LAPORAN KASUS
1.1
1.2
IDENTIFIKASI
Nama
: Tn. N
Umur
: 78 th
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Pensiunan Guru
Pendidikan
: S1 pendidikan
Status
: Menikah
Alamat
ANAMNESIS (Autoanamnesis):
1.2.1 Keluhan Utama
Penglihatan mata kanan dan kiri mulai kabur sejak 2 tahun yang lalu
1.2.2 Keluhan tambahan :
-
agak berair dan terdapat rasa mengganjal pada mata pasien tetapi tidak
disertai rasa nyeri. Mata merah (-), gatal pada mata (-), kotoran mata (-).
Namun karena keluhan pasien rasakan belum menganggu, pasien tidak
berobat ke Rumah sakit.
6 bulan yang lalu pasien mengeluh mata kanannya lebih kabur dari pada
yanag sebelah kiri. Pasien merasa kabur saat melihat jauh dekat serta silau
lebih dirasakan ketika melihat cahaya, kabur saat membaca buku
sedangkan mata kiri masih agak terlihat saat membaca buku. Keadaan ini
sangat mengganngu aktivitas sehari-hari dalam belajanya, kemudian
pasien dibawa ke dokter dan diberi kacamata. Pasien measakan keluahan
kabur berkurang saat memakai kaca mata, lalu pasien tidak kembali
kontrol lagi.
2 bulan yang lalu, pasien mulai merasa pandangan mulai terasa kabur
dan keluhan tersebut pada kedua mata, tetapi makin memberat pada mata
sebelah kanan. Kabur yang dirasakan saat melihat jauh dekat. Pasien juga
merasa seperti melihat kabut, merasa silau saat siang hari. Pasien juga
mengeluhkan pandangan terbatas dan terdapat yang mengganjal pada
kedua mata, mata merah (-), gatal pada mata (-), kotoran mata (-), nyeri (). Pasien juga mengeluhkan kadang mata berair dan gatal sehingga
aktivitasnya sehari hari sangat terganggu, lalu pasien dibawa berobat ke
RSUD Rd Mattaher Jambi. Riwayat trauma (-)
Riwayat Penyakit Sistemik :
1.2.4
1.3
: Baik
: Menengah
PEMERIKSAAN FISIK
1.3.1 Status Generalis
Keadaan umum
: tampak baik
Kesadaran
: kompos mentis
TB / BB
: - cm / 67 kg
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Respiratory rate
: 22 x/menit
Suhu
: afebris
Trac. Digestivus
Kardiovaskuler
Endokrin
Neurologi
THT
Kulit
OS
Visus Dasar
1/300
3/60
TIO : Digital
TIDAK DILAKUKAN
TIDAK DILAKUKAN
Ortoforia
Ortoforia
Duksi : baik
Duksi : baik
Versi : baik
Versi : baik
Trichiasis (-)
Trichiasis (-)
Palpebra Superior
edema (-)
edema (-)
PalpebraInferior
edema (-)
edema (-)
Konjungtiva tarsus
Papil
(-),
lytiasis (-).
folikel
(-), Papil
(-),
folikel
(-),
lythiasis (-)
Konjungtiva Bulbi
Kornea
Jernih
Jernih
Sedang
Sedang
Iris
Pupil
Bulat, Isokor
Bulat, Isokor
Diameter
3 mm
3mm
Lensa
Keruh seluruhnya
Kornea
Iris
COA
Pupil
Lensa
TONOMETRI
DIGITAL
TONOMETRI
TIDAK DILAKUKAN
SCHIOTZ
1.4
VISUAL FIELD
TIDAK DILAKUKAN
FUNDUSKOPI
TIDAK DILAKUKAN
Proyeksi cahaya
RESUME
Seorang seorang laki-laki , 78 tahun, datang dengan keluhan penglihatan
kabur 2 tahun yang lalu, kabur yang dirasakan saat melihat jauh dan dekat,
silau saat melihat cahaya pada siang hari (+), melihat asap atau berkabut (+),
agak berair dan terdapat rasa mengganjal dan gatal pada mata pasien tetapi tidak
disertai rasa nyeri. Mata merah (-), gatal pada mata (-), kotoran mata (-).
