Anda di halaman 1dari 12

Laporan Kasus Portofolio

Ankilostomiasis

Anemia Berat ec

TINJAUAN PUSTAKA
1. Anemia
1.1. Definisi
Anemia didefenisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass)
dan/atau massa hemoglobin sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan
oxygen carrying capacity).1
Menurut kriteria WHO, kriteria anemia yang digunakan di Indonesia
adalah: 1

1.2.

Hemoglobin < 10 g/dl


Hematokrit < 30%
Eritrosit < 2,8 juta/mm3
Epidemiologi

Secara global, prevalensi anemia dari tahun 1993-2005 yang dilakukan oleh WHO
mengenai 1,62 milyar orang. Prevalensi tertinggi pada anak-anak sebelum sekolah
(47,4%) dan terendah pada pria (12,7%). Di Indonesia sendiri, pada tahun 2006,
dilaporkan angka anemia terjadi pada 9.608 orang. Salah satu bentuk anemia yang
paling sering dijumpai, terutama di daerah tropis atau di daerah dunia ketiga,
karena sangat berkaitan erat dengan taraf ekonomi, adalah anemia defisiensi besi,
yang akan dibahas lebih mendalam pada tulisan ini. Anemia ini mengenai lebih
dari sepertiga penduduk dunia yang memberikan dampak kesehatan yang sangat
merugikan serta dampak sosial yang cukup serius. Anemia defisiensi besi adalah
anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store)
sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada akhirnya
pembentukan hemoglobin berkurang. Kelainan ini ditandai oleh besi serum
menurun, TIBC (total iron binding capacity) meningkat, saturasi transferin
menurun, feritin serum menurun, pengecatan besi sumsum tulang negative dan
adanya respon terhadap pengobatan dengan preparat besi. 1

1.2.1. Etiologi dan Klasifikasi

Laporan Kasus Portofolio


Ankilostomiasis

Anemia Berat ec

Gambar 1. Penggunaan pemeriksaan hitung jumlah sel darah, hitung retikulosit,


dam apusan darah dalam diagnosis anemia dan penyebabnya.
(Sumber: Nelson Textbook of Pediatrics 18th edition, 2007)

Tabel 1. Konsentrasi Hemoglobin Anemia pada Anak Menurut WHO


Usia
6 bulan - < 5 tahun
5 tahun 14 tahun

Hemoglobin (g/dL)
<11
<12

Sumber: WHO

Tabel 2. Pembagian Derajat Anemia Menurut WHO dan NCI


Derajat
Derajat 0 (nilai normal)
Derajat 1 (ringan)
Derajat 2 (sedang)
Derajat 3 (berat)
Derajat 4 (mengancam jiwa)

WHO
11,0 g/dL
9,5 10,9 g/dL
8,0 - 9,4 g/dL
6,6 7,9 g/dL
<6,5 g/dL

Sumber: WHO dan NCI

NCI
Perempuan 12,0 16,0 g/dL
Laki-laki 14,0-18,0 g/dL
10,0 g/dL - nilai normal
8,0 10,0 g/dL
6,5-7,9 g/dL
<6,5 g/dL

Laporan Kasus Portofolio


Ankilostomiasis

Anemia Berat ec

2. Ankilostomiasis
2.1. Definisi
Ankilostomiasis adalah penyakit cacing tambang yang disebabkan oleh
Ancylostoma duodenale (jarang disebabkan oleh Ancylostoma braziliensis,
Ancylostoma canium, Ancylostoma malayanum).2
2.2.Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di daerah tropis maupun subtropik. Ankilostomiasis adalah
salah satu penyakit cacing tambang. Di Indonesia penyakit cacing tambang lebih
banyak disebabkan oleh cacing Necator americanus daripada Ancylostoma
duodenale. 2
Cacing tambang adalah penyakit yang penting pada manusia. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi terhadap manusia, yaitu:3
Adanya sumber infeksi yang adekuat di dalam populasi.
Kebiasaan buang air besar yang jelek, yang mana tinja yang mengandung

telur cacing tambang ikut mencemari tanah.


Kondisi setempat yang menguntungkan

perkembangan telur menjadi larva.


Kesempatan larva berkontak dengan manusia.

untuk

dapat

terjadinya

Manusia merupakan tuan rumah utama infeksi cacing tambang.


