Anda di halaman 1dari 35

LUKA BAKAR

Definisi
Luka

bakar

adalah

diskontunitas

jaringan

karena

trauma

suhu

(api,air

panas,kontak), elektrik, bahan kimia, dan radiasi.

Anatomi
Anatomi kulit sangat komplek dan terdiri dari berbagai struktur yang berlapis lapis.
Tetapi secara umum dibagi menjadi 3 lapisan yaitu :
a. Lapisan Epidermis
Tersusun dari keratinosit, yang tersusun atas beberapa lapisan, yaitu
1). Lapisan Corneum atau lapisan tanduk
Terdiri dari atas sel-sel tipis melekat satu dengan yang lain. Merupakan barrier
tubuh paling luar dan memiliki kemampuan mengusir organisme patogen dan
mencegah kehilangan cairan.
2). Lapisan Lucidum
Terdiri dari 2-3 lapisan sel gepeng tanpa inti.
3). Lapisan Granulosum
Terdiri dari 2-3 lapisan sel gepeng dengan sitoplasma berbatas kasar dan inti
terdapat diantaranya, butir-butir kasar ini terdiri dari keratohyalin.
4). Lapisan Spinosum
Terdiri atas beberapa lapisan sel yang berbentuk poligonal yang besarnya
berbeda-beda karena adanya amitosis.
5). Stratum Basale
Terdiri dari atas sel-sel berbentuk kubis (kolumnar) yang tersusun vertikal pada
perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade).

b. Lapisan Dermis
Lapisan dermis dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1). Lapisan papilaris tersusun dari sel fibroblast yang menghasilkan bentuk kolagen
merupakan komponen utama jaringan ikat.
2). Lapisan retikularis terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti serabut
kolagen dan berkas serabut elastik.
Dermis juga tersusun oleh pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar
keringat serta sebasea dan akar rambut.
c. Jaringan Subkutan
Jaringan subkutan berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara
lapisan kulit dan struktur internal. Fungsi utama kulit adalah proteksi, absorsi,
eksresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh, pembentukan pigmen, pembentukan
vitamin D, dan keratinisasi. Fungsi proteksi, kulit melindungi tubuh dari segala
pengaruh luar, misalnya terhadap bahan-bahan kimia, mekanis, bakteriologis dan
lingkungan sekitarnya. Fungsi absorbsi, penyerapan dapat berlangsung melalui
cerah antar sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar.
Fungsi eksresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi
atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat. Kulit mengandung
ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Untuk merasakan rasa nyeri
gatal, panas, dingin, rabaan dan tekanan. Pengaturan suhu tubuh, kulit melakukan
fungsi ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah
kulit. Pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan
basale epidermis. Pembentukan vitamin D, dengan bantuan sinar matahari, pro
vitamin D diubah menjadi vitamin D. Fungsi keratinisasi, keratinosit dimulai dari sel
basale mengadakan pembelahan, sel basale yang lain akan berpindah ke atas dan
berubah bentuknya menjadi sel spinosum. Makin ke atas sel menjadi gepeng dan
bergranulosum. Makin lama ini menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk
yang amorf.

Etiologi
1. Suhu
2

Trauma terjadi sumber api langsung, tersiram air panas, maupun kontak dengan
permukaan yang panas.
2. Bahan kimia
Bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar adalah bahan kimia asam dan
basa kuat. Namun, basa kuat menunjukkan reaksi yang lebih parah dibandingkan
reaksi asam kuat karena kemampuan saponisasi basa kuat yang dapat melukai
jaringan lebih dalam lagi.
3. Radiasi
Trauma radiasi yang dapat menyebabkan luka bakar dapat disebabkan oleh terapi
radiasi dan efek sinar ultraviolet (sinar matahari langsung)
4. Elektrik
Penyebab trauma elektrik yang dapat menyebabkan luka bakar adalah sengatan
listrik baik langsung melewati tubuh pasien, maupun yang menyambar pasien.
Selain itu, petir juga dapat menyebabkan luka bakar pada jaringan tubuh.

Epidemiologi
Kasus luka bakar yang terjadi di Amerika sebesar 20 juta kasus per tahun. Dimana
terdapat 100.000 kasus rawat inap, dan 20.000 rawat di ruang kusus. Lima ribu sampai
enam ribu pasien meninggal dari kasus luka bakar. Puncak usia dari kasus luka bakar
adalah pada usia 20-29 tahun, diikuti usia 9 tahun, dan jarang terjadi pada usia 80
tahun. Tempat kasus terjadi terbanyak di rumah sebesar 80%. Penyebab kasus
tersering pada usia kurang 3 tahun adalah terkena air panas,sering karena kecerobohan
orabg tua, sehingga anak-anak sering tercebur. Pada umur 3-14 tahun penyebab
tersering adalah nyala api. Usia 14-60 tahun karena kecelakaan industry. Dan usia lebih
60 tahun, kasus tersering adalah karena kebakaran rumah. Etiologi tersering terjadi
karena api, sebesar 50%, karena air panas (40%), dan chemical dan elektrik (5%).
Pada kasus derajat II dan III, mortalitas terjadi pada 50% kasus.

Klasifikasi
3

Berdasarkan Derajat Kedalaman


Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas
sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu Dupuytren
membagi atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu
sebagai berikut:
1. Luka bakar derajat I :
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hipermik berupa
eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.

2. Luka bakar derajat II


Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi. Dibedakan atas 2 (dua) bagian :

Derajat II dangkal/superficial (IIA)


Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis.
Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak.
Semua ini merupakan benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara
spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatrik.

