Definisi
Luka
bakar
adalah
diskontunitas
jaringan
karena
trauma
suhu
(api,air
Anatomi
Anatomi kulit sangat komplek dan terdiri dari berbagai struktur yang berlapis lapis.
Tetapi secara umum dibagi menjadi 3 lapisan yaitu :
a. Lapisan Epidermis
Tersusun dari keratinosit, yang tersusun atas beberapa lapisan, yaitu
1). Lapisan Corneum atau lapisan tanduk
Terdiri dari atas sel-sel tipis melekat satu dengan yang lain. Merupakan barrier
tubuh paling luar dan memiliki kemampuan mengusir organisme patogen dan
mencegah kehilangan cairan.
2). Lapisan Lucidum
Terdiri dari 2-3 lapisan sel gepeng tanpa inti.
3). Lapisan Granulosum
Terdiri dari 2-3 lapisan sel gepeng dengan sitoplasma berbatas kasar dan inti
terdapat diantaranya, butir-butir kasar ini terdiri dari keratohyalin.
4). Lapisan Spinosum
Terdiri atas beberapa lapisan sel yang berbentuk poligonal yang besarnya
berbeda-beda karena adanya amitosis.
5). Stratum Basale
Terdiri dari atas sel-sel berbentuk kubis (kolumnar) yang tersusun vertikal pada
perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade).
b. Lapisan Dermis
Lapisan dermis dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1). Lapisan papilaris tersusun dari sel fibroblast yang menghasilkan bentuk kolagen
merupakan komponen utama jaringan ikat.
2). Lapisan retikularis terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti serabut
kolagen dan berkas serabut elastik.
Dermis juga tersusun oleh pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar
keringat serta sebasea dan akar rambut.
c. Jaringan Subkutan
Jaringan subkutan berupa jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara
lapisan kulit dan struktur internal. Fungsi utama kulit adalah proteksi, absorsi,
eksresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh, pembentukan pigmen, pembentukan
vitamin D, dan keratinisasi. Fungsi proteksi, kulit melindungi tubuh dari segala
pengaruh luar, misalnya terhadap bahan-bahan kimia, mekanis, bakteriologis dan
lingkungan sekitarnya. Fungsi absorbsi, penyerapan dapat berlangsung melalui
cerah antar sel, menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar.
Fungsi eksresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi
atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat. Kulit mengandung
ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Untuk merasakan rasa nyeri
gatal, panas, dingin, rabaan dan tekanan. Pengaturan suhu tubuh, kulit melakukan
fungsi ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah
kulit. Pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan
basale epidermis. Pembentukan vitamin D, dengan bantuan sinar matahari, pro
vitamin D diubah menjadi vitamin D. Fungsi keratinisasi, keratinosit dimulai dari sel
basale mengadakan pembelahan, sel basale yang lain akan berpindah ke atas dan
berubah bentuknya menjadi sel spinosum. Makin ke atas sel menjadi gepeng dan
bergranulosum. Makin lama ini menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk
yang amorf.
Etiologi
1. Suhu
2
Trauma terjadi sumber api langsung, tersiram air panas, maupun kontak dengan
permukaan yang panas.
2. Bahan kimia
Bahan kimia yang dapat menyebabkan luka bakar adalah bahan kimia asam dan
basa kuat. Namun, basa kuat menunjukkan reaksi yang lebih parah dibandingkan
reaksi asam kuat karena kemampuan saponisasi basa kuat yang dapat melukai
jaringan lebih dalam lagi.
3. Radiasi
Trauma radiasi yang dapat menyebabkan luka bakar dapat disebabkan oleh terapi
radiasi dan efek sinar ultraviolet (sinar matahari langsung)
4. Elektrik
Penyebab trauma elektrik yang dapat menyebabkan luka bakar adalah sengatan
listrik baik langsung melewati tubuh pasien, maupun yang menyambar pasien.
Selain itu, petir juga dapat menyebabkan luka bakar pada jaringan tubuh.
