BAB I
PENDAHULUAN
P a g e 1 | 39
SKENARIO A
BAB II
PEMBAHASAN
Moderator
: Izzaty.A.H
Sekretaris meja
: Desi Puspitasari
Sekretaris papan
Waktu
Peraturan tutorial
SKENARIO A
gram. Kakak-kakak Rahmad tidak mengalami kondisi seperti Rahmad, tumbuh kembangnya
normal.
Pemeriksaan Fisik : BB 13 kg, PB 88 cm, LK 47 cm, compos mentis
Kepala
Thoraks
Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekatremitas : tidak ada kelainan
Pemeriksaan neurologis : Tidak ada kelainan
Status Perkembangan :
Bila diajak bicara, tidak mau menetap muka lawan bicara dan tidak mau tersenyum
kepada pemeriksa
Tidak bias disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat ketangan
pemeriksa
Histeris
Skor APGAR
Tumbuh
Kembang
Dismorfik
Mengepak-
ngepakkan
SKENARIO A
tangan seperti
2.4
mau terbang
Ide
Belum bisa
bicara
7
Tidak menoleh
bila dipanggil
8
Tidak bisa
ntif
ika
si
Ma
sal
bermain pura-
ah
pura
9
Tidak pernah
1. R
:
ah
menunjuk
ma
sesuatu
10 Tidak bisa
d,
:
ana
disuruh melihat
benda yang
laki
ditunjuk
11 Tidak mau diam
laki
gangguan prilaku
,
usi
a 25 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara. Rahmad tidak menoleh bila
dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa dimengerti orang tua dan orang lain.
2. Rahmad tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak suka dipeluk dan akan menjadi
histeris bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan
pengasuhnya.
3. Disamping itu juga Rahmad selalu bergerak, tidak mau diam, berlari ke sana ke mari
tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti mau
terbang.
4. Rahmad anak ketiga dari usia 34 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu.
Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan. Segera setelah
lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8 menit kelima 9. Berat badan waktu lahir
3.000 gram.
P a g e 4 | 39
SKENARIO A
5. Kakak-kakak Rahmad tidak mengalami kondisi seperti Rahmad, tumbuh kembangnya
normal.
6. Pemeriksaan Fisik : BB 13 kg, PB 88 cm, LK 47 cm, compos mentis
Kepala :Tidak ada gambaran dismorfik, conjungtiva anemis -/Thoraks
Abdomen
: datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Bila diajak bicara, tidak mau menetap muka lawan bicara dan tidak mau tersenyum
kepada pemeriksa
Tidak bias disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat ketangan
pemeriksa
P a g e 5 | 39
SKENARIO A
Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cerebrum (Otak Besar) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia
yang juga disebut dengan nama cerebral cortex, forebrain atau otak depan.
Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika,
bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan
intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Cerebrum terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut lobus. Bagian lobus
yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit
disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah:
a. Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari
otak besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat
alasan, kemampuan gerak, kognisi,
perencanaan, penyelesaian
SKENARIO A
berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia
mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh
retina mata.
Serebrum (otak besar) merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari
otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak.
Masing-masing disebut fosa kranialais anterior atas dan fosa kranialis media.
Otak mempunyai dua permukaan, permukaan atas dan permukaan bawah.
Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada
bagian korteks serebral dan zat putih terdapat pada bagian dalam yang
mengandung serabut saraf.
Mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak, yang masing-masing
disebut fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah. Serebrum terdiri atas
dua belahan (hemisfer) besar sel saraf (substansi kelabu) dan serabut saraf
(substansi putih). Lapisan luar substansi kelabu disebut koeteks. kedua
hemisfer otak itu dipisahkan celah yang dalam, tapi bersatu kembali pada
bagian bawahnya melalui korpus kolosum, yaitu masa substansi putih yang
terdiri atas serabut saraf. Di sebelah bawahnya lagi terdapat kelompokkelompok substansi kelabu atau ganglia basalis.
