Anda di halaman 1dari 60

TUGAS ANALISIS JURNAL

Divergent Thinking, Intelligence, and Expertise:


A Test of Alternative Models

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA

DIANALISIS OLEH ANGGOTA KELOMPOK 1 KELAS 3PA01:

YESSICA HERA PRATIWI

(11509975 )

LAILATUL FAIZAH

(15509489)

PUTRI USWATUL KHASANAH

(16509360)

TUTI SETIYAWATI

(11509445)

PANGESTIKA RAHADYANI

(10509788)

Nama Penulis/tahun

: Andrea S. Vincent, Brian P. Decker, and Michael D.


Mumford

Tahun

: 2002

Judul

: Divergent Thinking, Intelligence, and Expertise: A


Test

of

Alternative

Intelegensi,

dan

Models

(Berpikir

Pengetahuan

Divergen,

atau

Keahlian:

Sebuah Pengujian dari Model-Model Alternatif)

1. Abstrak
Abstraksi dari penelitian ini berasal dari hubungan antara berpikir
divergen dan
perhatian

kemampuan kognitif

untuk

diteliti

lainnya yang

kaitannya

telah

dengan

lama menarik

kreativitas

para

siswa. Penelitian ini menguji hubungan antara intelegensi, pengetahuan


atau

keahlian,

dan berpikir

divergen sebagaimana

hal-hal

tersebut

mempengaruhi kreativitas dalam pemecahan masalah serta kinerja,


berdasarkan sampel 110 pemimpin militer.
Dalam serangkaian analisis sebab akibat, ditemukan bahwa berpikir
divergen memberikan efek yang unik dalam pemecahan masalah secara
kreatif, yang

tidak hanya

atau keahlian, namun juga

dapat

dikaitkan

memberikan

dengan

kontribusi

intelegensi

terhadap proses

pemecahan masalah secara kreatif tersebut.


2. Latar Belakang Masalah
Latar

belakang

masalah

dari

penelitian

ini

adalah

untuk

mengevalusi hipotesis bahwa berpikir divergen, suatu kemampuan untuk


menghasilkan beberapa alternatif solusi pemecahan masalah, merupakan
representasi dari sebuah kapasitas utama yang mendasari adanya

kreativitas

dalam

berpikir

dengan

menggunakan

tiga

perangkat

pertanyaan yang berhubungan dengan indikator domain-domain tersebut.


Selain itu, penelitian ini memperluas batasan hasil penelitian
menggunakan

teknik

pemodelan

hubungan

sebab-akibat

untuk

memeriksa hubungan di antara intelegensi , keahlian , dan berpikir


divergen dalam mewujudkan kreativitas pemecahan masalah dan kinerja
dengan menggunakan sampel kalangan perwira militer.
3. Kaitan antara Berpikir Divergen (Divergent Thinking), Intelegensi
(Intelligence), dan Pengetahuan atau Keahlian (Expertise)
Penelitian ini mencoba untuk mengaitkan antara berpikir divergen,
intelegensi, dan pengetahuan atau keahlian (expertise) dengan cara
menggunakan dua set analisis awal yang dilakukan sebelum menentukan
model akhir pemeriksaan hubungan alternatif antara berpikir divergen,
intelegensi, dan

pengetahuan

atau

keahlian

(expertise). Pada

set pertama analisis awal, tiga variabel eksogen, yaitu berpikir divergen,
intelegensi, dan pengetahuan atau keahlian (expertise) diasumsikan
sebagai penyebab penghasilan ide dan implementasi ide saat sedang
berkorelasi dengan variabel eksogen yang tanpa penyebab diterapkan
dalam analisis pemodelan yang telah diberikan. Set kedua dari analisis
awal didasarkan pada preposisi yang disajikan sebelumnya, bahwa
intelegensi dan pengetahuan atau keahlian (expertise) mungkin bertindak
sebagai penyebab berpikir divergen. Dalam set analisis ini, intelegensi
dan pengetahuan atau keahlian (expertise) dianggap sebagai penyebab
berpikir divergen, dan, pada gilirannya, masing-masing dari tiga variabel
ini dipercayai menyebabkan penghasilan ide dan implementasi ide. Jadi,
intelegensi bertindak sebagai penyebab langsung dari kinerja dan efek
total berpikir divergen, intelegensi, dan pengetahuan atau keahlian
(expertise) diperoleh untuk memunculkan penghasilan ide, implementasi
ide dan kinerja.

4. Metode Penelitian
a. Sampel yang Digunakan
Sampel yang digunakan untuk mewakili hubungan antara
berpikir divergen, intelegensi, dan keahlian terdiri dari 110 perwira
Angkatan Darat Amerika Serikat yang bertugas melayani dan berperan
kepemimpinan secara aktif. Sampel ini diperoleh sebagai bagian dari
studi yang lebih besar yang meneliti pola-pola pengembangan karir
1.818 perwira Angkatan Darat, mulai dari kelas, pengalaman, Letnan
sampai

tingkat

Kolonel

(Mumford,

Zaccaro,

Harding,

Jacobs,

&

Fleishman, 2000). Secara sepintas hampir semua perwira-perwira ini


mengenyam tingkat pendidikan perguruan tinggi, dan penghitungan
secara kasar sekitar seperlimanya sedang berada, atau sedang bekerja
di tingkat karir yang lebih lanjut.Usia rata-rata perwira ini adalah 31
(SD = 6.77).

Teknik sampling yang digunakan adalah purpossive

sampling dimana sampel dipilih secara sengaja.


b. Pengukuran Prediktor (Predictor Measure)
Berpikir divergen diukur menggunakan tes konsekuensi dari
Christensen, Merrifield, dan Guilford (1953). Partisipan diminta untuk
mengerjakan lima konsekuensi masalah. Mereka diberi waktu 12 menit
untuk menyelesaikan keseluruhan lima masalah konsekuensi. Respon
terhadap

permasalahan

berkonsekuensi

ini

dinilai

menggunakan

variasi teknik rating konsensual dari Hennessey dan Amabiles


( 1988 ). Sekelompok empat hakim dan semua calon doktor dihadirkan
dengan sampel dari tanggapan respon yang diambil dari permasalahan
berkonsekuensi. Setiap hakim diminta untuk menilai total keseluruhan
dari tanggapan yang diperoleh untuk setiap masalah (Runco & Mraz,
1992) pada skala 5-titik didasarkan kepada kualitas, orisinalitas,

kerangka waktu, realisme, kompleksitas, menggunakan prinsip-prinsip,


hasil positif dan hasil negatif.
Adapun untuk tujuan studi ini, hanya dimensi kualitas dan
orisinalitas yang diterapkan karena mewakili atribut produk yang
paling sering digunakan untuk menilai kreativitas. Nilai koefisiensi
menggunakan The interrater agreement coeficienct mencapai nilai
kualitas .90, sedangkan The interrater agreement coeficienct yang
diperoleh untuk rating orisinalitas mencapai .84. The interrater
agreement coeficienct ini diperoleh dengan menggunakan prosedur
yang disarankan oleh Shrout dan Fleiss (1979). Skor agregat berpikir
divergen

diperoleh

dengan

menjumlahkan

rating

kualitas

dan

orisinalitas.
Selanjutnya, Intelegensi dinilai menggunakan tes penalaran
verbal dalam bentuk survei bakat karyawan (EAS). Tes penalaran
verbal EAS terdiri dari 30-item pengukuran penalaran analogis yang
ketika melakukan retest untuk menguji reliabilitas berada di tingkat .
80s. Koefisien konsistensi internal biasanya terletak di .90s.
Sementara itu, ukuran pengetahuan atau keahlian (expertise)
menggunakan 70 pernyataan tugas yang mencerminkan kegiatan
kepemimpinan umum yang dibutuhkan oleh seorang perwira militer.
Pernyataan tugas ini diambil dari Fleishman, Mumford, Zaccaro, YarkinLevin,

Korotkin,

dan

Hein

(1991).

Partisipan

diminta

untuk

mengelompokkan tugas-tugas yang diberikan ke dalam bebearapa


kategori lalu diminta untuk (a) memberikan label untuk kategori, (b)
menyediakan definisi singkat dengan satu kalimat dari kategori, dan
(c) menunjukkan tugas-tugas yang harus ditetapkan ke dalam kategori.
Lima pengukuran pengetahuan atau keahlian (expertise) diambil dari
prosedur

penggolongan

penghitungan

jumlah

ini.

Lima

tugas

pengukuran

dari

kategori

ini

meliputi:

yang

(a)

diusulkan

(kompleksitas), (b) penghitungan jumlah tugas dihitung berdasarkan


kelengkapan kategori tugas (kelengkapan), (c) rating derajat yang

diusulkan dimana kategori tercermin dalam prinsip-prinsip yang


mendasari atau konsep-konsep umum yang memunculkan dorongan
bawaan dari sifat kepemimpinan (prinsip-prinsip), (d) rating tingkat
organisasi yang jelas di antara kategori yang diusulkan (organisasi),
dan (e) rating kesamaan kategori berdasarkan usulan Fleishman et al.
(1991) struktur taksonomi yang umum untuk mengklasifikasi perilaku
pemimpin (teoretis kesamaan).
c. Pengukuran Perilaku (Behavioural Measure)
Langkah pertama pengukuran perilaku (behavioural measure)
untuk mengukur keterampilan masalah kepemimpinan dalam militer
adalah dengan memberikan skenario berikut kepada partisipan yang
diambil dari Operasi Angkatan Darat Inggris di Perang Dunia I (Farwell,
1989)
masalah
realistis,
Saat sebagai
itu padagambaran
tahun 1914,
dan militer
anda yang
adalahrelevan
jenderaldan
Inggris
yang
bertanggung
jawab
atas pasukan militer
ekspedisi
Indiaterdefinisi
yang telahdengan
ditetapkan
ke
dimana
masalah
kepemimpinan
yang
buruk
Mesopotamia untuk

melindungi

kepentingan

minyak

Inggris dan

untuk

ditengarahi
kemampuan
berpikir
secara
kreatif.
mendorong sebagai
keluar pembangkit
orang-orang
Turki, yang
berpihak
pada
Jerman,
dari daerah tersebut. Sebagai hasil dari beberapa kemenangan yang relatif
cepat dan mudah, ada keinginan dari beberapa bagian jenderal dan
politisi yang
berpengaruh untuk
memiliki tentara untuk
menawan Baghdad sekitar dua ratus mil dari pantai. Terlepas dari kenyataan
bahwa Anda menyadari bahwa tentara Anda terlalu sedikit dan kekurangan
perlengkapanperang untuk melawan di dalam perang yang berkepanjangan,
dan
hal
tersebut
adalah
mungkin, adalah
tugas
Anda untuk
mengembangkan rencana yang akan meningkatkan peluang keberhasilan.
Dalam beberapa tahun terakhir, peralatan militer India itu telah
dibatasi dengan
persyaratan
perang perbatasan melawan suku
pemberontak. Tidak memiliki senjata artileri berat, tidak ada korps udara,
dan kekurangan kebutuhan lainnya seperti telepon, transportasi untuk air
minum, selimut, pakaian, dan lain-lain. Pengaturan untuk perawatan medis
dari yang terluka dan sakit hampir tidak ada. Tidak ada satu rumah
sakit kapal yang tersedia untuk tugas di Mesopotamia.
Di antara yang menjadi perhatian anda adalah banjir besar yang terjadi
selama musim dingin hujan, karena sebagian besar merupakan dataran
rendah Mesopotamia terletak di antara sungai Tigris dan Efrat. Sungaisungai banjir di musim semi dan hampir kering di musim panas. Tanah
tersebut kemudian membeku, air padang gurun seperti terkunci di dalam
oven gersang. Keberadaan sungai membutuhkan ketergantungan banyak
pada transportsi sungai untuk memindahkan pria dan bahan yang
diperlukan dalam mendukung operasi militer. Sayangnya, salah satu dari
pasukan anda kekurangan kapal yang memadai untuk diberdayakan
menavigasi sungai dangkal.