Riwayat DM dan HT tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik, secara umum tampak baik, dan status
optalmologikus ditemui mata kanan : Visus 1/300, adanya kekeruhan lensa
yang hampir seluruhnya pada orbita dextra dengan iris shadow (-), dan mata
kiri : Visus 3/60, lensa keruh di perifer dan iris shadow (-). Proyeksi cahaya
baik pada kedua mata.
1.5
DIAGNOSIS KERJA
Katarak Sinilis Mature ODS
1.6
DIFERENTIAL DIAGNOSIS
Katarak Senislis Hipermature
1.7
ANJURAN PEMERIKSAAN
Persiapan pre op : Darah rutin dan GDS, Rontgen Thorak, EKG
Pemeriksaan USG Mata
1.8
PENATALAKSANAAN
Anjuran Operasi Katarak dengan memakai lensa
1.9
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENDAHULUAN
Katarak merupakan penyebab paling sedikit 50% kasus kebutaan di
seluruh dunia.1 Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, jumlah orang
yang terkena semakin meningkat.1 Katarak berasal dari bahasa Yunani
Katarrhakies, Inggris Cataract dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam
bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun
akibat lensa yang keruh.2
Penelitianpotong lintang mengidentifikasikan adanya katarak pada
sekitar 10 % orang Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar
50% untuk mereka yang berusia antara 65-74 tahun dan sampai sekitar 70%
untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.1
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga merupakan kalainan kongenital, atau penyulit panyakit mata lokal menahun.
2.2
Anatomi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan sempurna.Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm.
Ketebalan lensa bervariasi tergantung pada proses akomodasi. Berat lensa
bervariasi dari 135 mg (0-9 tahun) sampai 255 mg (usia 40-60 tahun).Lensa
memiliki dua permukaan yaitu permukaan anterior dan permukaan posterior.
Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung dibandingkan anterior.
Kedua pemukaan ini bertemu pada tepi lensa yang disebut ekuator.Posisi lensa
tepat di sebelah posterior iris dan disangga oleh serat-serat zonula yang berasal
dari korpus siliaris. Di sebelah anterior lensa terdapat akuous humor, di sebelah
posteriornya terdapat vitreus.1,5
Lensa mempunyai dua permukaan, permukaan anterior lebih konveks dari
pada posterior. Kedua permukaan ini bertemu di ekuator. Indeks refraksi 1,39
dan jumlah kekuatan lensa 15-16 D.4
Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum yang dikenal dengan zonula
zinni yang tersusun dari banyak serat dari permukaan corpus cilliare dan
menyisip kedalam ekuator lensa.1
10
sel. Pada saat yang sama, sel akan kehilangan organela, termasuk inti
sel, mitokondria dan ribosom.3,4,6,7
3. Nukleus dan korteks
Epitel subkapsuler lensa akan membentuk serat lensa terus menerus.
Pembentukkan serat lensa yang terus-menerus mengakibatkan
memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk
nukleus lensa. Dibagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih
muda yang disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di
sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedang
di belakangnya korteks posterior. Dengan bertambahnya umur,
nukleus makin membesar sedangkan korteks makin menipis, sehingga
akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus.Serat lensa
dihasilkan seumur hidup, namun kecepatan produksinya makin lama
makin berkurang.6,7
11
12
semipermeabel kapsul lensa dan mekanisme pompa membran serat lensa yang
mengatur keseimbangan air dan elektrolit pada lensa.4
Walaupun terjadi fosfolirasi oksidatif di epiltel lensa, kebanyakan
produksi energi dengan proses anaerob (melalui glikolisis, jalur pentose-fosfat
dan HMP (hexose monophosphate) shunt. Glukosa dikonversi menjadi glukosa6-fosfat dan sedikit sorbitol.1
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein
(kandungan proteinnya lebih tinggi di antara jaringan-jaringan tubuh) dan jumlah
ini sedikit berubah dengan bertambahnya usia. Selain itu, terdapat sedikit mineral
seperti yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi
di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi
avaskular dan tidak mempunyai persarafan, nutrisi lensa didapat melalui difusi
dari akuous humor. Metabolisme lensa terutama bersifat anaerob akibat
rendahnya kadar oksigen teralut di dalam akuous humor.2,8
2.4
Definisi katarak
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan
latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa keruh. Katarak adalah
setiap kekeruhan atau berkurangnya tranparasi pada lensa. Normalnya lensa
akan mengkonvergensikan cahaya yang masuk. Kekeruhan pada lensa akan
menyebarkan ataupun menghambat cahaya. Jika kekeruhan sedikit dan letaknya
di perifer, ini hanya sedikit ataupun tidak akan mempengaruhi penglihatan.2-4,6
13
Patogenesis Katarak9
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun
demikian, pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat
protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya.
Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa
menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel
diantara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel
yang menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga berperan dalam terbentuknya
katarak antara lain kerusakan oksidatif ( dari proses radikal bebas, sinar UV
dan malnutrisi. Hingga kini belum ditemukan pengobatan yang memperlambat
14
2.7
Klasifikasi katarak
Berdasarkan etiologinya katarak dapat diklasifikasikan menjadi:4
I. Katarak kongenital dan developmental
II. Katarak didapat
1. Katarak senilis
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
4. Katarak metabolik
5. Katarak elektrik
6. Katarak akibat radiasi
7. Katarak toksik, misalnya
i. Katarak yang diinduksi kortikosteroid
ii. Katarak yang diinduksi obat-obat miotik
8. Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit (dermatogenik
katarak)
9. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
10. Katarak dengan sindrom lainnya
15
i. Dystrophica myotonica
ii. Downs syndrome
iii. Lowes syndrome
iv. Treacher Collins syndrome
Berdasarkan Nana Wijaya katarak diklasifikasikan menjadi:5
1. Katarak developmental/katarak kongenital
2. Katarak degeneratif
1. Katarak Developmental/Kongenital
Katarak developmental adalah kekeruhan pada lensa yang timbul saat
lensa dibentuk. Ini terjadi karena beberapa gangguan dalam pertumbuhan
normal lensa, ini merupakan kelainan kongenital. Pada katarak kongenital
terjadi kekeruhan hanya terbatas pada nukleus fetal atau embrionik.Katarak
developmental terjadi dari bayi sampai renaja. Oleh karenaitu kekeruhan
dapat terjadi pada nukleus infantil sampai dewasa.4,8
Bentuk katarak kongenital yang dapat terlihat memberikan kesan kepada
kita perkembangan embriogenik lensa disertai saat terjadinya gangguan
perkembangan lensa. Katarak kongenital tersebut dapat dalam bentuk katarak
lamelar atau zonular, katarak polaris posterior, katarak polaris anterior,
katarak nuklear dan katarak sutural.9
Tindakan pengobatan katarak kongenital adalah operasi. Bila kekeruhan
lensa sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah tidak dapat dilihat
pada funduskopi maka untuk mencegah ambliopia dilakukan pembedahan
secepatnya. Katarak kongenital sudah dapat dilakukan pembedahan pada usia
2 bulan pada satu mata.6,9
2. Katarak Degeneratif3
Katarak degeneratif dibedakan menjadi katarak primer dan katarak
komplikata
1. Katarak Primer
16
juvenille
biasanya
merupakan
lanjutan
dari
katarak
Penyakit lokal pada satu mata, seperti uveitis anterior, glaukoma, ablatio
retrina, miopia tinggi, ptosis bulbi yang mengenai satu mata.
Biasanya katarak juvenille ini merupakan katarak yang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Tindakan bedah pada katarak juvenille dilakukan pada :
17
Katarak Nuklear
Katarak nuclear adalah sclerosis dan penguningan yang berlebihan
pada lensa. Dimana sebenarnya secara fisiologis lensa memang
mengalami sclerosis dan penguningan sesuai dengan pertambahan
umur. Namun hal ini tidak berpengaruh banyak pada fungsi visual.
Apabila sclerosis dan penguningan lensa ini sudah berlebihan maka ia
disebut katarak nuclear. Cara mengevaluasi katarak nuclear adalah
dengan menggunakan slit-lamp biomicroscope dan dengan memeriksa
refleks warna merah dengan dilatasi pupil.
18
Perkembangannya lambat
Menyebabkan
penurunan
penglihatan
jauh
dibandingkan
penglihatan dekat.
Pada kasus lanjut, nucleus lensa akan menjadi semakin opaque dan
coklat yang disebut dengan brunescent katarak nuclear.