Derajat II dalam / deep (IIB)


Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa sisa jaringan
4

epitel tinggal sedikit. Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama
dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu
lebih dari satu bulan.

3. Luka bakar derajat III


Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai
mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan,
tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai

bullae, kulit yang terbakar

berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi
protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa
nyeri dan hilang sensasi karena ujung ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi
lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

Klasifikasi Kedalaman Luka Bakar


karakteristik
klasifikasi

Luka

penyebab

bakarSinar

Penampakan Sensasi

Waktu

luar

penyembuhan parut

UV,Kering

dangkal

paparan nyalamerah;

(superficial

api

dannyeri

3 6 hari

Jarungan

Tidak terjadi
jaringan parut

memucat

dengan

burn)

penekanan
Luka

bakarCairan

atauGelembung

Nyeri

bila7-20 hari

Umumnya

sebagian

uap

panasberisi cairan,terpapar

tidak

dangkal

(tumpahan

berkeringat, udara

(superficial

atau

merah;

partial-

percikan),

memucat

thickness

paparan nyaladengan

untuk

burn)

api

perubahan

dan

terjadi

jaringan
parut;

panas

potensial

penekanan

pigmen
Luka

bakarCairan

sebagian
dalam

uap

atauGelembung
panasberisi

api,

thickness

panas

berisiko

penekanan

minyakbasah

burn)

Hipertrofi,

>21 hari

cairandengan

(deep(tumpahan), (rapuh);

partial-

Terasa

untuk

atausaja

kontraktur

kering

(kekakuan

berminyak,

akibat

berwarna

jaringan parut

dari

yang

putih

sampai

berlebih)

merah; tidak
memucat
dengan
penekanan
Luka

bakarCairan

seluruh

uap

lapisan

(fullapi,

atauPutih

Terasa hanyaTidak

panas,berminyak
minyak,sampai

dengan

abu-penekanan

thickness

bahan kimia,abu

danyang kuat

burn)

listrik

kehitaman;

tegangan

kering

tinggi

tidak elastis;

sembuh
luka

dapatRisiko sangat
(jikatinggi

untuk

bakarterjadi

mengenai >2%kontraktur
dari TBSA)

dan

tidak

memucat
dengan
penekanan

Berdasarkan Luas Luka Bakar


Wallace membagi tubuh atas bagian nagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenal
dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.
Kepala dan leher

9%

Lengan

18 %

Badan Depan

18 %

Badan Belakang

18 %

Tungkai

36 %

Genitalia/perineum 1 %
Total

100 %

Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan
penderita adalah 1 % dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak

anak dipakai

modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur 15
tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

Penilaian luas area tubuh menurut Lund-Browder


Lahir1

10
1 4 5 9 14

15
tahu dewa 2nd 3rd

Area

tahun tahun tahun tahun n

sa

Kepala

19

17

13

11

Leher

Badan bagian depan

13

13

13

13

13

13

Badan bagian belakang

13

13

13

13

13

13

Pantat kanan

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

Pantat kiri

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

Genitalia (kemaluan)

Lengan kanan atas

lengan kiri atas

Lengan bawah kanan

Lengan bawah kiri

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

2.5

Tangan kanan (telapak 2.5


tangan

depan

TBSA

dan

punggung tangan)
Tangan
tangan

kiri
dan

(telapak 2.5
punggung

tangan)
Paha kanan

5.5

6.5

8.5

9.5

Paha kiri

5.5

6.5

8.5

9.5

10

Betis kanan

5.5

6.5

Betis kiri

5.5

6.5

3.5

3.5

3.5

3.5

3.5

3.5

3.5

3.5

3.5

3.5

Kaki kanan (bagian tumit 3.5


sampai telapak kaki)
Kaki kiri

3.5

Total
:
*derajat dua saat ini merupakan luka bakar sebagian baik dangkal maupun dalam; derajat 3
sebagai luka bakar seluruh lapisan (full-thickness)

Kriteria Berat Ringannya


(American Burn Association)
1. Luka Bakar Ringan.
- Luka bakar derajat II <15 %
- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 2 %
2. Luka bakar sedang
- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
- Luka bakar II 10 20 5 pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 10 %
3. Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak anak.
- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
11

- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

Patofisiologi
Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan terhadap konduksi
panas. Sedangkan tulang paling tahan. Jaringan lain memiliki konduksi sedang. Sel dapat
menahan temaperatur sampai suhu 440C tanpa kerusakan bermakana. Antara 440C yang dan
510C kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan temperature
dan waktu penyinaran yang terbatas yang dapat di toleransi. Diatas 51

C protein

terdenaturasi dan kecepatan kerusakan jaringan sangat hebat. Temperature di atas 700C
menyebabkan kerusakan selular yang sangat cepat dan hanya periode penyinaran sangat
singkat yang dapat ditahan.
Zona luka bakar yaitu:
1.

Zona koagulasi
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh panas

2.

Zona Statis
Daerah yang di luar zona koagulasi terjaddi pada daerah ini terjadi kerusakan endotel
pembuluh darah, trombosit, leukosit, dan gangguan perfusi jaringan, perubsahan
permeabilitas kapiler. Dengan pengeringan dan infeks, sel pada daerah statis dapat hilang
dan luka dengan kedalaman tidak penuh di ubah menjadi kedalaman penuh.

3.

Zona Hiperemi
Zona di daerah di luar zona statis dimana terjadi vasodilatasi tanpa banyak melibatkan
reaksi. Salah satu tujuan perawatan luka bakar adalah menghindari hilangnya kedua
daerah ini.