Endemisitas infeksi tergnatung pada kondisi lingkungan untuk menetaskan telur
dan maturasi larva. Kondisi yang optimal ditemukan di daerah pertanian di negara
tropis. Morbiditas dan mortalitas infeksi cacing tambang terutama terjadi pada
anak-anak. Dari suatu penelitian diperoleh bahwa separuh dari anak-anak yang
telah terinfeksi sebelum usia 5 tahun, 90 % terinfeksi pada usia 9 tahun. Intensitas
infeksi meningkat sampai usia 6-7 tahun dan kemudian stabil. 3
2.3. Etiologi
Ankilostomiasis disebabkan oleh Ancylostoma duodenale (jarang disebabkan oleh
Ancylostoma braziliensis, Ancylostoma canium, Ancylostoma malayanum). 2

Laporan Kasus Portofolio


Ankilostomiasis

Anemia Berat ec

Gambar 2. Cacing soil transmitted dewasa jantan dan betina.


Sumber: Nelson Textbook of Pediatrics 18th edition, 2007

2.4.

Patofisiologi dan Patogenesis

Gejala klinis dan patologis penyakit cacing ini bergantung pada jumlah cacing
yang menginvestasi usus. Paling sedikit 500 cacing diperlukan untuk
menyebabkan terjadinya anemia dan gejala klinis pada pasien dewasa. 2
Telur dihasilkan oleh caicng betina dan keluar melalui tinja. Bila telur
tersebut jatuh di tempat yang hangat, lembab dan basah, maka telur akan berubah
menjadi larva yang infektif. Dan jika larva tersebut kontak dengan kulit, maka ia
akan mengadakan penetrasi melaui kulit, bermigrasi sampai ke paru-paru dan
kemudian turun ke usus halus; di sini larva berkembang hingga menjadi cacing
dewasa. 2

Laporan Kasus Portofolio


Ankilostomiasis

Anemia Berat ec

Gambar 3. Siklus hidup cacing tambang


(Sumber: CDC)

Patogenesis anemia pada infeksi cacing tambang bergantung pada 3 faktor


yaitu: 3
Kandungan besi dalam makanan
Status cadangan besi dalam tubuh pasien
Intensitas dan lamanya infeksi.
Ketiga faktor ini bervariasi di Negara tropis. Di Nigeria dimana masukan
besi tingi (21-30 mg per hari), perdarahan yang disebabkan oleh infeksi cacing
tambang tidak menunjukkan berkurangnya besi meskpiun di dalam tubuhnya
terdapat sampai 500 cacing tambang dewasa. 3
2.5.

Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang dapat terjadi adalah: 2,3


a. Berdasarkan lokasi infeksi
Pada kulit dan ekstremitas
Rasa gatal di kaki, pruritus kulit (ground itch, umumnya terjadi pada kaki),
dermatitis dan kadang-kadang ruam makulopapula sampai vesikel
merupakan gejala pertama yang dihubungkan dengan invasi larva cacing

tambang ini.
Pada paru-paru
Selama larva berada di dalam paru-paru dapat menyebabkan gejala batuk
darah, yang disebabkan oleh pecahnya kapiler-kapiler dalam alveoli paru5

Laporan Kasus Portofolio


Ankilostomiasis

Anemia Berat ec

paru dan berat ringannya keadaan ini bergantung pada banyaknya jumlah

larva cacing yang melakukan penetrasi ke dalam kulit


Pada saluran cerna
Rasa tak enak pada perut, kembung, sering mengeluarka gas (flatus), diare,
merupakan gejala iritasi cacing terhadap usus halus yang terjadi kurang
lebih 2 minggu setelah larva mengadakan penetrasi ke dalam kulit
Anemia akan terjadi 10-20 minggu setelah infeksi cacing dan walaupun

diperlukan lebih dari 500 cacing dewasa untuk menimbulkan gejala anemia
tersebut tentunya bergantung pula pada keadaan gizi pasien.
b. Berdasarkan waktu fase perkembangan dan pertumbuhan cacing
Migrasi larva
Sewaktu menembus kulit, bakter piogenik dapat terikut masuk pada
saat larva menembus

kulit, menimbulkan rasa gatal pada kulit

(ground itch). Creeping eruption (cutaneous larva migrans),


umumnya disebabkan larva cacing tambang yang berasal dari
hewan seperti kucing ataupun anjing, tetapi kadang-kadang dapat
disebabkan oleh larva Necator americanus ataupun Ancylostoma
duodenale.
Sewaktu lava melewati paru, dapat terjadi pneumonitis, tetapi tidak

sesering oleh larva Ascaris lumbricoides.