Epidemiologi
Kasus luka bakar yang terjadi di Amerika sebesar 20 juta kasus per tahun. Dimana
terdapat 100.000 kasus rawat inap, dan 20.000 rawat di ruang kusus. Lima ribu sampai
enam ribu pasien meninggal dari kasus luka bakar. Puncak usia dari kasus luka bakar
adalah pada usia 20-29 tahun, diikuti usia 9 tahun, dan jarang terjadi pada usia 80
tahun. Tempat kasus terjadi terbanyak di rumah sebesar 80%. Penyebab kasus
tersering pada usia kurang 3 tahun adalah terkena air panas,sering karena kecerobohan
orabg tua, sehingga anak-anak sering tercebur. Pada umur 3-14 tahun penyebab
tersering adalah nyala api. Usia 14-60 tahun karena kecelakaan industry. Dan usia lebih
60 tahun, kasus tersering adalah karena kebakaran rumah. Etiologi tersering terjadi
karena api, sebesar 50%, karena air panas (40%), dan chemical dan elektrik (5%).
Pada kasus derajat II dan III, mortalitas terjadi pada 50% kasus.
Klasifikasi
3
epitel tinggal sedikit. Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama
dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu
lebih dari satu bulan.
berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi
protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa
nyeri dan hilang sensasi karena ujung ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi
lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.
Luka
penyebab
bakarSinar
Penampakan Sensasi
Waktu
luar
penyembuhan parut
UV,Kering
dangkal
paparan nyalamerah;
(superficial
api
dannyeri
3 6 hari
Jarungan
Tidak terjadi
jaringan parut
memucat
dengan
burn)
penekanan
Luka
bakarCairan
atauGelembung
Nyeri
bila7-20 hari
Umumnya
sebagian
uap
panasberisi cairan,terpapar
tidak
dangkal
(tumpahan
berkeringat, udara
(superficial
atau
merah;
partial-
percikan),
memucat
thickness
paparan nyaladengan
untuk
burn)
api
perubahan
dan
terjadi
jaringan
parut;
panas
potensial
penekanan
pigmen
Luka
bakarCairan
sebagian
dalam
uap
atauGelembung
panasberisi
api,
thickness
panas
berisiko
penekanan
minyakbasah
burn)
Hipertrofi,
>21 hari
cairandengan
(deep(tumpahan), (rapuh);
partial-
Terasa
untuk
atausaja
kontraktur
kering
(kekakuan
berminyak,
akibat
berwarna
jaringan parut
dari
yang
putih
sampai
berlebih)
merah; tidak
memucat
dengan
penekanan
Luka
bakarCairan
seluruh
uap
lapisan
(fullapi,
atauPutih
Terasa hanyaTidak
panas,berminyak
minyak,sampai
dengan
abu-penekanan
thickness
bahan kimia,abu
danyang kuat
burn)
listrik
kehitaman;
tegangan
kering
tinggi
tidak elastis;
sembuh
luka
dapatRisiko sangat
(jikatinggi
untuk
bakarterjadi
mengenai >2%kontraktur
dari TBSA)
dan
tidak
memucat
dengan
penekanan
9%
Lengan
18 %
Badan Depan
18 %
Badan Belakang
18 %
Tungkai
36 %
Genitalia/perineum 1 %
Total
100 %
Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan
penderita adalah 1 % dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak
anak dipakai
modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur 15
tahun, 5 tahun dan 1 tahun.
10
1 4 5 9 14
15
tahu dewa 2nd 3rd
Area
sa
Kepala
19
17
13
11
Leher
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
13
Pantat kanan
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
Pantat kiri
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
Genitalia (kemaluan)
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
depan
TBSA
dan
punggung tangan)
Tangan
tangan
kiri
dan
(telapak 2.5
punggung
tangan)
Paha kanan
5.5
6.5
8.5
9.5
Paha kiri
5.5
6.5
8.5
9.5
10
Betis kanan
5.5
6.5
Betis kiri
5.5
6.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
3.5
Total
:
*derajat dua saat ini merupakan luka bakar sebagian baik dangkal maupun dalam; derajat 3
sebagai luka bakar seluruh lapisan (full-thickness)
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.