Setelah membaca melalui skenario umum ini, partisipan diminta


untuk memberikan tanggapan atas serangkaian pertanyaan untuk
memeriksa strategi yang akan mereka gunakan untuk memecahkan
masalah. Dengan demikian, serangkaian 10 masalah, 7 di antaranya
berfokus kepada penghasilan ide dan 3 yang lainnya berfokus pada
implementasi ide yang disajikan dalam konteks skenario umum ini.
Pertanyaan-pertanyaan ini, diambil dari Mumford et al. (1991),
menanyakan partisipan bagaimana mereka akan membahas isu-isu
tertentu yang muncul jika mereka memimpin pasukan dalam situasi
tersebut untuk mengetahui kapasitas pemecahan masalah secara
kreatif, yang dijabarkan pada tabel berikut ini:
Daftar Pertanyaan

Konstruk yang Dinilai

Apa yang anda lihat sebagai

Konstruksi masalah

masalah yang dihadapi oleh


anggota militer anda?
Apa yang seharusnya menjadi
tujuan yang ingin anda capai?
Informasi
anda

seperti

butuhkan

apa

yang

sebelum

memutuskan apa yang harus


dilakukan?
Apa

saja

sumber

Konstruksi masalah

Pengkodean informasi, Pencarian


kategori

yang

mungkin dalam memperoleh

Pengkodean informasi, Pencarian

informasi tersebut?

kategori

Informasi

seperti

apa

yang

Spesifikasi dari kategori yang

menurut anda krusial untuk

paling sesuai

memecahkan masalah?
Bagaimana
mengenai
informasi

pemikiran

anda

berbagai

jenis

yang

saling

Kombinasi kategori dan


reorganisasi

berkaitan?
Dari beberapa rencana dari
aksi

yang

anda

pertimbangkan,

bagaimana

Evaluasi ide

anda kemudian memutuskan


rencana

mana

yang

paling

rencana

yang

yang

anda

baik?
Aksi

dari

manakah
putuskan?

Kombinasi kategori dan


reorganisasi
Implementasi solusi

Bagaimana cara anda melihat


rencana tersebut berjalan?
Bagaimana

cara

Pengawasan implementasi solusi

anda

memastikan bahwa rencana


anda

tersebut

berjalan

dengan benar?

Dalam

menanggapi

pertanyaan-pertanyaan

ini,

partisipan

diminta untuk memberikan tiga atau empat-baris, deskripsi singkat,


langkah-langkah

mereka

yang

menjadi

kunci

dalam

mengatasi

masalah di setiap awal sesi pembicaraan. Lima penilai, yang semuanya


adalah calon doktor diminta untuk menilai tanggapan pada masingmasing dari 10 pertanyaan dengan beberapa tingkatan kegiatan efektif

yang diajukan, pada 5 titik skala,. Tingkat efektifitas digunakan untuk


mengukur divergent thinking, dan untuk mengurangi bias dan fokus
pada evaluasi

pelaksanaan kegiatan yang efektif dalam kegiatan

pengolahan kemudian diperiksa menggunakan pertanyaan-pertanyaan


tertentu. Dalam membuat rating ini, penilai dilengkapi dengan: (a)
definisi yang eksplisit tentang pemecahan masalah kegiatan di awal
pembicaraan; dan (b) uraian tentang hasil, peristiwa, dan strategi yang
dikaitkan dengan latihan yang efektif pada kapasitas ini seperti yang
ditunjukkan oleh literatur yang menyediakan strategi pemecahan
masalah yang kreatif. Rating dari aktivitas pemecahan

masalah ini

akan memprediksi kriteria dari kinerja pemimpin seperti adanya


tingkat penghargaan dan promosi.
Selain menggunakan pengukuran keterampilan pemecahan
masalah, sebuah pengukuran untuk menilai kinerja pada pemimpin
juga dijalankan. Pengukuran kinerja kepemimpinan ini didasarkan pada
penelitian Kilcullen (1993). Ia menemukan bahwa sebuah pengukuran
kinerja pemimpin yang valid, reliable, dan akurat di kalangan manajer
sipil di Departemen Pertahanan Amerika Serikat bisa dibangun dengan
meminta para pemimpin untuk melaporkan indeks prestasi masa lalu
yang objektif seperti penghargaan, penilaian kinerja, dan piagam
penghargaan dan item-item lainnya. Tujuh item yang termasuk dalam
skala kinerja pemimpin ini menghasilkan koefisien konsistensi internal
sebesar .70s. Selanjutnya, nilai pada skala ini ditemukan menghasilkan
korelasi positif yang diharapkan, biasanya dalam kisaran .40 an,
dengan indeks penilaian kinerja pemimpin yang lain seperti tingkat
pencapaian dan evaluasi dari insiden yang kritis.

5. Kesimpulan
a. Analisis Berdasarkan Jurnal
Hubungan antara berpikir divergen, intelegensi, dan pengetahuan
atau keahlian (expertise), dimana ketiga variabel ini mempengaruhi
pemecahan masalah dan kinerja pada seorang pemimpin,.diukur
menggunakan analisis pemodelan terstruktur.
Analisis ini didasarkan pada model secara makro, seperti yang
diilustrasikan pada gambar 3. Seperti yang dapat dilihat, model ini
mengasumsikan bahwa implementasi dari ide bertindak sebagai
penyebab utama dari kinerja yang nyata atau prestasi. Aktivitasaktivitas

pengimplementasian

ide

dan

keberhasilannya,

bagaimanapun, tergantung pada penghasilan ide sebelumnya. Berpikir


divergen, intelegensi, dan pengetahuan atau keahlian (expertise)
dipandang sebagai variabel yang mungkin bertindak sebagai penyebab
penghasilan

ide

dan

implementasi

dari

ide,

meskipun dasar

khusus dari hubungan ini dan hubungannya dengan berpikir divergen,


intelegensi, dan pengetahuan atau keahlian (expertise) tetap akan
ditentukan.

Secara
divergen

keseluruhan, analisis

ini

dianggap

sebagai

dari intelegensi
satu

indikator

dan berpikir
tersembunyi,

sedangkan pengetahuan atau keahlian (expertise), penghasilan ide,


dan evaluasi ide diperlakukan sebagai multi-indikator tersembunyi
yang didefinisikan sebagai nilai pada skala penilaian yang relevan.
Struktur yang terdahulu ini sepertinya sudah sesuai mengingat
jumlah skala rating dan korelasi yang diamati.
Dua set analisis awal dilakukan sebelum menentukan model
akhir pemeriksaan hubungan alternatif antara berpikir divergen,
intelegensi, dan

pengetahuan

atau

keahlian

(expertise). Pada

set pertama analisis awal, tiga variabel eksogen, yaitu berpikir


divergen, intelegensi, dan pengetahuan atau keahlian (expertise)
pada gilirannya diasumsikan sebagai penyebab penghasilan ide dan
implementasi ide saat sedang berkorelasi dengan variabel eksogen
yang tanpa penyebab diterapkan dalam analisis pemodelan yang
telah diberikan. Set kedua dari analisis awal didasarkan pada
preposisi

yang

disajikan

sebelumnya,

bahwa

intelegensi

dan

pengetahuan atau keahlian (expertise) mungkin bertindak sebagai


penyebab berpikir divergen. Dalam set analisis ini, intelegensi dan

pengetahuan atau keahlian (expertise) dianggap sebagai penyebab


berpikir divergen, dan, pada gilirannya, masing-masing dari tiga
variabel

ini

dipercayai

menyebabkan

penghasilan

ide

dan

implementasi ide. Kesesuaian model-model alternatif ini dengan


datanya dinilai menggunakan Goodness of Fit Index (GFI), Adjusted
Goodness to Fit Index (AFGI), the Nonnormed Fit Index (NFI), dan the
Root Mean Square Residual (RMSR). Rintisan yang signifikan (p <.05)
dan diperoleh dalam analisis masing-masing juga diidentifikasi.
Tiga tambahan analisis berikutnya adalah, pertama, alternatif
potensial untuk model akhir dinilai, yang kemudian membuka jalur
penyebab yang tidak dispesifikasi pada model secara general
(misalnya, intelegensi bertindak sebagai penyebab langsung dari
kinerja). Hasil dari indeks-indeks kesesuaian (fit index) dan rintisan
koefisiensi yang digunakan untuk menilai hal yang masuk akal dari
ekstensi model ini. Kedua, kemungkinan adanya hubungan yang tidak
bergaris lurus dinilai menggunakan transformasi log, dan perubahan
dalam indeks kesesuaian (fit index) dan rintisan koefisiensi digunakan
untuk memeriksa apakah inklusi dari hubungan-hubungan yang tidak
bergaris lurus akan menghasilkan gambaran yang lebih baik dari
data daripada

yang

disediakan dengan

mengasumsikan hubungan linier dalam model akhir. Ketiga, efek total


berpikir divergen, intelegensi, dan pengetahuan atau keahlian
(expertise)

diperoleh

untuk

memunculkan

penghasilan

ide,

implementasi ide dan kinerja menggunakan model yang terbaik yang


diidentifikasi

dalam

semua

Perbandingan efek total digunakan untuk

analisis
menilai

ini.

dampak

secara

keseluruhan dari berpikir divergen, intelegensi, dan pengetahuan


atau

keahlian

nyata dan pemecahan

(expertise) pada
masalah

secara

pencapaian secara
kreatif

dalam penghasilan ide dan implementasi ide.

yang

tercermin

b. Diskusi Berdasarkan Jurnal


Studi ini memang meneliti

hubungan

antara

berpikir

divergen, intelegensi, dan pengetahuan atau keahlian (expertise)


dalam penentuan pemecahan masalah dan kinerja nyata pemimpin
dengan contoh perwira militer. Dengan demikian, ada kemungkinan
bahwa pola kuat dan mungkin hasil yang berbeda dari hubunganhubungan

ini

mungkin

akan

muncul

dalam

sampel

yang

lebih heterogen, dengan intelegensi yang mengerahkan efek yang


lebih

kuat

pada

(Vernon, 1964). Hasil

pemecahan
yang

masalah

diperoleh

dan

kinerja

dalam penelitian

ini, selanjutnya, didasarkan pada jenis pengukuran berpikir divergen


tertentu , pada tes konsekuensi, yang kemudian dinilai kualitas dan
keaslian

dari

responnya.