19
Katarak Kortikal
Perubahan komposisi ionic dari korteks lensa dan perubahan
subsekuen pada hidrasi dari serat lensa akan mengakibatkan
opasifikasi kortikal.
Diplopia mononuclear.
20
21
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur,
matur dan hipermatur
1. Katarak insipien
Stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan visus.
Dengan koreksi visus masih dapat 5/5-5/6. Kekeruhan yang tidak teratur
seperti bercak-bercak (seperti jari-jari roda) yang membentuk gerigi
dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya, terutama mengenai
kortek anterior. Gambaran ini yang disebut Spoke of Wheel yang nyata
bila pupil dilebarkan. Pada stadium ini dapat menimbulkan keluhan
poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian
lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan positif.
2. Katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai
seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada
lensa. Kekeruhanitu terutama pad abagian posterior dan bagian belakang
nucleus lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada
keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
sehingga terjadi glaukoma sekunder. Oleh karena kekeruhan pada bagian
posterior lensa, maka sinar oblik yang menganai bagian yang keruh ini,
akan dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat di pupil ada
daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa
yang keruh, keadaan ini dosebut shadow test (+).
3. Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.
Kekeruhan ini akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar,
sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan
22
lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bila dilakukan
uji bayangan iris akan terlihat negatif. Dengan koreksi visus tetap buruk,
hanya dapat menghitung jari, bahkan 1/300 atau 1/tak terhingga.
23
Kekeruhan lensa
Cairan lensa
Insipient
Ringan
Normal
Imatur
Sebagian
Bertambah
(air masuk)
Matur
Seluruh
Normal
Hipermatur
Massif
Berkurang (air
+ masa lensa
keluar)
Tremulans
Dalam
Terbuka
Pseudopos
Uveitis
+
glaucoma
Iris
Bilik mata depan
Sudut bilik mata
Shadow test
Penyulit
Normal
Normal
Normal
Negatif
-
Terdorong
Dangkal
Sempit
Positif
Glaucoma
Normal
Normal
Normal
Negatif
-
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan Lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang
(air masuk)
(air keluar)
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Bilik Mata
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow Test
Pseudops
Penyulit
Glaukoma
Uveitis +
Depan
Sudut Bilik
Mata
Glaukoma
Table 2.2 Gejala Katarak Berdasarkan Tipenya
Katarak Traumatika
24
Katarak Metabolik
Merupakan katarak yang terjadi karena kelainan metabolik seperti :
o Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus
dapat
25
peningkatan
resiko
dari
perubahan
lensa
yang
Galaktosemia
Galaktosemia adalah ketidakmampuan merubah galaktose menjadi
glukosa yang diturunkan secara autosomal resesif.
Sebagai
26
dari
lensa.
Pengobatan
galaktosemia
termasuk
menghilangkan susu dan produk susu dari diet. Pada beberapa kasus,
bentukan katarak awal dapat dicegah dengan diagnosis yang cepat dan
intervensi diet.
Defisiensi dari dua enzim lain, galaktokinase dan epimerase, dapat
juga menyebabkan galaktosemia. Defisiensi ini jarang, bagaimanapun
dapat menyebabkan kelainan yang tidak parah. Katarak yang
disebabkan defisiensi enzim dapat terlihat, tetapi mengarah ke
27
Distrofi Miotonik
Dystrofi miotonik adalah kondisi yang diturunkan autosomal dominant
dengan ciri-ciri: penundaan relaksasi otot yang berkontraksi, ptosis,
kelemahan otot wajah, defek konduksi jantung, dan pada pasien pria
dapat terjadi kebotakan di bagian frontal yang prominen. Pasien
28
Perokok yang
29
membrane
30
pada
pemberian
kortikosteroid
secara:
sistemik,
topical,
31
Amiodarone
Amiodaron suatu oat antiaritmia, dilaporkan dapat menyebabkan deposisi
pigmen axial anterior stelata. Amiodaron juga dideposit di epitel kornea dan
jarang menyebabkan neuropati optic.