Cacing dewasa
Cacing dewasa umumnya hidup di sepertiga bagian atas usus halus dan
melekat pada mukosa usus. Gejala klinis yang sering timbul tergantung
pada berat ringannya infeksi, makin berat infeksi, maka manifestasi klinis
yang terjadi semakin mencolok, seperti:
Gangguan gastro-intestinal yaitu: anoreksia, mual, muntah, diare,
penurunan berat badan, nyeri pada daerah sekitar duodenum,
jejunum dan ileum.
Pada pemeriksaan laboratorium, umumnya dijumpai anemia
hipokromik mikrositik.
Pada anak, dijumpai adanya korelasi positif Antara infeksi sedang
dan berat dengan tingkat kecerdasan anak.
Bila

penyakit

berlangsung

kronis,

akan

timbul

gejala

anemia,

hipoalbuminemia dan edema. Hemoglobin kurang dari 5 g/dl dihubungkan dengan


gagal jantung dan kematian yang tiba-tiba.

Laporan Kasus Portofolio


Ankilostomiasis

2.6.

Anemia Berat ec

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada kasus ini adalah: 3

Pemeriksaan laboratorium feses


Makroskopis
: kadang-kadang terdapat sedikit darah dalam tinja
Mikroskopis
: ditemukannya telur dan larva cacing tambang di

dalam tinja pasien.


Pemeriksaan darah lengkap (anemia, leukosit dan eosinofil meningkat),
apusan darah tepi (ditemukan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom),
protein/albumin (hipoalbumin), kadar ferritin (menurun).
2.7.

Diagnosis

Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan ditemukannya telur cacing tambang
(pada kasus ini Ancylostoma) di dalam tinja pasien. Selain dalam tinja, larva dapat
juga ditemukan dalam sputum. 2,3
2.8. Tatalaksana
a. Nonfarmakologi
Perlu dilakukan pemberian nutrisi yang baik; suplemen preparat besi diperlukan
oleh pasien dengan gejala klinis yang berat, terutama bila ditemukan bersamasama dengan anemia. 2,3
b. Farmakologi
Pada creeping eruption, krioterapi dengan liquid nitrogen atau kloretilen spray
atau tiabendazol topikal selama 1 minggu. Coulau dkk (1982) mengobati 18 kasus
cutaneous larva migrans dengan albendazol 400 mg selama 5 hari berturut-turut,
mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. 3
Pengobatan terhadap caicng dewasa, di bangaal anak RS Pringadi Medan,
pengobatan yang digunakan adalah gabungan pirantel pamoat dengan
mebendazol, dengan cara pirantel pamoat dosis tunggal 10 mg/kgBB diberikan
pada pagi harinya diikuti dengan pemberian mebendazol 100 mg 2 x sehari
selama 3 hari berturut-turut. Hasil pengobatan ini sangat memuaskan, terutama
bila dijumpai adanya infeksi campuran dengan cacing lain. 3
Obat yang bisa digunakan adalah: 2,3

Laporan Kasus Portofolio


Ankilostomiasis

Albendazole

Anemia Berat ec

: untuk anak di atas 2 tahun diberikan dengan

dosis tunggal 400 mg (2 tablet) atau setara dengan 20 ml suspensi,


sedangkan pada anak yang lebih kecil diberikan dengan dosis separuhnya.

Dilaporkan hasil cukup memuaskan.


Mebendazole
: diberikan dengan dosis 100 mg, 2x sehari selama

3 hari.
Tetrakloretilen

: merupakan obat pilihan utama (drug of choice)

terutama untuk pasien ankilostomiasis. Dosis yang diberikan 0,12 ml/kg


berat badan, dosis tunggal tidak boleh lebih dari 5 ml. Pengobatan dapat
diulang 2 mingu kemudian bila pemeriksaan telur dalam tinja tetap positif.
Pemberian obat ini sebaiknya dalam keadaan perut kosong disertai
pemberian 30 g MgSO4. Kontraindikasi pemberian obat ini pada pasien

alkoholisme, kelainan pencernaan konstipasi dari penyakit ini.