Meskipun

tes

ini

dipilih

karena

kemampuannya menangkap atribut kunci dari berpikir divergen


yang

mungkin

relevan

terhadap

kepemimpinan (Mumford et al.,

kinerja

1998), ada

dalam

posisi

kemungkinan

bahwa

hasil yang agak berbeda mungkin muncul jika jenis-jenis tes berpikir
divergen yang baru telah diberlakukan atau jika tes ini diskor untuk
menilai dimensi lain seperti kefasihan.
Selain keterbatasan-keterbatasan pada generalisasi pada
temuan tersebut, perlu dicatat bahwa meskipun model akhir yang
tersedia cukup sesuai, indeks kesesesuaian (fit index) untuk model
ini tidak cukup untuk mengindikasikan laporan komprehensif secara
penuh dari semua hubungan yang telah diperoleh.
Akhirnya,

meskipun

tidak

diperoleh

bukti

bagi

adanya

hubungan nonlinier dalam studi ini, Ada kemungkinan bahwa


hubungan seperti itu akan muncul dalam sampel heterogen lainnya
dengan menggunakan berbagai jenis pengukuran.
Meskipun

terdapat

keterbatasan-keterbatasan,

bagaimanapun, kami percaya bahwa hasil yang diperoleh dalam

studi

ini

memiliki

beberapa

implikasi

yang

penting

untuk

memahami bagaimana tiga variabel kritis dari pemikiran divergent,


intelegensi dan pengetahuan atau keahlian (expertise) bertindak
dalam mempengaruhi kreatifitas dalam penyelesaian masalah dan
prestasi. Dimana berpikir divergen mempunyai dampak pada
kemunculan

pembangkitan

ide

yang

mengarah

kepada

implementasi ide sehingga menghasilkan performa yang bagus.


Bagaimanapun,

yang

menjadi

lebih

penting

adalah

bagaimana menemukan efek langsung yang lebih kuat secara


substansial dari berpikir divergen pada pembangkitan ide daripada
intelegensi atau keahlian (expertise).
Hasil yang diperoleh dalam studi ini, bagaimanapun, juga
memberikan beberapa petunjuk penting tentang hubungan antara
berpikir divergen dan intelegensi. Dalam studi ini, ketika efek
kausal yang unik pada kedua intelegensi dan pengetahuan atau
keahlian (expertise) kemudian diperhitungkan, intelegensi hanya
memiliki pengaruh moderat langsung pada berpikir divergen.
Bukti

yang

sama

menunjukkan

bahwa

intelegensi

mengerahkan efek langsung dengan tingkat moderat pada berpikir


divergen. Efek intelegensi pada pemonitoran kinerja (Sternberg,
1986) kemungkinan mempromosikan kesadaran, atau kepekaan,
konsekuensi,

sehingga

memberikan

bahwa

intelegensi,

pada

beberapa poin merupakan pelopor untuk kemunculan berpikir


divergen dan kreativitas, tetapi tidak menjamin pemroduksian ideide baru yang layak bagi intelegensi itu sendiri.yang merupakan
kontribusi bagi keterampilan berpikir divergen.
Meski begitu, Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa intelegensi
bukanlah
munculnya

satu-satunya
berpikir

yang

memberikan

divergen. Pengetahuan

pengaruh
atau

pada

keahlian

(expertise), atau secara khususnya pengetahuan atau keahlian

(expertise) pada domain pimpinan organisasi, juga memberikan


efek

langsung

dalam

mempengaruhi

keterampilan

berpikir

divergen.
Pengetahuan atau keahlian (expertise) tidak hanya memiliki
dampak langsung pada implementasi ide, sebuah penemuan yang
mungkin dapat diharapkan memberikan peran pengetahuan dalam
melaksanakan solusi dari masalah, namun juga memiliki efek
langsung pada pembangkitan ide. Dengan demikian, penggunaan
keterampilan berpikir divergen yang berhasil dalam pembangkitan
ide

ini

tergantung

pada

pengetahuan

yang

cukup

untuk

memberikan kesempatan bagi kemunculan pembangkitan dari


alternatif-alternatif ide yang layak. Dengan cara yang sama,
bagaimanapun, harus diakui bahwa pengetahuan atau keahlian
(expertise) memberikan pengaruh pembangkitan ide yang kurang
kuat daripada berpikir divergen. Selain itu, berpikir divergen,
memberikan efek pembangkitan ide secara unik, bahkan ketika
pengetahuan

atau

keahlian

(expertise)

diambil

untuk

diperhitungkan.. Dengan demikian, pengetahuan atau keahlian


(expertise), yang diambil hanya dari dirinya sendiri, tidak dapat
sepenuhnya menjelaskan penyelesaian masalah secara kreatif.
Selain
intelegensi,

itu,
dan

pengetahuan
berpikir

atau

divergen

keahlian

tidak

(expertise),

mengerahkan

efek

langsung pada kinerja. Sebaliknya, efek pada kinerja ditengahi oleh


aktivitas pemecahan masalah dalam domain yang di bawah
pertimbangan- yang secara khusus, adalah domain pembangkitan
ide dan implementasi ide. Adanya hubungan ini, tentu saja,
menunjukkan salah satu alasan mengapa berpikir divergen kadangkadang menunjukkan hubungan yang tidak konsisten dengan
ukuran kinerja.

Dengan demikian, berpikir divergen dan pengetahuan atau


keahlian (expertise) memang mempengaruhi kinerja pemimpin
tetapi hanya melalui kemampuan pemimpin untuk menghasilkan
dan menerapkan solusi untuk masalah organisasi yang signifikan.
Kesimpulan ini tidak hanya konsisten dengan temuan-temuan yang
diperoleh dalam kajian awal yang memeriksa sifat dari kinerja dalam
posisi kepemimpinan organisasi (Mumford, tanda et al., 1998;
Mumford et al., 2000), melainkan juga menunjukkan bahwa kinerja
kreatif mungkin dipengaruhi oleh beberapa kemampuan yang ada.
Keterampilan

berpikir

divergen

dan

pengetahuan

atau

keahlian (expertise), kemungkinan dapat muncul sebagai hasil dari


beberapa pengaruh termasuk, antara lain variabel intelegensi.
Dengan

demikian,

di

masa

depan

upaya

untuk

memahami

pemecahan masalah yang kreatif dan bekerja secara kreatif,


kemungkinan akan lebih bermanfaat untuk mempertimbangkan
gabungan pengaruh interaktif dari beberapa kemampuan daripada
berfokus pada efek dari satu kemampuan atau mencoba untuk
menjelaskan semua pekerjaan yang kreatif berdasarkan pada satu
pilihan konstruksi yang disukai.

c. Analisis Kelompok
1) Seperti yang sudah diramalkan, Di dalam model awal hasil
penelitian menunjukkan
dan

pengetahuan

korelasi positif di

atau

bahwa berpikir divergen, intelegensi,


keahlian

(expertise)

menghasilkan

tingkat moderat (r = . 43) dan intelegensi

menghasilkan hubungan positif yang kuat (r = .73) dengan


berpikir divergen. Tanpa diduga, antara berpikir divergen dengan
keahlian (expertise) menghasilkan hubungan positif yang lemah
( r = .09). Sehingga dapat dikatakan bahwa pada model awal,

intelegensi mempunyai kaitan yang sangat erat dengan berpikir


divergen sedangkan berpikir divergen mempunyai hubungan
yang kurang erat dengan keahlian (expertise).
2) Sementara itu, masih pada model awal, diperoleh hubungan
yang relatif stabil dalam menguji langkah dari penghasilan ide ke
implementasi ide, dan implementasi ide ke kinerja pemimpin.
Memakai asumsi awal, penghasilan ide memiliki efek langsung
yang kuat pada implementasi ide ( = .89). Walaupun
penghasilan ide dan implementasi ide muncul sebagai faktor
nyata dalam analisis terdahulu, penghasilan ide yang baik
rupanya berkontribusi kepada pengimplementasiannya yang
efektif. Kesuksesan dari pengimplementasian ide yang bagus
untuk memecahkan masalah-masalah yang baru pada gilirannya
berhubungan kepada kinerja pemimpin sebagai cerminan dalam
pengakuan organisasi ( = .48)
3) Yang menarik adalah, berpikir divergen rupanya menghasilkan
efek yang kuat pada penghasilan ide ( = .63), namun memiliki
efek yang kecil pada implementasi ide (= -.03). Penemuan ini,
cocok dengan banyak literatur kreatifitas (Runco, 1991), yang
menyarankan bahwa dalam model final, berpikir divergen harus
terlihat sebagai penyebab dari penghasil ide namun jalur dari
berpikir divergen ke implementasi ide harus dihilangkan.
4) Adapun intelegensi di dalam penelitian ini ternyata sangat tidak
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap implementasi ide
(= .07) sedangkan intelegensi memproduksi hubungan positif
yang kuat hanya dengan penghasilan ide (= . 27).
Sementara itu, Ukuran keahlian (expertise) menghasilkan jalur
yang cukup besar ( = .47) kepada penghasilan ide, dan agak
lebih kecil, sekalipun masih signifikan ( p < .05), jalur dari
implementasi ide ( = .16). Ini menunjukkan bahwa intelegensi

dan keahlian (expertise) sangat berperan di dalam menghasilkan


ide-ide yang kreatif, namun kurang mempengaruhi pelaksanaan
dari ide itu sendiri.
5) Dalam analisis pada model awal sebab akibat ditemukan bahwa
intelegensi memiliki pengaruh yang positif pada tingkat moderat
pada berpikir divergen (

