lebih akhir atau dari yang sederhana kepada tahapan perubahan yang lebih
kompleks. Berdasarkan pengertian tersebut maka, pengembangan dalam manajemen
pendidikan nonformal, dapat diartikan sebagai upaya memajukan program pendidikan ini
ke tingkat program yang lebih sempurna, lebih luas, dan lebih kompleks.
Kegunaan fungsi pengembangan, sesuai dengan pegertian di atas, adalah untuk
meningkatkan dan memperluas program pendidikan. Kegunaan Pertama, yaitu
meningkatkan, menekankan segi kualitatif. Peningkatan diarahkan ugram pentuk
menyempurnakan program pendidikan yang telah atau seang dilaksanakan menjadi
program baru yang lebih baik. dengan peningkatan ini program baru disusun sesuai
pengalaman penyelenggaraan program yang telah dilaksanakan, kebutuhan peserta didik
dan masyarakat serta lembaga, dan sesuai pula dengan perkembangan dan perubahan
lingkungan. Hal yang ditinggalkan, di satu pihak, adalah pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen pendidikan nonformal yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan,
pembinaan, penilaian, dan pengembangan itu sendiri. Di pihak lain, yang ditingkatkan
adalah komponen, proses, dan atau tujuan program pendidikan nonformal.
Kegunaan Kedua, dari fungsi pengembangan adalah untuk memperluas program
pendidikan. Perluasan ini menitikberatkan pada segi kuantitatif. Hal yang diperluas
adalah jangkauan program baik jangkauan wilayah maupun jangkauan sasaran peserta
didik) program yang bersangkutan. Perluasan jangkuan wilayah, misalnya suatu program
pendidikan kewiraswastaan di wilayah A yang di pandang berhasil, berdasarkan hasil
2

penilaian program, kemudian diperluas penyelenggaraannya ke wilayah B dan C yang


memiliki kondisi yang bersamaan atau hampir sama dengan wilayah A.
Adapun perluasan jangkauan sasaran dapat dimisalkan suatu program pendidikan
keterampilan yang pada awalnya diperuntukkan khusus bagi peserta didik tamatan
sekolah dasar kemudian diberikan kepada para calon peerta didik yang putus sekolah
lanjutan pertama dan peserta lainnya yang berminat. Dengan demikian kegunaan kedua
dari fungsi pengembangan ialah untuk memperluas wilayah garapan program dari satu
daerah ke daerah lain dan untuk memperluas kesempatan belajar kepada calon peserta
didik lainnya.

2.2 Pendekatan Pengembangan


Pendekatan yang dipandang strategis untuk mengembangkan program pendidikan
nonformal adalah pendekatan partisipatif. Pendekatan ini menekankan bahwa dalam
upaya mengembangkan program dilakukan oleh pimpinan program/ pengelola program
dengan mengikutsertakan semua pihak yang terlibat dalam program dan atau pihak-pihak
yang terkait dengan program.
Partisipasi merupakan proses yang dengan proses tersebut suatu kelompok atau
lebih, yang terlibat dalam penyelenggaraan program, berinisiatif untuk melaksanakan
kegiatan pengembangan program. Kegiatan pengembangan dilakukan karena adanya
rangsangan dari pihak pengambil keputusan (dari pimpinan tingkat lebih atas) atau
karena kehendak kelompok yang bersangkutan didasarkan atas tuntutan kebutuhan baru
dan atau perubahan lingkungan. Dalam proses ini, setiap pihak yang terlibat dalam
program secara terkoordinasi, melakukan kegiatan bersama secara efisien dan efektif
dalam mengembangkan program yang telah atau sedang dilaksanakan.
Pendekatan pastisipatif dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pada pendekatan langsung, pengelola program mengikutsertakan semua orang
yang terlibat dalam penyelenggaran program pendidikan nonformal. Orang-orang yang
berpartispasi antara lain adalah staf, rekan sejawat, pendidik, peserta didik, dan pemuka
masyarakat.
Pendekatan langsung dilakukan dalam kelompok kecil yang bertatap muka.
Pendekatan ini akan efektif apabila dalam kelompok terjadi hubungan yang akrab
diantara para partisipan, tersedianya informasi lengkap sebagai hasil penilaian program,
dan adanya keinginan serta kepentingan yang sama di antara para partisipan. Selain itu
3