Korteks serebri selain dibagi dalam lobus dapat juga dibagi menurut fungsi
dan banyaknya area. Secara umum korteks serebri dibagi menjadi empat
bagian:
a. Korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri
yang mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani
suatu alat atau bagian tubuh bergantung pada fungsi alat yang
bersangkutan. Disamping itu juga korteks sensoris bagian fisura
lateralis menangani bagian tubuh bilateral lebih dominan.
b. Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri
merupakan kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual,
SSingatan berpikir, rangsangan yang diterima diolah dan disimpan
P a g e 7 | 39
SKENARIO A
serta dihubungkan dengan data yang lain. Bagian anterior lobus
temporalis mempunyai hubungan dengan fungsi luhur dan disebut
psikokorteks.
c. Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi
utamanya adalah kontribusi pada traktus piramidalis yang mengatur
bagian tubuh kontralateral.
d. Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan
sikap, mental, dan kepribadian.
Pusat bicara
Kemampuan berbicara/bahasa hanya terdapat pada manusia dan mempunyai
pusat pada temporalis dan lobus parietalis. Gangguan terhadap hubungan
antara korteks berbicara sensoris dan motoris maka akan timbul gangguan
kemampuan untuk berbicara spontan.
Ganglia basalis.
Kumpulan badan-badan sel saraf di dalam diensefalon dan mesensefalon
yang berfungsi pada aktivitas motorik (menghambat tonus otot, menentukan
sikap), gerakan dasar yang terjadi otomatis seperti ekspresi wajah dan
lenggang lenggok waktu berjalan. Substansi putih terletak lebih dalam dan
terdiri dari serabut saraf milik sel-sel pada korteks. Pada hemisfer otak
terdiri dari serabut saraf yang bergerak dari korteks dan ke dalam korteks
menyambung berbagai pusat pada otak dengan sumsum tulang belakang.
Kopsula internal terbentuk oleh berkas-berkas serabut motorik dan sensorik
yang menyambung korteks serebri dengan batang otak dan sumsum tulang
belakang. Pada saat melintas substansi kelabu, berkas saraf ini terpadu satu
sama lain dengan erat.
SKENARIO A
Otak kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis
yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat
menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada
otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak
otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak
mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu
mengancingkan baju.
P a g e 9 | 39
SKENARIO A
4. Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbik terletak pada bagian tengah otak membungkus batang otak
ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian
otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut
dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus,
amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi
menghasilkan
perasaan,
mengatur
produksi
hormon,
memelihara
homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang,
metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari limbik sistem adalah hipotalamus yang salah satu
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian
dan mana yang tidak. Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak
tersentuh oleh indera.
5. Medulla Spinalis
Medulla spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang berbentuk
silinder memanjang dan terletak seluruhnya di dalam canalis verterbalis,
dikeliling oleh tiga lapis selaput pembungkus yang di sebut meninges.
Apalagi
lapisan-lapisan,
struktur-struktur
dan
ruangan-rungan
yang
P a g e 10 | 39
SKENARIO A
Lapisan meninges terdiri atas pachymeninx (dura meter) dan leptomeninx
(arachnoidea dan pia meter). Lapisan arachnoidea menempel langsung pada
permukaan sebelah dalam dura meter, sehingga di antara kedua lapisan ini
dalam keadaan normal tidak dijumpai suatu ruangan. Ruangan subarachoidal
selain mengelilingi medulla spinalis, juga mengelilingi radices dan ganglia. Di
dalam cavitas subarachoidealis selain liquor cerebrospinalis, juga dapat
dijumpai septum subarachnoideale, ligmentum denticulatum dan pembuluhpembuluh darah. Septum subarachoideale merupakan perluasan lapisan pia
meter yang terbentang antara sulcus medianus dorsalis medulla spinalis dan
permukaan sebelah dalam aracnoidea. Ligamentum denticulatum juga dapat
dianggap sebagi perluasan pia meter yang terbentang antara permukaan lateral
medulla spinalis dan kearah lateral melekat pada permukaan sebelah dalam
arachoidea dengan perantara titik-titik perlekatan yang terletak di antara
pangkal-pangkal radices n. Spinalis yang berdekatan.
(Snell,2011 dan Moore, 2002)
P a g e 11 | 39
SKENARIO A
Banyak anak autis mengalami pengecilan otak kecil, terutama pada lobus VI-VII.