Patofisiologi
Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan terhadap konduksi
panas. Sedangkan tulang paling tahan. Jaringan lain memiliki konduksi sedang. Sel dapat
menahan temaperatur sampai suhu 440C tanpa kerusakan bermakana. Antara 440C yang dan
510C kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan temperature
dan waktu penyinaran yang terbatas yang dapat di toleransi. Diatas 51
C protein
terdenaturasi dan kecepatan kerusakan jaringan sangat hebat. Temperature di atas 700C
menyebabkan kerusakan selular yang sangat cepat dan hanya periode penyinaran sangat
singkat yang dapat ditahan.
Zona luka bakar yaitu:
1.
Zona koagulasi
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh panas
2.
Zona Statis
Daerah yang di luar zona koagulasi terjaddi pada daerah ini terjadi kerusakan endotel
pembuluh darah, trombosit, leukosit, dan gangguan perfusi jaringan, perubsahan
permeabilitas kapiler. Dengan pengeringan dan infeks, sel pada daerah statis dapat hilang
dan luka dengan kedalaman tidak penuh di ubah menjadi kedalaman penuh.
3.
Zona Hiperemi
Zona di daerah di luar zona statis dimana terjadi vasodilatasi tanpa banyak melibatkan
reaksi. Salah satu tujuan perawatan luka bakar adalah menghindari hilangnya kedua
daerah ini.
Jaringan nekrosis yang ada melepas toksin (burn toxin, suatu lipid protein kompleks)
yang dapat menimbulkan SIRS bahkan sepsis yang menyebabkan disfungsi dan kegagalan
fungsi organ seperti paru dan hepar yang berakhir dengan kematian. Reaksi inflamasi yang
berkepanjangan menyebabkan kerapuhan jaringan dan struktur fungsional. Kondisi ini
menyebabkan parut yang tidak beraturan, kontraktur dan deformitas sendi.
12
1. Pada Kulit
Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas
pada area yang mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25
% dari total permukaan tubuh (TBSA : total body surface area) atau lebih besar, maka
respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri.
Penderita luka bakar juga mengalami kenaikan penguapan air. Selama 48 jam pertama
kehilangan terutama disebabkan oleh eksudat pada permukaan luka. Daerah kehilangan
seluruh ketebalan kulit mula-mula kering, dan kurang mengalami penguapan air, tetapi
dengan melunaknya eskar, penguapan air meningkat dengan cepat. Apa luka bakar
seluruhnya ketebalan kulit yang luas, penguapan dapat mencapati 6-8 liter perhari. Injuri
luka bakar yang luas dapat mempengaruhi semua sistem utama dari tubuh, seperti :
2. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine,
histamin, serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri.
13
Urin
1400
Insensible losses:
350
Paru
350
Kulit
100
Keringat
100
Feces
Total :
2300
Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang
intravaskuler tidak diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan
ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.
14
Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi
tidak mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput
kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik
tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi
sebelum kadar volume sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi
kenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari
setelah luka bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada
waktu injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3
minggu berikutnya.
Curah jantung berkurang 30% dari normal pada luka bakar yang mengenai 50% atau
lebih permukaaan tubuh. Dengan resusitasi cairan, nilai ini akan segera kembali normal
tatapi pada pasien yang tidak dirawat, pemulihan curah jantung terjadi setelah 36 jam.
Pada pasien yang keracunan gas CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga
tidak mampu mengikat oksigen lagi. Tanda keracunan adalah lemas, bingung, pusing,
mual, dan muntah. Pada keracunan CO berar dapat terjadi koma. Bila lebih 60%
hemoglobin terikat penderita akan meninggal.
3. Sistem Renal dan Gastrointestinal
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya
GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus
juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi
gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %. Stress dan beban faal
yang terjadi pada luka bakar berat dapat menyebabkan tukak di mukosa lambung atau
duodedum degan gejala yang sama dengan tukak peptic. Kelainan ini dikenal dengan
Tukak Curling yang dikhawatirkan pada tukak curling ini penderita yang timbul sebagai
hematemesis melena.