Jaringan nekrosis yang ada melepas toksin (burn toxin, suatu lipid protein kompleks)
yang dapat menimbulkan SIRS bahkan sepsis yang menyebabkan disfungsi dan kegagalan
fungsi organ seperti paru dan hepar yang berakhir dengan kematian. Reaksi inflamasi yang
berkepanjangan menyebabkan kerapuhan jaringan dan struktur fungsional. Kondisi ini
menyebabkan parut yang tidak beraturan, kontraktur dan deformitas sendi.

12

1. Pada Kulit
Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas
pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25
% dari total permukaan tubuh (TBSA : total body surface area) atau lebih besar, maka
respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri.
Penderita luka bakar juga mengalami kenaikan penguapan air. Selama 48 jam pertama
kehilangan terutama disebabkan oleh eksudat pada permukaan luka. Daerah kehilangan
seluruh ketebalan kulit mula-mula kering, dan kurang mengalami penguapan air, tetapi
dengan melunaknya eskar, penguapan air meningkat dengan cepat. Apa luka bakar
seluruhnya ketebalan kulit yang luas, penguapan dapat mencapati 6-8 liter perhari. Injuri
luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama dari tubuh, seperti :
2. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine,
histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri.
13

Substansi-substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma


merembes (to seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai
pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai
memberan sel menyebabkan sodium masuk dan potassium keluar dari sel. Secara
keseluruhan akan menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan
meningkatnya cairan intracellular dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut
menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler. Luka bakar yang luas
menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami luka maupun jaringan
yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume darah
intravaskuler. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula
dengan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intra
vascular. Tubuh kehilangan cairan antara - 1 % blood volume setiap 1% luka bakar
Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan catecholamine dan
terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac output. Kadar hematokrit
meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan intravaskuler.
Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali lebih
besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan
suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml. (lihat tabel)

Rata-rata output cairan perhari untuk orang dewasa


Rute

Jumlah (ml) pada suhu normal

Urin

1400

Insensible losses:

350

Paru

350

Kulit

100

Keringat

100

Feces
Total :

2300

Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang
intravaskuler tidak diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan
ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.

14

Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi
tidak mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput
kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik
tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi
sebelum kadar volume sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi
kenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari
setelah luka bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada
waktu injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3
minggu berikutnya.
Curah jantung berkurang 30% dari normal pada luka bakar yang mengenai 50% atau
lebih permukaaan tubuh. Dengan resusitasi cairan, nilai ini akan segera kembali normal
tatapi pada pasien yang tidak dirawat, pemulihan curah jantung terjadi setelah 36 jam.
Pada pasien yang keracunan gas CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga
tidak mampu mengikat oksigen lagi. Tanda keracunan adalah lemas, bingung, pusing,
mual, dan muntah. Pada keracunan CO berar dapat terjadi koma. Bila lebih 60%
hemoglobin terikat penderita akan meninggal.
3. Sistem Renal dan Gastrointestinal
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya
GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus
juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi
gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %. Stress dan beban faal
yang terjadi pada luka bakar berat dapat menyebabkan tukak di mukosa lambung atau
duodedum degan gejala yang sama dengan tukak peptic. Kelainan ini dikenal dengan
Tukak Curling yang dikhawatirkan pada tukak curling ini penderita yang timbul sebagai
hematemesis melena.
4. Sistem Imun
Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu
penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement

dan

perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang
mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya
infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien.
5. Sistem Respiratori
Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar
oksigen arteri dan lung compliance.
15

1. Smoke Inhalation.
Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali
berhubungan dengan injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan
lebih dari 30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh api.
Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang
mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx,
rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, tachipnoe, kemerahan pada
selaput hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum,
dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis.
Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan berat
dan tipe asap atau gas yang dihirup.
2.

Keracunan Carbon Monoxide.


CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik
terbakar. Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat
mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka
molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel berikatan dengan hemoglobin
sehingga membentuk carboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan dapat terjadi
akibat penurunan secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen dalam
darah. Kadar COHb dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar serum darah.
Manifestasi klinik keracunan CO (Carbon Monoxida)
Kadar CO (%)

Manifestasi Klinik

5 10

Gangguan tajam penglihatan

11 20

Nyeri kepala

21 30

Mual, gangguan ketangkasan

31 40

Muntah, dizines, sincope

41 50

Tachypnea, tachicardia

> 50

Coma, mati

16

Fase Luka Bakar


Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan penyakitnya
dibedakan dalam 3 fase akut, subakut dan fase lanjut. Namun demikian pembagian fase
menjadi tiga tersebut tidaklah berarti terdapat garis pembatas yang tegas diantara
ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka berpikir dalam penanganan penderita tidak
dibatasi oleh kotak fase dan tetap harus terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase
sebelumnya akan berimplikasi klinis pada fase selanjutnya.
1. Fase akut / fase syok / fase awal.
Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di IRD /
Unit luka bakar. Pada fase ini penderita luka bakar, seperti penderita trauma lainnya,
akan mengalami ancaman dan gangguan airway (jalan napas), breathing (mekanisme
bernafas) dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi trauma , inhalasi dalam 48-72 jam
pasca trauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian utama penderita pada
fase akut. Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan
dan elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya syok
yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih
berhubungan akibat problem instabilitas sirkulasi.
2. Fase Subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang
terjadi dapat menyebabkan beberapa masalah yaitu :
a. Proses inflamasi atau infeksi.
b. Problem penutupan luka
c. Keadaan hipermetabolisme.
d. Proses penguapan cairan tubuh disertai panas (evaporasi heat lost)

17

3. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat
jalan. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.