Seharusnya, dilobus VI-VII banyak terdapat sel purkinje. Namun, pada anak autis
jumlah sel purkinje sangat kurang. Akibatnya, produksi serotonin kurang,
menyebabkan kacaunya proses penyaluran informasi antar-otak. Selain itu,
ditemukan kelainan struktur pada pusat emosi di dalam otak sehingga emosi anak
autis sering terganggu. (Maramis, 2005)
Korteks serebrum adalah bagian terbesar dari otak dan terdiri dari hemisperium
cerebri yang dihubungkan oleh massa substansia alba yang disebut corpus
callosum. Lobus frontalis terletak di depan sulcus centralis dan diatas sulcul
lateralis. Terdapat gyrus precentralis yang terletak tepat anteriorterhadap sulcus
centralis dan dikenal sebagai area motoris. Sel-sel saraf motorik besar di dalam
daerah ini mengatur gerakan voluntar sisi tubuh yang berlawanan. Hampir
seluruh serabut saraf menyilang garis tengah di medulla oblongata pada saat
mereka turun menuju medulla spinalis. Gyrus temporalis superior yang terletak
tepat di bawah sulcus lateralis. Bagian tengah gyrus ini menerima dan
menginterpretasikan suara dan dikenal area auditiva. Area broca terletak tepat di
atas sulcus lateralis. Area ini mngatur gereakan bicara. Pada anak autis biasanya
terdapat 3 gangguan yaitu gangguan perilaku, interaksi sosial dan perilaku, ketiga
hal oni diatur di korteks cereblum otak. (Snell, Richard.S. 2012)
Jenis kelamin :
Gangguan autistic 4 hingga 5 kali lebih sering pada anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan, dikatakan bahwa anak laki-laki lebih
mudah mendapat gangguan fungsi otak. Anak perempuan dengan
gangguan austik lebih besar kemungkinannya memiliki retradasi mental
berat.
Usia
Onset gangguan autistic adalah sebelum usia 3 tahun.
(Sadock, 2010)
P a g e 12 | 39
SKENARIO A
28 minggu
40 minggu
Suara
konsulen
berulang
(misalnya
mama, papa)
52 minggu (1 tahun)
15 bulan
18 bulan
24 bulan
Pada kasus, seharusnya tahap perkembangan bahasa anak pada usia 25 bulan yaitu
seorang anak dapat mengajukan 3 kata bersama (subjek, kata kerja, objek), tetapi
Rahmad berusia 25 bulan belum bisa bicara artinya adanya keterlambatan
perkembangan bahasa dalam hal ini mengalami suatu gangguan komunikasi
(Sadock, 2010)
d. Apa penyebab Rahmad tidak bisa bicara, tidak menoleh bila dipanggil,
mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa dimengerti orang tua dan orang lain ?
Jawab :
Pada anak autism terdapat kelainan pada lobus temporalis, lobus parietalis dan
lobus frontalis. Lobus temporalis terletak di bawah fisura lateralis serebri dan
P a g e 13 | 39
SKENARIO A
berjalan kebelakang sampai fisuraparietooksipitalis. Lobus parietalis berfungsi
sebagai pusat pendengaran, bicara dan daya ingat, demikian pula pada lobus
temporalis anak autisme terdapat kelainan sehingga anak terlambat bicara.(Riva,
2000)
Anak autis ini tidak bisa memahami ekspresi wajah ataupun mengekspresikan
perasaannya baik secara vocal maupun dengan ekspresi wajah yang baik. Dengan
demikian, ia tidak mempunyai empati terhadap orang lain yang sangat dalam
interaksi social. Sehingga Rahmad tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan
kata-kata yang tidak dimengerti orang tua dan orang lain
f. Apa makna tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa
dimengerti orang tua dan orang ?
Jawab :
Makna tidak menoleh bila dipanggil yakni mengalami hendaya kualitaitf dalam
hal interaksi social dalam hal ini anak autis terdapat abnormalitas pada area
wernike di lobus temporal sehingga anak tidak dapat mengerti apa yang
diucapkan orang lain dan tidak menoleh jika dipanggil.. Pada anak
autisme,umumnya ia merasa memiliki dunianya sendiri dan cenderung tidak
memerdulikan orang lain dan sekitarnya. Satu deskripsi gaya kognitif anak
dengan autism adalah bahwa mereka tidak mampu menghubungkan motivasi
atau tujuan orang lain, sehingga tidak dapat memberikan empati. Tidak adanya
P a g e 14 | 39
SKENARIO A
teori pikiran membuat mereka tidak dapat menginterpretasikan perilaku social
orang lain dan menghasilkan tidak adanya timbal balik social.
Mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa dimengerti orang tua dan orang berarti
telah mengalami hendaya kualitatif dalam komunikasi. Orang autistic memiliki
kesulitan yang signifikan di dalam menghubungkan kalimat bermakna
meskipun mereka memiliki kosakata yang luas.
(Sadock, 2010)
2. Rahmad tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak suka dipeluk dan akan menjadi
histeris bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan
pengasuhnya.
a. Bagaimana tahap perkembangan interaksi social anak normal ?
Jawab :
Usia
Neonates
4 minggu
8 minggu
12 minggu
16 minggu
28 minggu
40 minggu
15 bulan
SKENARIO A
18 bulan
24 bulan
30 bulan
36 bulan
48 bulan
60 bulan
b. Apa makna Rahmad tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak suka dipeluk
dan histeris bila mendengar suara keras serta memerlukan sesuatu dia akan
mengambil tangan pengasuhnya ?
Jawab :
Makna Rahmad tidak mau bermain dengan teman sebaya , tidak suka dipeluk
yakni mengalami gangguan interaksi sosial, karena anak autism kurang
memiliki kesadaran social
SKENARIO A
berhubungan dengan rasa takut) sehingga Rahmad akan histeris bila
mendengar suara keras
3. Disamping itu juga Rahmad selalu bergerak, tidak mau diam, berlari ke sana ke mari
tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti mau
terbang.
a. Bagaimana tahap perkembangan perilaku pada anak normal ?
Jawab :
Perkembangan pola perilaku
1) Masa neonates
Tiarap : tiarap dalam sikap fleksi; memutar kepala dari sisi ke sisi; kepala
melengkung pada suspensi ventral
2) Pada 4 minggu
SKENARIO A
Social : gerakan mata seirama dengan suara orang lain pada kontak social;
mulai tersenyum
3) Pada 8 minggu
Tiarap : mengangkat kepala sedikit lebih jauh; kepala ditahan pada bidang
tubuh pada suspense vertical
4) Pada 12 minggu
Tiarap : mengangkat kepala dan dada, lengan ektensi; kepala diatas bidang
tubuh pada suspense ventral
5) Pada 16 minggu
Tiarap : mengangkat kepala dan dada, kepala pada sekitar sumbu vertical;
kaki ekstensi
SKENARIO A
Social : tertawa keras; dapat menampakkan tidak senang jika kontak social
diputus, gembira pada saat melihat makanan
6) Pada 28 minggu
7) Pada 40 minggu
Duduk : duduk bangun sendiri dan tangan tidak terbatas tanpa dukungan,
punggung lurus
P a g e 19 | 39
SKENARIO A
Adaptif : memegang objek dengan ibu jari dan jari telunjuk, mendorong
barang-barang dengan jari telunjuk, mengambil bola-bola kecil dengan
dibantu gerakan tang, menemukan mainan yang disembunyikan, berupaya
mendapatkan kembali objek yang jatuh, melepaskan objek yang dipegang
oleh orang lain
Adaptif : mengambil bola kecil tanpa dibantu gerakan tang jari telunjuk
dan jempol, melepaskan objek pada orang lain atas permintaan atau isyarat
9) Pada 15 bulan
Motor : lari dengan kaku, duduk pada kursi kecil, berjalan naik tangga
dengan satu tangan di pegang, menjelajahi laci dan keranjang sampah
P a g e 20 | 39
SKENARIO A
Motor : berlari baik, naik turun tangga, satu tangga setiap saat, membuka
pintu, memanjat peralatan rumah tangga, melompat
b. Apa makna Rahmad selalu bergerak, tidak mau diam, berlari ke sana ke mari
tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya
seperti mau terbang ?
Jawab :
Makna Rahmad selalu bergerak, tidak mau diam, berlari kesana kemari
tanpa tujuan artinya mengalami gangguan pada bidang perilaku dimana
terlihat adanya perilaku yang berlebihan yaitu hiperaktivitas
SKENARIO A
menyebabkan kesulitan menyerap dan mengingat informasi baru dan juga
menimbulkan perilaku stereotipik, stimulasi diri serta hiperaktivitas. Serta
dapat pula di timbulkan akibat hiperdopanminergik pada SSP stereotipik
dan hiperaktivitas
(Sadock, 2010)
4. Rahmad anak ketiga dari usia 34 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu.
Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan. Segera setelah
lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8 menit kelima 9. Berat badan waktu lahir
3.000 gram.
a. Apa makna usia ibu 34 tahun dengan gejala yang dialami Rahmad ?
