Anda di halaman 1dari 39

SKENARIO A

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Sensoris adalah blok kelima belas pada semester V dari sistem Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning (PBL). Tutorial merupakan
pengimplementasian dari metode Problem Based Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa
dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang
tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A yang memaparkan
tentang Rahmad, anak laki-laki, usia 25 bulan, dibawa ke klinik karena belum bias bicara.
Rahmad tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa dimengerti
orang tua dan orang lain. Rahmad tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak suka
dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu dia
akan mengambil tangan pengasuhnya. Disamping itu juga Rahmad selalu bergerak, tidak
mau diam, berlari ke sana ke mari tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepakngepakkan lengannya seperti mau terbang.Rahmad anak ketiga dari usia 34 tahun. Lahir
spontan pada kehamilan 38 minggu. Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan
teratur ke bidan. Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8 menit
kelima 9. Berat badan waktu lahir 3.000 gram. Kakak-kakak Rahmad tidak mengalami
kondisi seperti Rahmad, tumbuh kembangnya normal.

1.2 Maksud danTujuan


Ada pun maksud dan tujuan dari laporan ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan
pembelajaran diskusi kelompok

P a g e 1 | 39

SKENARIO A
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor

: dr. Putri Rizki Amelia

Moderator

: Izzaty.A.H

Sekretaris meja

: Desi Puspitasari

Sekretaris papan

: Lefiriana Rahma Putri

Waktu

: 1. Senin, 22 Desember 2014


Pukul : 13.00 14.30 WIB
2. Rabu, 23 Desember 2014
Pukul : 13.00 14.30 WIB

Peraturan tutorial

1. Alat komunikasi dinonaktifkan atau dalam


keadaan silent.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan
pendapat dengan cara mengangkat tangan
terlebih dahulu.
3. Meminta izin ketika hendak keluar ruangan.
4. Dilarang makan dan minum saat diskusi
berlangsung.

2.2 Skenario Kasus


Rahmad, anak laki-laki, usia 25 bulan, dibawa ke klinik karena belum bias bicara.
Rahmad tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa dimengerti
orang tua dan orang lain. Rahmad tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak suka
dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu dia
akan mengambil tangan pengasuhnya. Disamping itu juga Rahmad selalu bergerak, tidak
mau diam, berlari ke sana ke mari tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepakngepakkan lengannya seperti mau terbang.
Rahmad anak ketiga dari usia 34 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu.
Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan. Segera setelah lahir
langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8 menit kelima 9. Berat badan waktu lahir 3.000
P a g e 2 | 39

SKENARIO A
gram. Kakak-kakak Rahmad tidak mengalami kondisi seperti Rahmad, tumbuh kembangnya
normal.
Pemeriksaan Fisik : BB 13 kg, PB 88 cm, LK 47 cm, compos mentis
Kepala

:Tidak ada gambaran dismorfik, conjungtiva anemis -/-

Thoraks

: Jantung : Bunyi jantung normal


Paru

: vesikuler + Normal, wheezing (-), Ronkhi (-)

Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekatremitas : tidak ada kelainan
Pemeriksaan neurologis : Tidak ada kelainan
Status Perkembangan :

Bila diajak bicara, tidak mau menetap muka lawan bicara dan tidak mau tersenyum
kepada pemeriksa

Tidak menoleh ketika dipanggil namanya

Selalu mengepak-ngepakkan lengannya

Tidak bias bermain pura-pura (membuat secangkir teh)

Tidak pernah menunjuk sesuatu

Tidak bias disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat ketangan
pemeriksa

Bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan hanya bagian


rodanya saja

Pemeriksaan Penunjang : Tes pendengaran normal

2.3 Klarifikasi Istilah


1

Histeris

Ledakan emosional yang tidak terkendalikan

Skor APGAR

Angka yang menunjukkan kondisi bayi

Tumbuh

Proses kontineu sejak lahir-dewasa yang dipengaruhi oleh

Kembang

factor bawaan dan lingkungan

Dismorfik

Kelainan perkembangan morfologik

Mengepak-

Adanya suatu pola yang dipertahankan dan selalu diulang-

ngepakkan

ulang dimana hal ini merupakan gangguan perilaku


P a g e 3 | 39

SKENARIO A

tangan seperti

2.4

mau terbang

Ide

Belum bisa

bicara
7

Tidak menoleh

bila dipanggil
8

Tidak bisa

Adanya keterlambatan perkembangan bahasa dalam hal ini

ntif

mengalami suatu gangguan komunikasi

ika

Tidak mampu berinteraksi social dalam hal ini mengalami

si

suatu gangguan interaksi social timbal balik

Ma

Gangguan perilaku stereotipik

sal

bermain pura-

ah

pura
9

Tidak pernah

1. R
:

Gangguan interaksi social

ah

menunjuk

ma

sesuatu
10 Tidak bisa

d,
:

Gangguan interaksi social

ana

disuruh melihat

benda yang

laki

ditunjuk
11 Tidak mau diam

Seorang anak yang hiperaktif dalam hal ini telah mengalami

laki

gangguan prilaku

,
usi

a 25 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara. Rahmad tidak menoleh bila
dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa dimengerti orang tua dan orang lain.
2. Rahmad tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak suka dipeluk dan akan menjadi
histeris bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan
pengasuhnya.
3. Disamping itu juga Rahmad selalu bergerak, tidak mau diam, berlari ke sana ke mari
tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti mau
terbang.
4. Rahmad anak ketiga dari usia 34 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu.
Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan. Segera setelah
lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8 menit kelima 9. Berat badan waktu lahir
3.000 gram.
P a g e 4 | 39

SKENARIO A
5. Kakak-kakak Rahmad tidak mengalami kondisi seperti Rahmad, tumbuh kembangnya
normal.
6. Pemeriksaan Fisik : BB 13 kg, PB 88 cm, LK 47 cm, compos mentis
Kepala :Tidak ada gambaran dismorfik, conjungtiva anemis -/Thoraks

: Jantung : Bunyi jantung normal


Paru

Abdomen

: vesikuler + Normal, wheezing (-), Ronkhi (-)

: datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba

Ekatremitas : tidak ada kelainan


Pemeriksaan neurologis : Tidak ada kelainan
7. Status Perkembangan :

Bila diajak bicara, tidak mau menetap muka lawan bicara dan tidak mau tersenyum
kepada pemeriksa

Tidak menoleh ketika dipanggil namanya

Selalu mengepak-ngepakkan lengannya

Tidak bias bermain pura-pura (membuat secangkir teh)

Tidak pernah menunjuk sesuatu

Tidak bias disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat ketangan
pemeriksa

Bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan hanya bagian


rodanya saja

8. Pemeriksaan Penunjang : Tes pendengaran normal

2.4 Analisis Masalah


1. Rahmad, anak laki-laki, usia 25 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara.
Rahmad tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang bias dimengerti
orang tua dan orang lain.
a. Bagaimana anatomi,dan fisiologi dari system yang terlibat ?
Jawab:

P a g e 5 | 39

SKENARIO A

Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cerebrum (Otak Besar) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia
yang juga disebut dengan nama cerebral cortex, forebrain atau otak depan.
Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika,
bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan
intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Cerebrum terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut lobus. Bagian lobus
yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit
disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah:
a. Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari
otak besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat
alasan, kemampuan gerak, kognisi,

perencanaan, penyelesaian

masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol


perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
b. Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor
perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
c. Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan
kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam
bentuk suara.Lobus Occipital ada di bagian paling belakang,
P a g e 6 | 39

SKENARIO A
berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia
mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh
retina mata.