4. Sistem Imun
Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu
penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi aktivitas complement
dan
perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage dapat terjadi pada klien yang
mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya
infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien.
5. Sistem Respiratori
Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar
oksigen arteri dan lung compliance.
15
1. Smoke Inhalation.
Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali
berhubungan dengan injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan
lebih dari 30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh api.
Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang
mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx,
rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, tachipnoe, kemerahan pada
selaput hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum,
dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis.
Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan berat
dan tipe asap atau gas yang dihirup.
2.
Manifestasi Klinik
5 10
11 20
Nyeri kepala
21 30
31 40
41 50
Tachypnea, tachicardia
> 50
Coma, mati
16
17
3. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat
jalan. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.
Secara klinis
Komplikasi
1. Syok karena kehilangan cairan.
2. Sepsis / toksis.
3. Gagal Ginjal mendadak
4. Peneumonia
18
apakah penderita
terjebak dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi yang
dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan kejadiannya terjadi, serta
ditanyakan penyakit penyakit yang pernah di alami sebelumnya.
D. Pemeriksaan luka bakar
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang atau
ringan.
jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat
19
20
Penanganan Sirkulasi
Pada luka bakarberat / mayor terjadi perubahan permeabilitaskapiler yang akan
diikuti dengan ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke
jaringan interfisial mengakibatkan terjadinya hipovolemic intra vaskuler dan edema
interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik tergangu sehingga sirkulasi
kebagian distal terhambat, menyebabkan gangguan perfusi / sel / jaringan / organ.
Pada luka bakar yang berat dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hamper
menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial menyebabkan
kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami deficit, timbul
ketidakmampuan menyelenggaraan proses transportasi oksigen ke jaringan. Keadaan
ini dikenal dengan sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat,
untuk mencegah kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara nyata
bermakna memiliki korelasi dengan angka kematian.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa penatalaksanaan syok dengan metode
resusutasi cairan
21
Resustasi Cairan
BAXTER formula
Hari Pertama :
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam
Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.
Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1 3 Tahun : berat badan x 75 cc
3 5 Tahun : berat badan x 50 cc
jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua
Dewasa : hari I
Anak : diberi sesuai kebutuhan faali
Menurut Evans -
ng dibutuhkan :
22
Hari II hari I
Hari ke III kari ke II
Penanganan Pernapasan
Trauma inhalasi merupakan foktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan angka
kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjasi dalam waktu singkat 8 sampai 24 jam
pertama pasca operasi. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana luka
bakar mengenai daerah muka / wajah dapat menimbulkan kerusakan mukosa jalan
napas akibat gas, asap atau uap panas yang terhisap. Edema yang terjadi dapat
menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena edema laring.
Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu yang sangat panas, produk produk
yang tidak sempurna dari bahan yang terbakar seperti bahan jelaga dan bahan khusus
yang
menyebabkan
kerusakan
dari
mukosa
lansung
pada
percabangan
trakheobronkhial.
Keracunan asap yang disebabkan oleh termodegradasi material alamiah dan materi
yang diproduksi. Termodegradasi menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti
hydrogen sianida, nitrogen oksida, hydrogen klorida, akreolin dan partikel partikel
tersuspensi. Efek akut dari bahan kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi
pada saluran napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya
tracheal bronchitis dan edem.
Efek intoksikasi karbon monoksida (CO) mengakibatkan terjadinya hipoksia jaringan.
Karbon monoksida (CO) memiliki afinitas yang cukup kuat terhadap pengikatan
hemoglobin dengan kemampuan 210 240 kali lebih kuat disbanding kemampuan O2.
Jadi CO akan memisahkan O2 dari Hb sehingga mengakibatkan hipoksia jaringan.
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami hal
sebagai berikut:
1. Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup.