Jawab :
Risiko autistic relative meningkat dengan meningkatnya usia ibu saat kehamilan.
Hamil diusia lebih dari 30 tahun memiliki risiko 30% melahirkan anak dengan
keluhan gangguan autistic.
c. Apa makna selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke
bidan?
Jawab :
Makna selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan
artinya normal tidak ada gangguan pada masa kehamilan
d. Apa makna skor APGAR 1 menit 8 menit kelima 9 dan berat badan waktu lahir
3.000 gram ?
Jawab :
P a g e 22 | 39
SKENARIO A
Nilai 1
Warna kulit tubuh
normal merah muda,
Seluruhnyabiru
Denyut
Nilai 2
Tidak ada
<100 kali/menit
>100 kali/menit
Respon
Tidak ada
meringis/menangis
meringis/bersin/batuk
refleks
respons terhadap
lemah ketika
stimulasi
distimulasi
napas
lemah/tidak ada
Sedikit gerakan
Bergerak aktif
jantung
Tonus otot
P a g e 23 | 39
SKENARIO A
Pernapasan
Tidak ada
Menangis kuat,
teratur
teratur
Jumlah skor
7-10
Interpretasi
Catatan
Bayi normal
Memerlukan tindakan medis segera
seperti penyedotan lendir yang
4-6
Agak rendah
oksigen
untuk
membantu bernapas.
0-3
Sangat rendah
Penanganan
0-3
4-6
7-10
Pemberi anoksigen.
Resusitasi
Stimulasi rujuk
Pemberi akoksigen
Stimulasi taktil
SKENARIO A
asfiksia
gangguan
metabolic
perdarahan
neonatorum,
trauma
(hipoglikemi,
intracranial.
Faktor
lahir,
meningitis,
hiperbilirubinemia)
perinatal
ini
dan
menyebabkan
SKENARIO A
2) Keluarga tidak harmonis
3) Interaksi anak-pengasuh tidak baik
4) Penelantaran anak
5) Faktor sosiokultural
(Behrman, 2009)
Abdomen
: datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Normal
Kasus
Interpretasi
Berat Badan
9,59 13,44 kg
12 kg
Normal
Panjang Badan
77,5 88,1 cm
87 cm
Normal
Lingkar kepala
46,3 50,6 cm
47 cm
Normal
Normal
Kepala
P a g e 26 | 39
SKENARIO A
gambaran dismorfik
gambaran dismorfik
Neurologi
neurologis
neurologis
Normal
7. Status Perkembangan :
Bila diajak bicara, tidak mau menetap muka lawan bicara dan tidak mau tersenyum
kepada pemeriksa
Tidak bias disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat ketangan
pemeriksa
Interpretasi
Bila diajak bicara, tidak mau menetap Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial
muka lawan bicara dan tidak mau
tersenyum kepada pemeriksa
Tidak menoleh ketika dipanggil namanya
SKENARIO A
Tidak bias disuruh untuk melihat benda Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial
yang ditunjuk, malah melihat ketangan
pemeriksa
Bermain mobil-mobilan hanya disusun Gangguan perilaku (Perilaku stereotipik)
berurutan dan diperhatikan hanya bagian
rodanya saja
(Sadock, 2010)
P a g e 28 | 39
SKENARIO A
A. Keenam (atau lebih) hal dari 1,2,3 dan setidaknya dua dari 1dan satu masingmasing dari 2 dan 3 :
1. Hendaya kualitatif dalam hal interaksi social, seperti ditunjukkan oleh
sedikitnya dua dari hal sebagai berikut:
a. Hendaya yang nyata dalam hal penggunaan berbagai perilaku nonverbal
seperti pandangan mata dengan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan
sikap untuk mengatur interaksi sosial.
b. Kegagalan mengembangkan hubungan sebaya yang sesuai dengan tingkat
perkembangan.
c. Tidak adanya keinginan spontan untuk berbagi kesenangan, minat atau
pencapaian dengan orang lain (cth., dengan tidak menunjukkan, membawa,
atau menunjukkan objek minat).
d. Tidak adanya timbalbalik sosial atau emosional.