Serebrum (otak besar) merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari
otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak.
Masing-masing disebut fosa kranialais anterior atas dan fosa kranialis media.
Otak mempunyai dua permukaan, permukaan atas dan permukaan bawah.
Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada
bagian korteks serebral dan zat putih terdapat pada bagian dalam yang
mengandung serabut saraf.
Mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak, yang masing-masing
disebut fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah. Serebrum terdiri atas
dua belahan (hemisfer) besar sel saraf (substansi kelabu) dan serabut saraf
(substansi putih). Lapisan luar substansi kelabu disebut koeteks. kedua
hemisfer otak itu dipisahkan celah yang dalam, tapi bersatu kembali pada
bagian bawahnya melalui korpus kolosum, yaitu masa substansi putih yang
terdiri atas serabut saraf. Di sebelah bawahnya lagi terdapat kelompokkelompok substansi kelabu atau ganglia basalis.

Korteks serebri selain dibagi dalam lobus dapat juga dibagi menurut fungsi
dan banyaknya area. Secara umum korteks serebri dibagi menjadi empat
bagian:
a. Korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri
yang mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani
suatu alat atau bagian tubuh bergantung pada fungsi alat yang
bersangkutan. Disamping itu juga korteks sensoris bagian fisura
lateralis menangani bagian tubuh bilateral lebih dominan.
b. Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri
merupakan kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual,
SSingatan berpikir, rangsangan yang diterima diolah dan disimpan
P a g e 7 | 39

SKENARIO A
serta dihubungkan dengan data yang lain. Bagian anterior lobus
temporalis mempunyai hubungan dengan fungsi luhur dan disebut
psikokorteks.
c. Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi
utamanya adalah kontribusi pada traktus piramidalis yang mengatur
bagian tubuh kontralateral.
d. Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan
sikap, mental, dan kepribadian.

Pusat bicara
Kemampuan berbicara/bahasa hanya terdapat pada manusia dan mempunyai
pusat pada temporalis dan lobus parietalis. Gangguan terhadap hubungan
antara korteks berbicara sensoris dan motoris maka akan timbul gangguan
kemampuan untuk berbicara spontan.
Ganglia basalis.
Kumpulan badan-badan sel saraf di dalam diensefalon dan mesensefalon
yang berfungsi pada aktivitas motorik (menghambat tonus otot, menentukan
sikap), gerakan dasar yang terjadi otomatis seperti ekspresi wajah dan
lenggang lenggok waktu berjalan. Substansi putih terletak lebih dalam dan
terdiri dari serabut saraf milik sel-sel pada korteks. Pada hemisfer otak
terdiri dari serabut saraf yang bergerak dari korteks dan ke dalam korteks
menyambung berbagai pusat pada otak dengan sumsum tulang belakang.
Kopsula internal terbentuk oleh berkas-berkas serabut motorik dan sensorik
yang menyambung korteks serebri dengan batang otak dan sumsum tulang
belakang. Pada saat melintas substansi kelabu, berkas saraf ini terpadu satu
sama lain dengan erat.

2. Cerebellum (Otak Kecil) Otak kecil atau cerebellum terletak di bagian


belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum
mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau
posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh.
P a g e 8 | 39

SKENARIO A
Otak kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis
yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat
menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada
otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak
otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak
mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu
mengancingkan baju.

3. Brainstem (Batang Otak)


Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga
kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau
sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia
termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses
pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or
flight
(lawan atau lari) saat datangnya bahaya.

Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:


a. Mesencephalon atau Otak tengah (mid brain) adalah bagian teratas
dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil.
Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan,
gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan
pendengaran.
b. Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah
kiri badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya.
Medulla mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak jantung,
sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
c. Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat
otak bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah
kita terjaga atau tertidur.

P a g e 9 | 39

SKENARIO A
4. Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbik terletak pada bagian tengah otak membungkus batang otak
ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian
otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut
dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus,
amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi
menghasilkan

perasaan,

mengatur

produksi

hormon,

memelihara

homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang,
metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari limbik sistem adalah hipotalamus yang salah satu
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian
dan mana yang tidak. Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak
tersentuh oleh indera.

5. Medulla Spinalis
Medulla spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat yang berbentuk
silinder memanjang dan terletak seluruhnya di dalam canalis verterbalis,
dikeliling oleh tiga lapis selaput pembungkus yang di sebut meninges.
Apalagi

lapisan-lapisan,

struktur-struktur

dan

ruangan-rungan

yang

mengeliling medulla spinalis itu disebutkan dari luar ke dalam secara


berturut-turut, maka terdapatlah :
a. Dinding canalis verterbralis (terdiri atas vertebrae dan ligmenta)
b. Lapisan jaringan lemak (ekstradural) yang mengandung anyaman
pembuluh-pembuluh darah vena
c. Dura mater
d. Arachnoidea
e. Ruang subrachnoidal (cavitas subarachnoidealis), yang antara lain
berisi liquor cerebrospinalis
f. Piamater, yang kaya dengan pembuluh-pembuluh darah dan yang
langsung membungkus permukaan sebelah luar medulla spinalis.

P a g e 10 | 39

SKENARIO A
Lapisan meninges terdiri atas pachymeninx (dura meter) dan leptomeninx
(arachnoidea dan pia meter). Lapisan arachnoidea menempel langsung pada
permukaan sebelah dalam dura meter, sehingga di antara kedua lapisan ini
dalam keadaan normal tidak dijumpai suatu ruangan. Ruangan subarachoidal
selain mengelilingi medulla spinalis, juga mengelilingi radices dan ganglia. Di
dalam cavitas subarachoidealis selain liquor cerebrospinalis, juga dapat
dijumpai septum subarachnoideale, ligmentum denticulatum dan pembuluhpembuluh darah. Septum subarachoideale merupakan perluasan lapisan pia
meter yang terbentang antara sulcus medianus dorsalis medulla spinalis dan
permukaan sebelah dalam aracnoidea. Ligamentum denticulatum juga dapat
dianggap sebagi perluasan pia meter yang terbentang antara permukaan lateral
medulla spinalis dan kearah lateral melekat pada permukaan sebelah dalam
arachoidea dengan perantara titik-titik perlekatan yang terletak di antara
pangkal-pangkal radices n. Spinalis yang berdekatan.
(Snell,2011 dan Moore, 2002)

P a g e 11 | 39

SKENARIO A
Banyak anak autis mengalami pengecilan otak kecil, terutama pada lobus VI-VII.
Seharusnya, dilobus VI-VII banyak terdapat sel purkinje. Namun, pada anak autis
jumlah sel purkinje sangat kurang. Akibatnya, produksi serotonin kurang,
menyebabkan kacaunya proses penyaluran informasi antar-otak. Selain itu,
ditemukan kelainan struktur pada pusat emosi di dalam otak sehingga emosi anak
autis sering terganggu. (Maramis, 2005)
Korteks serebrum adalah bagian terbesar dari otak dan terdiri dari hemisperium
cerebri yang dihubungkan oleh massa substansia alba yang disebut corpus
callosum. Lobus frontalis terletak di depan sulcus centralis dan diatas sulcul
lateralis. Terdapat gyrus precentralis yang terletak tepat anteriorterhadap sulcus
centralis dan dikenal sebagai area motoris. Sel-sel saraf motorik besar di dalam
daerah ini mengatur gerakan voluntar sisi tubuh yang berlawanan. Hampir
seluruh serabut saraf menyilang garis tengah di medulla oblongata pada saat
mereka turun menuju medulla spinalis. Gyrus temporalis superior yang terletak
tepat di bawah sulcus lateralis. Bagian tengah gyrus ini menerima dan
menginterpretasikan suara dan dikenal area auditiva. Area broca terletak tepat di
atas sulcus lateralis. Area ini mngatur gereakan bicara. Pada anak autis biasanya
terdapat 3 gangguan yaitu gangguan perilaku, interaksi sosial dan perilaku, ketiga
hal oni diatur di korteks cereblum otak. (Snell, Richard.S. 2012)

b. Apa hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus ini ?