= .24). Selain itu, juga ditemukan

bahwa pengetahuan atau keahlian (expertise) memiliki efek


positif pada tingkat moderat pada berpikir divergen ( = .28).
Hubungan ini menunjukkan bahwa korelasi yang semakin tinggi
dari intelegensi dan keahlian dapat menutupi variabel-variabel
dari berpikir divergen yang lebih kecil, meskipun penting, dan
berpengaruh kausal secara langsung. Dengan demikian, dalam
mengembangkan model akhir, intelegensi dan pengetahuan atau
keahlian (expertise) dipandang sebagai penyebab dari berpikir
divergen walaupun korelasi antara intelegensi dan keahlian
(expertise) tetap dipertahankan.
6) Pada model final, Hubungan yang tersirat dari model ini, seperti
digambarkan pada
intelegensi dan

Gambar

4,

pengetahuan

menunjukkan

atau

bahwa

keahlian (expertise)

mempunyai korelasi (r .47). Baik intelegensi (r .23) maupun


keahlian (r .27) keduanya memiliki efek langsung pada berpikir
divergen.
7) Penemuan yang lebih penting muncul pada peran berpikir
divergen di dalam membentuk penghasilan ide. Sebagaimana
yang dapat dilihat, berpikir divergen mempunyai pengaruh
langsung yang cukup besar hanya pada penghasilan ide (= .56)
Dengan demikian, kemampuan berpikir divergen memberikan
kontribusi langsung

kepada

aktivitas

yang

generatif selama pemecahan masalah kreatif. Pengetahuan atau


keahlian (expertise)
pada penghasilan

juga

ide

menghasilkan efek

.26)-

sebuah

yang

moderat

penemuan

yang

menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir divergen ditambah


dengan domain-spesifik pengetahuan
untuk

menghasilkan berbagai

memungkinkan orang

solusi masalah yang

layak.

Hubungan ini digambarkan melalui flow chart di bawah ini:

8) Pada

Pengukuran

efek

total,

Intelegensi

memberikan

bukti hubungan positif pada tingkat moderat dengan penghasilan


ide (r .25), implementasi ide (r .28), dan kinerja pemimpin
(r .14). Berpikir
agregat secara
untuk penghasilan
implementasi ide

divergen,

substansial lebih
ide (r
(r

.24). Jadi, berpikir


keseluruhan yang
kreatif dan

bagaimanapun, memberikan efek

.48)

kuat, tidak

.56),
dan

tetapi

juga untuk

kinerja pemimpin

divergen ternyata
kuat

hanya

memiliki efek

dalam pemecahan masalah

kinerja. Dengan

cara

(r

secara

yang sama, keahlian juga

menghasilkan efek yang cukup besar untuk jumlah penghasilan


ide (r .47), implementasi ide (r .54), dan kinerja pemimpin
(r .27). Dengan demikian, tampak bahwa pengetahuan atau
keahlian dalam

domain dan berpikir

mewakili pengaruh

yang sangat

kuat pada

divergen dapat
kemampuan

pemimpin untuk memecahkan masalah-masalah yang baru di


dalam organisasi .
9) Dapat disimpulkan bahwa intelegensi memiliki efek langsung
yang independen dari berpikir divergen, dan pada penghasilan
ide, intelegensi memiliki efek langsung pada kinerja pemimpin,
dan

pengetahuan

atau

keahlian (expertise)

memiliki

efek langsung pada kinerja pemimpin. Adapun Implementasi dari


ide bertindak sebagai penyebab utama kinerja yang jelas atau
prestasi.

Aktivitas-aktivitas

pengimplementasian

ide

dan

keberhasilannya, bagaimanapun, tergantung pada penghasilan


ide sebelumnya. Berpikir divergen, intelegensi, dan pengetahuan
atau keahlian (expertise) dipandang sebagai variabel yang
mungkin bertindak sebagai penyebab penghasilan
implementasi

dari

ide

yang

merupakan

ide dan

cerminan

dari

kemampuan memecahkan masalah secara kreatif hingga meraih


kinerja kepemimpinan yang sesuai harapan.
d. Keterbatasan dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya, serta
Kontribusi Penelitian
1) Keterbatasan Penelitian
Sifat studi ini yang membatasi sifat dan ukuran sampel yang
hanya sebanyak 110 serta homogen dari kalangan perwira
militer angkatan darat di AS sehingga tidak cukup untuk
mengindikasikan laporan komprehensif secara penuh dari semua
hubungan yang telah diperoleh.
2) Saran Bagi Penelitian Selanjutnya
Diharapkan penelitian di masa yang akan datang menggunakan
sampel yang lebih besar dan lebih

heterogen sehingga akan

diperoleh hasil yang berbeda seperti adanya hubungan yang


kuat antara intelegensi dengan kinerja kepemimpinan, atau
ditemukan variabel-variabel lain yang juga penting seperti
motivasi dan keterampilan sosial.
3) Kontribusi Penelitian

Dengan mengevaluasi hubungan antara intelegensi, keahlian,


dan berpikir divergen , dengan sampel

110 pemimpin militer

diharapkan dapat memberikan masukan bagi para perwira


militer dengan mempertimbangkan kombinasi efek unik dari
intelegensi, berpikir divergen, dan keahlian (expertise) untuk
lebih kreatif dalam memecahkan masalah sehingga dapat
meningkatkan kinerja dan prestasi kepemimpinannya.

PENERJEMAHAN JURNAL
Divergent Thinking, Intelligence, and Expertise:
A Test of Alternative Models

(Berpikir Divergen, Intelegensi, dan Pengetahuan atau Keahlian: Sebuah


Pengujian dari Model-Model Alternatif)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA

DITERJEMAHKAN OLEH ANGGOTA KELOMPOK 1 KELAS 3PA01:

YESSICA HERA PRATIWI

(11509975 )

LAILATUL FAIZAH

(15509489)

PUTRI USWATUL KHASANAH


TUTI SETIYAWATI
PANGESTIKA RAHADYANI

(16509360)
(11509445)
(10509788)

Terjemah Jurnal Divergent Thinking, Intelligence, and Expertise: A Test of


Alternative Models (Berpikir Divergen, Intelegensi, dan Pengetahuan atau
Keahlian: Sebuah Pengujian dari Model-Model Alternatif)

(Andrea S. Vincent, Brian P. Decker, and Michael D. Mumford)

ABSTRAK
Hubungan
lainnya telah
kreativitas

antara berpikir

lama menarik
para

divergen dan

perhatian

siswa. Penelitian

untuk
ini

kemampuan kognitif

diteliti

kaitannya

dengan

menguji hubungan

antara

intelegensi, keahlian, dan berpikir divergen sebagaimana hal-hal tersebut


mempengaruhi

kreativitas

berdasarkan

dalam

sampel

serangkaian analisis sebab


divergen memberikan efek yang
kreatif, yang

pemecahan

tidak hanya

atau keahlian, namun juga


pemecahan masalah

serta

kinerja,

110 pemimpin

militer. Dalam

akibat, ditemukan

bahwa berpikir

unik

dapat

dalam pemecahan masalah


dikaitkan

memberikan

secara

masalah

kreatif

dengan

kontribusi

secara

intelegensi

terhadap proses

tersebut. Implikasi dari

hubungan-

hubungan ini akan dibahas untuk memahami efek dari berpikir divergen,
intelegensi, dan keahlian dalam pemecahan masalah secara kreatif serta
pencapaian kinerja yang kreatif.
Latar Belakang Masalah
Lima puluh tahun yang lalu, dalam sebuah artikel seminal, Guilford
(1950) mengajukan hipotesis bahwa berpikir divergen, suatu kemampuan
untuk

menghasilkan

beberapa

alternatif

solusi

pemecahan

masalah,

merupakan representasi dari sebuah kapasitas utama yang mendasari


adanya kreativitas dalam berpikir. Penelitian terbaru oleh Runco, Plucker, dan
Lin (2000), Sternberg Grigorenko (2000), dan Stokes (2000) mengilustrasikan
adanya pengaruh yang berkelanjutan dari contoh berpikir divergen dengan
penelitian tentang kreativitas. Selain itu, Selama setengah abad terakhir,
berbagai penelitian telah memberikan bukti-bukti atas tes kemampuan
berpikir divergen dalam memprediksi aspek-aspek tertentu dari kinerja

penyelesaian tugas-tugas

untuk

memecahkan masalah secara kreatif

(Plucker & amp; Renzulli, 1999; Runco, 1991). Meskipun ada alasan untuk
menduga bahwa berpikir divergen berhubungan dengan kinerja pada tugastugas pemecahan masalah secara kreatif, dan mungkin juga dengan prestasi
yang berkenaan dengan kreativitas di dunia nyata (Barron & amp;
Harrington, 1981; Hocevar, 1980; Mumford, tanda, Connelly, Zacarro, & amp;
Johnson, 1998)., kebermaknaan yang sesungguhnya dari hubungan ini,
masih dipertanyakan dari waktu ke waktu.
Satu perangkat pertanyaan difokuskan pada prosedur yang digunakan
dalam penilaian tes berpikir divergen (Runco & Mraz, 1992). Penelitian ini
menunjukkan bahwa validitas tes berpikir divergen bisa saja bergantung
sepenuhnya,
diterapkan

atau

sebagian,

(misalnya,

dalam

Mumford

dkk,

prosedur
1998).

penilaian
Sedangkan

yang

sedang

seperangkat

pertanyaan yang lain difokuskan pada struktur dari berbagai tes berpikir
divergen (Scholar & Michael, 1991, 1997). Hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor berpikir divergen yang unik
dan

kompleks

ternyata

dapat

diidentifikasi.

Selain

itu,

seperangkat

pertanyaan yang ketiga difokuskan pada hubungan antara berpikir divergen


dengan jenis-jenis kecakapan kognitif misalnya intelegensi (Carrol & Maxwell,
1979; Cronbach, 1968; Merrifield, Guilford, Christensen, & Frick, 1962;
Sternberg & OHara, 1999).

Dalam penelitian ini kami bermaksud untuk

memperluas batasan hasil penelitian menggunakan teknik pemodelan


hubungan sebab-akibat untuk memeriksa hubungan di antara intelegensi ,
keahlian , dan berpikir divergen dalam mewujudkan kreativitas pemecahan
masalah dan kinerja dengan menggunakan sampel kalangan militer.