Pemeriksaan dan Diagnosis

Secara klinis

Laboratorium : Hb, Hematokrit, Electrolit, albumin,

Komplikasi
1. Syok karena kehilangan cairan.
2. Sepsis / toksis.
3. Gagal Ginjal mendadak
4. Peneumonia

Penatalaksanaan Penderita Luka Bakar Fase Akut.


Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada penderita traumatrauma lainnya harus ditangani secara teliti dan sistematik.

18

I. Evaluasi Pertama (Triage)


A. Airway, sirkulasi, ventilasi
Prioritas pertama penderita luka bakar yang harus dipertahankan meliputi
airway, ventilasi dan perfusi sistemik. Kalau diperlukan segera lakukan intubasi
endotrakeal, pemasangan infuse untuk mempertahankan volume sirkulasi
B. Pemeriksaan fisik keseluruhan.
Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang steril,
bebaskan penderita dari baju yang terbakar, penderita luka bakar dapat pula
mengalami trauma lain, misalnya bersamaan dengan trauma abdomen dengan
adanya internal bleeding atau mengalami patah tulang punggung / spine.
C. Anamnesis
Mekanisme trauma perlu diketahui

karena ini penting,

apakah penderita

terjebak dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi yang
dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan kejadiannya terjadi, serta
ditanyakan penyakit penyakit yang pernah di alami sebelumnya.
D. Pemeriksaan luka bakar
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang atau
ringan.

Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan


luas luka bakarnya.

Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)

II. Penanganan di Ruang Emergency


1) Diwajibkan memakai sarung tagan steril bila melakukan pemeriksaan penderita.
2) Bebaskan pakaian yang terbakar.
3) Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adanya
trauma lain yang menyertai.
4) Bebaskan

jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat

dipasang endotracheal tube. Traheostomy hanya bila ada indikasi.

19

5) Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan


pemasanga scalp vein. Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-50
cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/jam untuk anak anak di atas 2 tahun dan 1
cc/kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun.
6) Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi.
Dicatat jumlah urine/jam.
7) Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi dengan
intermitten pengisapan.
8) Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan jangan
secara intramuskuler.
9) Timbang berat badan
10)Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster
bila penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.
11)Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci
debridement dan di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah bersih tutup
dengan tulle kemudian olesi dengan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal.
Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal. Pada hari ke 5 kasa di buka dan
penderita dimandikan dengan air dicampur Salvon 1 : 30
12)Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati
(eskar)dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan
nekrotik sampai di dapatkan permukaan yang berdarah. Fasiotomi dilakukan
pada luka bakar yang mengenai kaki dan tangan melingkar, agar bagian distal
tidak nekrose karena stewing.
13)Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah
dilakukan dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak
infeksi. Luka dapat menutup tanpa prosedur operasi. Secara persekundam
terjadi proses epitelisasi pada luka bakar yang relative superficial. Untuk luka
bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu split tickness skin grafting. Split
tickness skin grafting merupakan tindakan definitive penutup luka yang luas.
Tandur alih kulit dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh-sembuh dalam
waktu 2 minggu dengan diameter > 3 cm.

20

Penanganan Sirkulasi
Pada luka bakarberat / mayor terjadi perubahan permeabilitaskapiler yang akan
diikuti dengan ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke
jaringan interfisial mengakibatkan terjadinya hipovolemic intra vaskuler dan edema
interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik tergangu sehingga sirkulasi
kebagian distal terhambat, menyebabkan gangguan perfusi / sel / jaringan / organ.
Pada luka bakar yang berat dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hamper
menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial menyebabkan
kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami deficit, timbul
ketidakmampuan menyelenggaraan proses transportasi oksigen ke jaringan. Keadaan
ini dikenal dengan sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat,
untuk mencegah kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara nyata
bermakna memiliki korelasi dengan angka kematian.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa penatalaksanaan syok dengan metode
resusutasi cairan

konvensional (menggunakan regimen cairan yang ada) dengan

penatalaksanaan syok dalam waktu singkat, menunjukkna perbaikkan prognosis,


derajat kerusakan jaringan diperkecil (pemantauan kadar asam laktat), hipotermi
dipersingkat dan koagulatif diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki
nilai prognostic terhadap angka mortalitas.
Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar dikenal beberapa formula
berikut :
- Evans Formula
- Brooke Formula
- Parkland Formula
- Modifikasi Formula
- Monafo Formula

21

Resustasi Cairan
BAXTER formula
Hari Pertama :
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam
Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.
Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1 3 Tahun : berat badan x 75 cc
3 5 Tahun : berat badan x 50 cc
jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua
Dewasa : hari I
Anak : diberi sesuai kebutuhan faali
Menurut Evans -

ng dibutuhkan :

1. RL / NaCl = luas combustio % X BB/ Kg X 1 cc


2. Plasma = luas combustio % X BB / Kg X 1 cc
3. Pengganti yang hilang karena penguapan D5 2000 cc
Hari I 8 jam X
16 jam X