Jawab :

Jenis kelamin :
Gangguan autistic 4 hingga 5 kali lebih sering pada anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan, dikatakan bahwa anak laki-laki lebih
mudah mendapat gangguan fungsi otak. Anak perempuan dengan
gangguan austik lebih besar kemungkinannya memiliki retradasi mental
berat.

Usia
Onset gangguan autistic adalah sebelum usia 3 tahun.
(Sadock, 2010)
P a g e 12 | 39

SKENARIO A

c. Bagaimana tahap perkembangan bahasa pada anak normal?


Jawab :
Usia

Tumbuh kembang bicara

28 minggu

Suara vocal polisilabus dibentuk

40 minggu

Suara

konsulen

berulang

(misalnya

mama, papa)
52 minggu (1 tahun)

Beberapa kata disamping mama-papa

15 bulan

Campuran, mengikuti perintah sederhana,


dapat menamai objek yang familiar (bola)

18 bulan

10 kata (rata-rata), member nama gambar,


mengidentifikasi satu atau lebih bagian
tubuh

24 bulan

Mengajukan 3 kata bersama (subjek, kata


kerja, objek)

(Behrman, 2009 dan Soetjiningsih, dan Ranuh.IG.N. Gde. 2013)

Pada kasus, seharusnya tahap perkembangan bahasa anak pada usia 25 bulan yaitu
seorang anak dapat mengajukan 3 kata bersama (subjek, kata kerja, objek), tetapi
Rahmad berusia 25 bulan belum bisa bicara artinya adanya keterlambatan
perkembangan bahasa dalam hal ini mengalami suatu gangguan komunikasi
(Sadock, 2010)

d. Apa penyebab Rahmad tidak bisa bicara, tidak menoleh bila dipanggil,
mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa dimengerti orang tua dan orang lain ?
Jawab :
Pada anak autism terdapat kelainan pada lobus temporalis, lobus parietalis dan
lobus frontalis. Lobus temporalis terletak di bawah fisura lateralis serebri dan
P a g e 13 | 39

SKENARIO A
berjalan kebelakang sampai fisuraparietooksipitalis. Lobus parietalis berfungsi
sebagai pusat pendengaran, bicara dan daya ingat, demikian pula pada lobus
temporalis anak autisme terdapat kelainan sehingga anak terlambat bicara.(Riva,
2000)

Anak autis ini tidak bisa memahami ekspresi wajah ataupun mengekspresikan
perasaannya baik secara vocal maupun dengan ekspresi wajah yang baik. Dengan
demikian, ia tidak mempunyai empati terhadap orang lain yang sangat dalam
interaksi social. Sehingga Rahmad tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan
kata-kata yang tidak dimengerti orang tua dan orang lain

e. Apa makna usia 25 bulan belum bisa bicara ?


Jawab :
Makna Rahmad usia 25 bulan belum bisa bicara berarti adanya keterlambatan
perkembangan bahasa baik verbal maupun non-verbal dalam hal ini Rahmad
mengalami hendaya kualitatif dalam hal komunikasi yaitu Rahmad tidak dapat
mengkomunikasikan gagasan atau pikirannya kepada orang lain. Pada tahap
perkembangan bahasa yang normal seharusnya anak usia 25 bulan bisa
mengajukan 3 kata bersama yaitu subjek, kata kerja dan objek.
(Behrman, dkk. 2000)

f. Apa makna tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa
dimengerti orang tua dan orang ?
Jawab :
Makna tidak menoleh bila dipanggil yakni mengalami hendaya kualitaitf dalam
hal interaksi social dalam hal ini anak autis terdapat abnormalitas pada area
wernike di lobus temporal sehingga anak tidak dapat mengerti apa yang
diucapkan orang lain dan tidak menoleh jika dipanggil.. Pada anak
autisme,umumnya ia merasa memiliki dunianya sendiri dan cenderung tidak
memerdulikan orang lain dan sekitarnya. Satu deskripsi gaya kognitif anak
dengan autism adalah bahwa mereka tidak mampu menghubungkan motivasi
atau tujuan orang lain, sehingga tidak dapat memberikan empati. Tidak adanya
P a g e 14 | 39

SKENARIO A
teori pikiran membuat mereka tidak dapat menginterpretasikan perilaku social
orang lain dan menghasilkan tidak adanya timbal balik social.
Mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa dimengerti orang tua dan orang berarti
telah mengalami hendaya kualitatif dalam komunikasi. Orang autistic memiliki
kesulitan yang signifikan di dalam menghubungkan kalimat bermakna
meskipun mereka memiliki kosakata yang luas.
(Sadock, 2010)

2. Rahmad tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak suka dipeluk dan akan menjadi
histeris bila mendengar suara keras. Bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan
pengasuhnya.
a. Bagaimana tahap perkembangan interaksi social anak normal ?
Jawab :
Usia

Tumbuh kembang social

Neonates

penglihatan memilih pada muka manusia

4 minggu

gerakan mata seirama dengan suara orang lain pada kontak


social; mulai tersenyum

8 minggu

tersenyum pada kontak social; mendengarkan suara dan coos

12 minggu

mempertahankan kontak social, mendengarkan music, berkata


aah, ngah

16 minggu

tertawa keras; dapat menampakkan tidak senang jika kontak


social diputus, gembira pada saat melihat makanan

28 minggu

menyukai ibu, mengoceh, senang berkaca, berespon terhadap


perubahan pada kepuasan emosi kontak social

40 minggu

berespon terhadap suara nama, memainkan permainan ciluk-ba,


melambaikan bye-bye

52 minggu memainkan permainan bola sederhana, membuat penyesuaian


(1 tahun)

postur untuk berpakaian

15 bulan

menunjukkan beberapa keinginan atau kebutuhan dengan


menunjuk; memeluk orang tua
P a g e 15 | 39

SKENARIO A
18 bulan

makan sendiri, mencari pertolongan bila ada kesukaran, dapat


mengeluh bila basah atau menjadi kotor, mencium orang tua
dengan mengerut

24 bulan

memegang sendok dengan baik, sering menceritakan pengalaman


baru, membantu membuka pakaian, mendengarkan cerita dengan
gambar, mampu bermain pura-pura, menggunakan bahasa atau
kominikasi dengan ditambahnakn isyarat

30 bulan

Menyebut dirinya dengan sebutan saya, mengetahui nama


seluruhnya

36 bulan

Mengetahui umur dan jenis kelamin, menghitung 3 objek dengan


benar; mengulangi 3 angka atau kalimat 6 silabus

48 bulan

Menghitung 4 penny dengan tepat; menceritakan sejarah

60 bulan

Memberi nama 4 warna, mengulangi kalimat 10 silabus;


menghitung 10 penny dengan benar.