mereka merasakan manfaat dari program yang telah dilaksanakan dan memandang
penting upaya untuk meningkatkan atau melanjutkan program tersebut.
Pendekatan pasrtisipatif secara tidak langsung biasanya dilakukan dalam kelompok
besar. Pendekatan ini pun dapat dilaksanakan dalam kegiatan yang tersebar pada wilayah
yang luas, sehingga setiap orang yang terlibat tidak memungkinkan dapat bertatap muka
antara satu dengan lainnya. Apabila kelompok itu besar atau kegiatannya tersebar, maka
keikutsertaan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan tentang pengembangan
program sering dilakukan dengan mengikutsertakan wakil-wakil pihak yang terlibat
dalam penyelenggaraan program. Misalnya, pihak staf atau peserta didik yang dilibatkan
ialah orang-orang yang dipandang mampu oleh pimpinan atau yang dipilih oleh
kelompoknya untuk mewakili mereka dalam membuat keputusan tentang pengembangan
program. Keikutsertaan mereka yang tersebar di tempat yang berjauhan dapat pula
dilakukan melalui media tertulis atau lisan seperti angket, korespondensi, dan telepon.
Salah satu teknik untuk mengikutsertakan partisipan yang tersebar di tempat yang
jauh ialah teknik Delphi. Teknik ini mencakup informasi (misalnya konsep keputusan,
rencana pengembangan dan komponen-komponen proses tujuan program) yang
dikirimkan secara tertulis oleh pemimipin atau pengelola program kepada para pasrtispan
yang terdiri atas para pakar. Setelah para partisipan mempelajari informasi itu, mereka
mengajukan pendapat saran, dan kritik secara tertulis untuk menyempurnakan informasi
tersebut. Mereka mengirimkan kembali hasil pembahasan itu kepada pimpinan atau
pengelola program. Apabila bahan tertulis sebagai umpan balik dari partisipan, telah
dipandang memadai maka pihak pimpinan atau pengelola memperbaiki konsep
keputusan, rencana pengembangan, atau program setelah mempelajari sebaik-baiknya
semua buah pikiran yang disampaikan oleh partisipan. Tahap selanjutnya adalah
pengiriman kembali dan atau untuk memperoleh persetujuan mereka. Masukan akhir dari
partisipan digunakan untuk menyempurnakan informasi dan untuk mengambil keputusan
tentang informasi tersebut.

2.3 Strategi Pengembangan


Dalam meningkatkan relevansi pendidikan nonformal dengan pembangunan dan
kemungkinan-kemungkinan perkembangan yang akan terjadi di masa depan,
pengembangan program pendidikan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan fungsifungsi manajemen startegis (strategic management). Penggunaan manajemen strategi
4

mengandung

implikasi

bahwa

perencanaan,

pengorganisasian,

penggerakkan,

pembinaan, penilaian, dan pengembangan dilakukan secara strategis.


Perenacanaan strategis mencakup langkah-langkah kajian lingkungan, penilaian
informasi, peramalan, penentuan tujuan, pelaksanaan, dan pemantauan. Langkah-langkah
tersebut diuraikan di bawah ini:
1. Kajian Lingkungan (Environmental Scanning)
Kajian lingkungan sangat penting dilakukan dalam pengembangan program
pendidikan nonformal. Hasil analisis program dan lembaga penyelenggara pendidikan
nonformal menjelaskan bahwa berbagai isu yang timbul di lingkungan luar lembaga
penyelenggara pendidikan nonformal sering memberikan pengaruh besar terhadap
masa depan lembaga dibandingkan dengan pengaruh isu-isu yang muncul dalam
lembaga itu sendiri. Oleh karena itu tujuan lembaga pendidikan nonformal harus
mencakup perkembangan yang terjadi di luar lingkungan lembaga. Berbagai isu
dalam lingkungan luar lembaga yang perlu diperhatikan bagi pengembangan program
pendidikan nonformal antara lain adalah perkembangan pembangunan, politik
pembangunan, pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk, peningkatkan jumlah
angkatan kerja, variasi lapangan kerja, peningkatan jumlah wanita yang bekerja,
banyaknya anak putus sekolah dan putus jenjang pendidikan nonformal,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan perubahan nilai-nilai sosial
budaya. Perkembangan yang terjadi di masyarakat, sebagaimana dikemukakan
sebelumnya, akan mempengaruhi pemilihan metode dan teknik untuk mempelajari
lingkungan, seperti untuk mengkaji perkembangan tekonolgi, ekonomi, proses
pengambilan keputusan dan peraturan yang ada.
Kajian terhadap lingkungan luar lembaga dapat dilakukan dengan berbagai cara
di antaranya adalah studi dengan pendekatan monodisiplin atau interdisiplin melalui
studi perorangan ataupun studi kelompok (terdiri atas 4-5 orang anggota). Studi
interdisiplin perlu lebih diutamakan karena melalui studi ini akan mudah mengetahui
pengaruh silang (cross cutting impact) ditinjau dari berbagai disiplin. Misalnya,
pengaruh penggunaan komputer di rumah tangga terhadap aspek sosial (peningkatan
kegiatan belajar) dilihat dari segi psikologi, sosiologi, ekonomi, dan komunikasi.
Pertukaran informasi hasil studi akan memudahkan rintisan kerja sama antar
lemabaga.