22

Hari II hari I
Hari ke III kari ke II

Penanganan Pernapasan
Trauma inhalasi merupakan foktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan angka
kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjasi dalam waktu singkat 8 sampai 24 jam
pertama pasca operasi. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana luka
bakar mengenai daerah muka / wajah dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan
napas akibat gas, asap atau uap panas yang terhisap. Edema yang terjadi dapat
menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena edema laring.
Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu yang sangat panas, produk produk
yang tidak sempurna dari bahan yang terbakar seperti bahan jelaga dan bahan khusus
yang

menyebabkan

kerusakan

dari

mukosa

lansung

pada

percabangan

trakheobronkhial.
Keracunan asap yang disebabkan oleh termodegradasi material alamiah dan materi
yang diproduksi. Termodegradasi menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti
hydrogen sianida, nitrogen oksida, hydrogen klorida, akreolin dan partikel partikel
tersuspensi. Efek akut dari bahan kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi
pada saluran napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya
tracheal bronchitis dan edem.
Efek intoksikasi karbon monoksida (CO) mengakibatkan terjadinya hipoksia jaringan.
Karbon monoksida (CO) memiliki afinitas yang cukup kuat terhadap pengikatan
hemoglobin dengan kemampuan 210 240 kali lebih kuat disbanding kemampuan O2.
Jadi CO akan memisahkan O2 dari Hb sehingga mengakibatkan hipoksia jaringan.
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami hal
sebagai berikut:
1. Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup.
2. Sputum tercampur arang.
3. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
23

4. Penurunan kesadaran termasuk confusion.


5. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik. Tersedak, malas bernafas
atau adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan,
menandakan adanya iritasi mukosa.
6. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronhi.
7. Adanya sesak napas atau hilangnya suara.
Bilamana ada 3 tanda / gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma inhalasi.
Penanganan penderita trauma inhalasi bila tanpa distress pernapasan maka harus
dilakukan trakheostomi. Penderita dirawat diruang resusitasi instalasi gawat darurat
sampai kondisi stabil.

Monitoring Penderita Luka Bakar Fase Akut


Monitoring penderita luka bakar harus diikuti secara cermat. Pemeriksaan

fisik

meliputi inspeksi, penderita palpasi, perkusi dan auskultasi adalah prosedur yang
harus dilakukan pada perawatan penderita. Pemeriksaan laboratoris untuk monitoring
juga dilakukan untuk mengikuti perkembanagn keadaan penderita. Monitoring
penderita kita dibagi dalam 3 situasi yaitu pada saat di triage, selama resusitasi (0-72
jam pertama)dan pos resustasi.

I. Triage Intalasi Gawat Darurat


A. A-B-C : Pada waktu penderita datang ke Rumah sakit, harus dinilai dan dilakukan
segera diatasi adakah problem airway, breathing, sirkulasi yang segera diatasi
life saving. Penderitaluka bakar dapat pula mengalami trauma toraks atau
mengalami pneumotoraks.
B. VITAL SIGN : Monitoring dan pencatatan tekanan darah, repsirasi, nadi, rectal
temperature. Monitoring jantung terutama pada penderita karena trauma listrik,
dapat terjadi aritmia ataupun sampai terjadi cardiac arrest.
C. URINE OUTPUT : Bilamana urine tidak bisa

diukur maka dapat dilakukan

pemasangan foley kateter. Urine produksi dapat diukur dan dicatat tiap jam.
Observasi urine diperiksa warna urine terutama pada penderita luka bakar
24

derajat III atau akibat trauma listrik, myoglobin, hemoglobin terdapat dalam
urine menunjukkna adanya kerusakaan yang hebat.
II. Monitoring dalam Fase Resusitasi
(sampai 72 jam)
1) Mengukur urine

produksi. Urine produksi dapat sebagai indikator apakah

resusitasi cukup adekuat / tidak. Pada orang dewasa jumlah urine 30-50 cc
urine/jam.
2) Berat jenis urine. Pascatrauma luka bakar jenis dapat normal atau meningkat.
Keadaan ini dapat menunjukkna keadaan hidrasi penderita. Bilamana berat jenis
meningkat berhubungan dengan naiknya kadar glukosa urine.
3) Vital Sign
4) pH darah.
5) Perfusi perifer
6) laboratorium

serum elektrolit

plasma albumin

hematokrit, hemoglobin

urine sodium

elektrolit

liver function test

renal function tes

total protein / albumin

pemeriksaan lain sesuai indikasi

7) Penilaian keadaan paru


Pemeriksaan kondisi paru perlu diobservasi tiap jam untuk mengetahui adanya
perubahan yang terjadi antara lain stridor, bronkhospam, adanya secret,
wheezing, atau dispnae merupakan adannya impending obstruksi. Pemeriksaan
toraks foto ini. Pemeriksaan arterial blood gas.
8) Penilaian gastrointestinal.
Monitoring gastrointestinal setiap 2-4 jam dengan melakukan auskultasi untuk
mengetahui bising usus dan pemeriksaan sekresi lambung. Adanya darah dan pH
25

kurang dari 5 merupakan tanda adanya Culing Ulcer.


9) Penilaian luka bakarnya.
Bila dilakukan perawatan tertutup, dinilai apakah kasa basah, ada cairan berbau
atau ada tanda-tanda pus maka kasa perlu diganti. Bila bersih perawatan
selanjutnya dilakukan 5 hari kemudian.

Luka Bakar yang Perlu Perawatan Khusus


1. Luka Bakar Listrik.
2. Luka Bakar dengan trauma Inhalasi
3. Luka Bakar Bahan Kimia
4. Luka Bakar dengan kehamilan

Perawatan luka
Perawatan luka diarahkan untuk meningkatkan penyembuhan luka. Perawatan luka
sehari-hari meliputi membersihkan luka, debridemen, dan pembalutan luka.
1) Hidroterapi
Membersihkan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini terdiri
dari merendam (immersion) dan dengan shower (spray). Tindakan ini dilakukan selama 30
menit atau kurang untuk klien dengan LB acut. Jika terlalu lama dapat meningkatkan
pengeluaran sodium (karena air adalah hipotonik) melalui luka, pengeluaran panas, nyeri
dan stress. Selama hidroterapi, luka dibersihkan secara perlahan dan atau hati-hati dengan
menggunakan berbagai macam larutan seperti sodium hipochloride, providon iodine dan
chlorohexidine. Perawatan haruslah mempertahankan agar seminimal mungkin terjadinya
pendarahan dan untuk mempertahankan temperatur selama prosedur ini dilakukan. Klien
yang tidak dianjurkan untuk dilakukan hidroterapi umumnya adalah mereka yang secara
hemodinamik tidak stabil dan yang baru dilakukan skin graft. Jika hidroterapi tidak
dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan dibilas di atas tempat tidur klien dan
ditambahkan dengan penggunaan zat antimikroba.
2) Debridemen
26

Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini dilakukan untuk


meningkatkan penyembuhan luka melalui pencegahan proliferasi bakteri di bagian bawah
eschar. Debridemen luka pada LB meliputi debridemen secara mekanik, debridemen
enzymatic, dan dengan tindakan pembedahan.
a) Debridemen mekanik
Debridemen mekanik yaitu dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan gunting
dan forcep untuk memotong dan mengangkat eschar. Penggantian balutan merupakan
cara lain yang juga efektif dari tindakan debridemen mekanik. Tindakan ini dapat
dilakukan dengan cara menggunakan balutan basah ke kering (wet-to-dry) dan
pembalutan kering kepada balutan kering (wet-to-wet). Debridemen mekanik pada LB
dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat, oleh karena itu perlu terlebih dahulu
dilakukan tindakan untuk mengatasi nyeri yang lebih efektif.
b) Debridemen enzymatic
Debridemen enzymatik merupakan debridemen dengan menggunakan preparat
enzym topical proteolitik dan fibrinolitik. Produk-produk ini secara selektif mencerna
jaringan yang necrotik, dan mempermudah pengangkatan eschar. Produk-prduk ini
memerlukan lingkungan yang basah agar menjadi lebih efektif dan digunakan secara
langsung terhadap luka. Nyeri dan perdarahan merupakan masalah utama dengan
penanganan ini dan harus dikaji secara terus-menerus selama treatment dilakukan.
c) Debridemen pembedahan
Debridemen pembedahan luka meliputi eksisi jaringan devitalis (mati). Terdapat 2
tehnik yang dapat digunakan : Tangential Excision dan Fascial Excision. Pada
tangential exccision adalah dengan mencukur atau menyayat lapisan eschar yang
sangat tipis sampai terlihat jaringan yang masih hidup. sedangkan fascial excision
adlaah mengangkat jaringan luka dan lemak sampai fascia. Tehnik ini seringkali
digunakan untuk LB yang sangat dalam.

Terapi Fisik
Mempertahankan fungsi fisik yang optimal pada klien dengan injuri LB merupakan
tantangan bagi team yang melakukan perawatan LB. Perawat harus bekerja secara teliti
dengan fisioterapist dan occupational terapist untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
rehabilitasi klien LB. Program-program exercise, ambulasi, aktifitas sehari-hari harus

27

diimplementasikan secara dini pada pemulihan fase acutsampai perbaikan fungsi secara
maksimal dan perbaikan kosmetik.
Kontraktur luka dan pembentukan scar (parut) merupakan dua masalah utama pada klien
LB. Kontraktur akibat luka dapat terjadi pada luka yang luas. Lokasi yang lebih mudah
terjadinya kontraktur adalah tangan, kepala, leher, dan axila.
Tindakan-tindakan yang digunakan untuk mencegah dan menangani kontraktur meliputi
terapi posisi, ROM exercise, dan pendidikan pada klien dan keluarga.
1) Posisi Terapeutik
Tabael dibawah ini merupakan daftar tehnik-tehnik posisi koreksi dan terapeutik untuk
klien dengan LB yang mengenai bagian tubuh tertentu selama periode tidak ada aktifitas
(inactivity periode) atau immobilisasi. Tehnik-tehnik posisi tersebut mempengaruhi bagian
tubuh tertentu dengan tepat untuk mengantisipasi terjadinya kontraktur atau deformitas.

Tabel : Posisi terapeutik Pada Klien Luka Bakar


Lokasi LB

Posisi Terapeutik

Tehnik Posisi

Leher

Ekstensi

Tanpa bantal

Anterior

Netral ke ekstensi

Bantal kecil/gulungan sprei kecil

Keliling

Netral

dibawah

cervical

untuk

Posterior/tdk simetris Abduksi lengan 90- meningkatkan ekstensi leher.


Bahu/axila

110 derajat

Lakukan

Siku

Ekstensi lengan

(dibelat/dibidai)

Lengan

Ekstensi pergelangan Hand splint

pergelangan tangan

tangan

metacrpal

MCP

sendi

Hand splint
pleksi

interpalangeal derajat

(MCP)

splinting

Ekstensi PIP/DIP

90 Hand splint
hand splint dengan abduksi ibu
jari

Sendi proximal dan Abduksi ibu jari

Supine

distal

dengan tempat tidur dan kaki

interpalangeal Abduksi jari-jari

dengan

kepala

(PIP/DIP)

Ekstensi paha

ekstensi

Ibu jari

Ekstensi lutu

Posisi prone

ruang antar jari-jari

Netral

Supine dengan lutut ekstensi

datar

28

Paha
Lutut
Pergelangan kaki

2) Exercise
Latihan ROM aktif dianjurkan segera dalam pemulihan pada fase akut untuk
mengurangi edema dan mempertahankan kekuatan dan fungsi sendi. Disamping itu
melakukan kegiatan/aktivitas sehari-hari (ADL) sangat efektif dalam mempertahankan
fungsi dan ROM. Ambulasi dapat juga mempertahankan kekuatan dan ROM pada
ekstremitas bawah dan harus dimulai bila secara fisiologis klien telah stabil. ROM pasif
termasuk bagian dari rencana tindakan pada klien yang tidak mampu melakukan latihan
ROM aktif.
3) Pembidaian (Splinting)
Splint digunakan untuk mempertahankan posisi sendi dan mencegah atau memperbaiki
kontraktur. Terdapat dua tipe splint yang seringkali digunakan, yaitu statis dan dinamis.
Statis splint merupakan immobilisasi sendi. Dilakukan pada saat immobilisasi, selama
tidur, dan pada klien yang tidak kooperatif yang tidak dapat mempertahankan posisi
dengan baik. Berlainan halnya dengan dinamic splint. Dinamic splint dapat melatih
persendian yang terkena.