Berpikir

Divergen

(Intelligence)

(Divergent

Thinking)

dan

Intelegensi

Studi awal yang meneliti hubungan antara berpikir divergen dengan


intelegensi condong untuk menangani pertanyaan yang mendasar ini:
Apakah pemikiran divergen dapat mengukur sesuatu di luar intelegensi?
Untuk menjawab pertanyaan ini, dilakukan usaha untuk membangun korelasi
antara ukuran intelegensi dengan keterampilan berpikir divergen (misalnya,
Guilford, 1967; Magnusson & Bachteman, 1978; Torrance, 1967). Secara
umum, hasil yang diperoleh dalam penyelidikan ini menunjukkan bahwa testes berpikir divergen, biasanya menghitung angka kelancaran dalam
menghasilkan

korelasi

positif

tingkat

moderat

dengan

ukuran-ukuran

intelegensi, dengan hasil korelasi di rentang .20 sampai .40 (Barron &
Harrington, 1981).
Adanya hubungan positif pada tingkat moderat ini, setidaknya
berdasarkan pada nilai nominalnya,

seakan-akan menunjukkan bahwa

ukuran-ukuran keterampilan berpikir secara divergen memotret kapasitas


yang berbeda dengan intelegensi (Harrington, 1975). Berkenaan dengan
kesimpulan umum ini, bagaimanapun, sejumlah kewaspadaan

sudah

seharusnya muncul di dalam pikiran. Pertama, besarnya tingkat hubungan


yang diobservasi tergantung pada heterogenitas sampel yang digunakan,
dimana semakin besar kemampuan berpikir divergen, korelasinya dengan
intelegensi yang diperoleh dalam sampel akan semakin heterogen (Hattie,
1980; Metcalfe, 1978; Vernon, 1964). Kedua, tingkat hubungan antara
berpikir divergen dan intelegensi hasilnya akan bervariasi sesuai dengan
fungsi dari domain yang diteliti, bahwa berpikir divergen dan intelegensi
menunjukkan

hubungan

yang

lebih

kuat

pada

domain-domain

yang

menuntut adanya intelektualitas (Barron & Harrington, 1981) seperti halnya


pada ranah teknik dan manajemen (Mumford, Peterson, &; Anak-anaknya,
1999). Ketiga, berpikir divergen dan intelegensi bisa jadi merupakan bukti
adanya hubungan saling ketergantungan, dengan hubungan-hubungan yang
lemah antara berpikir divergen dan intelegensi yang diamati setelah salah

satu telah melalui tingkat ambang batas tertentu dalam dasar kecakapan
dasar kognitif (Guilford & Christiansen 1973).
Meskipun hasil pemeriksaan para peneliti dari hubungan antara
berpikir divergen dengan intelegensi merupakan hal yang sangat penting,
hal tersebut dapat mengaburkan apa yang
sebenarnya

yang

hubungan normatif dan


divergen sebagaimana

lebih

mendasar.

struktural
keduanya

mungkin menjadi pertanyaan


Secara

spesifik

antara intelegensi

yaitu, apa
dan berpikir

mempengaruhi pemecahan

masalah

secara kreatif?. Baru-baru ini, Sternberg dan OHara (1999) menggambarkan


lima model umum yang dapat diterapkan dalam mempelajari dampak
gabungan dari intelegensi dan berpikir divergen sebagaimana keduanya
mempengaruhi

kinerja dalam

tugas-tugas

pemecahan

masalah

secara

kreatif atau pun tugas-tugas yang menyerukan pada pembuatan novel, dan
produk-produk yang berguna yaitu: berpikir divergen adalah bagian dari
intelegensi; (b) intelegensi merupakan bagian dari berpikir divergen; (c)
intelegensi, meskipun berkorelasi dengan berpikir divergen, merupakan
penyebab utama dari kinerja pada tugas-tugas pemecahan masalah secara
kreatif; (d) berpikir divergen, meskipun berkorelasi dengan intelegensi,
adalah penyebab utama kinerja pada tugas-tugas pemecahan masalah
secara kreatif; dan (e) baik berpikir divergen dan intelegensi, walaupun
berkorelasi,

keduanya

mampu

mengerahkan

efek

yang

unik

dalam

penyelesaian masalah secara kreatif.


Dua model pertama yang diajukan oleh Sternberg dan Ohara pada
tahun 1999, yaitu berpikir divergen adalah bagian dari intelegensi,
sedangkan intelegensi merupakan bagian dari berpikir divergen, model ini
merupakan hal yang masuk akal mengingat adanya pengamatan secara
saling-silang di dalam proses kognitif, baik pada intelegensi maupun
kreatifitas ( Sternberg, 1988). Dengan mengetahui poin penting ini,
bagaimanapun, kuatnya hubungan yang biasanya terllihat dari pengukuran
berpikir divergen dan intelegensi akan mengarahkan orang untuk condong

kepada model gagasan yang seperti ini . Sementara itu, pengimplikasian


korelasi model-model subset antara intelegensi dan berpikir divergen jauh
melebihi angka .70, dengan pemberian reliabilitas dari instrumen-instrumen
Psikometrik yang berkembang dengan baik, namun ternyata, tipe korelasi
berada di rentang .30s.
Tiga model yang tersisa yang diajukan oleh Sternberg dan Ohara
(1999) tampak masuk akal jika dikaitkan dengan bukti empirisnya. Meskipun
begitu , Ketiganya bukanlah satu-satunya model yang dapat digunakan
untuk menjelaskan hubungan antara berpikir divergen dengan intelegensi.
Pada kenyataannya, penelitian Guilford dan Christensen (1973) menyatakan
adanya satu alternatif yang masuk akal.

Intelegensi mungkin bertindak

sebagai penyebab berpikir divergen, sedangkan pemikiran yang divergen


(bukan intelegensi) mempengaruhi kinerja pada tugas pemecahan masalah.
Model alternatif ini tampak masuk akal mengingat adanya kebutuhan semua
orang untuk memahami dan mengaplikasikan hubungan-hubungan analogis
yang berprinsip dalam upaya-upaya pengkombinasian terkonsep, yang
menyediakan dasar bagi penghasilan yang mempunyai ide (Ward, Smith, &
Finke, 1999) .

Secara alternatif , dapat dikatakan bahwa intelegensi

merupakan perwakilan dari penyebab adanya berpikir divergen, namun baik


berpikir divergen maupun intelegensi masih terdapat kemungkinan untuk
mengerahkan efek yang unik pada kinerja sebagaimana orang bekerja pada
tugas-tugas pemecahan masalah yang kreatif (e.g., Mumford, Supinski,
Baughman, Costanza, & Threlfall, 1997) . Meskipun demikian, memang agak
tidak masuk akal jika model akan bersikukuh bahwa berpikir secara divergen
bertindak

sebagai

penyebab

dari

intelegensi,

yang

pada

gilirannya

mengarah kepada kinerja yang bagus selama pengupayaan pemecahan


masalah secara kreatif.
Tujuan utama dari studi ini adalah untuk menilai model pemikiran ini,
dan model-model pemikiran lain yang masuk akal oleh Sternberg dan OHara
(1999), dalam bentuk analisis pemodelan kausal formal. Lebih khusus lagi,

kami berharap untuk mengukur efek kausal dari

berpikir divergen dan

intelegensi dalam kaitannya dengan penyelesaian masalah secara kreatif


dan dalam kinerja yang membutuhkan domain berpikir secara kreatif. Selain
itu, kami juga berharap untuk meneliti hubungan antara intelegensi dan
berpikir divergen dalam membentuk kreativitas dalam penyelesaian masalah
serta kinerja dengan menggunakan domain ini. Domain yang akan dinilai
oleh model-model alternatif ini adalah domain kepemimpinan militer.
Kepemimpinan militer digunakan untuk menilai model-model alternatif ini
karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kinerja di dalam
posisi

kepemimpinan

sebuah

organisasi,

termasuk

organisasi

militer,

membutuhkan keterampilan untuk berpikir secara kreatif (Mumford &


Connelly, 1999; Mumford et al., 1999; Zaccaro, Mumford, Connelly, & Gilbert,
2000)
Pengetahuan atau Keahlian (expertise)
Berbeda dengan pandangan tradisional bahwa berpikir divergen dan
intelegensi, dalam beberapa kombinasi, menentukan kinerja pada tugas
pemecahan kreatif, Weisberg (1995, 1999) mengusulkan adanya model
alternatif. Dia berargumentasi bahwa prestasi kreatif dan kreativitas dalam
penyelesaian masalah tidak selalu bergantung pada intelegensi ataupun
keterampilan berpikir secara divergen. Sebaliknya, Ia berpendapat bahwa
prestasi kreatif dan kreativitas dalam penyelesaian masalah tergantung
terutama kepada pengetahuan atau keahlian. Berkenaan dengan prestasi,
bukti-bukti yang diperoleh oleh Chi, Glaser, Rees (1983), Ericsson dan
Charness (1994), dan Simon (1999) menunjukkan adanya kontribusi luar
biasa dalam berbagai bidang tergantung pada perolehan pengetahuan
tentang

domain

berpikir

divergen

ini. Berkenaan

dengan

kreativitas

penyelesaian masalah, Mumford, Baughman, Supinski, dan Maher (1996)


dan Mumford, Supinski, Threlfall, dan Baughman (1996) telah menunjukkan
bahwa aspek keahlian, seperti kemampuan individu untuk mengidentifikasi
pengamatan secara relevan anomaly, atau kemampuan individu untuk

menerapkan konsep-konsep yang sesuai dalam pengorganisasian informasi


ini, terbyata berhbungan dengan kinerja dalam tugas-tugas pemecahan
masalah secara kreatif. Dengan demikian, pengetahuan, atau keahlian,
mungkin saja dapat membuat kontribusi yang unik dan independen baik
dalam penyelesaian masalah dengan kreatif maupun dalam kinerja di dunia
nyata.
Jika dikembalikan lagi bahwa keahlian juga merepresentasikan adanya
pengaruh penting pada pemecahan masalah kreatif dan kinerja berikutnya,
dua

pertanyaan kemudian

menjadi

muncul

ke

permukaan.

