Lapsus Struma Fix
Lapsus Struma Fix
PENDAHULUAN
Modal terapi yang kita punyai pada dasarnya adalah 1) dengan obat-obatan
(medikamentosa); 2) Dengan operasi; 3) Dengan radioterapi. Dalam menentukan
modal terapi mana yang akan dipilih sangat perlu mengetahui diagnosis dari
penyakitnya secara klinis dan histopatologis, sebab tidak semua struma harus
dioperasi.
Pemeriksaan fisik penderita harus dilakukan dengan teliti dan seksama,
lebih-lebih pada saat dokter pertama kali memeriksa penderita tersebut, oleh
karena sampai saat ini belum ada hal yang bisa menggantikan gambaran yang
sedetail anamnesa dan gejala klinis.
Perlu diketahui juga tentang indikasi serta kontraindikasi operasi pada
penderita dengan struma, macam operasi, komplikasi yang mungkin bisa terjadi
baik dari penyakitnya maupun dari tindakan pengobatannnya serta pencegahan
serta penangannannya apabila terjadi. Persiapan serta perawatan pasca operasi
serta follow-up penderita juga perlu dapat perhatian dan yang tidak kalah
pentingnya adalah usaha pencegahan sehingga tidak kambuh lagi.
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama
Umur
Alamat
Pekerjaan
Suku
Bangsa
Tanggal ke Poli
No. RM
: Ny. SK
: 29 tahun
: Sukodadi, Lamongan
: Swasta
: Jawa
: Indonesia
: 19 September 2014
: 90.93.79
2.2 Anamnesis
2.2.1 Keluhan Utama
Ada benjolan dileher
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh ada benjolan dileher sejak 8 bulan yang lalu, terus pasien
kontrol ke poli tht RSML dan diberikan multivitamin saja serta disarankan
untuk periksa dipoli bedah RSML, lalu pasien mengatakan benjolan tidak
bertambah besar, nyeri (-), jantung berdebar (-), keringat berlebih (-), berat
badan seperti ini saja tidak naik atau turun, nafsu makan seperti biasanya 3x
sehari, sesak (-), gampang lelah (+) jika sepulang kerja dari pasar, tangan
bergetar sendiri tiba-tiba (-), lalu pasien juga belum pernah minum obat
hanya dari poli tht saja yakni multivitamin dan siklus menstruasinya normal
28 hari dengan lam menstruasi 6-7 hari. Bab dan bak dalam batas normal
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengeluh tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya, Alergi (-), HT
(-), DM (-)
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami sakit seperti ini.
2.2.5 Riwayat Sosial dan Ekonomi
Pasien sehari-hari berjualan sayuran dipasar sukodadi
Status Generalis
Kepala-leher
Kepala : normochepali, tanda radang pada kulit kepala (-)
Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), pupil isokor
3 mm, refleks pupil (+)
Mulut : bibir sianosis Leher : massa (+) di tengah dan ikut bergerak saat menelan, tidak terdapat
pembesaran KGB
Thorak
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Gallop (-)}
Abdomen:
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Extremitas
Masa (+) di midline ikut bergerak saat menelan, ukuran 3 cm, lunak, batas
tegas, mobilitas terbatas, nyeri (-), pembesaran KGB (-)
2.4 Assessement
Suspek struma uninodusa non toxica
2.5 Planning Diagnosis
FNAB, T3, T4, TSH, DL, Foto cervical AP/L, foto thorax PA
2.6.Planning Terapi
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Anatomi kelenjar tiroid
Tiroid (Thyreos bahasa Greek, artinya perisai) pada masa bayi beratnya
sekitar 1,5 gram, dan saat dewasa beratnya 15-20 gram terdiri dari 2 lobus laterali,
ukuran panjang 4cm lebar 2cm, menempel pada sisi lateral kartilago tiroid dengan
batas atas ismus sedikit dibawah kartilago krikoid dan bawahnya sampai ring
trakea ke-4
Kelenjar tiroid dibungkus kapsul jaringan fibrois tipis, pada posisi
posterior melekat erat pada trakea dan laring (ligamen suspensorium dari berry)
sehingga akan ikut bergerak sewaktu menelan, kapsul ini juga penetrasi kedalam
kelenjar sehingga terbentuk septa membentuk pseudolobulus yang berisi beberapa
folikel.