4) Pendidikan
Pendidikan pada klien dan keluarga tentang posisi yang benar dan perlunya melakukan
latihan secara kontinue. Petunjuk tertulis tentang berbagai posisi yang benar, tentang
splinting/pembidaian dan latihan rutin dapat mempermudah proses belajar klien dan dapat
menjadi lebih kooperatif.
Mengatasi Scar
Hipertropi scar sebagai akibat dari deposit kolagen pada luka bakar yang menyembuh.
Beratnya hipertropi scar tergantung pada beberapa faktor antara lain kedalaman LB, ras, usia,
dan tipe autograft. Metode nonoperasi untuk meminimalkan hipertropi scar adalah dengan
terapi tekanan (pressure therapy). Yaitu dengan menggunakan pembungkus dan
perban/pembalut elastik (elastic wraps and bandages). Sedangkan tindakan pembedahan
untuk mengatasi kontraktur dan hipertropi scar meliputi :
1) Split-thickness dan full-thickness skin graft
29

2) Skin flaps
3) Z-plasties
4) Tissue expansion.

Rehabilitasi
Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari perawatan luka
bakar. Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar adalah untuk peningkatan
kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi yang maksimal. Tindakan-tindakan untuk
meningkatkan penyembuhan luka, pencegahan atau meminimalkan deformitas dan hipertropi
scar, meningkatkan kekuatan dan fungsi dan memberikan support emosional serta pendidikan
merupakan bagian dari proses rehabilitasi. Perhatian khusus aspek psikososial Rehabilitasi
psikologis adalah sama pentingnya dengan rehabilitasi fisik dalam keseluruhan proses
pemulihan. Banyak sekali respon psikologis dan emosional terhadap injuri luka bakar yang
dapat diidentifikasi, mulai dari ketakutan sampai dengan psikosis . Respon penderita
dipengaruhi oleh usia, kepribadian (personality), latar belakang budaya dan etnic, luas dan
lokasi injuri, dan akibatnya pada body image. Disamping itu, berpisah dari keluarga dan
teman-teman, perubahan pada peran normal klien dan tanggungjawabnya mempengaruhi
reaksi terhadap trauma LB.
Terdapat 4 tahap respon psikososial akibat trauma LB sebagai berikut: impact; retreat or
withdrawal

(kemunduran

atau

menarik

diri);

acknowledgement

(menerima)

dan

reconstructive (membangun kembali).


1. Impact.
Periode impact terjadi segera setelah injuri yang ditandai oleh shock, tidak percaya
(disbelieve), perasaan overwhelmed. Klien dan keluarga mungkin menyadari apa yang
terjadi tetapi kopingnya pada waktu itu buruk. Pada penelitian yang telah dilakukan
mengindikasikan bahwa keluarga dengan klien yang sakit kritis mempunyai kebutuhan
untuk kepastian (assurance), kebutuhan untuk dekat dengan anggota keluarga yang lain dan
kebutuhan akan informasi. Lebih spesifik lagi keluarga ingin mengetahui kapan anggota
keluarganya dapat ditangani, apa yang akan dilakukan terhadap klien/anggota keluarganya,
fakta-fakta tentang perkembangan/kemajuan klien, dan mengapa tindakan/prosedur
dilakukan terhadap klien.

2. Retreat or withdrawal (kemunduran atau menarik diri)


30

Kemunduran

(retreat)

ditandai

oleh

represi,

menarik

diri

(withdrawal),

pengingkaran/penolakan (denial) dan supresi.


3. Acknowledgement (menerima)
Fase ketiga adalah menerima, dimulai bila klien menerima injuri dan perubahan
gambaran tubuh (body image). Selama fase ini klien dapat mengambil manfaat dari
pertemuanya dengan klien luka bakar lainnya, baik dalam kontak perorangan maupun
dengan kelompok.
4. Reconstructive (membangun kembali)
Fase terakhir adalah fase rekonstruksi, dimulai bila klien dan keluarga menerima
keterbatasan yang ada akibat injuri dan mulai membuat perencanaan masa datang.

Indikasi Rawat Inap


1. Penderita syok atau trauma bila luas luka bakar > 10 % pada anak atau > 15 % pada
orang dewasa.
2. Terancam selama laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat.
3. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah,
mata, tangan, kaki atau perenium.

Rujukan
Keadaaan dimana luka bakar perlu untuk durujuk :
a.

Luka bakar Partial thickness (superficial) dengan luas daerah >10%, kecuali luka
bakar yang sangat superfisial

b.

Semua luka bakar full thickness, kecuali daerah yang sangat kecil

c.

Semua luka bakar yang mengenai wajah, mata, telapak tangan, telapak kaki,
genitalia, perineum (sekitar anus) sekalipun daerah luka bakar kurang dari 5-10%

d.

Luka bakar yang melingkar

e.