Proses studi terhadap lingkungan luar melibatkan berbagai staf lembaga.


Langkah-langkah yang ditempuh dalam proses ini adalah:
a. Meneliti sumber-sumber informasi
b. Memilih sumber informasi yang akan dipelajari
c. Menidentifikasi kriteria yang digunakan dalam mempelajari informasi
d. Melakukan kajian menyeluruh (scanning)
e. Fesi Menentukan perlakuan khusus untuk mengevaluasi informasi yang telah
dikumpulkan
Langkah-lagkah tersebut diatas dapat digunakan dalam kegiatan kajian pasif,
aktif, dan terarah. Kegiatan pasif dapat dilakukan oleh setiap orang secara
berkelanjutan sesuai dengan minat, tujuan, atau profesi orang tersebut. Studi ini
merupakan kegiatan alamiah yang dilakukan orang-orang dalam merespon informasi
yang dianggap penting. Sifat kegiatan pasif adalah samar-samar umum, dan sering
berubah. Secara tradisional kegiatan pasif merupakan sumber informasi utama tentang
perkembangan lingkungan di luar lembaga yang brekaitan dengan kepentingan para
pengambil

keputusan

dalam

lembaga

tersebut.

Sebagai

contoh,

kegiatan

pengembangan karir, warga negara yang baik, tanggung jawab profesional, dan isuisu yang berkembang akan menjadi masukan yang berguna bagi para pimpinan suatu
lembaga dalam proses pengambilan keputusan.
Kegiatan aktif dilakukan untuk mempelajari sumber informasi khusus yang telah
dipilih guna mengetahui atau memperkaya informasi yang telah ada, berdasarkan
keinginan pengambil keputusan. Ciri-ciri kegiatan aktif adalah informasinya lengkap,
perhatian khusus terhadap suatu informasi, dan terarah. Keterarahan dalam
pengumpulan informasi ditujukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
a. Apakah informasi yang dipelajari atau dihimpun benar-benar relevan dengan
kebutuhan/keperluan lembaga saat ini atau dengan kegiatan yang telah
direncanakan?
b. Apakah hubungan antara kemungkinan dan pengaruh informasi cukup
meyakinkan bagi pengumpul informasi?
Misalnya, upaya penataan kembali kota-kota besar yang tidak diimbangi dengan
pengaturan migarsi penduduk, khususnya peraturan penanggulangan urbaanisasi,
mungkin akan mempengaruhi penyelenggaraan sistem pendidikan nonformal di kota6

kota pada masa yang datang. Untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan itu


diperlukan

kajian

khusus

mengenai

informasi

kependudukan,

sehingga

perkembanngan penduduk dijadikan dasar perencanaan.


Kegiatan aktif melibatkan upaya memilih sumber-sumber informasi secara
berkelanjutan, dilengkapi dengan bahan-bahan yang diperoleh dari sumber yang telah
dimiliki. Sebagai misal, suatu isu yang diperoleh dari sumber informasi secara kontinu
kajian tentang latar belakang, konteks, atau sejarah yang dapat mendukung kejelasan
isu tersebut. Sedangkan studi pasif biasanya memanfaatkan semua sumber informasi
secara berkala dan berkelanjutan. Sumber-sumber tersebut meliputi percakapan dalam
keluarga, siaran televisi dan radioa, interenet, konferensi, rapat, memo, catatan, dan
berbagai informasi tentang masa depan. Studi pasif jarang menggunakan sumbersumber tetap seperti perpustakaan melainkan mencakup sumber apa saja yang
ditemui.
Studi terarah adalah studi aktif terhadap suatu sumber yang dipilih untuk
mengetahui isu tertentu secara mendalam. Studi ini biasanya berlanjut sampai isu itu
ditemukan, dengan mengabaikan unsur perbedaan waktu pada sumber informasinya.
Sebagai misal, apabila seorang anggota tim studi menetapkan bahwa suatu analisis
yang baik tentang isu tersebut terdapat dalam jurnal tertentu yang terbit beberapa
tahun yang lalu, maka ia dapat menelusuri daftar isi setiap terbitan jurnal untuk
menemukan artikel yang memuat analisis tersebut. Apabila lokasi artikel itu sudah
ditemukan, ia dapat saja menugaskan orang lain yang dianggap mampu untuk
mempelajari analisis itu.
Lembaga penyelenggaran pendidikan nonformal dapat menggunakan ketiga
macam studi lingkungan, yaitu studi aktif, studi pasif, dan studi terarah. Hasil studi ini
dapat berupa kumpulan guntingan (clipping), fotocopy, dan sajian informasi lainnya,
yang akan disampaikan kepada tim studi untuk dievaluasi.