Pada sebelah anterior kelenjar tiroid menempel otot pretrakealis
(m.sternotiroid dan m.sternohioid) kanan dan kiri yang bertemu pada midline, otot
otot ini diinervasi oleh cabang akhir nervus kranialis hipoglossus desendens dan
yang kaudal oleh ansa hipoglosi. Pada sebelah yang lebih supervisial dan sedikit
lateral ditutupi oleh fasia kolli profunda dan superfissial yang membungkus
m.sternokleidomastoideus dan vena jugularis eksterna. Sisi lateral berbatasan
dengan arteri karotis komunis, v. jugularis interna, trunkus simpatikus, dan arteri
tiroidea inferior posterior dari sisi medialnya terdapat kelenjar paratiroid,
n.rekuren laringeus dan esophagus. Esofagus terletak dibelakang trakea dan laring
sebelah n, rekuren laringeus pada sulkus trakeo esofagikus.
Aliran darah dalam kel;enjar tiroid berkisar 4-6 ml/menit, kira-kira 50x
lebih banyak disbanding aliran darah tubuh lainnya.
Arteri dan vena adalah sebagai berikut :
a.
Arteri tiroidea superior cabang dari a, karotis eksterna dan memberi darah
sebesar 15-20%. Sebelum mencapai kelenjar tiroid, arteri ini bercabang dua
menjadi ramus anterior dan ramus posterior, yang akan beranastomose dengan
cabang a. tiroidea inferior.
b.
Arteri tiroidea inferior lanjutan dari trunkus tiroservikalis yang berasal dari
a. subklavia, dan memberikan darah paling banyak yaitu 76-78%. Tepat pada
kutub kaudal kelenjar tiroid, arteri akan bercabang dua yaitu ramus anterior
dan ramus posterior yang beranastomose dengan cabang a. tiroidea superior.
c.
Arteri tiroidea ima, arteri ini berjalan kearah ismus kelenjar tiroid,
merupakan percabangan dari askus aorta atau arteri brakiosefalika dan
memberi darah 1-2%. Arteri ini tidak selalu ada, kalau ada kadang cukup besar
sehingga bisa membahayakan pada waktu trakeostomi.
d.
Vena, drainase vena dari kelenjar tiroid berawal dari pleksus venosus yang
kemudian bergabung menjadi tiga percabangan yaitu : v. tiroidea superior
yang menuju ke vena jugularis interna atau vena fasialis vena tiroidea media
ke vena jugularis interna; vena tiroidea inferior menuju ke vena
brakiosefalika.
Pembuluh limfe, tiroid mempunyai jaringan saluran getah bening yang
menuju kekelenjar getah bening di daerah laring diatas ismus (Delphian Node),
kelenjar gatah bening para trakeal dekat n. rekuren, kelenjar getah bening bagian
depan trakea, dan dari kelenjar kelenjar tersebut bergabung alirannya diteruskan
ke kelenjar getah bening rantai jugular.
Inervasi, kelenjar tiroid mendapat inervasi saraf simpatik yang berasal dari
ganlion servikalis yang berjalan bersama dengan arteri, saraf ini berperan dalam
mengatur aliran darah sesuai kebutuhan produksi hormon.