(Behrman, 2009 dan Soetjiningsih, dan Ranuh.IG.N. Gde. 2013)

b. Apa makna Rahmad tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak suka dipeluk
dan histeris bila mendengar suara keras serta memerlukan sesuatu dia akan
mengambil tangan pengasuhnya ?
Jawab :

Makna Rahmad tidak mau bermain dengan teman sebaya , tidak suka dipeluk
yakni mengalami gangguan interaksi sosial, karena anak autism kurang
memiliki kesadaran social

Makna histeris bila mendengar suara keras kemungkinan terjadi kerusakan


dalam system limbic (pusat emosi) hipokampus dan amigdala. Pada anak
autism, neuron di dalam hipokampus dan amigdala sangat padat dan kecilkecil. Amigdala mengendalikan fungsi emosi dan agresi yang peka terhadap
berbagai rangsang sensoris (suara, penglihatan, penciuman, dan emosi yang
P a g e 16 | 39

SKENARIO A
berhubungan dengan rasa takut) sehingga Rahmad akan histeris bila
mendengar suara keras

Makna bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan pengasuhnya


yakni mengalami gangguan kualitatif pada interaksi social, dimana penderita
autisme biasanya hidup di dunianya sendiri. Perhatian pada orang lain sebatas
memakainya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sehingga apabila Rahmad
menginginkan atau hendak memerlukan sesuatu ia akan mengambil tangan
pengasuhnya
(Soetjiningsih, dan Ranuh.IG.N. Gde. 2013)

3. Disamping itu juga Rahmad selalu bergerak, tidak mau diam, berlari ke sana ke mari
tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti mau
terbang.
a. Bagaimana tahap perkembangan perilaku pada anak normal ?
Jawab :
Perkembangan pola perilaku
1) Masa neonates

Tiarap : tiarap dalam sikap fleksi; memutar kepala dari sisi ke sisi; kepala
melengkung pada suspensi ventral

Telentang : biasanya fleksi dan sedikit kaku

Visual : dapat memfiksasi muka atau cahaya pada garis penglihatan;


gerakan mata mata boneka (dolls eye) pada pemutaran tubuh

Refleks : respon motoaktif; refleks melangkah dan menempatkan; refleks


memegang aktif

Social : penglihatan memilih pada muka manusia

2) Pada 4 minggu

Tiarap : kaki lebih ekstensi; mempertahankan dagu keatas; memutar


kepala; mengangkat kepala sebentar sebidang dengan tubuh pada suspense
ventral
P a g e 17 | 39

SKENARIO A

Telentang : postur tonus leher menonjol; lentur dan relaks; kepala


tertinggal di belakang pada penarikan untuk posisi duduk

Visual : mengamati orang; mengikuti gerakan objek

Social : gerakan mata seirama dengan suara orang lain pada kontak social;
mulai tersenyum

3) Pada 8 minggu

Tiarap : mengangkat kepala sedikit lebih jauh; kepala ditahan pada bidang
tubuh pada suspense vertical

Telentang : postur tonus leher menonjol; kepala tertinggal di belakang


pada penarikan untuk posisi duduk

Visual : mengikuti gerakan objek 180o

Social : tersenyum pada kontak social; mendengarkan suara dan coos

4) Pada 12 minggu

Tiarap : mengangkat kepala dan dada, lengan ektensi; kepala diatas bidang
tubuh pada suspense ventral

Telentang : postur tonus leher menonjol, menjulurkan tangan kearah dan


menghindarkan objek, melambaikan mainan

Duduk : kepala yang tertinggal dibelakang terkompensasi pada penarikan


untuk posisi duduk, pengendalian kepala awal dengan menggerakgerakan, punggung berputar

Social : mempertahankan kontak social, mendengarkan music, berkata


aah, ngah

5) Pada 16 minggu

Tiarap : mengangkat kepala dan dada, kepala pada sekitar sumbu vertical;
kaki ekstensi

Telentang : postur simetris menonjol, tangan pada garis tengah, mencapai


dan memegang objek dan membawanya ke mulut
P a g e 18 | 39

SKENARIO A

Duduk : kepala tidak tertinggal di belakang pada posisi duduk, kepala


mantap, condong ke depan, menyenangi duduk dengan dukungan badan
sepenuhnya

Berdiri : bila dipegang tegak, mendorong dengan kaki

Adaptif : melihat bola kecil, tetapi tidak bergerak kearahnya

Social : tertawa keras; dapat menampakkan tidak senang jika kontak social
diputus, gembira pada saat melihat makanan

6) Pada 28 minggu

Tiarap : berguling-guling, berputar, merangkak atau merayap-merangkak


(knobloch

Telentang : mengangkat kepala, berguling-guling, gerakan meliuk-liuk

Duduk : duduk sebentar dengan dukungan pelvis, membungkuk kedepan


pada tangan, punggung memutar

Berdiri : dapat mendukung sebagian besar berat, melompat-lompat secara


aktif

Adaptif : mencapai dan memegang objek besar, menindahkan objek dari


tangan ke tangan, memegang menggunakan telapak tangan sisi radial,
cenderung pada bola kecil

Vocal : suara vocal polisilabus dibentuk

Social : menyukai ibu, mengoceh, senang berkaca, berespon terhadap


perubahan pada kepuasan emosi kontak sosial

7) Pada 40 minggu

Duduk : duduk bangun sendiri dan tangan tidak terbatas tanpa dukungan,
punggung lurus

Berdiri : menarik posisi berdiri, berkeliling atau berjalan berpegangan


pada peralatan rumah tangga

Motorik : merayap atau merangkak

P a g e 19 | 39

SKENARIO A

Adaptif : memegang objek dengan ibu jari dan jari telunjuk, mendorong
barang-barang dengan jari telunjuk, mengambil bola-bola kecil dengan
dibantu gerakan tang, menemukan mainan yang disembunyikan, berupaya
mendapatkan kembali objek yang jatuh, melepaskan objek yang dipegang
oleh orang lain

Bahasa : suara konsonan berulang mama, papa

Social : berespon terhadap suara nama, memainkan permainan ciluk-ba,


melambaikan bye-bye

8) Pada 52 minggu (1 tahun)

Motorik : berjalan dengan satu tangan dipegang (48 minggu), bangkit


secara bebas, melangkah beberapa langkah (knobloch)

Adaptif : mengambil bola kecil tanpa dibantu gerakan tang jari telunjuk
dan jempol, melepaskan objek pada orang lain atas permintaan atau isyarat

Bahasa : beberapa kata disamping mama-papa

Social : memainkan permainan bola sederhana, membuat penyesuaian


postur untuk berpakaian

9) Pada 15 bulan

Motorik : berjalan sendiri, merangkak naik tangga

Adaptif : membuat menara 3 kubus, membuat garis dengan pensil


berwarna

Bahasa : campuran, mengikuti perintah sederhana, dapat menamai objek


yang familiar (bola)

Social : menunjukkan beberapa keinginan atau kebutuhan dengan


menunjuk; memeluk orang tua

10) Pada 18 bulan

Motor : lari dengan kaku, duduk pada kursi kecil, berjalan naik tangga
dengan satu tangan di pegang, menjelajahi laci dan keranjang sampah
P a g e 20 | 39