Pertama,

bagaimana keahlian dapat berhubungan dengan intelegensi dan berpikir


divergen? Kedua, bagaimana intelegensi, berpikir divergen, dan keahlian
mempengaruhi

pemecahan

masalah

secara

kreatif

dan

kemudian

mempengaruhi kinerja? Intelegensi dan keahlian umumnya dipandang


berkaitan secara positif sebagai akibat dari efek intelegensi pada akuisisi dan
aplikasi dari pengetahuan struktur berbasis prinsip (Ackerman, tahun 1987;
Davidson & amp; Sternberg, 1984; Finke, Ward, & amp; Smith, 1992), dan
efek pengetahuan akuisisi pada penalaran analogis (Holyoak & amp;
Thagard, 1997). Antara keahlian dan berpikir divergen agaknya kurang
diketahui hubungannya. Namun, sudah tidak asing lagi bahwa konsepkonsep baru yang terbentuk dalam proses kombinasi konseptual harus
diuraikan atau diperpanjang ke dalam penghasilan ide berikutnya (Finke et
al. 1992; Mumford, Mobley, Uhlman, Reiter-Palmon, & Doares, 1991). Karena
keahlian memberikan sebuah pondasi untuk elaborasi ini, tampaknya masuk
akal untuk berpendapat bahwa keahlian ada kemungkinan berkontribusi
terhadap munculnya berpikir divergen.
Ketika seseorang bertanya mengenai bagaimana intelegensi, berpikir
divergen, dan keahlian mempengaruhi kreativitas dalam penyelesaian
masalah, tampaknya akan masuk akal jika berhipotesis bahwa efek dari
variabel ini akan bervariasi sebagai fungsi dari kegiatan-kegiatan yang
diperlukan dalam upaya pemecahan masalah secara kreatif. Basadur (1997),

misalnya, membedakan antara siklus awal kegiatan pemecahan masalah


secara kreatif, seperti identifikasi masalah dan kombinasi konseptual, di
mana fokusnya adalah pada penghasilan yang mempunyai ide, dan akhirsiklus kegiatan pemecahan masalah secara kreatif, seperti ide evaluasi dan
implementasi perencanaan, di mana fokusnya adalah pada ide pelaksanaan.
Karena pelaksanaan ide tergantung pada domain khusus pengetahuan, salah
satu mungkin berharap bahwa keahlian akan memiliki pengaruh secara kuat
pada kinerja di akhir siklus kegiatan pemecahan masalah secara kreatif ini
(Mumford et al., 1991). Sebaliknya, pada awal siklus kegiatan pemecahan
masalah secara kreatif ini di mana orang-orang harus memanipulasi konsep
untuk menghasilkan ide-ide baru, orang akan berharap bahwa intelegensi
dan berpikir divergen akan memainkan peran yang lebih penting. Meskipun
begitu, keahlian dengan keunggulan perannya dalam memberikan konsep
untuk

kombinasi

konseptual

dan

penghasilan

ide,

mungkin

juga

mempengaruhi siklus awal kegiatan pemecahan masalah ini.


Secara implisit di dalam pengamatan tentang pengaruh intelegensi,
berpikir divergen, dan keahlian pemecahan masalah secara kreatif ini adalah
observasi yang lain lagi. Di dalam komentar kami sebelumnya kami telah
mengasumsikan

bahwa

intelegensi,

berpikir

divergen,

dan

keahlian

mengerahkan efek terkuatnya pada kegiatan pemecahan masalah secara


kreatif seseorang. Dengan demikian, kinerja pemecahan masalah dianggap
sebagai mediator antara kapasitas individu dan kinerja nyata seseorang.
Bagaimanapun sangat dimungkinkan, bahwa ini kapasitas intelegensi,
keahlian dan berpikir divergen ini juga mengerahkan beberapa efek yang
unik dan langsung pada prestasi.
Pengamatan tentang efek gabungan dari keahlian, intelegensi, dan
berpikir divergen pada pemecahan masalah dan kinerja ini mengakibatkan
tiga tujuan tambahan dalam penyelidikan saat ini. Pertama, kami berharap
untuk memeriksa bagaimana keahlian dalam domain yang berkaitan dengan
penyelesaian masalah secara kreatif dan kinerja. Kedua, kami berharap

untuk memeriksa bagaimana keahlian berkaitan dengan intelegensi dan


berpikir divergen dalam mempengaruhi kegiatan pemecahan masalah secara
kreatif. Ketiga, kami berharap untuk memeriksa bagaimana hubungan ini
bervariasi dengan dorongan bawaan dari kegiatan pemecahan masalah
kreatif individu berlawanan dengan hubungan yang diperoleh untuk siklus
awal kegiatan tersebut di mana fokusnya adalah pada penghasilan

ide,

dengan siklus akhir kegiatan tersebut di mana fokusnya adalah pada


pelaksanaan ide.
Metode
Sampel yang Digunakan
Sampel yang digunakan untuk mewakili hubungan antara berpikir
divergen, intelegensi, dan keahlian terdiri dari 110 perwira Angkatan Darat
Amerika Serikat yang melayani dengan peran kepemimpinan bertugas yang
aktif.

Tercatat

memperlihatkan

bahwa

perwira

perilaku

yang

Angkatan

mirip

Darat

dengan

dibentuk

karakteristik

untuk

pemimpin-

pemimpinnya seperti dalam pengaturan organisasi lain (Bass, 1990). Sampel


ini diperoleh sebagai bagian dari studi yang lebih besar yang meneliti polapola pengembangan karir 1.818 perwira Angkatan Darat, mulai dari kelas,
pengalaman, Letnan sampai tingkat Kolonel (Mumford, Zaccaro, Harding,
Jacobs, & Fleishman, 2000). Usia rata-rata perwira ini adalah 31 (SD = 6.77).
Secara sepintas hampir semua perwira-perwira ini mengenyam tingkat
pendidikan perguruan tinggi, dan penghitungan secara kasar sekitar
seperlimanya sedang berada, atau sedang bekerja di tingkat yang lebih
lanjut. Subsample yang diperiksa dalam studi ini dipilih karena, sebagai
bagian dari desain rotasi yang digunakan untuk melaksanakan pengukuran
dalam studi yang lebih besar, individu-individu melengkapi ukuran adanya
keahlian dan kemampuan pemecahan masalah maupun ukuran-ukuran
berpikir

divergen,

intelegensi

dan

kinerja.

Karena

administrasi

dari

pengukuran di dalam desain rotasi penelitian didasarkan kepada tugas

secara acak, karakteristik dari subsample yang diperiksa dalam studi ini
adalah wakil dari sampel yang diperoleh untuk studi pembangunan karir
yang lebih besar.
Pengukuran Prediktor (Predictor Measures)
Pengukuran dari keahlian dan pemecahan masalah diadministrasikan
sebagai bagian dari rangkaian pengujian sesi grup 2 jam yang dilakukan
selama 6 bulan. Setiap sesi melibatkan partisipan sebanyak 10-60 petugas
militer. Partisipan kemudian diberitahu bahwa mereka sedang berpartisipasi
dalam sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk menilai keterampilan
dalam pemecahan masalah pada seorang pemimpin, dan mereka akan
diminta untuk menyelesaikan latihan penilaian eksperimental. Seperti
disebutkan sebelumnya, latihan penilaian, semua kertas dan pensil latihan
untuk pemanasan, Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, latihan-latihan
asesmen, latihan-latihan dengan menggunakan alat tulis, diberikan dalam
desain rotasi untuk menghindari terlalu membebani partisipan. Sebelum
mulai bekerja pada latihan-latihan ini, semua partisipan diminta untuk
menyelesaikan serangkaian tes standar. Tes pemanasan diberikan kepada
partisipan dalam sesi pengujian 2-jam yang terpisah, termasuk pengukuran
dari berpikir divergen dan intelegensi yang variabelnya digunakan di dalam
studi ini.
Berpikir

divergen

diukur

menggunakan

Tes

konsekuensi

dari

Christensen, Merrifield, dan Guilford (1953). Ukuran ini dipilih karena dikenal
untuk menangkap aspek berpikir divergen yang relevan pada upaya
pemecahan masalah pada pemimpin

(Mumford et al., 1998). Kemudian

partisipan diminta untuk mengerjakan lima konsekuensi masalah. Mereka


diberi waktu 12 menit untuk menyelesaikan keseluruhan lima masalah
konsekuensi. Batas waktu ini dikenakan untuk alasan administrasi. Pilot
study yang dilakukan sebelumnya, bagaimanapun, menunjukkan bahwa item

tes

ini

memudahkan

dan

tidak

memberikan

penekanan

yang

tidak

semestinya kepada partisipan.


Respon

terhadap

permasalahan

berkonsekuensi

ini

dinilai

menggunakan variasi teknik rating konsensual dari hennessey dan amabiles


( 1988 ). Sekelompok empat hakim dan semua calon doktor dihadirkan
dengan sampel dari tanggapan respon yang diambil dari permasalahan
berkonsekuensi. Setiap hakim diminta untuk menilai total keseluruhan dari
tanggapan yang diperoleh untuk setiap masalah (Runco & Mraz, 1992) pada
skala 5-titik didasarkan kepada kualitas, orisinalitas, kerangka waktu,
realisme, kompleksitas, menggunakan prinsip-prinsip, hasil positif dan hasil
negatif.

Setelah

hakim

menyelesaikan

rating

awal

mereka,

mereka

berkumpul untuk sebuah pertemuan untuk mendiskusikan rating mereka


dalam kaitannya dengan definisi dimensi, menyelesaikan setiap perbedaan
yang diamati, dan mencapai konsensus mengenai serangkaian tinggi dan
rendah tanggapan untuk masing-masing dimensi.
Setelah

hakim

telah

mencapai

satu

pemahaman

dari

dimensi

konsensual dan respon dari konsekuensi , Untuk tujuan studi ini, hanya
dimensi kualitas dan orisinalitas yang diterapkan. Dimensi-dimensi tersebut
dipilih karena mereka mewakili atribut produk yang paling sering digunakan
untuk menilai kreativitas (Mumford & Gustafson, 1988). Kualitas didefinisikan
sebagai respons yang koheren, bermakna, logis, sedangkan orisinalitas
didefinisikan sebagai novel atau respon imajinatif yang tercermin ke dalam
implikasi unik atau tidak biasa. Nilai koefisiensi menggunakan The interrater
agreement coeficienct mencapai nilai kualitas .90, sedangkan The interrater
agreement coeficienct yang diperoleh untuk rating orisinalitas mencapai .84.
The interrater agreement coeficienct ini diperoleh dengan menggunakan
prosedur yang disarankan oleh Shrout dan Fleiss (1979). Skor agregat
berpikir divergen diperoleh dengan menjumlahkan rating kualitas dan
orisinalitas, sebuah prosedur yang dibenarkan oleh hasil angka korelasi
sebesar .86 diamati di antara rating pada dua dimensi. Bukti yang muncul

pada konstruk dan kriteria yang terkait dengan keabsahan pemberian rating
ini dapat dicapai dengan konsultasi kepada Mumford, Sign, Connelly,
Zaccaro, dan Reiter-Palmon (2000), Mumford et al. (1998), dan Zacarro et al.
(2000).
Intelegensi dinilai menggunakan tes penalaran verbal dalam bentuk
survei bakat karyawan (EAS). Pengukuran penalaran analogis secara
tradisional telah terbukti menjadi salah satu pengukuran terbaik yang pernah
ada untuk mengukur intelegensi umum (Tyler, 1964). Tes penalaran verbal
EAS terdiri dari 30-item pengukuran penalaran analogis yang menghasilkan
korelasi