2. Penilaian Berbagai Isu


Dalam kajian lingkungan, dapat diidentifikasi isu-isu ang dipandang penting oleh
lembaga penyelenggara pendidikan nonformal. Jumlah isu hendaknya dibatasi
sehingga lembaga dapat mengakomodasikannya secara efektif. Evaluasi terhadap
berbagai isu bertujuan untuk mengetahui perbedaan setiap isu, menentukan
keterkaitan antara isu yang satu dengan isu yang lainnya, dan atau untuk menentukan
7

tingkatan isu tersebut. Isu-isu penting harus dijadikan fokus kegiatan monitoring dan
analisis secara berkelanjutan dan digunakan untuk meramalkan kemungkinankemungkinan yang dapat terjadi di masa depan. Seringkali evaluasi tentang pengaruh
suatu isu terhadap peristiwa di masa depan dilakukan berdasarkan pendapat,
keyakinan dugaan dan keputusan (judgement).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik. Teknik-teknik
evaluasi yang akan dibicarakan berikut ini dapat pula digunakan dalam langkah
peramalan. Beberapa teknik yang sering digunakan dalam mengevaluasi isu akan
dikemukakan di bawah ini :
a. Bagan Pengaruh Kemungkinan (Probability Impact Charts)
Teknik evaluasi ini digunakan dalam kajian lingkungan untuk menilai
berbagai isu, peristiwa, dan kecenderungan yang diarahkan untuk menjawab
tiga pertanyaan. Ketiga pertanyaan itu adalah (1) Isu-isu dan peristiwaperistiwa apakah yang mungkin terjadi pada kurun waktu tertentu, misalnya 25
tahun yang akan datang? (2) Apabila isu dan peristiwa itu terjadi, bagaimana
pengaruhnya terhadap lembaga pendidikan nonformal pada kurun waktu
tersebut di masa akan datang?, dan (3) Kemampuan apa yang dimiliki lembaga
untuk mengantisipasi, merespon dan mengendalikan isu, peristiwa, dan
kecenderungan tersebut?

Informasi

yang dihimpun untuk

menjawab

pertanyaan (1) dan (2) sering disajikan dalam bentuk yang menggambarkan
sebaran pengaruh dari kemungkinan-kemungkinan isu dan peristiwa.
Cara yang banyak dikenal untuk menginterpretasi data yang muncul
dalam bagan pengaruh kemungkinan adalah dengan menghitung bobot yang
menjelaskan pentingnya faktor positif dan faktor negatif, sehingga dapat
diketahui kemungkinan rata-rata dan terkadang (positif dan negatifnya) dari
setiap peristiwa. Peristiwa isu, kemudian diberi urutan tingkatan (ranking)
sesuai dengan bobot/tingkat kepentingannya. Jadi, peristiwa yang diberi urutan
nomor satu adalah peristiwa yang mengandung kemungkinan dan pengaruh
yang paling tinggi, sedangkan peristiwa-peristiwa lainnya disusun berdasarkan
tingkat kepentingan yang lebih rendah.
Penyusunan urutan tingkatan isu, berdasarkan bobot kepentingannya,
menunjukkan perkiraan bahwa pernyataan yang diidentifikasi dalam studi
lingkungan dianggap sebagai isu yang aktual, mendesak, dan menantang.
8

Apabila semua pernyataan yang diidentifikasi dalam studi lingkungan benarbenar baru muncul dan mengejutkan, seperti tidak diketahui sebelumnya oleh
masyarakat atau lembaga penyelenggara sehingga isu akan tetap ada bahkan
dapat membahayakan, maka proses perencanaan strategis akan berjalan lancar
dan terfokus pada peristiwa yang paling mungkin terjadi dan dapat
menimbulkan pengaruh paling besar.

b. Jaringan Pengaruh
Teknik evaluasi lainnya yang sederhana adalah jaringan pengaruh.
Teknik ini diangkat dari konsep batang hubungan dalam bentuk penyajian
grafik tentang analisis isu secara garis besar dan lengkap. Jaringan pegaruh
diperoleh melalui sadap pendapat mengenai pengaruh-pengaruh yang potensial
dari berbagai peristiwa penting yang mungkin terjadi di masa depan. Jaringan
ini disusun dengan cara mengidentifikasi pengaruh yang mungkin timbul
akibat suatu peristiwa. Peristiwa tersebut antara lain globalisasi pendidikan,
kekurangan tenaga profesional, penghapusan dana belajar untuk berbagai
kelompok belajar, dan perkembangan industri peristiwa. Apabila isu telah
dipilih, dipertajam dan dirumuskan dalam pernyataan yang singkat dan jelas
maka kelompok dapat memulai penyusunan jaringan pengaruh. Prosedur
penyusunan jaringan dapat dilakukan dengan mudah yaitu dengan menerima
pendapat peserta tentang pengaruh positif dan negatif dari suatu peristiwa.
Salah satu contoh penggunaan jaringan pengaruh ini adalah pengurangan
tenaga pendidik profesional dalam program pendidikan dan latihan tenaga
kerja. Konsekuensi yang segera muncul dari peristiwa tersebut adalah (1)
Pengurangan

biaya

personil,

(2)