2. Sputum tercampur arang.
3. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
23
fisik
meliputi inspeksi, penderita palpasi, perkusi dan auskultasi adalah prosedur yang
harus dilakukan pada perawatan penderita. Pemeriksaan laboratoris untuk monitoring
juga dilakukan untuk mengikuti perkembanagn keadaan penderita. Monitoring
penderita kita dibagi dalam 3 situasi yaitu pada saat di triage, selama resusitasi (0-72
jam pertama)dan pos resustasi.
pemasangan foley kateter. Urine produksi dapat diukur dan dicatat tiap jam.
Observasi urine diperiksa warna urine terutama pada penderita luka bakar
24
derajat III atau akibat trauma listrik, myoglobin, hemoglobin terdapat dalam
urine menunjukkna adanya kerusakaan yang hebat.
II. Monitoring dalam Fase Resusitasi
(sampai 72 jam)
1) Mengukur urine
resusitasi cukup adekuat / tidak. Pada orang dewasa jumlah urine 30-50 cc
urine/jam.
2) Berat jenis urine. Pascatrauma luka bakar jenis dapat normal atau meningkat.
Keadaan ini dapat menunjukkna keadaan hidrasi penderita. Bilamana berat jenis
meningkat berhubungan dengan naiknya kadar glukosa urine.
3) Vital Sign
4) pH darah.
5) Perfusi perifer
6) laboratorium
serum elektrolit
plasma albumin
hematokrit, hemoglobin
urine sodium
elektrolit
Perawatan luka
Perawatan luka diarahkan untuk meningkatkan penyembuhan luka. Perawatan luka
sehari-hari meliputi membersihkan luka, debridemen, dan pembalutan luka.
1) Hidroterapi
Membersihkan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini terdiri
dari merendam (immersion) dan dengan shower (spray). Tindakan ini dilakukan selama 30
menit atau kurang untuk klien dengan LB acut. Jika terlalu lama dapat meningkatkan
pengeluaran sodium (karena air adalah hipotonik) melalui luka, pengeluaran panas, nyeri
dan stress. Selama hidroterapi, luka dibersihkan secara perlahan dan atau hati-hati dengan
menggunakan berbagai macam larutan seperti sodium hipochloride, providon iodine dan
chlorohexidine. Perawatan haruslah mempertahankan agar seminimal mungkin terjadinya
pendarahan dan untuk mempertahankan temperatur selama prosedur ini dilakukan. Klien
yang tidak dianjurkan untuk dilakukan hidroterapi umumnya adalah mereka yang secara
hemodinamik tidak stabil dan yang baru dilakukan skin graft. Jika hidroterapi tidak
dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan dibilas di atas tempat tidur klien dan
ditambahkan dengan penggunaan zat antimikroba.
2) Debridemen
26
Terapi Fisik
Mempertahankan fungsi fisik yang optimal pada klien dengan injuri LB merupakan
tantangan bagi team yang melakukan perawatan LB. Perawat harus bekerja secara teliti
dengan fisioterapist dan occupational terapist untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
rehabilitasi klien LB. Program-program exercise, ambulasi, aktifitas sehari-hari harus
27
diimplementasikan secara dini pada pemulihan fase acutsampai perbaikan fungsi secara
maksimal dan perbaikan kosmetik.
Kontraktur luka dan pembentukan scar (parut) merupakan dua masalah utama pada klien
LB. Kontraktur akibat luka dapat terjadi pada luka yang luas. Lokasi yang lebih mudah
terjadinya kontraktur adalah tangan, kepala, leher, dan axila.
Tindakan-tindakan yang digunakan untuk mencegah dan menangani kontraktur meliputi
terapi posisi, ROM exercise, dan pendidikan pada klien dan keluarga.
1) Posisi Terapeutik
Tabael dibawah ini merupakan daftar tehnik-tehnik posisi koreksi dan terapeutik untuk
klien dengan LB yang mengenai bagian tubuh tertentu selama periode tidak ada aktifitas
(inactivity periode) atau immobilisasi. Tehnik-tehnik posisi tersebut mempengaruhi bagian
tubuh tertentu dengan tepat untuk mengantisipasi terjadinya kontraktur atau deformitas.