positif

yang

cukup

besar

dibandingkan

dengan

pengukuran

intelegensi umum yang lain yang ketika melakukan retest untuk menguji
reliabilitas berada di tingkat .80s. Koefisien konsistensi internal biasanya
terletak di .90s. Bukti untuk membangun dan kriteria yang terkait dengan
validitas ukuran dalam sampel profesional dewasa ini dapat diperoleh
dengan konsultasi Grimsley, gerakan, Warren, dan Ford (1985). Bukti untuk
kriteria yang terkait dengan keabsahan tes ini telah disediakan oleh
Ivancevich (1976) dan Tenopyr (1969).
Ukuran pengetahuan atau keahlian (expertise) yang diterapkan dalam
studi ini dimaksudkan untuk menilai pengetahuan atau keahlian (expertise)
seperti yang terwujud dalam domain kepemimpinan organisasi (Baer, 1998;
Ericsson; Charness, 1994). Di sini, partisipan yang diberikan 70 pernyataan
tugas yang mencerminkan kegiatan kepemimpinan umum yang dibutuhkan
oleh seorang perwira militer. Pernyataan tugas diambil dari Fleishman,
Mumford, Zaccaro, Yarkin-Levin, Korotkin, dan Hein (1991). Partisipan
diminta, sebagai bagian dari latihan penilaian, untuk membaca pernyataanpernyataan tugas tersebut dan memikirkan kategori yang dapat digunakan
untuk mengelompokkan tugas ini secara bersama-sama. Setelah mereka
mengelompokkan tugas pernyataan ke dalam kategori, partisipan diminta
untuk: (a) memberikan label untuk kategori, (b) menyediakan definisi singkat
dengan satu kalimat dari kategori, dan (c) menunjukkan tugas-tugas yang

harus ditetapkan ke dalam kategori. Dalam penetapan tugas ke dalam


kategori mereka, partisipan diperintahkan hanya untuk menyelesaikan tugas
untuk kategori yang sesuai. Dengan demikian, mereka diizinkan untuk
menetapkan tugas untuk lebih dari satu kategori dan dapat meninggalkan
beberapa tugas yang tidak terselesaikan.
Lima pengukuran pengetahuan atau keahlian (expertise) diambil dari
prosedur penggolongan ini. Lima pengukuran ini meliputi: (a) penghitungan
jumlah tugas dari kategori yang diusulkan (kompleksitas), (b) penghitungan
jumlah

tugas

dihitung

berdasarkan

kelengkapan

kategori

tugas

(kelengkapan), (c) rating derajat yang diusulkan dimana kategori tercermin


dalam prinsip-prinsip yang mendasari atau konsep-konsep umum yang
memunculkan dorongan bawaan dari sifat kepemimpinan (prinsip-prinsip),
(d) rating tingkat organisasi yang jelas di antara kategori diusulkan
(organisasi), dan (e) rating kesamaan kategori yang diusulkan berdasarkan
Fleishman

et

al.

(1991)

struktur

taksonomi

yang

umum

untuk

mengklasifikasi perilaku pemimpin (teoretis kesamaan). Semua rating dibuat


pada skala 5 poin oleh empat calon doktor yang menggunakan definisi
dimensi ini secara teoritis disertai dengan sesi latihan di mana kesepakatan
berhasil dicapai berkenaan dengan satu set tugas seperti yang diperoleh di
pilot study. Untuk penggunaan sampel dalam upaya ini, pemberian rating
interrater agreement coefficients yang dicapai berada di pertengahan -.60s.
Validitas dari kelima pengukuran ini telah dibuktikan oleh Zaccaro et al.
(2000), yang telah menunjukkan bahwa pengukuran ini menghasilkan
keuntungan yang diharapkan dengan pengalaman dan dapat memprediksi
kinerja sampel pimpinan angkatan darat.

Saat itu pada tahun 1914, dan Anda adalah jenderal Inggris yang bertanggung
jawab atas pasukan ekspedisi India yang telah ditetapkan ke Mesopotamia untuk
melindungi kepentingan minyak Inggris dan untuk mendorong keluar orangorang Turki, yang berpihak pada Jerman, dari daerah tersebut. Sebagai hasil dari
beberapa
kemenangan
yang
relatif
cepat
dan
mudah,
ada
Pengukuran
Kinerja (Performance
measure)
keinginan dari beberapa bagian jenderal dan politisi yang berpengaruh untuk
memiliki tentara untuk
menawan Baghdad sekitar
dua
ratus mil
dari
Ukuran
keterampilan-keterampilan
pemecahan
masalah
yang
pantai. Terlepas dari
kenyataan bahwa Anda menyadari bahwa tentara
diterapkan
pada dan
studi kekurangan
ini memeriksa
kemampuan untuk
partisipan
untuk
Anda terlalu sedikit
perlengkapanperang
melawan
di
dalam perang yang
berkepanjangan,
dankepemimpinan
hal tersebut adalah
adalah
menyelesaikan
sebuah
novel, masalah
militermungkin,
yang tredefinisi
tugas Anda untuk mengembangkan rencana yang akan meningkatkan peluang
dengan
buruk ditengarahi sebagai pembangkit kemampuan berpikir secara
keberhasilan.

kreatif. Pada latihan asesmen ini, masalah realistis dari militer yang

Dalam beberapa tahun terakhir, peralatan militer India itu telah dibatasi dengan
dari pemberontak.
misi, kontinjensi
Tidak
memiliki
senjata
artileri
berat,
tidak
ada
korps
udara,
dan
kekurangan
kebutuhan
menghadapi unit, dan sumber daya yang dapat digunakan untuk memenuhi
lainnya seperti telepon, transportasi untuk air minum, selimut, pakaian, dan lainmisi
Skenario
ini, diambil
Operasi
Angkatan
Darat
Inggris
di
lain.persyaratan.
Pengaturan untuk
perawatan
medis dari
dari yang
terluka
dan sakit
hampir
tidak
ada. Tidak
ada Isatu
rumah 1989)
sakit kapal
yang tersedia
untuk
tugas
di Mesopotamia.
Perang
Dunia
(Farwell,
dibentuk
di dalam
pilot
study
agar menjadi

kompleks
gambaran
persyaratanmerepresentasikan
perang perbatasan
melawantujuan
suku

tidak
familiar
perwira
Angkatan
Daratbanjir
tetapi
untuk
mewakili
situasi
Di antara
yanguntuk
menjadi
perhatian
anda adalah
besar
yang
terjadi selama
musim masalah
dingin hujan,
karena
sebagian
besar merupakan
dataran
rendah
realistis,
relevan.
Gambar
1 menjelaskan
skenario yang
disajikan
di
Mesopotamia terletak di antara sungai Tigris dan Efrat. Sungai-sungai banjir di

dalam
pemecahan
masalah
musimlatihan
semi dan
hampir kering
di militer
musim ini.
panas. Tanah tersebut kemudian

membeku, air padang gurun seperti terkunci di dalam oven gersang. Keberadaan
sungai membutuhkan ketergantungan banyak pada transportsi sungai untuk
memindahkan pria dan bahan yang diperlukan dalam mendukung operasi
militer. Sayangnya, salah satu dari pasukan anda kekurangan kapal yang

Setelah membaca melalui skenario umum ini, partisipan diminta untuk


memberikan tanggapan atas serangkaian pertanyaan yang memeriksa
strategi yang mereka akan gunakan dalam berusaha untuk memecahkan
masalah ini. Dengan demikian, serangkaian 10 masalah, 7 di antaranya
berfokus kepada penghasilan

ide dan 3 yang lainnya berfokus pada

implementasi ide yang disajikan dalam konteks skenario umum ini.


Pertanyaan-pertanyaan ini, diambil dari Mumford et al. (1991), menanyakan
partisipan bagaimana mereka akan membahas isu-isu tertentu yang
cenderung muncul jika mereka memimpin pasukan dalam situasi ini: Sebagai
contoh, apa yang Anda lihat sebagai masalah yang dihadapi pasukan Anda?
Dan informasi apa yang anda rasa

akan anda butuhkan sebelum

memutuskan apa yang harus anda lakukan? Pertanyaan-pertanyaan ini

dibingkai untuk menangkap proses mayor atau kegiatan yang cenderung


menjadi terlibat dalam pemecahan masalah novel, masalah-masalah yang
kompleks seperti yang ditunjukkan oleh model kapasitas pemecahan
masalah secara kreatif yang diusulkan oleh Mumford et al. (1991). Di dalam
gambar 2 disajikan pertanyaan-pertanyaan ini dan hubungan pertanyaanpertanyaan tersebut untuk berbagai kapasitas pemecahan masalah secara
kreatif.
Daftar Pertanyaan
Konstruk yang Dinilai
1. Apa yang anda lihat sebagai Konstruksi masalah
masalah yang dihadapi oleh
anggota militer anda?
2. Apa yang seharusnya menjadi

Konstruksi masalah

tujuan yang ingin anda capai?


3. Informasi seperti apa yang
anda

butuhkan

sebelum

memutuskan apa yang harus

Pengkodean

informasi,

Pencarian

informasi,

Pencarian

kategori

dilakukan?
4. Apa saja sumber yang mungkin Pengkodean
dalam memperoleh informasi kategori
tersebut?
5. Informasi

apa

yang

krusial

untuk

memecahkan masalah?
6. Bagaimana pemikiran

anda

menurut

seperti
anda

mengenai
informasi

berbagai
yang

berkaitan?
7. Dari beberapa

jenis

rencana

memutuskan

anda

sesuai
Kombinasi kategori dan reorganisasi

saling
dari Evaluasi ide

aksi yang anda pertimbangkan,


bagaimana

Spesifikasi dari kategori yang paling

kemudian

rencana

mana

yang paling baik?