Penggantian

tenaga

pelatih,

dan

(3)Peningkatan kemampuan pelatih. Setiap konsekuensi akan menjadi pusat


jarinngan pengaruh sehingga upaya mengidentifikasi pengaruh selanjutnya
dapat terus dilakukan. Misalnya, peningkatan kemampuan pelatih menjadi
penyebab bagi peningkatan pengalaman belajar, kepuasan peserta didik
terhadap latihan yang mereka ikuti, dan penyelenggaraan berbagai penelitian.
Pengurangan biaya personil menyebabkan persatuan pelatih yang makin kuat,
peningkatan dana untuk biaya bukanpersonil, dan penurunan biaya rata-rata
setiap peserta didik. Penggantian tenaga pelatih akan berakibat terhadap
9

pengurangan angka rata-rata gaji pelatih, peningkatan kualitas kemampuan


pelatih, dan pengurangan angka rata-rata usia pelatih. Dengan demikian, setiap
pengaruh yang muncul akan menjadi titik pusat (faktor penyebab) bagi
pengaruh selanjtnya, dan setersunya.

3. Peramalan (Forcasting)
Kajian lingkungan cenderung untuk mengidentifikasi isu-isu yang makin banyak
tanpa memperhitungkan kemampuan lembaga untuk mempelajarinya secara lebih
mendalam dan tanpa memperhatikan keterbatasan waktu, uang, dan tenaga. Untuk
mengatsai hal itu teknik-teknik evaluasi yang telah dibicarakan sebelumnya dapat
membantu untuk memilih isu-isu yang dapat ditangani segera oleh lembaga. Berbagai
isu yang telah dipilih oleh lembaga merupakan subjek untuk peramalan, analisis, dan
evaluasi kebijakan lembaga secara lebih rinci. Beberapa teknik peramalan akan
diuraikan di bawah ini :
a. Peramalan Implisit (Implicit Forcasting)
Seseorang dapat mengkaji berbagai isu dengan cara meamati sebagian
besar objek kegiatan yang berkaitan dengan masa depan. Masa depan sistem
pemerintahan, pendidikan, transportasi, keuangan, pemeliharaan kesehatan,
energi, dan bagian dari sistem seperti pembangunan desa, keluarga berencana,
dan pendidikan nonformal merupakan objek-objek kegiatan yang dapat
dipelajari dengan mengamati informasi dalam sistem masing-masing.
Proses untuk memahami masa depan dengan menarik alur dari data
historis atau data yang ada sekarang sering disebut peramalan implisit.
Peramalan ini akan bemanfaat dan perlu dilakukan apabila pimpinan lembaga
berupaya untuk memperoleh gambaran umum tentang isu dan peristiwa yang
mungkin terjadi di masa depan. Sebaliknya, penggunaan peramalan implisit
tidak akan memadai apabila pengelola lembaga akan mengambil keputusan
pada saat sekarang tentang isu yanng dianggap paling penting seperti arah
perkembangan karir, profesi, lembaga, dan program. Apabila hal ini terjadi,
maka berupaya peramalan membutuhkan teknik yang lebih sistematis,
menyeleruh, dan cocok untuk menggambarkan dinamika isu dan peristiwa
yang mungkin terjadi di masa depan, dan pilihan kebijakn yang mungkin
diambil oleh lembaga.
10

b. Peramalan Jenius (Genius Forcasting)


Peramalan jenius adalah teknik yang dianggap mantap dan efektif.
Teknik ini digunakan oleh orang yang cerdas, imajinatif, dan terbiasa
mengkaji informasi dalam berbagai bidang. Kelemahan peramalan jeniu
antara lian adalah ramalannya tidak hanya tergantung pada tingkatan
kejeniusan

sang

peramal

melainkan

sangat

tergantung

pula

pada

keberuntungan ramalan (benar benar terjadi) dan pada persepsi orang lain
terhadap hasil ramalannya. Kelebihan peramalan ini adalah kemampuannya
untuk: (1) Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi di masa
depan tanpa mengaitkan denga peristiwa yang mendahuluinya, (2)
Merumuskan kebijakan-kebijakan sekarang yang mungkin tidak berlaku di
masa depan, (3) Mengetahui jalinan berbagai kecenderungan dan peristiwa di
masa depan dengan cara yang lebih bermakna dari pada cara atau model yang
ada

sekarang,

(4)