3. Pola perilaku, minat dan aktivitas stereotipik berulang, dan terbatas yang
ditunjukkan oleh sedikitnya salah satu dari berikut ini:
a. Meliputi preokupasi terhadap salah satu atau lebih pola minat yang
stereotipik dan terbatas yang abnormal baik dalam intensitas atau fokus
P a g e 29 | 39
SKENARIO A
b. Tampak terlalu lekat dengan rutinitas atau ritual yang spesifik serta tidak
fungsional
c. Manerisme motorik berulang dan stereotipik (cth., ayunan atau memuntir
tangan atau jari, atau gerakan seluruh tubuh yang kompleks)
d. Preokupasi persisten terhadap bagian dari objek.
B. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada sedikitnya salah satu area ini,
dengan onset sebelum usia 3 tahun : (1) interaksi social, (2) bahasa yang
digunakan dalam komunikasi social atau (3) permainan simbolik atau khayalan
C. Gangguan ini tidak disebabkan oleh gangguan reet atau gangguan
disintegrative masa kanak-kanak
Pemeriksaa fisik
ASD
ADHD
Gangguan bicara
Gangguan
komunikasi
non
verbal
Inattention
Hiperaktif
Gangguan interaksi
social
Kontak mata
Streotipik
Gangguan motorik
+
+
+
-
Retredasi
Mental
+/+/-
+
+
+
+
+(dominan)
-
+/-
+
-
+
+
-
+/-
11. Apa data tambahan yang digunakan untuk memastikan pada kasus ini ?
Jawab :
P a g e 30 | 39
SKENARIO A
Pemeriksaan medis yang dilakukan pada anak autism :
Tes neuropsikologis
Berbagai rating scales misalnya CARS (childbood Autism Rating Scale), GARS
(Gillian Autism Rating Scale)
MRI
EEG(Elecrtoencephalogram)
Faktor Biologis
Tingginya angka retardasi mental pada anak dengan gangguan autistic dan angka
gangguan bangkitan yang lebih tinggi diharapkan menunjukkan adanya dasar biologis
P a g e 31 | 39
SKENARIO A
untuk gangguan autistic. Kira-kira 75 persen anak dengan gangguan autistic memiliki
retardasi mental. Anak dengan gangguan autistic dan retardasi mental secara khas
menunjukkan deficit yang lebih nyata di dalam pemberian alasan abstrak, pemahaman
social dan tugas verbal dibandingkan dengan tugas kinerja seperti rancangan blok dan
mengingat angka, dengan rincian yang dapat diingat, tanpa mengacu pada pengertian
keseluruhan.
Faktor Genetik
Pada beberapa survey, antara 2-4% saudara kandung anak autistic juga mengalami
gangguan autistic. Laporan klinis mengesankan bahwa pada keluarga yang memiliki
anggota autistic, anggota nonautistiknya mempunyai gangguan pelafalan bahasa atau
kognitif lainnya dengan angka kejadian yang lebih tinggi.
Factor imunologis
Terdapat beberapa laporan yang mengesankan bahwa ketidak cocokan imunologis dapat
turut berperan didalam gangguan autistic. Limfosit berperan pada anak autistic bereaksi
dengan antibosi maternal, suatu fakta yang meningkatkan kemungkinan jaringan saraf
embrionik atau ekstraembrionik rusak selama gestasi.
Faktor perinatal
Insiden komplikasi perinatal melebihi yang diperkirakan tampaknya dialami oleh bayi
yang kemusian didiagnosis mengalami gangguan autistic. Perdarahan ibu setelah
trimester pertama dan meconium didalam cairan amnion dilaporkan lebih sering didalam
riwayat anak dengan gangguan autistic disbanding populasi umum. Pada periode
neonates, anak autistic memiliki insiden sindrom gawat nafas serta anemia neonates yang
tinggi
Factor neuroanatomis
Studi MRI yang membandingkan orang autistic dengan control normal menunjukkan
bahwa volume total otak meningkat pada orang denga autistic, meskipun anak autistic
dengan retradasi mental berat umumnya memiliki ukuran kepala
SKENARIO A
Peningkatan persentase rerata ukuran terbesar terdapat pada lobus oksipitalis, lobus
parietalis dan lobus temporalis. Peningkatan volume dapat terjadi akibat tiga
kemungkinan mekanisme yang berbeda; meningkatnya neurogenesis, menurunnya
kematian neuron, dan meningkatnya produksi jaringan otak nonneuronal seperti sel glia
atau pembuluh darah. Pembesaran otak dijadikan sebagai kemungkinan penanda biologis
untuk gangguan autistic. Lobus temporalis diyakini merupakan area yang penting pada
kelainan otak didalam gangguan autistic. Hal ini didasarkan pada laporan mengenai
sindrom mirip autistic pada beberapa orang dengan kerusakan lobus temporalis.