SKENARIO A

Adaptif : membuat menara dari 4 kubus, meniru mencoret-coret, meniru


coretan vertical, melempar bola kecil dari botol

Bahasa : 10 kata (rata-rata), member nama gambar, mengidentifikasi satu


atau lebih bagian tubuh

Social : makan sendiri, mencari pertolongan bila ada kesukaran, dapat


mengeluh bila basah atau menjadi kotor, mencium orang tua dengan
mengerut

11) Pada 24 bulan

Motor : berlari baik, naik turun tangga, satu tangga setiap saat, membuka
pintu, memanjat peralatan rumah tangga, melompat

Adaptif : menara 7 kubus (6 pada 21 bulan), menggambar lingkaran,


meniru coretan horizontal, melipat kertas mengikuti lipatan yang sudah
ada

Bahasa : mengajukan 3 kata bersama (subjek, kata kerja, objek)

Social : memegang sendok dengan baik, sering menceritakan pengalaman


baru, membantu membuka pakaian, mendengarkan cerita dengan gambar
(Behrman, 2009)

b. Apa makna Rahmad selalu bergerak, tidak mau diam, berlari ke sana ke mari
tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya
seperti mau terbang ?
Jawab :

Makna Rahmad selalu bergerak, tidak mau diam, berlari kesana kemari
tanpa tujuan artinya mengalami gangguan pada bidang perilaku dimana
terlihat adanya perilaku yang berlebihan yaitu hiperaktivitas

Makna sering mengepak-ngepakkan lengannya seperti mau terbang


menunjukkan adanya suatu pola yang di pertahankan dan selalu di ulangulang (Stereotipik) merupakan suatu gangguan prilaku. Hal ini dapat di
akibatkan karena kerusakan dari hipokampus. Hipokampus bertanggung
jawab terhadap fungsi belajar dan daya ingat. Kerusakan pada hipokampus
P a g e 21 | 39

SKENARIO A
menyebabkan kesulitan menyerap dan mengingat informasi baru dan juga
menimbulkan perilaku stereotipik, stimulasi diri serta hiperaktivitas. Serta
dapat pula di timbulkan akibat hiperdopanminergik pada SSP stereotipik
dan hiperaktivitas
(Sadock, 2010)

4. Rahmad anak ketiga dari usia 34 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38 minggu.
Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan. Segera setelah
lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8 menit kelima 9. Berat badan waktu lahir
3.000 gram.
a. Apa makna usia ibu 34 tahun dengan gejala yang dialami Rahmad ?
Jawab :
Risiko autistic relative meningkat dengan meningkatnya usia ibu saat kehamilan.
Hamil diusia lebih dari 30 tahun memiliki risiko 30% melahirkan anak dengan
keluhan gangguan autistic.

b. Apa makna lahir sepontan pada kehamilan 38 minggu ?


Jawab :
Makna lahir sepontan pada kehamilan 38 minggu artinya riwayat kelahirannya
normal dan tidak ada gangguan pada perinatal dimana normalnya 37-42 minggu

c. Apa makna selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke
bidan?
Jawab :
Makna selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan
artinya normal tidak ada gangguan pada masa kehamilan

d. Apa makna skor APGAR 1 menit 8 menit kelima 9 dan berat badan waktu lahir
3.000 gram ?
Jawab :
P a g e 22 | 39

SKENARIO A

BBLR 3.000 gram : normal


Nilai normal: Berat badanLahir: 2500-4000 gram

Skor APGAR 1 menit 8 : normal

Menit kelima 9 : normal

e. Bagaimana cara pemeriksaan dan penilaian Skor APGAR ?


Jawab ;
Skor apgar merupakan metode praktis yang secara sistematis digunakan
untuk menilai bayi baru lahir segera sesudah lahir, untuk membantu
mengidentifikasi bayi yang memerlukan resusitasi akibat asidosis hipoksik. Skor
10 menunjukkan bayi berada dalam kemungkinan kedaan yang paling baik. Bayi
0-3 memerlukan resusitasi segera.
Lima Kriteria Skor APGAR:
Nilai 0
Warna kulit

Nilai 1
Warna kulit tubuh
normal merah muda,

Seluruhnyabiru

tetapi tangan dan kaki


kebiruan
(akrosianosis)

Denyut

Nilai 2

Warna kulit tubuh,


tangan, dan kaki
normal merah muda,
tidak ada sianosis

Tidak ada

<100 kali/menit

>100 kali/menit

Respon

Tidak ada

meringis/menangis

meringis/bersin/batuk

refleks

respons terhadap

lemah ketika

saat stimulasi saluran

stimulasi

distimulasi

napas

lemah/tidak ada

Sedikit gerakan

Bergerak aktif

jantung

Tonus otot

P a g e 23 | 39

SKENARIO A

Pernapasan

Tidak ada

Menangis kuat,

Lemah atau tidak

pernapasan baik dan

teratur

teratur

Interpretasi Nilai APGAR


Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran,
dan dapat diulangi jika skor masih rendah

Jumlah skor
7-10

Interpretasi

Catatan

Bayi normal
Memerlukan tindakan medis segera
seperti penyedotan lendir yang

4-6

Agak rendah

menyumbat jalan napas , atau


pemberian

oksigen

untuk

membantu bernapas.
0-3

Sangat rendah

Memerlukan tindakan medis yang


lebih intensif

Penanganan Bayi Baru Lahir Berdasarkan Nilai APGAR


Nilai APGAR 5 Menit Pertama

Penanganan

Tempatkan ditempat hangat dengan


lampu sebagai sumber penghangat

0-3

4-6

7-10

Pemberi anoksigen.

Resusitasi

Stimulasi rujuk

Tempatkan dalamtempat yang hangat.

Pemberi akoksigen

Stimulasi taktil

Dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan


bayi normal.
P a g e 24 | 39

SKENARIO A

(Behrman, 2000 dan Sarwono, 2000)

f. Apa factor risiko yang berkaitan dengan keluhan ?


Jawab :
a) Faktor organic
1) Faktor prakonsepsi : kelainan genetic, kelainan kromosom (Xlinked, fragile X)
Faktor ini juga dipengaruhi oleh usia ibu saat kehamilan, semakin
tua usia ibu hamil maka semakin berisiko untuk memiliki anak
autisme. (Sadock, 2010)
2) Faktor prenatal
Infeksi intrautein (misalnya infeksi TROCH, HIV, dll) zat
teratogen (alcohol, radiasi, polusi udara, logam, dll), ibu
malnutrisi, disfungsi plasenta. Faktor prenatal ini berperan pada
saat organogenesis pada masa janin yang kemudian akan
mempengaruhi perkembangan bagian otak.
(Sadock, 2010)
3) Faktor perinatal
Premature,

asfiksia

gangguan

metabolic

perdarahan

neonatorum,

trauma

(hipoglikemi,

intracranial.

Faktor

lahir,

meningitis,

hiperbilirubinemia)

perinatal

ini

dan

menyebabkan

kerusakan sel neuron di hemispherium yang mengakibatkan


gangguan perkembangan otak. (Behrman, 2009)
4) Faktor postnatal
Infeksi (misalnya meningitis, ensefalitis), malnutrisi, kelainan
metabolic, trauma berat pada SSP. Faktor ini mempengaruhi
perkembangan neuron. (Behrman, 2009)

b) Faktor non organik


1) Kemiskinan
P a g e 25 | 39

SKENARIO A
2) Keluarga tidak harmonis
3) Interaksi anak-pengasuh tidak baik
4) Penelantaran anak
5) Faktor sosiokultural
(Behrman, 2009)

5. Kakak-kakak Rahmad tidak mengalami kondisi seperti Rahmad, tumbuh kembangnya


normal.
a. Apa makna kakak-kakak Rahmad tidak mengalami kondisi seperti Rahmad dan
tumbuh kembangnya normal ?
Jawab :
Makna kakak-kakak Rahmad tidak mengalami kondisi seperti Rahmad dan
tumbuh kembangnya normal artinya bahwa keluhan yang dialami Rahmad bukan
berasal dari factor genetic.