Befanium hidroksinaftat : obat pilihan utama untuk ankilostomiasis dan
baik untuk pengobatan massal pada anak. Obat ini relatif tidak toksik.
Dosis yang diberikan 5 gram 2x sehari, dan dapt diulang bilamana

diperlukan.
Pirantel pamoat

rendah dan dosis yang diberikan 10 mg/kg BB/hari sebagai dosis tunggal.
Heksilresorsinol
: diberikan sebagai obat alternatif yang cukup

: obat ini cukup efektif dengan toksisitas yang

efektif dan dosis pemberian obat ini sama seperti pada pengobatan
askariasis. Obat ini diberikan pada pasien setelah pasien dipuasakan
terlebih dahulu, baru kemudian diberikan 1 gram heksireorsinol sekaligus
disusul dengan pemberian laksans sebanyak 30 gram MgSO4, yang
diulangi lagi 3 jam kemudian untuk tujuan mengeluarkan cacing, bila
diperlukan pengobatan ini dapat diulang 3 hari kemudian.
Pada keadaan anemia yang berat (Hb <5 g/dl), preparat besi diberikan
setelah dimulai pengobatan dengan obat cacing. Besi elemeter diberikan secara
oral dengan dosis 2 mg.kgBB 3 x sehari sampai tanda-tanda anemia hilang. 3
2.9.

Komplikasi

Kerusakan pada kulit akan menyebabkan dermatitis yang berat terlebih bila pasien
sensitif. Anemia berat yang terjadi sering menyebabkan gangguan pertumbuhan,
perkembangan mental dan payah jantung. 2
8

Laporan Kasus Portofolio


Ankilostomiasis

Anemia Berat ec

2.10. Prognosis
Dengan pengoatan yang adekuat meskipun telah terjadi komplikasi prognosis
tetap baik. 2
3. Pengaruh Infeksi Cacing Tambang
Infeksi cacing tambang pada manusia disebabkan oleh Necator americanus dan
Ancylostoma duodenale. Manusia merupakan tuan rumah utama infeksi cacing
tambang. Cacing dewasa hidup di sepertiga bagian atas usus halus, melekat pada
mukosa usus, dan dapat bertahan selama 7 tahun atau lebih. Cacing tambang
menghisap lebih banyak darah bila dibandingkan dengan Trichuris trichuria.
Seekor Ancylosoma duodenale menghisap 0,16-034 ml darah per hari, sedangkan
seekor Necator americanus menghisap 0,03-0,04 ml darah per hari. Luka yang
diakibatkan gigitan Ancylotsoma duodenale lebih berat dibandingkan kerusakan
yang diakibatkan Necator americanus. Selain itu diduga Ancylostoma duodenale
memproduksi zat antikoagulan yang lebih kuat dibanding Necator americanus.
Cacing ini menyebabkan laserasi pada kapiler villi usus halus dan menyebabkan
perdarahan lokal pada usus. Sebagian dari darah akan ditelan oleh cacing dan
sebagian keluar bersama dengan tinja. Pada infeksi sedang (angka telur pergram
tinja lebih dari 500) kehilangan darah dapat dideteksi dalam tinja rata-rata 8 ml
per hari, sehingga menimbulkan gejala anemia dan defisiensi besi. Gejala klinis
yang terjadi tergantug pada derajat infeksi, makin berat infeksi manifestasi klinis
yang terjadi seakin mencolok, berupa: anoreksia, mual, muntah, diare, kelelahan,
sakit kepala, sesak napas, palpitasi, dispepsia nyeri di sekitar duodenum, jejunum
dan ileum. Juga bisa ditemukan protein plasma yang rendah (hipoalbuminemia),
kelainan absorpsi nitrogen dan vitamin B12, tetapi yang tetap paling menonjol
adalah berkurangnya zat besi. Besi dalam tubuh manusia diperlukan untuk
pembelahan sel, berperan dalam proses respirasi sel, yaitu sebagai co-factor bagi
enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi reduksi. Di dalam tiap sel, besi
bekerjasama dengan rantai protein pengangkut elektron, yang berperan dalam
langkah akhir metabolisme energi. Besi juga berperan dalam sistem kekebalan
tubuh, kekurangan besi akan menyebabkan sel darah putih tidak dapat bekerja
secara efektif dan berkurangnya pembentukan limfosit T. Diduga penurunan
9