Menggambarkan

signifikansi

jalinan

berbagai

kecenderungan dan peristiwa yang akan datang, (5) Mengidentifikasi


kesempatan-kesempatan bertindak, dan (6) Menjelaskan berbagai asumsi dan
alasan.

c. Estimasi Kecenderungan Matematis


Sebagian

besar

peramal

dan

praktisi

penelitian

masa

depan

mempergunakan teknik estimasi kecenderungan matematis sederhana,


landasan teori yang cocok dan objektif, serta keterampilan kalkulasi yang
cepat. Teknik yang paling sering digunakan adalah analisis regresi. Salah satu
tujuan teknik ini adalah untuk mengestimasi nilai suatu kecenderungan yang
diprediksi (sebagai variabel yang dipengaruhi, variabel terikat, atau dependent
variable) dari kecenderungan lain yang diobservasi (variabel yang
mempengaruhi atau treartment). Model regresi hirarkis kadang-kadang
berfungsi sebagai model penyebab apabila hubungan statistik yang diamati
berada antara variabel yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi,
dan apabila hubungan tersebut dapat menjelaskan adanya hubungan sebab
akibat antara variabel yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi.
Dalam kasus sederhana atau kompleks, rarkemalan tentang variabel yang
11

mempengaruhi memberi kemungkinan untuk melakukan ramalan tentang


variabel yang dipengaruhi apabila kedua variabel itu berkaitan secara statistik.
Tujuan model regresi penyebab senantiasa untuk menjelaskan adanya
berbagai kecenderungan yang kompleks dan dinamis. Sebagai contoh, pola
perkembangan calon peserta didik program pendidikan nonformal adalah
sebagai akibat dari berbagai kecenderungan perkembangan demografik, biaya
program yang disediakan pemerintah, tuntutan globalisasi, dsb.
Pada umumnya, estimasi kecenderungan dalam penelitian masa depan
sering menggunakan faktor waktu. Teknik-teknik peramalan rangkaian waktu
yang biasa digunakan saat ini adalah teknik penghalusan, penyusunan
kembali, dan regresi rata-rata kemajuan. Teknik penghalusan digunakan untuk
mengurangi pengambilan secara acak dari rangkaian data yang menunjukkan
pola, tetapi teknik ini tidak dimaksudkan untuk mengidentifikasi komponenkomponen khusus dari pola tersebut. Teknik penyusunan kembali dapat
digunakan untuk mengidentifikasi komponen-komponen suatu pola seperti
kecenderungan, daur, dan tahapan waktu untuk diprediksi secara terpisah.
Gabungan dari pola prediksi tersebut menjadi ramalan akhir tentang
rangkaian waktu. Sebagaimana halnya dengan teknik penghalusan, teknik
penyusunan kembali tidak didukung sepenuhnya oleh dasar-dasar teoritis.
Kedua teknik tersebut terakhir sering digunakan pada masa sekarang
dilakukan dalam waktu singkat.

d. Teknik Delphi
Adanya keterbatasan dalam peramalan yanng dilakukan secara
individual (baik peramalan implisit maupun jenius) dan peramalan dengan
menggunakan proyeksi matematis, telah menyebabkan berkembangnya
penggunaan teknik peramalan sistimatis yang dilakukan secara kelompok.
Tujuannya ialah untuk mempersiapkan ramalan dan asesmen yang diperlukan
untuk kepentingan perencanaan strategis.
Teknik Delphi memiliki empat ciri, yaitu:
- Tidak ada partisipan yanng diberi tahu tentang siapa dan di mana
partisipan lainnya berada sehingga jawaban yang diperoleh melalui
kuesioner atau wawancara sangat bersifat individual.
12

Tidak ada satu pun pendapat, ramalan, atau masukan penting lainnya
yang diketahui orang lain baik oleh yang mengajukan pertanyaan
maupun partisipan lainnya.

Hasil pengumpulan ramalan putaran pertama harus segera diolah,


dibandingkan dan diringkas kemudian dikirimkan lagi kepada
seluruh partisipan.

Proses penarikan keputusan dan estimasi (dari respon kelompok,


penyebar lagi, dan jawaban estimasi kembali) dilakukan secara
berkelanjutan sehingga salah satu hal berikut dapat terpenuhi yaitu
konsensus dalam kelompok cukup berdekatan dengan kepentingan
praktis, atau alasan-alasan konsensus tersebut tidak tercapai tapi
terdokumentasikan.