6. Pemeriksaan Fisik : BB 13 kg, PB 88 cm, LK 47 cm, compos mentis


Kepala :Tidak ada gambaran dismorfik, conjungtiva anemis -/Thoraks

: Jantung : Bunyi jantung normal


Paru

Abdomen

: vesikuler + Normal, wheezing (-), Ronkhi (-)

: datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba

Ekatremitas : tidak ada kelainan


Pemeriksaan neurologis : Tidak ada kelainan
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik pada kasus ?
Jawab :
Pemeriksaan

Normal

Kasus

Interpretasi

Berat Badan

9,59 13,44 kg

12 kg

Normal

Panjang Badan

77,5 88,1 cm

87 cm

Normal

Lingkar kepala

46,3 50,6 cm

47 cm

Normal

Kepala tidak ada

Normal

Kepala

Kepala tidak ada

P a g e 26 | 39

SKENARIO A
gambaran dismorfik

gambaran dismorfik

Tidak ada gangguan


perkembangan
morfologi/bentuk

Neurologi

Tidak ada kelainan

Tidak ada kelainan

neurologis

neurologis

Normal

7. Status Perkembangan :

Bila diajak bicara, tidak mau menetap muka lawan bicara dan tidak mau tersenyum
kepada pemeriksa

Tidak menoleh ketika dipanggil namanya

Selalu mengepak-ngepakkan lengannya

Tidak bias bermain pura-pura (membuat secangkir teh)

Tidak pernah menunjuk sesuatu

Tidak bias disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat ketangan
pemeriksa

Bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan hanya bagian


rodanya saja
a. Bagaimana interpretasi dari status perkembangan ?
Jawab :
Pemeriksaan

Interpretasi

Bila diajak bicara, tidak mau menetap Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial
muka lawan bicara dan tidak mau
tersenyum kepada pemeriksa
Tidak menoleh ketika dipanggil namanya

Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial

Selalu mengepak-ngepakkan lengannya

Gangguan perilaku (Perilaku stereotipik)

Tidak bisa bermain pura-pura (membuat Gangguan perilaku (Perilaku stereotipik)


secangkir teh)
Tidak pernah menunjuk sesuatu

Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial


P a g e 27 | 39

SKENARIO A

Tidak bias disuruh untuk melihat benda Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial
yang ditunjuk, malah melihat ketangan
pemeriksa
Bermain mobil-mobilan hanya disusun Gangguan perilaku (Perilaku stereotipik)
berurutan dan diperhatikan hanya bagian
rodanya saja
(Sadock, 2010)

8. Pemeriksaan Penunjang : Tes pendengaran normal


a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan penunjang ?
Jawab :
Tes pendengaran normal artinya tidak mengalami gangguan pendengaran. Tes
pendengaran ini untuk menyingkirkan diagnosis ketulian kongenital atau
gangguan pendengaraan parah.Anak-anak autistik sering kali dianggap tuli oleh
karena anak-anak tersebut sering membisu atau menunjukkan tidak adanya minat
secara selektif terhadap bahasa ucapan.
Anak yang tuli berespon hanya terhadap suara yang keras, sedangkan anak
autistik mungkin mengabaikan suara keras atau normal dan berespon hanya
terhadap suara lunak atau lemah. Hal yang terpenting, audiogram atau potensial
cetusan auditorik menyatakan kehilangan yang bermakna pada anak yang tuli.
Tidak seperti anak-anak autistik, anak-anak tuli biasanya dekat dengan orang
tuanya, mencari kasih sayang orang tua dan menikmati saat dipeluk. (Sadock,
2010)

9. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini ?


Jawab :
Diagnosis Autsistic Spectrum Diaorser (ASD) ditegakkan berdasarkan Diagnosa Autisme
Sesuai DSM IV/TR :
Anamnesis

P a g e 28 | 39

SKENARIO A
A. Keenam (atau lebih) hal dari 1,2,3 dan setidaknya dua dari 1dan satu masingmasing dari 2 dan 3 :
1. Hendaya kualitatif dalam hal interaksi social, seperti ditunjukkan oleh
sedikitnya dua dari hal sebagai berikut:
a. Hendaya yang nyata dalam hal penggunaan berbagai perilaku nonverbal
seperti pandangan mata dengan mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan
sikap untuk mengatur interaksi sosial.
b. Kegagalan mengembangkan hubungan sebaya yang sesuai dengan tingkat
perkembangan.
c. Tidak adanya keinginan spontan untuk berbagi kesenangan, minat atau
pencapaian dengan orang lain (cth., dengan tidak menunjukkan, membawa,
atau menunjukkan objek minat).
d. Tidak adanya timbalbalik sosial atau emosional.

2. Hendaya kualitatif dalam hal komunikasi seperti yang ditunjukkan dengan


sedikitnya salah satu dari di bawah ini:
a. Keterlambatan atau tidak adanya perkembangan bahasa lisan (tidak disertai
dengan upaya untuk mengompensasikan melalui cara komunikasi alternative
seperti sikap atau mimik)
b. Pada orang dengan pembicaraan yang adekuat, hendaya yang nyata dalam
hal kemampuannya untuk melalui atau mempertahankan pembicaraan
dengan orang lain.
c. Penggunaan bahasa yang stereotipik dan berulang atau bahasa yang aneh
d. Tidak adanya berbagai permainan sandiwara spontan atau permainan purapura social yang sesuai dengan tingkat perkembangan

3. Pola perilaku, minat dan aktivitas stereotipik berulang, dan terbatas yang
ditunjukkan oleh sedikitnya salah satu dari berikut ini:
a. Meliputi preokupasi terhadap salah satu atau lebih pola minat yang
stereotipik dan terbatas yang abnormal baik dalam intensitas atau fokus

P a g e 29 | 39

SKENARIO A
b. Tampak terlalu lekat dengan rutinitas atau ritual yang spesifik serta tidak
fungsional
c. Manerisme motorik berulang dan stereotipik (cth., ayunan atau memuntir
tangan atau jari, atau gerakan seluruh tubuh yang kompleks)
d. Preokupasi persisten terhadap bagian dari objek.
B. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada sedikitnya salah satu area ini,
dengan onset sebelum usia 3 tahun : (1) interaksi social, (2) bahasa yang
digunakan dalam komunikasi social atau (3) permainan simbolik atau khayalan
C. Gangguan ini tidak disebabkan oleh gangguan reet atau gangguan
disintegrative masa kanak-kanak

Pemeriksaa fisik

Tidak ada dismorfik

Tidak ada kelainan neurologis

Tidak ada gangguan pendengaran


(Sadock, 2010)

10. Apa Diagnostic Differential pada kasus ini ?


Jawab :
Karakter

ASD

ADHD

Gangguan bicara
Gangguan
komunikasi
non
verbal
Inattention
Hiperaktif
Gangguan interaksi
social
Kontak mata
Streotipik
Gangguan motorik