Posisi Terapeutik
Tehnik Posisi
Leher
Ekstensi
Tanpa bantal
Anterior
Netral ke ekstensi
Keliling
Netral
dibawah
cervical
untuk
110 derajat
Lakukan
Siku
Ekstensi lengan
(dibelat/dibidai)
Lengan
pergelangan tangan
tangan
metacrpal
MCP
sendi
Hand splint
pleksi
interpalangeal derajat
(MCP)
splinting
Ekstensi PIP/DIP
90 Hand splint
hand splint dengan abduksi ibu
jari
Supine
distal
dengan
kepala
(PIP/DIP)
Ekstensi paha
ekstensi
Ibu jari
Ekstensi lutu
Posisi prone
Netral
datar
28
Paha
Lutut
Pergelangan kaki
2) Exercise
Latihan ROM aktif dianjurkan segera dalam pemulihan pada fase akut untuk
mengurangi edema dan mempertahankan kekuatan dan fungsi sendi. Disamping itu
melakukan kegiatan/aktivitas sehari-hari (ADL) sangat efektif dalam mempertahankan
fungsi dan ROM. Ambulasi dapat juga mempertahankan kekuatan dan ROM pada
ekstremitas bawah dan harus dimulai bila secara fisiologis klien telah stabil. ROM pasif
termasuk bagian dari rencana tindakan pada klien yang tidak mampu melakukan latihan
ROM aktif.
3) Pembidaian (Splinting)
Splint digunakan untuk mempertahankan posisi sendi dan mencegah atau memperbaiki
kontraktur. Terdapat dua tipe splint yang seringkali digunakan, yaitu statis dan dinamis.
Statis splint merupakan immobilisasi sendi. Dilakukan pada saat immobilisasi, selama
tidur, dan pada klien yang tidak kooperatif yang tidak dapat mempertahankan posisi
dengan baik. Berlainan halnya dengan dinamic splint. Dinamic splint dapat melatih
persendian yang terkena.
4) Pendidikan
Pendidikan pada klien dan keluarga tentang posisi yang benar dan perlunya melakukan
latihan secara kontinue. Petunjuk tertulis tentang berbagai posisi yang benar, tentang
splinting/pembidaian dan latihan rutin dapat mempermudah proses belajar klien dan dapat
menjadi lebih kooperatif.
Mengatasi Scar
Hipertropi scar sebagai akibat dari deposit kolagen pada luka bakar yang menyembuh.
Beratnya hipertropi scar tergantung pada beberapa faktor antara lain kedalaman LB, ras, usia,
dan tipe autograft. Metode nonoperasi untuk meminimalkan hipertropi scar adalah dengan
terapi tekanan (pressure therapy). Yaitu dengan menggunakan pembungkus dan
perban/pembalut elastik (elastic wraps and bandages). Sedangkan tindakan pembedahan
untuk mengatasi kontraktur dan hipertropi scar meliputi :
1) Split-thickness dan full-thickness skin graft
29
2) Skin flaps
3) Z-plasties
4) Tissue expansion.
Rehabilitasi
Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari perawatan luka
bakar. Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar adalah untuk peningkatan
kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi yang maksimal. Tindakan-tindakan untuk
meningkatkan penyembuhan luka, pencegahan atau meminimalkan deformitas dan hipertropi
scar, meningkatkan kekuatan dan fungsi dan memberikan support emosional serta pendidikan
merupakan bagian dari proses rehabilitasi. Perhatian khusus aspek psikososial Rehabilitasi
psikologis adalah sama pentingnya dengan rehabilitasi fisik dalam keseluruhan proses
pemulihan. Banyak sekali respon psikologis dan emosional terhadap injuri luka bakar yang
dapat diidentifikasi, mulai dari ketakutan sampai dengan psikosis . Respon penderita
dipengaruhi oleh usia, kepribadian (personality), latar belakang budaya dan etnic, luas dan
lokasi injuri, dan akibatnya pada body image. Disamping itu, berpisah dari keluarga dan
teman-teman, perubahan pada peran normal klien dan tanggungjawabnya mempengaruhi
reaksi terhadap trauma LB.