Nervus laringeus, dibelakang tiroid menyusuri sulkus trakeo-esofagikus
sepanjang jugular chain, terdiri dari cabang eksterna laringeus superior yang
menginervasi m. rikotiroid, yang akan menegangkan korda vokalis dengan
mendorong bagian depan kartilago tiroid, cabang interna laringeus superior yang
masuk dan menginervasi mukosa laring, rekuren laringeus inferior yang
perjalanannya disebelah kanan dan kiri berbeda. Nervus rekuren laringeus inferior
yang kanan langsung menyilang dari lateral kemedial, sedangkan yang kiri masih
turun dulu sampai arkus aorta baru kemudian kembali kekranial melalui sulkus
trakeo-esofageal.
sebetulnya ada beda gradient 20:1 atau lebih, bahkan pada penderita Graves
disease gradient ini bisa sampai mencapai 500:1.
Pembentukan hormone tiroksin ini melalui beberapa langkah antara lain
adalah :
1. Trapping, mengambil yodium kedalam kelenjar tiroid.
2. Oksidasi, yodium menjadi yodida
3. Pengikat yodium, oleh asam amino precursor menjadi 3-monoiodotirisine
(MIT) dan 3-5 diiodotirosine (DIT) dan
4. Coupling, penggabungan kedua bentuk ioditirosine yang masih inaktif,
menjadi bentuk aktif iodotironin, yaitu triiodotiroin (T 3 ), dan tiroksine (T 4 )
5. Penimbunan, pembentukan kolloid
6. Deyodinasi
lebih dari satu baik terletak pada hanya satu sisi lobus saja maupun
pada kedua lobus maka disebut multinodusa.
Dari aspek fungsi kelenjar tiroid, yang tugasnya memproduksi hormon
tiroksin maka bisa kita bagi :
1. Struma toksika (Terdapat tanda-tanda hipertiroidi akibat produksi
hormone tiroksin berlebihan).
Gejala hipertiroidi :
a.
stimulating
factor,
zat
tersebut
mengakibatkan
Eksoptalmus
sedang
penumpukan
lemak
retrobulber
kongestif
intraorbital.
Pembuluh
darah
10
b. Non toxic
11
2. Keradangan/inflamasi
Tiroiditis akut
3. Neoplasma
Jinak (adenoma)
Ganas (adenocarcinoma)
Struma Endemik
Pembesaran kelenjar tiroid sangat bervariasi dari tidak terlihat
sampai besar sekali dan mengadakan penekanan pada trakea, membuat
dilatasi sistem vena serta pembentukan vena kolateral. Pada struma
diffusa akibat gondok endemik, PEREZ membagi klasifikasinya
sebagai berikut :
Derajat 0 : Tidak teraba pada pemeriksaan
Derajat I : Teraba pada
pemeriksaan,
terlihat
hanya
kalau
kepala ditengadakan
Derajat II : mudah terlihat pada posisi kepala normal
Derajat III : terlihat pada jarak agak jauh
Pada keadaan tertentu derajat 0 dibagi menjadi :
Derajat 0a : Tidak terlihat, atau teraba tidak terlalu besar dari ukuran
normal.
Derajat 0b : Jelas teraba lebih besar dari normal, tetapi tidak
terlihat bila kepala ditengadakan.
Tiroiditis Akut :
Sering disebut juga sebagai akut difus tiroiditis; akut non supuratif
tiroditis atau pseudotuberkular tiroditis. Gejala yang karakteristik
adalah panas dalam, kelemahan yang ekstrem (malaise), nyeri pada
tiroid yang membesar. Struma yang terjadi biasanya tidak simetris,
membesarnya kadang sampai 2-3 kali ukuran normal. Kadang juga
12
13
14
hashimotos
disease
dimulai
dengan
diagnosa
15
Hashimotos
disease,
biasanya
16
dan 80% terjadi pada umur antara 20 60 tahun. Terdapat dua bentuk
adenoma kelenjar thyroid yaitu suatu follicular dan papillary adenoma.
17
maka
disebut
sebagai
angio-invasi
adenoma
atau
18
Undifferentiated
: Medullary Carcinoma
Anaplastic Carcinoma
kesekitarnya
19
a. Adenokarsinoma papiler
Adenokarsinoma papiler adalah jenis keganasan tiroid
berdiferensiasi baik yang paling sering ditemukan (50-60%).