+
+

+
-

Retredasi
Mental
+/+/-

+
+
+

+
+(dominan)
-

+/-

+
-

+
+
-

+/-

11. Apa data tambahan yang digunakan untuk memastikan pada kasus ini ?
Jawab :
P a g e 30 | 39

SKENARIO A
Pemeriksaan medis yang dilakukan pada anak autism :

Tes neuropsikologis

Tes pendengaran dengan BERA atau tes lain

Berbagai rating scales misalnya CARS (childbood Autism Rating Scale), GARS
(Gillian Autism Rating Scale)

MRI

EEG(Elecrtoencephalogram)

Pemeriksaan sitogenik untuk abnormalitas kromoson

12. Apa Working Diagnostic pada kasus ini ?


Jawab :
Autistic Spectrum Disorder (ASD)

13. Apa etiologi pada kasus ini ?


Jawab :
Gangguan austik merupakan gangguan perilaku perkembangan. Meskipun gangguan
autistic awalnya dihipotesiskan oleh Kanner sebagai akibat ibu bersifat dingin yang
secara emosional tidak responsive, tidak ada validita terhadap hipotesis ini. Sebaliknya
banyak bukti telah terkumpul untuk menyokong substrat biologis untuk gangguan ini.

Faktor Psikososial dan Keluarga


Anak dengan autism, seperti anak dengan gangguan lain, dapay berespons melalui gejala
yang memburuk pada stressor, psikososial termasuk perselisihan keluarga, kelahiran
saudara kandung, atau pindahnya keluarga. Beberapa anak dengan gangguan autistic
dapat sangat sensitive bahkan terhadap perubahan kecil di dalam keluarga serta
lingkungan sekitarnya.

Faktor Biologis
Tingginya angka retardasi mental pada anak dengan gangguan autistic dan angka
gangguan bangkitan yang lebih tinggi diharapkan menunjukkan adanya dasar biologis
P a g e 31 | 39

SKENARIO A
untuk gangguan autistic. Kira-kira 75 persen anak dengan gangguan autistic memiliki
retardasi mental. Anak dengan gangguan autistic dan retardasi mental secara khas
menunjukkan deficit yang lebih nyata di dalam pemberian alasan abstrak, pemahaman
social dan tugas verbal dibandingkan dengan tugas kinerja seperti rancangan blok dan
mengingat angka, dengan rincian yang dapat diingat, tanpa mengacu pada pengertian
keseluruhan.

Faktor Genetik
Pada beberapa survey, antara 2-4% saudara kandung anak autistic juga mengalami
gangguan autistic. Laporan klinis mengesankan bahwa pada keluarga yang memiliki
anggota autistic, anggota nonautistiknya mempunyai gangguan pelafalan bahasa atau
kognitif lainnya dengan angka kejadian yang lebih tinggi.

Factor imunologis
Terdapat beberapa laporan yang mengesankan bahwa ketidak cocokan imunologis dapat
turut berperan didalam gangguan autistic. Limfosit berperan pada anak autistic bereaksi
dengan antibosi maternal, suatu fakta yang meningkatkan kemungkinan jaringan saraf
embrionik atau ekstraembrionik rusak selama gestasi.

Faktor perinatal
Insiden komplikasi perinatal melebihi yang diperkirakan tampaknya dialami oleh bayi
yang kemusian didiagnosis mengalami gangguan autistic. Perdarahan ibu setelah
trimester pertama dan meconium didalam cairan amnion dilaporkan lebih sering didalam
riwayat anak dengan gangguan autistic disbanding populasi umum. Pada periode
neonates, anak autistic memiliki insiden sindrom gawat nafas serta anemia neonates yang
tinggi

Factor neuroanatomis
Studi MRI yang membandingkan orang autistic dengan control normal menunjukkan
bahwa volume total otak meningkat pada orang denga autistic, meskipun anak autistic
dengan retradasi mental berat umumnya memiliki ukuran kepala

yang lebih kecil.


P a g e 32 | 39

SKENARIO A
Peningkatan persentase rerata ukuran terbesar terdapat pada lobus oksipitalis, lobus
parietalis dan lobus temporalis. Peningkatan volume dapat terjadi akibat tiga
kemungkinan mekanisme yang berbeda; meningkatnya neurogenesis, menurunnya
kematian neuron, dan meningkatnya produksi jaringan otak nonneuronal seperti sel glia
atau pembuluh darah. Pembesaran otak dijadikan sebagai kemungkinan penanda biologis
untuk gangguan autistic. Lobus temporalis diyakini merupakan area yang penting pada
kelainan otak didalam gangguan autistic. Hal ini didasarkan pada laporan mengenai
sindrom mirip autistic pada beberapa orang dengan kerusakan lobus temporalis.

Faktor biokimia
Pada beberapa anak autistic, meningkatnya asam homovanilat (metabolit dopamine
utama) didalam cairan serebrospinal menyebabkan meningkatnya stereotype dan
penarikan diri. Beberapa bukti menunjukkan bahwa keparahan gejla berkurang ketika
terjadi peningkatan rasio asam 5-hidroksi- indolaset CSF (5-HIAA, metabolit serotonin)
terhadap asam homovanilat

CSF. CSF 5-HIAA dapat berbanding terbalik dengan kadar

serotonin darah. Kadar ini meningkat pada sepertiga pasien gangguan autistic, temuan
nonspesifik yang juga terdapat pada orang dengan retradasi mental.
(Sadock, 2010)

14. Bagaimana epidemologi pada kasus ini ?


Jawab :
Prvalensi
Gangguan autistic diyakini terjadi dengan angka kira-kira 5 kasus per 10.000 anak (0,05
persen). Laporan mengenai angka gangguan autistic berkisar antara 2 hingga 2o kasus per
10.000. Berdasarkan definisi, onset gangguan autistic adalah sebelum usia 3 tahun,
meskipun pada beberapa kasus, gangguan ini tidak dikenali hingga anak usia lebih tua

Distribusi jenis kelamin

P a g e 33 | 39

SKENARIO A
Gangguan autistic 4 hingga 5 kali lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan. Anak permpuan dengan gangguan austik lebih besar kemungkinannya
memiliki retradasi mental berat
(Sadock, 2010)

15. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini ?


Jawab :
Tujuan dari terapi pada gangguan autistic adalah untuk :

Mengurangi masalah perilaku

Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya terutama dalam


penguasaan bahasa

Mampu bersosialisasi dan beradaptasi dilingkungan sosialnya.

Tujuan ini dapat tercaai dengan baik melalui suatu program terapi yang menyeluruh dan
bersifat individual, dimana pendidikan khusus dan terapi wicara merupakan komponen
yang penting. Suatu tim kerja terpadu terdiri dari tenaga pendidik, tenaga medis
(psikater, dokter anak), psikolog, ahli terapi wicara, terapi okupasi, ahli social dan
perawat, sangat diperlukan agar dapat mendeteksi dini dan memberi penenangan sesuai
dan tepat waktu. Semakin dini terdeteksi dan mendapat penanganan yang tepat akan
dapat tercapai hasil yang optimal.