Laporan Kasus Portofolio


Ankilostomiasis

Anemia Berat ec

pembentukan sel limfosit ini terjadi karena berkurangnya sintesis DNA akibat
gangguan pada enzim reduktase ribonukelotida. Enzim ini membutuhkan zat besi
untuk dapat berfungsi. Sehingga akibat infeksi kronik cacing tambang akan dapat
menyebabkan gangguan pembentukan sel dan kekebalan tubuh, gangguan
penyembuhan luka. Keadaan ini secara tidak langsung akan mempengaruhi
pertumbuhan anak.4
Dari uraian di atas dapat diketahui pengaruh infeksi cacing usus terhadap
permasukan, pencernaan, penyerapan, serta metabolisme makanan. Infeksi cacing
yang diulakan melalui tanah termasuk penyakit yang berjalan kronis. Dapat
berakibat hilangnya protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan darah dalam jumlah
yang besar, di samping itu dapat menimbulkan berbagai gejala penyakit seperti,
diare, sindroma disentri dan defisiensi besi. Adanya cacing yang hidup pada usus
anak secara terus menerus dapat menyebabkan aktivasi kronik respon imun dan
ketidakseimbangan status imun. Borkow dkk mendapatkan hasil, aktivasi kronik
imun ini menyebabkan hiperesponsif dan anergi, menyebabkan penderita
gampang terserang penyakit infeksi, dan secara tidak langsung mengganggu
tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena itu mudah dimengerti
pengaruh infeksi cacing usus terhadap ganguan pertumbuhan fisik anak. Namun
dari berbagai literatur dan hasil berbagai penelitian masih banyak perbedaan
pendapat mengenai pengaruh infeksi cacing usus terhadap pertumbuhan. Pada
satu literatur disebutkan akibat infeksi Ascaris lumbricoides terhadap ststus gizi
lebih dipengaruhi status ekonomi dan latar belakang nutrisi daripada pengaruh
infeksi cacing ini secara langsung. Lai Karen PF. dkk, pada penelitiannya
mendapatkan Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichuria tidak memberikan
kontribusi terhadap gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah dasar. Dari
penelitian tersebut diketahui tidak ada perbedaan bermakna terhadap parameter
pertumbuhan serelah diikuti selama dua tahun. Mereka berasumsi efek cacing
usus terhadap pertumbuhan lebih dipengaruhi infeksi cacing tambang. Sehingga
mereka merekomendasikan pada program yang ditujukan untuk memperbaiki
status gizi anak, harus lebih dikonsentrasikan pada pemberian nutrisi yang
adekuat, bukan hanya pengobatan infeksi cacing. Dari satu metaanalisis
disimpulkan pengobatan rutin terhadap infeksi cacing

10

usus pada anak usia

Laporan Kasus Portofolio


Ankilostomiasis

Anemia Berat ec

sekolah dasar secara umum memberi efek pada perbaikan berat badan, tapi
hasilnya tidak konsisten pada tiap penelitian dan hanya didapatkan sedikit fakta
yang mendukung bahwa penggunaan atelmintik secara rutin dapat memperbaiki
pertumbuhan dan performa kognitif pada anak di negara berkembang. Penelitian
lain mendapatkan, infeksi cacing usus, dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan. Anak yang menderita askariasis, biasanya kehilangan nafsu makan,
masukan makanan akan berkurang, sehingga berakibat gangguan gizi pada
penderita tersebut. Pasaribu S, pada penelitiannya terhadap murid sekolah dasar di
daerah Kabupaten Karo Sumatera Utaara, mendapatkan bahwa pemberian
albendazole

dosis tunggl tiap 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan menyebabkan

perbaikan status gizi.4

DAFTAR PUSTAKA
1. Dian. Anemia Defisiensi Besi. Dalam: Reading Assignment Divisi Hemato
Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-USU/RSHAM.
2. Penyakit Cacing yang Ditularkan Melalui Tanah. Dalam: Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi IV, Jilid III, hal: 1786-1788.
3. Soedarno SSP, Gama H, Hadinegoro SR, dkk. 2002. Buku Ajar Infeksi dan
Penyakit Tropis Ilmu Kesehatan Anak, Edisi Pertama. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.

11

Laporan Kasus Portofolio


Ankilostomiasis

Anemia Berat ec

4. Siregar Charles. 2006. Pengaruh Infeksi Cacing Usus yang Ditularkan Melalui
Anak pada Pertumbuhan Fisik Anak Usia Sekolah Dasar. Sari Pediatri, Vol. 8
No. 2, hal: 112-117.

12

Anda mungkin juga menyukai