Luka bakar oleh cairan kimia

f.

Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan
dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh

g.

Luka bakar yang mencederai saluran napas

h.

Luka bakar pada usia kurang dari 12 bulan


31

Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak yang

i.

berisiko tinggi

Pencegahan luka bakar


Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah erjadinya luka bakar bagi anak-anak di rumah
:

I. dapur
a.

Jauhkan anak-anak dari oven dan pemanggang. Ciptakan zona larangan di


sekitarnya untuk anak-anak

b.

jauhkan makanan dan minuman panas dari jangkauan anak-anak. Jangan pernah
membawa makanan panas dan minuman panas dengan satu tangan dengan ketika
ada anak-anak di sekitar anda

c.

jangan masukkan botol susu anank ke dalam mikrowave; dapat menimbulkan


daerah yang panas

d.

cicipi setiap makanan yang akan dihidangkan

e.

singkirkan taplak meja menjuntai ketika di rumah ada anak yang seang belajar
merangkak
jauhkan dan simpan bahan kimia (pemutih, amonia) yang dapat menyebabkan luka

f.

bakar kimia.
g.

simpan korek api, lilin jauh dari jangkauan. Jangan pernah biarkan lilin menyala
tanpa pengawasan.

h.

Beli alat-alat listrik dengan kabel yang pendek dan tidak mudah lepas atau
menggantung.

II. Kamar mandi


a.

Jauhkan blow dryer, curling irons dari jangkauan anak

b.

Pastikan termostat pemanas air pada suhu 120F (48,8C) atau lebih rendah.
Umumnya air panas untuk anak sebaiknya suhunya tidak lebih dari 100F (37,7C).
Jangan biarkan anak bermain degan keran atau shower.

III. Di setiap ruangan


a.

Tutup setiap tempat yang dapat dipakai untuk menusukkan kabel listrik

b.

Jauhkan anak dari pemanas ruangan, radiator, tempat yang berapi

c.

Pasang detektor asap dan periksa baterai minimal satu tahun/kali


32

KOMPLIKASI LUKA BAKAR


1) Syok karena kehilangan cairan
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok
luka bakar. Di samping itu, kehilangan cairan akibat evaporasi lewat luka bakar
dapat mencapai 3 hingga 5L atau lebih selama periode 24 jam sebelum permukaan
kulit yang terbakar ditutup.
2) Sepsis/ toksis
Sepsis dapat timbul dari luka bakar, pneumonia, tromboflebitis supuratif, infeksi
saluran kemih atau infeksi pada bagian tubuh lain, prosedur-prosedur invasif, dan
alat pemantauan invasif. Luka bakar merupakan sumber infeksi yang paling sering,
yang dapat disebabkan oleh berbagai organisme.
3) Gagal ginjal mendadak
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya
GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju
usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi
gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.
4) Pneumonia
Inhalasi produk-produk yang terbakar tidak sempurna mengakibatkan pneumonitis
kimiawi. Terjadi perubahan-perubahan inflamasi selama 24 jam pertama pasca luka
bakar. Pohon pulmonal menjadi teriritasi dan edematosa, namun perubahan tidak
akan timbul sampai 24 jam kedua.

PROGNOSIS
a.

Tergantung derajad luka bakar.


33

b.

Luas permukaan

c.

Daerah yang terkena, perineum, ketiak, leher dan tangan karena sulit perawatan
dan mudah kontraktur.

d.

Usia dan kesehatan penderita.

KRITERIA UNTUK MERUJUK


Menurut American Burn Association, luka bakar yang perlu dirujuk ke pusat luka bakar
adlaah sebagai berikut :
A.

Jenis luka bakar


1.

Luka bakar derajat II dan III lebih dari 10% luas permukaan tubuh pada
penderita yang berumur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 50 tahun.

2.

Luka bakar derajat II dan III lebih dari 20% diluar usia tersebut diatas

3.

Luka bakar derajat II dan III yang mengenai wajah, mata, telinga, tangan, kaki,
genitalia, atau perineum atau yang mengenai kulit sendi-sendi utama.

4.

Luka bakar derajat III lebih dari 5% luas permukaan tubuh pada semua umur

5.

Luka bakar listrik, termasuk tersambar petir (kerusakan jarinagn bawah kulit
hebat dan menyebabkan gagal ginjal akut serta komplikasi lain.

6.

Luka bakar kimia

7.

Trauma inhalasi

8.

Luka bakar pada penderita yang karena penyakit yang sedang dideritanya
dapat mempersulit penanganan, memperpanjang pemulihan atau dapat
mengakibatkan kematian.

9.

Luka bakar dengan cedera penyerta yang menambah resiko morbiditas dan
mortalitas, ditangani dahulu di UGD sampai stabil, baru dirujuk ke pusat luka
bakar

10. Anak-anak dengan luka bakar yang dirawat dirumah sakit tanpa perugas dan
peralatan yang memadai, dirujuk ke pusat luka bakar
11. Penderita luka bakar yang memerlukan penanganan khusus seperti masalah
social, emosional atau yang rehabilitasinya lama, termasuk adanya tindakan
kekerasan pada anak atau anak yang diterlantarkan.
B.

Prosedur Melakukan rujukan

34

Sebelum merujuk, koordinasikan sebaik-baiknya dengan dokter di pusat luka bakar


1.

Data penderita termasuk hasil pemeriksaan, suhu, nadi, pemberian cairan, dan
produksi urin ditulis dalam catatan penderita harus disertakan

2.

Keterangan lain yang dianggap penting oleh dokter pengirim maupun


penerima rujukan juga dilampirkan bersama penderita.

35

Anda mungkin juga menyukai