Sebagian besar disertai pembesaran kelenjar getah bening
regional di leher. Karsinoma ini merupakan karsinoma tiroid
yang bersifat kronik, tumbuh lambat, dan mempunyai
prognosis paling baik di antara jenis karsinoma tiroid lainnya.
Walaupun telah ada metastasis limfogen di leher, dengan
pengobatan yang baik, dapat dicapai ketahanan hidup
sampai 20 tahun atau lebih. Karena tumbuh lambat dan
penyebarannya di luar tiroid juga lambat, evaluasi untuk
menilai keberhasilan berbagai cara teknik pembedahan atau
penanganan lain sukar ditentukan. Faktor yang memengaruhi
prognosis baik ialah usia di bawah 40 tahun, wanita, dan
jenis histologik papiler. Penyebaran limfogen tidak terlalu memengaruhi prognosis. Faktor prognosis kurang baik adalah
usia di atas 45 tahun serta tumor tingkat T3 dan T4. Tumor
ini jarang bermetastasis secara hematogen, tetapi pada 10%
kasus terdapat metastasis jauh. Diagnosis. Pada anamnesis
ditemukan keluhan tentang benjolan pada leher bagian
depan. Benjolan tersebut
mungkin
ditemukan
secara
20
21
dengan
sel
kelenjar
normal.
Nodul
hangat
suatu
keganasan
dan
minimal
harus
dilakukan
22
humerus,
yang
merupakan
metastasis
jauh
dari
untuk
adenokarsinoma
folikuler
adalah
23
dengan
suntikan
pentagastrin
atau
kalsium.
24
mendukung terjadinya
struma
akibat
25
lain
sukap
lamban/apatis,wajah
sembab,konstipasi,kulit
26
sedikit
fleksi
sehingga
m.sternokleidomastoideus
27
2. Retrosternal goiter
3. Struma multinodusa yang diderita bertahun-tahun
4. Riedel struma (Riedel tiroiditis)
Pada
pemerikasaan
fisik
bila
dijumpai
nodul
maka
harus
dari
satu
didiskripsikan :
1. Lokasi ; lobus kanan,lobus kiri, ismus
2. Ukuran;dalam sentimeter,diameter panjang
3. Jumlah
nodul;satu(uninodusa)
atau
lebih
(multinodusa)
4. Konsistensinya; kistik, lunak, kenyal, keras
5. Nyeri; ada nyeri atau tidak ada saat dilakukan palpasi
6. Mobilitas;
ada/tidak
ada
perlekatan
terhadap
trakea,m.sternokleidomastoideus
7. pembersihan kelenjar getah bening disekitar tiroid : ada atau
tidak
Meskipun keganasan dapat saja terjadi pada nodul yang
multiple(5%), namunpada umumnya keganasan biasanya pada nodul
yang soliter (15%-20%).
Retrostenal golter, terjadi pada penderita dengan leher pendek,
pada keadaan normal tidak tampak struma, kalau batuk akan terlihat
ada masa tumor yang meloncat, disebut plunging goiter. Retrosternal
goiter akan lebih jelas bila dikonfirmasi dengan foto thoraks lateral,
sering menimbulkan obstruksi pada thoracic outlet sehingga kalau ada
penderita mengangkat kedua lengannya tinggi disamping kepala, tidak
lama kemudian akan tampak kongesti pada muka dan syanosis
(Pamberton sign).
c. Pemeriksaan Penunjang
Penyakit tiroid merupakan penyakit endokrin yang sering
dijumpai. Pada penyakit ini dapat disertai pembesaran tiroid dengan
fungsi normal (eutiroid), berkurang (hipotiroid) atau meningkat
(hipertiroid). Bila disertai dengan fungsi berkurang atau meningkat
biasanya gambaran klinisnya jelas, sehingga diagnosis agak mudah
28
untuk
menunjang
diagnosis
klinis
ataupun
untuk
hypertyroidi
yang
kemudian
dikonfirmasi
dengan
(ELISA)
dalam
serum
atau
plasma
darah.