Terapi non-medika mentosa

Pendekatan edukatif
Pada prinsipnya pendekatan edukatif sangat tergantung pada kondisi berat/
ringannya gangguan yang ada. Pada yang mempunyai inteligensi normal tinggi
sebaiknya tetap dimasukkan ke sekolah formal umum, sedangkan yang
mempunyai intelegensi dibawah rata-rata normal sebaiknya bersekolah di SLBC, tentu dengan catatan perilaku dan emosinya telah terkendali. Bila belum
dikendalikan anak autistic seharusnya mendapat pendidika khusus. Rencana
pendidikan sebaiknya dibuat secara individual sesuai dengan kebutuhan masingmasing anak, dan juga perlu diperhitungkan tidak hanya kelemahan anak ini
namun juga kekuatan mereka punyai, agar guru dapat mempertmbangkannya
P a g e 34 | 39

SKENARIO A
dalam memberikan ketrampilan baru. Yang baik bagi mereka adalah suatu
pelatihan yang sangat terstruktur, sehingga kecil kesempatannya bagi anak untuk
melepaskan diri dari teman-temannya dan guru akan segera bertindak melihat
anak

melakukan

aktivitas

sendiri.

Latihan

yang terstruktur

ini

juga

mempermudah anak untuk dapat memperkirakan kemungkinan apa yang akan


terjadi disekitarnya

Terapi perilaku
Dengan memodifikasi perilaku yang spesifik yang telah disesuaikan dengan
kebutuhan anak, diharapkan dapat membantu anak autistic dalam mempelajari
perilaku yang diharapkan dan membuang perilaku yang bermasalah. Beberapa
jeis terapi perilaku yang banyak digunakan :
Metode ABA (Applied Behavioral Analysis) : terapi dilakukan dengan
memberikan positive reinforcement bila anak menuruti perintah terapis.
Disini anak akan diarahkan untuk mengubah perilaku yang tidak
diinginkan dan menggantikan dengan perilaku yang bisa diterima.
Metode Option :Lebih Chil centered dimana terapis selalu mengikuti
perilaku anak. Yang ditekanka disini adalah acceptance and Love.
Orang tua justru harus berusaha untuk masuk kedalam dunia anak
tersebut.
Metode Floor time; ini jenis terapi bermain yang dilakukan ada anak

Terapi khusus
Termasuk terapi wicara, terapi okupasi, sensori integrasi dan fisioterapi. Dari
penelitian pada anak autistic didapatkan hasil 9% tidak dapat bicara, dengan
intervensi yang sesuai ada harapan anak auitistic dapat belajar bicara

Psikoterapi
Dengan adanya pengetahuan tentang factor biologi pada autism, psikodinamik
psikoterapi yang dilakukan anak yang masih kecil termasuk disini terapi bermain
yang tidak terstruktur adalah tidak sesuai lagi. Psikoterapi individual, baik
P a g e 35 | 39

SKENARIO A
dengan atau tanpa obat, mungkin lebih sesuai pada meraka yang telah
mempunyai fungsi lebih baik, saat usia mereka meningkat, mungkin timbul
perasaan cemas dan depresi ketika mereka menyadari kelainan dan keukaran
dalam membina hubungan dengan orang lain.

Terapi medika mentosa

Terapi obat
Pada sekelompok anak autistic dengan gejala-gejala seperti temper, tantrums<
agresivitas, melukai diri sendiri, hiperaktivitas dan stereotipi, pemberia obatobatan yang sesuai dapat merupakan salah satu bagian dari program terapi yang
komprehensif. Juga sering dipakai untuk mengobati kondisi yang terkait seperti
depresi, cemas, perilaku obsesifkompulsif, membantu mencegah self injury dan
perilaku yang menimbulkan masalah.pemeriksaan yang lengkap dari kondisi
fisik dan laboratorium harus dilakukan sebelum memulai pemberian obat-obatan.
Peridode istirahat dari obat, setiap 6 bulan dianjurkan untuk menilai lagi apakah
obat diperlukan dalam terapi.
Obat-obat yang digunakan antara lain yaitu antipsikotik seperti risperidon
(Risperdal) ; efektif untuk terapi anak autistic yang disertai dengan tantrums,
agresivitas dan perilaku yang membahayakan diri sendiri, iritabel, stereotipik,
hiperaktif, dan gangguan kominikasi.
(Sadock, 2010)

16. Apa komplikasi pada kasus ini ?


Jawab :
1. Skizofrenia masa kanak-kanak
2. Seiring pertambahan usia timbul gejala kejang-kejang dan mencelakakan diri sendiri.
3. Gangguan pada akademik, sosial, dan pekerjaan
4. Depresi
5. Anxietas
6. Gangguan tidur
7. Kejang
P a g e 36 | 39

SKENARIO A
8. Malnutrisi
(Behrham, 2000)

17. Bagaimana prognosis pada kasus ini ?


Jawab :
Prognosis : dubia

Ganggua autistic umumnya merupakan gangguan seumur hidup dengan prognosis yang
terbatas. Anak autistic dengan IQ diatas 70 dan mereka menggunakan bahasa komunikasi
saat usia 5 hingga 7 tahun cenderung memiliki prognosis baik.
Area gejala yang tidak tampak membaik seiring waktu adalah gejala yang terkait dengan
prilaku berulang atau ritualistic. Umumnya study hasil saat dewasa menunjukkan bahwa
kira-kira dua pertiga orang dewasa dengan autistic tetap mengalami hendaya berat dan
hidup benar-benar bergantung atau agak bergantung, baik dengan kerabatnya atau
institusi jangka panjang. Prognosisnya membaik jika lingkungan atau rumah bersifat
suportif dan dapat memenuhi kebutuhan ekstensif anak tersebut. Meskipun pengurangan
gejala dicatat pada banyak kasus, mutilasi diri yang berat atau agresivitas serta regresi
dapat terjadi pada yang lain. (Sadock, 2010)

18. Bagaimana kompetensi dokter umum pada kasus ini ?


Jawab :
Tingkat kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: peneriksaan laboratorium
sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang
relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya

19. Bagaimana pandanga islam pada kasus ini ?


P a g e 37 | 39

SKENARIO A
Jawab :

Artinya :
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. ( QS. Al Anfal : 28)
2.5 Kesimpulan
Rahmad laki-laki 25 bulan mengalami gangguan kominukasi, interaksi social, prilaku
karena Autism Spectrum Disorder (ASD)

2.6 Kerangka Konsep


Faktor penyebab dan factor
risiko yang tidak diketahui

Autism Spectrum
Disorder (ASD)

Gangguan bahasa
(Komunikasi)

Belum bisa bicara

Gangguan interaksi
sosial

Tidak mau bermain

Gangguan perilaku

Selalu

bergerak,

Mengeluarkan kata-

dengan teman sebaya

kata yang tidak bisa

Tidak mau tersenyum

berlari

dimengerti

Tidak pernah

mari tanpa tujuan

menunjuk sesuatu
Tidak bisa disuruh

tidak

Sering

mau

diam,

kesana

ke

melakukan

gerakan mengepak-

untuk melihat benda

ngepakkan

lengan

yang ditunjuk

seperti mau terbag

P a g e 38 | 39

SKENARIO A

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga: Jakarta.
Moore, L. Keith dan Agur. M.R.Anne.2002.Anatomi klinis Dasar.Jakarta : Hipokrates
Riva. D Cerebbelar Contribution to Behavior and Cognition in Children. Journal of
Neurologuistic. 2000:13:215-25
Sadock, Benjamin. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Kklinis, Ed.2, Jakarta:EGC
Snell, Richard.S. 2012. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Ed.6. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Soetjiningsih, dan Ranuh.IG.N. Gde. 2013. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC

P a g e 39 | 39

Anda mungkin juga menyukai