Terdapat 4 tahap respon psikososial akibat trauma LB sebagai berikut: impact; retreat or
withdrawal
(kemunduran
atau
menarik
diri);
acknowledgement
(menerima)
dan
Kemunduran
(retreat)
ditandai
oleh
represi,
menarik
diri
(withdrawal),
Rujukan
Keadaaan dimana luka bakar perlu untuk durujuk :
a.
Luka bakar Partial thickness (superficial) dengan luas daerah >10%, kecuali luka
bakar yang sangat superfisial
b.
Semua luka bakar full thickness, kecuali daerah yang sangat kecil
c.
Semua luka bakar yang mengenai wajah, mata, telapak tangan, telapak kaki,
genitalia, perineum (sekitar anus) sekalipun daerah luka bakar kurang dari 5-10%
d.
e.
f.
Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan jaringan
dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam tubuh
g.
h.
Luka bakar kecil pada pasien dengan permasalahan sosial, termasuk pada anak yang
i.
berisiko tinggi
I. dapur
a.
b.
jauhkan makanan dan minuman panas dari jangkauan anak-anak. Jangan pernah
membawa makanan panas dan minuman panas dengan satu tangan dengan ketika
ada anak-anak di sekitar anda
c.
d.
e.
singkirkan taplak meja menjuntai ketika di rumah ada anak yang seang belajar
merangkak
jauhkan dan simpan bahan kimia (pemutih, amonia) yang dapat menyebabkan luka
f.
bakar kimia.
g.
simpan korek api, lilin jauh dari jangkauan. Jangan pernah biarkan lilin menyala
tanpa pengawasan.
h.
Beli alat-alat listrik dengan kabel yang pendek dan tidak mudah lepas atau
menggantung.
b.
Pastikan termostat pemanas air pada suhu 120F (48,8C) atau lebih rendah.
Umumnya air panas untuk anak sebaiknya suhunya tidak lebih dari 100F (37,7C).
Jangan biarkan anak bermain degan keran atau shower.
Tutup setiap tempat yang dapat dipakai untuk menusukkan kabel listrik
b.
c.
PROGNOSIS
a.
b.
Luas permukaan
c.
Daerah yang terkena, perineum, ketiak, leher dan tangan karena sulit perawatan
dan mudah kontraktur.
d.
Luka bakar derajat II dan III lebih dari 10% luas permukaan tubuh pada
penderita yang berumur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 50 tahun.
2.
Luka bakar derajat II dan III lebih dari 20% diluar usia tersebut diatas
3.
Luka bakar derajat II dan III yang mengenai wajah, mata, telinga, tangan, kaki,
genitalia, atau perineum atau yang mengenai kulit sendi-sendi utama.
4.
Luka bakar derajat III lebih dari 5% luas permukaan tubuh pada semua umur
5.
Luka bakar listrik, termasuk tersambar petir (kerusakan jarinagn bawah kulit
hebat dan menyebabkan gagal ginjal akut serta komplikasi lain.
6.
7.
Trauma inhalasi
8.
Luka bakar pada penderita yang karena penyakit yang sedang dideritanya
dapat mempersulit penanganan, memperpanjang pemulihan atau dapat
mengakibatkan kematian.
9.
Luka bakar dengan cedera penyerta yang menambah resiko morbiditas dan
mortalitas, ditangani dahulu di UGD sampai stabil, baru dirujuk ke pusat luka
bakar
10. Anak-anak dengan luka bakar yang dirawat dirumah sakit tanpa perugas dan
peralatan yang memadai, dirujuk ke pusat luka bakar
11. Penderita luka bakar yang memerlukan penanganan khusus seperti masalah
social, emosional atau yang rehabilitasinya lama, termasuk adanya tindakan
kekerasan pada anak atau anak yang diterlantarkan.
B.
34
Data penderita termasuk hasil pemeriksaan, suhu, nadi, pemberian cairan, dan
produksi urin ditulis dalam catatan penderita harus disertakan
2.
35