29
dalam batas
ikatan protein dalam hormon tiroid. Kadar TT3 normal pada orang
dewasa antara 1,0-2,6 nmol/L (0,65-1,7 mg/ml) ; pada neonatus
0,8-7,2 nmol/L ; bayi 1,6-3,8 nmol/L ; anak-anak 1,5-3,7 nmol/L.
Penetapan kadar TT3 lebih berguna pada keadaan hipertiroidi
30
tiroid
31
meningkat menunjukan
FT3 tidak
diperlukan lagi.
kadar
TSH
terutama
untuk
diagnosis
hipotiroidi primer dimana basal TSH meningkat 6mU/L, kadangkadang meningkat sampai 3 kali normal. Pada hipotiroidi, supensi
TSH oleh hormon tiroid berkurang sehingga kadar TSH dalam
darah meningkat, maka penetapan kadar TSH penting pada
hipotiroidi primer. Pada hipotiroidi, basal TSH yang terukur
32
trirglobulin
dan
antibody
mikrosomal
biasanya
Antibodi tiroglobulin
Atibodi mikrosomal
33
1. Fiksasi komplemen
2. Tes immunofluresen
3. Tes TRC
4. Competitive binding radioassy dari kriss
Yang paling sensitive adalah dengan cara dari kriss.Adanya
antibody mikrosomal menunjukan penyakit tiroid autoimmune.
Juga antibody ini dapat ditemukan pada kanker tiroid. Pada
penderita hipotiroid dengan pengobatan tiroksin, bila ditemukan
antibody tiroid memberikan petunjuk kegagalan fungsi tiroid.
Antibodi CA2
Pemeriksaan dengan cara immunofloresens. Kira-kira
pemyakit
graves
ditemukan
antibody
yang
hormon,
antibody
ini
disebut
thyroid
growth
34
klinispun sudah bisa kita duga, foto rontgen leher posisi laternal
diperlukan untuk evaluasi kondisi jalan nafas sehubungan dengan
intubasi pembiusnya, bahkan tidak jarang untuk konfirmasi
diagnostik tersebut sampai memerlukan CT-scan leher. Adanya
kalsifikasi halus pada struma menjukkan karsinoma papiler sedang
kalsifikasi yang kasar bisa terdapat pada endemic goiter yang
lanjut atau juga bisa pada kasimoma meduler.
Ultrasonografi (USG)
Manfaat pemeriksaan ultrasonografi unyuk pemeriksaan tiroid
ialah :
o Dapat menentukan jumlah nodul
o Dapat membedakan antara lesi tiroid padat dan kistik
o Dapat mengukur volume dari tiroid
o Dapat endeteksi adnya jaringan kanker tiroid residif
yang tidak menangkap yodium, yang tidk terlihat
dengan sidik tiroid .
o Pada kehamilan dimana pemeriksaan sidik tiroid adalah
kontra indikasi, pemeriksaan USG sangat membantu
mengetahui adanya pembesaran tiroid.
o Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid
yang akan dilakukan biopsi terarah
o Dapat
dipakai
sebagai
pengamatan
lanjut
hasil
pengobatan.
Gambaran USG tiroid yang perlu diperhatikan dan bisa
didiskripsikan sebagai berikut;
1. Apakah gambaran tiroid suatu pembesaran bilateral
difus atau pemnesaran noduler, pembesaran noduler
dapat berupa nodul tunggal atau nodul multipel.
2. Sifat gema dari lesi, bisa gema kistik (echoluscent),
gema padat (solit) dan gema campuran (mixed).