Untuk melakukan peramalan dengan baik maka teknik Delphi, menurut


Morrison dan Renfro (1984), dapat dilaksanakan dengan memperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut;
a.

Memahami penggunaan teknik Delphi, minimal untuk melakukan dua


putaran pertanyaan

b.

Menentukan semua hasil yang ingin dicapai, tingkat upaya, batas-batas


tanggung jawab , dan jadwal kegiatan

c.

Menentukan penggunaan hasil apabila hasil itu tercapai sebagaimana


diinginkan

d.

Membuat rancangan studi yang hanya membuat pertanyaan-pertanyaan


yang bersifat keputusan, terdiri atas kalimat-kalimat yang mencakup
semua topik dari berbagai kepentingan dan dirumuskan sekhusus
mungkin

e.

Menghimpun respon secara cermat, konsisten, dan tepat waktunya

f.

Menganalisis data secara cermat, konsisten, dan tepat waktunya

g.

Menyajikan hasil akhir secara cermat

Sebagai kesimpulan, teknik Delphi dianggap sebagai teknik yang lebih


baik untuk menghimpun pandangan, pengalaman, imajinasi, operasi dan
keputusan dari responden yang memiliki latar belakang kepakaran dalam

13

berbagai hal yang strategiss dan mempunyai kepedulian terhadap hal-hal


yang strategis.

4. Perumusan Dan Penentuan Tujuan


Tujuan yang dimaksud dalam perencanaan strategis adalah suatu kecenderungan
yang menggambarkan aktivitas lembaga untuk mewujudkan masa depan yang
diinginkan oleh lembaga. Kegunaan tujuan lembaga adalah untuk:
a.

Memberi jaminan bahwa tujuan-tujuan telah ditetapkan itu sesuai dengan misi
dan visi lembaga dan didukung oleh lembaga

b.

Menjadi dasar motivasi dalam penggunaan sumber-sumber baik yang telah


tersedia dalam lembaga maupun yang akan disediakan oleh lenbaga

c.

Menyusun standar dan aturan untuk pengalokasian sumber-sumber yang dimiliki


oleh lembaga itu

d.

Mengembangkan iklim kegiatan dalam lembaga, seperti saran tentang suatu


kegiatan operasional lembaga yang didasarkan atas prinsip-prinsip ekonomi

e.

Menjadi acuan utama bagi kegiatan mereka yang terlibat dalam lembaga

f.

Membantu dalam upaya menerjemahkan tujuan ke dalam bentuk-bentuk dan


rincian kegiatan sesuai dengan tugas-tugasberbagai unsur dalam lembaga

g.

Menyusun kriteria keberhasilan untuk mengontrol penggunaan biaya, waktu, dan


parameter kegiatan lembaga

Dalam penyusunan tujuan-tujuan tersebut di atas perlu diperhatikan beberapa hal


berikut:
-

Pertama, karena tujuan itu berkenaan dengan masa depan yang tidak dapat
diobservasi pada saat ini, maka penyusunan tujuan itu termasuk ke dalam
aktivitas pemikiraan dan penetapan keputusan subjektif. Tujuan lembaga pada
taraf awal, setidak-tidaknya merupakan kehendak pimpinan lembaga tersebut
baik perorangan maupun kolektif, tentang bagaimana lembaga itu seharusnya
apabila setiap orang-orang bekerja secara cermat dalam mewujudkan misi
lembaga pada kurun waktu tertentu di masa mendatang.

Kedua, langkah-langkah penentuan tujuan lembaga adalah:


1. Menghimpun informasi tentang kondisi lingkungan luar dan lingkungan dalam
lembaga
14

2. Menetapkan berbagai pernyataan tentang tujuan sementara sebagai bahan yang


akan teliti lebih lanjut
3. Mementukan tujuan lembaga dilakukan dengan menggunakan teknik
pengambilan keputusan secara partisipatif, misalnya melalui teknik Delphi,
dan diskusi kelompok terfokus

