Anda di halaman 1dari 20

Diphtheria in the Postepidemic

Period, Europe, 2000-2009


Karen S. Wagner, Joanne M. White, Irina Lucenko, David Mercer, Natasha
S. Crowcroft, Shona Neal, and Androulla Efstratiou, on behalf of the
Diphtheria Surveillance Network

Abstrak
Kejadian difteri di Eropa telah menurun sejak muncul
kembali tahun 1990-an, tetapi siklus terus berlanjut di
beberapa negara Eropa Timur
Meskipun sebagian besar kematian terjadi pada daerah
endemik, tingkat fatalitas kasus tertinggi terjadi di
negara-negara yg tidak endemik difteri dimana ketidak
pahaman menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis
dan pengobatan.

Faktor penyebab difteri muncul kembali di negara-negara


Uni Soviet yang baru merdeka.
1. Ada pedoman tidak perlu vaksinasi pada masa itu, yang
berujung penurunan jangkauan vaksinasi yang memadai pada
anak-anak.
2. ketidakpercayaan vaksinasi antara profesional kesehatan dan
masyarakat dan dengan penggunaan vaksin dosis rendah untuk
vaksinasi primer.

3.

Berkurangnya imunitas pada orang dewasa

4.

Perpindahan populasi berskala besar karena pecahnya Uni


Soviet

5.

Gangguan dalam pelayanan kesehatan dan kurangnya


pasokan vaksin dan antitoxin yang memadai untuk
pencegahan dan pengobatan.

Klinis difteri disebabkan oleh toxin yang dihasilkan


corynebacteria.Tiga spesies yg berpotensi dapat menghasilkan
toxin difteri:
a. C.diphtheria adalah yang paling berpotensi toxigenik dan di kaitkan dengan
wabah difteri dan menyebar dari orang ke orang. Organisme ini memiliki 4
biovar: gravis, mitis, intermedius dan belfanti
b. C.ulcerans berhubungan dengan sapi atau produk sapi mentah
c. C. pseudotuberculosis jarang menginfeksi manusia dan biasanya terkait
dengan hewan ternak.

Difteri pernapasan klasik


ditandai dengan :
Pembentukan
pseudomembran putih
ke abu-abuan yang
melekat tegas
ditenggorokan
Bull neck appearance

Metode
Data survey berbasis kasus difteri dari 25 negara DIPNET.
Data tahun 2000-2007.

Kasus dibagi atas 5 kelompok:

Hasil
Secara keseluruhan, di
WHO wilayah Eropa,
jumlah kasus difteri telah
menurun sejak wabah
tahun 1990-an.
(Gambar-2)

Gambar 2. Kasus Difteri per 1 juta


penduduk di World Health
Organization (WHO) Wilayah
Eropa dan jumlah negara dengan
laju > 1 kasus / 1 juta penduduk,
2000-2009.
10

* DIPNET, DiphtheriaSurveillance Network, NA, not applicable (tidak berlaku).


Sebanyak 89 kasus klinis didiagnosis tanpa konfirmasi mikrobiologi (76
inLatvia, 11 di Turki, dan 2 di Lithuania).
11
hanya total ditampilkan untuk sebuah negara, semua pasien yang bergejala.

Tabel 2. Isolat Corynebacterium ulcerans toxigenic dan kematian pasien


dilaporkan oleh negara-negara anggota DIPNET, Eropa, 2000-2009 *

12

Negara -Negara Endemik Difteri di WHO


Wilayah Eropa
4.304 (> 61%) dari 7032
kasus di WHO Wilayah
Eropa dilaporkan dari
Federasi Rusia, dan 2
negara, Federasi Rusia dan

kelompok risiko utama


untuk kematian
1. bayi (terlalu muda untuk
vaksinasi primer lengkap)
2. dewasa >40 tahun (atau
tidak divaksinasi dengan
memudarnya imunitas).

Ukraina, menyumbang 83%


dari semua kasus.

13

Negara-negara Non-Penyakit-Endemik (DIPNET)

Table 4. Vaccination status of case-patients and clinical manifestations of


toxigenic Corynebacterium diphtheriae and C. ulcerans infections and
epidemiologically linked cases without laboratory confirmation, DIPNET cases
excluding Latvia, Europe, 20002009*
14

Isolat C.diphtheriae, C. ulcerans,


C.pseudotuberculosis
Isolat (biakan) C. diphtheriae yang secara sporadis dilaporkan
dalam 24 negara anggota DIPNET, termasuk Latvia.
Sebanyak 4-8 isolat dari toxigenic C. ulcerans telah dilaporkan
oleh negara-negara anggota DIPNET setiap tahun (53 [50]
gejala selama 2000-2009).
4 kasus pasien dengan difteri disebabkan oleh toxigenic
C.pseudotuberculosis telah dilaporkan: 1 di Perancis pada
tahun 2005 dan 1 pada tahun 2008, 1 di Jerman pada tahun
2004, dan 1 diInggris pada tahun 2008.

15

Gbr.3
Gambar 3 Kejadian Difteri per
1 juta orang-tahun untuk
Latvia (Corynebacterium
diphtheriae, 2002-2009) dan
sisanya 24 negara Difteri
Surveillance Network
(DIPNET) (C.diphtheriae dan
C. ulcerans tahun 20002009). Error bar Menunjukkan
95% CI. Periode 2002-2009
termasuk wabah militer pada
tahun 2000 dan kasus dari
tahun 2001 informasi terbatas
kayu yang tersedia.

16

Kematian Akibat Difteri

17

DISKUSI
Dimulai pada tahun 1980, rekomendasi vaksinasi Soviet
memungkinkan penggunaan jadwal vaksinasi primer
alternatif thdp difteri yg direkomendasikan 3 dosis vaksinpotensi yg lebih rendah.
Seiring dengan menurunnya angka kejadian difteri,
demikian juga dengan praktek skrining laboratorium
secara rutin.

18

Identik C.ulcerans
Insiden infeksi yang lebih tinggi di kalangan wanita lansia
dapat dikaitkan dengan kebiasaan kepemilikan hewan
peliharaan, diikuti dengan rendah atau memudarnya imunitas.
Tingginya sejarah takut-vaksin di beberapa negara di Eropa
Timur, seperti Federasi Rusia dan Ukraina, dimana kelompok
anti-vaksinasi semakin kuat dengan menggunakan televisi,
internet, dan media lainnya untuk publisitas, kegiatan ini bisa
mempengaruhi jangkauan vaksinasi.

19

TERIMAKASIH
20

Anda mungkin juga menyukai