Abstract
Abstrak
Kata kunci : pencemaran nama baik, hak asasi manusia, putusan hakim
*
*
1
158 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 - 200
baik di dunia maya. Kedua, Pasal 45 ayat
(1) UU ITE yang mengancam pencemaran
nama baik tersebut dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp1 miliar. Kedua
pasal itulah yang kemudian digunakan
sebagai dasar bagi Kejaksaan untuk
melakukan penahanan terhadap Prita
Mulyasari. Selain itu, Kejaksaan juga
mengenakan Prita Mulyasari dengan Pasal
310 KUHP dan Pasal 311 KUHP.2
Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Tangerang dalam putusan selanya menilai
kasus pencemaran nama baik RS Omni
Tangerang dengan terdakwa Prita Mulyasari
tak bisa dilanjutkan, sehingga secara hukum
Prita Mulyasari bebas. Dalam putusan
selanya, majelis hakim menyebutkan bahwa
penggunaan Pasal 27 ayat (3) UU ITE
adalah tidak tepat. Majelis hakim juga
menilai bahwa Prita Mulyasari tidak
memiliki maksud dengan sengaja untuk
menyebarkan surat elektronik kepada
khalayak luas. Dengan demikian, tidak ada
perbuatan melawan hukum yang dilakukan
oleh Prita Mulyasari.3
Dalam perkembangan berikutnya,
Kejaksaan Negeri Tangerang mengajukan
permohonan perlawanan (verzet) terhadap
putusanselaPengadilanNegeriTangerangdan
dikabulkan oleh Pengadilan Tinggi Banten.
Dalam putusannya yang dikeluarkan
tanggal 27 Juli 2009 itu, Pengadilan Tinggi
Banten
membatalkan
putusan
sela
Pengadilan Negeri
2
3
4
5
ibid.
Prita Mulyasari Bebas, dalam www.liputan6.com, diakses tanggal 27 Juni 2009.
Kasus Prita, Melanggar HAM, loc.cit.
Jaksa Bisa Tuntut Bebas Prita, Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 5 Juni 2009, hlm. 28.