Statin
Percobaan pada anjing dengan menggunakan 3-hidroksil-3metilglutaril
coenzim A (HMG CoA) reduktase inhibitor dikaitkan dengan timbulnya
katarak dengan menggunakan dosis berlebihan. Namun penggunaan statin
pada manusia tidak menunjukkan peningkatan resiko katarak. Namun
demikian, pnggunaan serempak simvastatin dan eritromisin dapat dikaitkan
dengan peningkatan 2-3 kali lipat resiko katarak
1.7
Manifestasi Klinis10
Anamnesis
Anamnesis yang cermat penting dalam menentukan progresi dan fungsional
penglihatan akibat katarak dan juga dalam mengidentifikasi penyebab lain
kekeruhan pada lensa.
Glare
Keluhan ini berupa menurunnya sensitifitas kontras pada cahaya yang
terang atau silau pada siang hari atau pada arah datangnya sinar pada
32
malam hari. Gangguan ini muncul utamanya pada pasien dengan katarak
subcapsular posterior dan pada pasien dengan katarak kortikal.
Myopic shift
Progresi katarak seringkali meningkatkan kekuatan dipotrik lensa
menyebabkan terjadinya myopic atau myopic shift derajat ringan maupun
sedang. Akibatnya, ada pasien presbiobic melaporkan peningkatan jarak
dekat dan tidak membutuhkan kacamata baca saat mereka mengalami hal
yang disebut second sight. Namun munculnya sementara saat kualitas lensa
mengalami gangguan makan second sight tersebut akan hilang.
Myopic shift dan second sight tidak terjadi pada katarak kortikal dan
katarak subkapsular posterior.
Monocular diplopia
Penderita melihat dua bayangan yang disebabkan refraksi dari lensa
sehingga benda benda yang dilihat penderita akan dilihat silau
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata lengkap dimulai dari pemeriksaan tajam penglihatan.
Pemeriksaan dengan slit lamp juga penting selain untuk memeriksa
kekeruhan lensa juga untuk pemeriksaan mata lainnya ( konjungtiva,
kornea, iris, kamera anterior). Selain itu pemeriksaan oftalmoskop direk
dan indirek penting untuk mengevaluasi posterior mata sehingga dapat
diketahui prognosis setelah ekstraksi lensa.
2.8 Penatalaksanaan11
1. Pengobatan Preoperatif
-
Antibiotik topical
Informed consent
33
Lokal
Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah
34
dari metode ini. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa
subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. Dapat dilakukan di
tempat dengan fasilitas bedah mikroskopis yang terbatas, pada kasus-kasus yang
tidak stabil seperti intumescent, hipermatur, dan katarak luksasi, jika zonular tidak
berhasil dimanipulasi untuk mengeluarkan nukleus dan korteks lensa melalui
prosedur ECCE.
35
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan
kortek lensa dapat keluar melalui robekan meninggalkan kapsul posterior yang
masih intak. ECCE melalui ekspesi nukleus prosedur utama pada operasi katarak.
Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan alat, kemamppuan ahli
bedah dan densitas nukleus. Pada saat ini hampir semua kasus untuk katarak
dilakukan pembedahan dengan teknik ini kecuali jika ada kontraindikasi.9
Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan
endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan dilakukan
bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca,
mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami
ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk
mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps
badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder. Kontraindikasi yaitu adanya subluksasi dan dislokasi
dari lensa. Prosedur ECCE memerlukan keutuhan dari zonular untuk pengeluaran
nukleus dan materi kortikal lainnya. Oleh karena itu, ketika zonular tidak utuh
pelaksanaan prosedur yang aman melalui ekstrakapsular harus dipikirkan lagi.
36
astigmatisme
postoperative
lebih
kecil
pada
ECCE
37
Phakoemulsifikasi
Prosedur ekstrakapsular dengan mengemulsifikasi nukleus lensa menggunakan
gelombang ultrasonic (40.000 MHz) kemudian diaspirasi. Pada tehnik ini
diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic
akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO akan
menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra
Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang
kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih dengan sendirinya, yang
memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas seharihari.10 Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat,
dan keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan
lensa intraokuler, meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular
fleksibel yang dapat dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.
38
SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan teknik
pembedahan kecil. Di negara yang berkembang, teknik ini lebih dipilih karena
biaya yang lebih murah, teknik yang lebih mudah dipelajari, lebih aman untuk
dilakukan dan mempunyai aplikasi yang lebih luas. Sesudah ekstraksi katarak
mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut afakia. Tanda-tandanya adalah bilik
mata depan dalam, iris tremulans dan pupil hitam. Pada (pseudofakia)
Menggunakan kacamata afakia, kacamata ini tebal, berat, dan tidak nyaman.