5. Implementasi (Pelaksanaan)
Peramalan dan penentuan tujuan menurut Morison (1984) pada dasarnya adalah
untuk menentukan dua alternatif masa depan yaitu masa depan yang diharapkan dan
masa depan yang diinginkan. Masa depan yang diharapkan merupakan asumsi
seseorang yang menyatakan bahwa sesuatu akan berlangsung sebagaimana adanya di
masa depan. Terhadap masa depan ini, para pengambil keputusan dalam lembaga
tidak memerlukan informasi baru untuk mereka gunakan dalam mengubahnya.
Sedangkan masa depan yang diinginkan adalah asumsi-asumsi tentang kegiatan dan
upaya yang dipandang baik pada masa depan. Asumsi-asumsi ini ditetapkan oleh para
pengambil keputusan dalam lembaga. Dalam membawa atau mengubah masa depan
yang diharapkan kepada masa depan yang diinginkan, manajemen harus memberi
peluang terhadap proses perencanaan strategis yaitu dalam menetapkan kebijakan
program, dan rencana yang relevan dengan perubahan yang diinginkan itu.
Apabila peramalan dan penentuan tujuan telah dilakukan secara tepat dan
profesional, maka sebagian besar informasi yang diperlukan untuk mewujudkan
tahapan implementasi ini dianggap telah teridentifikasi. Ramalan yang lengkap akan
mencakup struktur, ruang lingkup, dan konteks pelaksanaan sedemikian rupa
sehingga memungkinkan para pelaksana dapat menggunakan ramalan lengkap sebagai
respon terhadap kebijakan dan program yang diimplementasikan oleh lembaga.

6. Monitoring (Pemantaun)
Monitoring merupakan bagian integral dalam proses studi lingkungan daripada
proses perencanaan strategik. Walaupun fungsi khusus monitoring berbeda dalam
kedua proses tersebut, tujuannya adalah sama yaitu untuk memperbaharui langkahlangkah dalam lingkaran proses tersebut.
Dalam tahap pertama kegiatan monitoring, informasi historis disusun untuk
keperluan analisis. Peranan monitoring akan tergantung pada hasil identifikasi
15

mengenai objek studi yang dipilih. Objek studi itu disusun berdasarkan isu-isuyang
diidentifikasi dari studi lingkungan dan telah diterapkan tingkatannya pada saat
mengevaluasi informasi. Monitorng menjadi awal kegiatan perencanaan startegis,
artinya bahwa indikator-indikator yang menggambarkan isu-isu yang diutamakan
dipilih dan disiapkan untuk dianalisis selama kegiatan peramalan untuk masukan bagi
perencanaan strategis.
Pada peranan yang kedua, monitoring dimulai setelah para pengambil keputusan
menetapkan tujuan dan laternatif strategi guna mencapai tujuan, serta setelah mereka
mengimplementasikan program-program tertentu sebagai penjabaran kebijakan dan
strategi ke arah pencapaian tujuan. Dalam kegiatan ini, data baru dari objek yang
dipelajari ditambahkan untuk keperluan analisis sehingga para pengelola dapat
menetukan apakah lembaga mulai melaju ke masa depan yang diinginkan atau hanya
melaju kearah masa depan yang diharapkan. Sebagai misal, apabila strategi yang
dibahas selama implementasi program mengatasi peningkatan jumlah peerta didik
dalam kelompok belajar usaha, maka langkah kedua dalam monitoring mencakup
pengumpulan data tentang para pendaftar, kemdian membandingkan data pendaftaran
periode yang lalu dean data ndaftaran baru yang sedang atau selesai dilakukan.
Melalui monitoring dapat diketahui pengaruh dari program, kebijkan program dan
strategi yang diperkirakan. Dengan demikian, langkah monitoring dalam perencanaan
strategis tidak hanya mencakup pemantauan berbagai variabel yang secara tradisional
berkaitan dengan kepentingan para pembuat rencana jangka panjang (seperti laju
perkembangan jumlah pendaftar), tetapi termasuk juga pemantauan berbagai isu yang
diidentifikasi melalui kajian lingkungan.
Fungsi pengembangan merupakan akhir fungsi manajemen program pendidikan
nonformal dan menjadi langkah awal fungsi perencanaan program selanjutnya.
Selanjutnya fungsi pengembangan menggunakan tahapan perencanaan startegis yaitu
kajian informasi, penilaian informasi, peramalan, perumusan tujuan, pelaksanaan, dan
pemantauan.

16

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensi-potensi,
membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap,
lebih besar, atau lebih baik, memajukan sesuatu dari yang lebih awal kepada yang
lebih akhir atau dari yang sederhana kepada tahapan perubahan yang lebih kompleks.
Fungsi pengembangan merupakan akhir fungsi manajemen program pendidikan
nonformal dan menjadi langkah awal fungsi perencanaan program selanjutnya.
Selanjutnya fungsi pengembangan menggunakan tahapan perencanaan startegis yaitu
kajian informasi, penilaian informasi, peramalan, perumusan tujuan, pelaksanaan, dan
pemantauan.

3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan yaitu proses pengembangan ini dapat
dilaksanakan secara maksimal dan sebaik mungkin, sehingga dapat mengembangkan
lembaga tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Sudjana.2004.Manajemen

Program

Pendidikan

Untuk

Pendidikan

Pengembangan Sumber Daya Manusia.Bandung:Falah Production.

17

Nonformal

dan

Anda mungkin juga menyukai