3. Derajat gema dari lesi dapat normal (noermeochoic),
rendah (hypoechoic) dan tinggi (hyperechoic)
35
yang
umum
digunakan
dalam
bidang
karsinoma
tiroid
medulare
(primer
dan
metastase).
4. Lain-lain seperti Se75 selenomethionin,Cs131,Tc99m
bleomycin,Tc99m diphosphate untuk sidik tiroid.
Uji tangkap tiroid (thyroid uptake test)
Penilaian fungsi kelenjar tiroid, dapat dilakukan berkat
adanya sistem transport pada membran sel tiroid yang menangkap
36
fungsi
dan
sekaligus
membedakan
I123,atau
I131,
dan
uji
tangkap
37
tangkap
yodium,
semua
obat
yang
diketahui
akan
bentuk,
letak,
besar,
serta
distribusi
radioaktivitas.
2. Deteksi varian anatomi seperti tiroid ektopik
3. Evaluasi massa tumor dileher dan mediastinum
4. Deteksi sisa jaringan tiroid pasca tiroidektomi serta
38
anak
sebar
fungsional
dari
karsinoma
tiroid
berdeferensiasi baik.
5. Memperkirakan berat kelenjar tiroid.
Sidik tiroid dapat dilakukan kamera gamma atau rectilinier
scanner. Gambaran normal sidik tiroid adalah berbentuk kupu-kupu
dengan ismus menghubungkan kedua lobi. Masing-masing lobi
besarnya kira-kira sebesar ibu jari penderita dengan distribusi
radioaktivitas rata. Ismus dan lobus piramidalis kadang-kadang
dapat terlihat jelas.
Beberapa kemungkinan kelainan yang dapat ditemukan adalah :
-
Kedua
lobi
membesar
difus
dengan
distribusi
radioaktivitas rata
-
Tiroiditis
dingin
soliter
lebih
tinggi
kemungkinan
(london,1974);
15-30%
(holland,1977).
Perbedaan
39
40
1. Persiapan
Dalam persiapan ini hal yang penting adalah inform
concern dari penderita, sehingga penderita mengerti persis apa
yang akan dilakukan. Yakinkan bahwa tidak terlalu menyakiti
(seperti digigit semut), cara ini aman, sehingga penderita
kooperatif.
2. Memilih jarum
Jarum yang kita pakai 23 G kalau perlu sedikit diperbesar
lumennya maka dengan jarum 21 G atau 20G. Inget bahwa
semakin besar jarum makin banyak jaringan terluka dan tercampur
darah
yang
akan
membuat
dilusi
dan
aspirat,
sehingga
dapat
diduga
struma
tesebut
dengan
41
42
supresi sehingga tidak akan ada induksi dari TSH terhaddap sisa
sel tiroid seandainya ada.
Salah satu indikasi pemeriksaan potong beku pada
penderita struma adalah kecurigaan keganasan pada struma uninodusa (10-20% ganas). Akan tetapi tidak menutup kemungkinan
dilakukan juga VC pada struma multinodusa yang memang
nodulnya mencurigakan keganasan.
Diagnosa Kerja
Untuk membuat diagnosa kerja pada penderita struma maka
hendaknya bisa menyampaikan kondisi struma tersebut dari aspek
morfologi, aspek fungsi dan kalau memang memungkinkan aspek
histopatologinya. Apabila masih belum jelas/belum yakin suatu
karsinoma maka bisa dituliskan curiga ganas dalam melakukan
diagnosa
untuk
mencantumkan
penderita
diagnosa
struma
mencakup
usahakan
ketiga
untuk
aspek
bisa
tersebut,
misalnya.
Struma uninodusa nontoksika, curiga keganasan
Struma diffusa toksika (= Morbus Basedow=Graves disease)
Struma multinodusa toksika (= Plummer disease)
Struma diffusa nontoksika (struma adolesens ; struma
gravidarum)
Struma multinodusa nontoksika (struma endemic).