Kacamata untuk penglihatan jauh dan dekat sebaiknya diberikan dalam dua
kacamata untuk menghindarkan aberasi sferis dan aberasi khromatis.
39
40
Prolaps iris, bilik mata depan menjadi dangkal, kebocoran jahitan dapat terjadi
Prolaps vitreous, operative hard eye, dan expulsive choroidal hemorrage dapat
terjadi
Dapat dilakukan pada semua jenis katarak, termasuk hard cataract grade IV
dan V
Keuntungan yang paling signifikan dari SICS adalah tidak bergantung pada
mesin dan dapat dilakukan di mana saja
Astigmatisma post operasi lebih mungkin terjadi karena insisi SICS (6mm)
lebih besar dibandingkan dengan phakoemulsifikasi.
41
Merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia. Bahan dasar IOL yang dipakai sampai
saat ini yaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Ada beberapa tipe dari IOL
berdasarkan metode fiksasinya di mata:
1. Anterior Chamber IOL
Lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh anterior chamber. ACIOL ini
dapat ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang dipakai karena
mempunyai resiko tinggi terjadinya bullous Keratopathy.
2. Iris-Supported lenses
Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang
dipakai karena mempunya insidens yang tinggi terjadinya komplikasi post operatif
42
43
Consecutive Myopia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam over koreksi. Pasien yang demikian
membutuhkan kacamata untuk menangani myopia dan juga membutuhkan
kacamata plus untuk penglihatan dekatnya
Consecutive Hypermetropia
Keadaan
dimana
kekuatan
lensa
yang
ditanam
underkoreksi
sehingga
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan jauhnya dan tambahan +2D dan
+3D untuk penglihatan dekatnya.
Tanda-tanda pseudophakia:
o Surgical scar, biasanya dapat dilihat di dekat limbus
o Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan mata
normal
o Iridodonesis ringan
o Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.
o Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil maka
akan terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi dengan
mendilatasi pupil.
o Status visus dan refraksi dapat bermacam-macam, sesuai dengan IOL yang
ditanam.
Perawatan Pasca Bedah
Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi
biasanya lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi
dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau
mengangkat benda beratselama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan
dilakukan selama 2 bulan. Matanyadapat dibalut selama beberapa hari pertama
pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca
operasi dan matanya dilindungi pakaikacamata atau dengan pelindung seharian.
Kacamata sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi
44
biasanya pasien dapat melihat dengan baik melalui lensa intraokuler sambil
menantikan kacamata permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ) Selain
itu juga akan diberikan obat untuk :
Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat
maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul
benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan
Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk
mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
2.9 Komplikasi
Komplikasi tindakan pembedahan
45
1.8 Prognosis
Prognosis penglihatan untuk pasien katarak pada anak anak yang
memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk katarak senilis.
Adanya ambliopia adan kadang-kadang anomali saraf optikus atau reina
membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini.
Prognosis untuk perbaikan ketajaman penglihatan setelah operasi buruk pada
katarak kongenital in komplit yang progresif lambat
46
BAB III
PEMBAHASAN
47
48
DAFTAR PUSTAKA
dari
URL:https://www.scribd.com/doc/221184147/referat-
katarak#download
5. Ketrina AR. Katarak dan Penatalaksanaannya. (serial online). Diakses
(tanggal
11
November
2014).
Diunduh
dari
URL
https://www.scribd.com/archive/plans?doc=167922799&metadata={%22cont
ext%22%3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22rea
d%22%2C%22action%22%3A%22toolbar_download%22%2C%22platform
%22%3A%22web%22%2C%22logged_in%22%3Atrue}
6. Tsai JC. Oxford American Handbook of Ophthalmology. New York: Oxford
University Press; 2011.
7. American Academy of Ophthalmology. Anatomy in Lens and Cataract.
Section 11. Basic and Clinical Science Course; 2007.
8. Akura, J Kaneda, dkk. Manual Sutureles Cataract Surgery Using a Claw
Vectis. J. Cataract Refract Surgery, Vol 26. April 2002.
49