Faktor biokimia
Pada beberapa anak autistic, meningkatnya asam homovanilat (metabolit dopamine
utama) didalam cairan serebrospinal menyebabkan meningkatnya stereotype dan
penarikan diri. Beberapa bukti menunjukkan bahwa keparahan gejla berkurang ketika
terjadi peningkatan rasio asam 5-hidroksi- indolaset CSF (5-HIAA, metabolit serotonin)
terhadap asam homovanilat
serotonin darah. Kadar ini meningkat pada sepertiga pasien gangguan autistic, temuan
nonspesifik yang juga terdapat pada orang dengan retradasi mental.
(Sadock, 2010)
P a g e 33 | 39
SKENARIO A
Gangguan autistic 4 hingga 5 kali lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan. Anak permpuan dengan gangguan austik lebih besar kemungkinannya
memiliki retradasi mental berat
(Sadock, 2010)
Tujuan ini dapat tercaai dengan baik melalui suatu program terapi yang menyeluruh dan
bersifat individual, dimana pendidikan khusus dan terapi wicara merupakan komponen
yang penting. Suatu tim kerja terpadu terdiri dari tenaga pendidik, tenaga medis
(psikater, dokter anak), psikolog, ahli terapi wicara, terapi okupasi, ahli social dan
perawat, sangat diperlukan agar dapat mendeteksi dini dan memberi penenangan sesuai
dan tepat waktu. Semakin dini terdeteksi dan mendapat penanganan yang tepat akan
dapat tercapai hasil yang optimal.
Pendekatan edukatif
Pada prinsipnya pendekatan edukatif sangat tergantung pada kondisi berat/
ringannya gangguan yang ada. Pada yang mempunyai inteligensi normal tinggi
sebaiknya tetap dimasukkan ke sekolah formal umum, sedangkan yang
mempunyai intelegensi dibawah rata-rata normal sebaiknya bersekolah di SLBC, tentu dengan catatan perilaku dan emosinya telah terkendali. Bila belum
dikendalikan anak autistic seharusnya mendapat pendidika khusus. Rencana
pendidikan sebaiknya dibuat secara individual sesuai dengan kebutuhan masingmasing anak, dan juga perlu diperhitungkan tidak hanya kelemahan anak ini
namun juga kekuatan mereka punyai, agar guru dapat mempertmbangkannya
P a g e 34 | 39
SKENARIO A
dalam memberikan ketrampilan baru. Yang baik bagi mereka adalah suatu
pelatihan yang sangat terstruktur, sehingga kecil kesempatannya bagi anak untuk
melepaskan diri dari teman-temannya dan guru akan segera bertindak melihat
anak
melakukan
aktivitas
sendiri.
Latihan
yang terstruktur
ini
juga
Terapi perilaku
Dengan memodifikasi perilaku yang spesifik yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan anak, diharapkan dapat membantu anak autistic dalam mempelajari
perilaku yang diharapkan dan membuang perilaku yang bermasalah. Beberapa
jeis terapi perilaku yang banyak digunakan :
Metode ABA (Applied Behavioral Analysis) : terapi dilakukan dengan
memberikan positive reinforcement bila anak menuruti perintah terapis.
Disini anak akan diarahkan untuk mengubah perilaku yang tidak
diinginkan dan menggantikan dengan perilaku yang bisa diterima.
Metode Option :Lebih Chil centered dimana terapis selalu mengikuti
perilaku anak. Yang ditekanka disini adalah acceptance and Love.
Orang tua justru harus berusaha untuk masuk kedalam dunia anak
tersebut.