D. Macam Pembedahan, Indikasi serta Kontra Indikasi Operasi
Struma
Opersi tiroid (tiroidektomi) merupakan operasi bersih, dan tergolong
operasi besar. Berapa luas kelenjar tiroid yang akan diambil tergantung
patologinya serta ada tidaknya penyebaran dari penyakitnya karsinoma.
Ada 6 macam operasi yaitu (Marmowinoto, 1989)
1.
2.
Lobektomi
Total
43
(hemitiroidektomi
=ismolobektomi),
4.
berikut
sebagian
besar
lobus
tiroid
kontralateralnya.
5.
6.
Tiroidektomi
total
FND
(functional
neck
Struma
difus
toksik
yang
gagal
dengan
terapi
medikamentosa
Kosmetik
sering
44
dari
tipe
anaplastik
yang
jelek
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini , struma didapatkan pada perempuan usia 29 tahun.
Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka, dimana berdasarkan data epidemiologi,
perempuan lebih banyak daripada laki-laki
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa Riwayat penyakit sekarang: Masa
(+) di midline ikut bergerak saat menelan, ukuran 3 cm, lunak, batas tegas,
mobilitas terbatas, nyeri (-), pembesaran KGB (-). Hal ini sesuai dengan tinjauan
pustaka yang mengatakan bahwa pada. Hal ini menegaskan bahwa bayi tersebut
mengalami.
Pada pemeriksaan fisik region colli anterior, Masa (+) di midline ikut
bergerak saat menelan, ukuran 3 cm, lunak, batas tegas, mobilitas terbatas, nyeri
(-), pembesaran KGB (-).
Untuk penatalaksanaan pada pasien ini, menunggu hasil biopsi FNAB,
hasil laboratorium T3, T4 dan TSH.
45
BAB 5
KESIMPULAN
Pada tinjauan kasus didapatkan bahwa pasien, perempuan usia 29 tahun
dating di poli bedah Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan dengan keluhan ada
benjolan dileher sejak 8 bulan yang lalu, benjolan tidak bertambah besar, nyeri
(-), jantung berdebar (-), keringat berlebih (-), berat badan seperti ini saja tidak
naik atau turun, nafsu makan seperti biasanya 3x sehari, sesak (-), gampang lelah
(+) jika sepulang kerja dari pasar, tangan bergetar sendiri tiba-tiba (-), lalu pasien
juga belum pernah minum obat hanya dari poli tht saja yakni multivitamin dan
siklus menstruasinya normal 28 hari dengan lam menstruasi 6-7 hari. Bab dan bak
dalam batas normal
Pada pemeriksaan fisik region colli anterior didapatkan Masa (+) di
midline ikut bergerak saat menelan, ukuran 3 cm, lunak, batas tegas, mobilitas
terbatas, nyeri (-), pembesaran KGB (-)
Untuk penatalaksanaan pada pasien ini, menunggu hasil biopsi FNAB,
hasil laboratorium T3, T4 dan TSH.
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong, Wim De, dkk. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal
683-696
2. Murtedjo, Urip, dkk. 1994. Diktat Kuliah Ilmu Bedah 5. Surabaya : Rumah
Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. Hal 8-14
3. Price, Sylvia A, dkk. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal 1225-1234
4. Putz. R & Pabst. R, 2000. Sobotta, Atlas Anatomi Manusia. Jilid 1 Edisi 21.
Jakarta : EGC
5. Staff Pengajar Patologi Anatomi. Diktat Kuliah 4. Malang : Lab PA FK
universitas Muhammadiyah Malang. Hal 33-43
6. Sudoyo, Aru. W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV Jilid
III. Jakarta: Pusat penerbitan ilmu penyakit dalam FK UI.
7. Tim Penyusun FK UNAIR dan RSUD Dr. Soetomo. 1994. Pedoman
Diagnosis Dan Terapi LAB/UPF Ilmu Bedah. Surabaya : Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Soetomo. Hal 30-33.
47
48