Metode Floor time; ini jenis terapi bermain yang dilakukan ada anak
Terapi khusus
Termasuk terapi wicara, terapi okupasi, sensori integrasi dan fisioterapi. Dari
penelitian pada anak autistic didapatkan hasil 9% tidak dapat bicara, dengan
intervensi yang sesuai ada harapan anak auitistic dapat belajar bicara
Psikoterapi
Dengan adanya pengetahuan tentang factor biologi pada autism, psikodinamik
psikoterapi yang dilakukan anak yang masih kecil termasuk disini terapi bermain
yang tidak terstruktur adalah tidak sesuai lagi. Psikoterapi individual, baik
P a g e 35 | 39
SKENARIO A
dengan atau tanpa obat, mungkin lebih sesuai pada meraka yang telah
mempunyai fungsi lebih baik, saat usia mereka meningkat, mungkin timbul
perasaan cemas dan depresi ketika mereka menyadari kelainan dan keukaran
dalam membina hubungan dengan orang lain.
Terapi obat
Pada sekelompok anak autistic dengan gejala-gejala seperti temper, tantrums<
agresivitas, melukai diri sendiri, hiperaktivitas dan stereotipi, pemberia obatobatan yang sesuai dapat merupakan salah satu bagian dari program terapi yang
komprehensif. Juga sering dipakai untuk mengobati kondisi yang terkait seperti
depresi, cemas, perilaku obsesifkompulsif, membantu mencegah self injury dan
perilaku yang menimbulkan masalah.pemeriksaan yang lengkap dari kondisi
fisik dan laboratorium harus dilakukan sebelum memulai pemberian obat-obatan.
Peridode istirahat dari obat, setiap 6 bulan dianjurkan untuk menilai lagi apakah
obat diperlukan dalam terapi.
Obat-obat yang digunakan antara lain yaitu antipsikotik seperti risperidon
(Risperdal) ; efektif untuk terapi anak autistic yang disertai dengan tantrums,
agresivitas dan perilaku yang membahayakan diri sendiri, iritabel, stereotipik,
hiperaktif, dan gangguan kominikasi.
(Sadock, 2010)
SKENARIO A
8. Malnutrisi
(Behrham, 2000)
Ganggua autistic umumnya merupakan gangguan seumur hidup dengan prognosis yang
terbatas. Anak autistic dengan IQ diatas 70 dan mereka menggunakan bahasa komunikasi
saat usia 5 hingga 7 tahun cenderung memiliki prognosis baik.
Area gejala yang tidak tampak membaik seiring waktu adalah gejala yang terkait dengan
prilaku berulang atau ritualistic. Umumnya study hasil saat dewasa menunjukkan bahwa
kira-kira dua pertiga orang dewasa dengan autistic tetap mengalami hendaya berat dan
hidup benar-benar bergantung atau agak bergantung, baik dengan kerabatnya atau
institusi jangka panjang. Prognosisnya membaik jika lingkungan atau rumah bersifat
suportif dan dapat memenuhi kebutuhan ekstensif anak tersebut. Meskipun pengurangan
gejala dicatat pada banyak kasus, mutilasi diri yang berat atau agresivitas serta regresi
dapat terjadi pada yang lain. (Sadock, 2010)
SKENARIO A
Jawab :
Artinya :
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. ( QS. Al Anfal : 28)
2.5 Kesimpulan
Rahmad laki-laki 25 bulan mengalami gangguan kominukasi, interaksi social, prilaku
karena Autism Spectrum Disorder (ASD)
Autism Spectrum
Disorder (ASD)
Gangguan bahasa
(Komunikasi)
Gangguan interaksi
sosial
Gangguan perilaku
Selalu
bergerak,
Mengeluarkan kata-
berlari
dimengerti
Tidak pernah
menunjuk sesuatu
Tidak bisa disuruh
tidak
Sering
mau
diam,
kesana
ke
melakukan
gerakan mengepak-
ngepakkan
lengan
yang ditunjuk
P a g e 38 | 39
SKENARIO A
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard E dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga: Jakarta.
Moore, L. Keith dan Agur. M.R.Anne.2002.Anatomi klinis Dasar.Jakarta : Hipokrates
Riva. D Cerebbelar Contribution to Behavior and Cognition in Children. Journal of
Neurologuistic. 2000:13:215-25
Sadock, Benjamin. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Kklinis, Ed.2, Jakarta:EGC
Snell, Richard.S. 2012. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Ed.6. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Soetjiningsih, dan Ranuh.IG.N. Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC
P a g e 39 | 39