8. Aksi
dari
rencana

yang

manakah yang anda putuskan? Kombinasi kategori dan reorganisasi


9. Bagaimana cara anda melihat
rencana tersebut berjalan?
10.
Bagaimana cara anda Implementasi solusi
memastikan

bahwa

rencana

anda tersebut berjalan dengan Pengawasan implementasi solusi


benar?
Gambar 2 Skenario Pemecahan Masalah Secara Kreatif

Dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan ini, partisipan diminta


untuk memberikan tiga atau empat-baris, deskripsi singkat, langkah-langkah
kunci mereka dalam mengatasi masalah di setiap awal pembicaraan. Lima
penilai, semua calon doktor diminta untuk menilai tanggapan pada masingmasing dari 10 pertanyaan dengan tingkatan, pada 5 titik skala, kegiatan
efektif yang diajukan. Tingkat efektifitas digunakan untuk mengukur
divergent thinking, untuk mengurangi bias dan focus pada evaluasi
pelaksanaan kegiatan yang efektif dalam kegiatan pengolahan perlu
diperiksa melalui pertanyaan-pertanyaan tertentu. Dalam membuat rating
ini, penilai dilengkapi dengan: (a) definisi yang eksplisit tentang pemecahan
masalah kegiatan di awal pembicaraan; dan (b) uraian tentang hasil,
peristiwa, dan strategi yang dikaitkan dengan latihan yang efektif pada
kapasitas ini seperti yang ditunjukkan oleh literatur yang menyediakan
strategi pemecahan msalah yang kreatif.
Sebelum membuat rating ini, penilai berpartisipasi dalam pelatihan
selama 3 hari. Pelatihan ini perlu diperpanjang agar memungkinkan bagi
para penilai mendapatkan pengetahuan substantif dan praktek yang
diperlukan untuk membuat evaluasi efektivitas yang layak. Dalam sesi
pelatihan

ini,

mereka

dibiasakan

dengan

definisi

operasional

untuk

diterapkan dalam pembuatan rating dan literatur yang digunakan dalam


pengembangan definisi ini. Mereka juga diminta untuk meninjau contohcontoh yang menggambarkan kinerja tingkat tinggi, moderat, dan rendah
sehubungan dengan pengaplikasian kapasitas masing-masing dalam konteks

masalah dengan menggunakan pertimbangan. Setelah mengakrabkan diri


dengan bahan latar belakang ini, penilai diminta untuk menilai dan
mendiskusikan jawaban yang diperoleh di dalam pilot study. Koefisien
interrater perjanjian (Shrout & Fleiss, 1979) diperoleh ketika penilai dinilai
tanggapannya dalam studi mencapai kisaran rendah yaitu .80s. Pemberian
rating ini, selanjutnya, digabung dengan rating yang diperoleh dari sampel
perwira militer dan para ahli di bidangnya, masing-masing menghasilkan
nilai koefisien perjanjian sebesar .76 dari dua panel terdiri dari para perwira
militer dan calon doktor, (Zaccaro, Marks, OConnor-Boes, & Costanza, 1995).
Validitas dari pemberian rating ini telah dibuktikan oleh Connelly et al.
(2000) dan Zaccaro, Mumford, et al. (1997). Studi ini menemukan bahwa
rating dari aktivitas pemecahan masalah ini akan memprediksi kriteria dari
kinerja

pemimpin seperti

adanya

tingkat penghargaan

dan

promosi.

Penelitian dari Zaccaro, Mumford, et al. (1997), bagaimanapun, sangat perlu


untuk diperhatikan karena penelitian ini juga memeriksa struktur faktor dari
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pe-rating-an ini. Analisis dari
penelitian ini adalah munculnya dua faktor yaitu: salah satu faktor yang
mencerminkan kegiatan yang berkontribusi terhadap penghasilan

idea,

didefinisikan sebagai konstruksi masalah, pengkodean informasi, kategori


pencarian,

kategori-spesifikasi

dan

pertanyaan-pertanyaan

dengan

kombinasi konseptual; dan salah satu faktor yang mencerminkan kegiatan


yang berkontribusi terhadap implementasi gagasan, didefinisikan sebagai
evaluasi gagasan, implementasi dari solusi dan pertanyaan-pertanyaan
pemonitoran solusi. Dimensi penghasilan

gagasan dan pelaksanaan

gagasan ini mensyaratkan adanya pemeriksaan dua faktor yang meliputi


keterampilan pemecahan masalah siklus awal dan siklus akhir.
Berkenaan dengan pengukuran keterampilan dalam

pemecahan

masalah ini, orang mungkin akan bertanya apakah terdapat bukti validitas,
atau apakah terdapat kebermaknaan dari format pengukuran ini di dalam
pengaturan lainnya. Untuk mengatasi masalah ini, Zacarro, White, et al.

(1997) mengembangkan bentuk paralel dari pengukuran ini untuk menilai


keterampilan pemecahan masalah pemimpin dengan sampel orang sipil atau
kalangan nonmiliter.
mengindikasikan

Temuan-temuan yang diperoleh dalam studi

bahwa

pengukuran

dengan

bentuk

paralel

ini

ini
juga

memberikan bukti reliabilitas dan validitas yang memadai dalam penilaian


keterampilan dalam pemecahan masalah yang kreatif pada pemimpin.
Dengan demikian, sudah terdapat bukti untuk prosedur ini secara umum
dalam penilaian keterampilan pemecahan masalah.
Selain menggunakan pengukuran keterampilan pemecahan masalah,
sebuah pengukuran untuk menilai kinerja pada pemimpin juga dijalankan.
Pengukuran kinerja kepemimpinan ini didasarkan pada penelitian Kilcullen
(1993). Ia menemukan bahwa sebuah pengukuran kinerja pemimpin yang
valid, reliable, dan akurat di kalangan manajer sipil di Departemen
Pertahanan Amerika Serikat bisa dibangun dengan meminta para pemimpin
untuk

melaporkan

indeks

prestasi

masa

lalu

yang

objektif

seperti

penghargaan, penilaian kinerja, dan piagam penghargaan. Dengan demikian,


ukuran prestasi pemimpin yang nyata dikembangkan dengan meminta para
partisipan untuk menunjukkan jumlah medali dan piagam penghargaan yang
diterima,

evaluasi

dari

performa

sebelumnya,

promosi

yang

sedang

terjadwal, dan keterlibatan dalam program-program pelatihan khusus, di


antara item-item lainnya. Tujuh item yang termasuk dalam skala kinerja
pemimpin ini menghasilkan koefisien konsistensi internal sebesar .70s.
Selanjutnya, nilai pada skala ini ditemukan menghasilkan korelasi positif
yang diharapkan, biasanya dalam kisaran .40 an, dengan indeks penilaian
kinerja pemimpin yang lain seperti evaluasi dari insiden yang kritis dan
tingkat pencapaiannya (Connelly et al., 2000; Zaccaro, putih, et al, 1997).
Analisis
Hubungan antara berpikir divergen, intelegensi, dan pengetahuan atau
keahlian (expertise) dimana ketiganya mempengaruhi pemecahan masalah

dan kinerja pada pemimpin, dinilai dalam serangkaian analisis pemodelan


terstruktur. Prosedur pemodelan terstruktur ini menguji kemampuan dari
berbagai model penjelasan alternatif untuk menjelaskan hubungan yang
diamati. Kesesuaian hubungan yang diamati model ini digunakan untuk
menyimpulkan sebab-akibat berdasarkan teoritis tertentu, sebagai lawan
eksperimen dimanipulasi, seperti hubungan sebab akibat. Analisis ini
didasarkan pada model secara makro atau secara umum, seperti yang
diilustrasikan pada gambar 3. Seperti yang dapat dilihat, model ini
mengasumsikan bahwa implementasi dari ide bertindak sebagai penyebab
utama

kinerja

yang

jelas

atau

prestasi.

Aktivitas-aktivitas

pengimplementasian ide dan keberhasilannya, bagaimanapun, tergantung


pada penghasilan

ide sebelumnya. Berpikir divergen, intelegensi, dan

pengetahuan atau keahlian (expertise) dipandang sebagai variabel yang


mungkin bertindak sebagai penyebab penghasilan

ide dan implementasi

dari ide, meskipun dasar khusus dari hubungan ini dan hubungannya dengan
berpikir

divergen,

intelegensi, dan

pengetahuan

atau

keahlian

(expertise) tetap akan ditentukan.


Dengan demikian, beberapa model-model alternatif yang memeriksa
hubungan antara berpikir divergen, intelegensi, dan pengetahuan atau
keahlian (expertise) dimana mereka mempengaruhi penghasilan
implementasi ide telah

diperiksa dalam

penelitian

ini.

ide dan
Secara

keseluruhan, analisis dari intelegensi dan berpikir divergen ini dianggap


sebagai satu indikator tersembunyi, sedangkan pengetahuan atau keahlian
(expertise), penghasilan

ide, dan evaluasi ide diperlakukan sebagai multi-

indikator tersembunyi yang didefinisikan sebagai nilai pada skala penilaian


yang relevan. Struktur yang terdahulu ini sepertinya sudah sesuai mengingat
jumlah skala rating dan korelasi yang diamati. Hal-hal yang salah dalam
pengorelasian diperkenankan untuk diselenggarakan hanya untuk ratingrating

dalam

pengukuran

umum,

dan

hal-hal

yang

salah

pengorelasian ini dilaksanakan secara konstan pada semua analisis.

dalam

Gambar 3. Model terstruktur secara umum. Garis yang bersambung menggambarkan


rintisan yang tetap, sedangkan garis yang terputus-putus menggambarkan rintisan yang
terbuka.

Dua set analisis awal dilakukan sebelum menentukan model akhir


pemeriksaan hubungan alternatif antara berpikir divergen, intelegensi, dan
pengetahuan atau keahlian (expertise). Pada set pertama analisis awal, tiga
variabel eksogen, yaitu berpikir divergen, intelegensi, dan pengetahuan atau
keahlian

(expertise)

penghasilan

pada

gilirannya

diasumsikan

sebagai

penyebab

ide dan implementasi ide saat sedang berkorelasi dengan

variabel eksogen yang tanpa penyebab diterapkan dalam analisis pemodelan


yang telah diberikan. Set kedua dari analisis awal didasarkan pada preposisi
yang disajikan sebelumnya, bahwa intelegensi dan pengetahuan atau
keahlian (expertise) mungkin bertindak sebagai penyebab berpikir divergen.
Dalam set analisis ini, intelegensi dan pengetahuan atau keahlian (expertise)
dianggap sebagai penyebab berpikir divergen, dan, pada gilirannya, masingmasing dari tiga variabel ini dipercayai menyebabkan penghasilan ide dan
implementasi ide. Kesesuaian model-model alternatif ini dengan datanya

dinilai menggunakan Goodness of Fit Index (GFI), Adjusted Goodness to Fit


Index (AFGI), the Nonnormed Fit Index (NFI), dan the Root Mean Square
Residual

(RMSR). Rintisan yang

signifikan

(p

<.05)

dan

diperoleh

dalam analisis masing-masing juga diidentifikasi.


Berdasarkan koefisien rintisan signifikan yang diperoleh dalam analisis
awal, bersamaan dengan index kesesuaian (fit index) secara keseluruhan,
yang digunakan untuk membedakan model-model alternatif, model tiruan
kemudian dibangun untuk menggambarkan bagaimana berpikir divergen,
intelegensi, dan pengetahuan atau keahlian (expertise) bertindak sebagai
penyebab penghasilan

ide dan evaluasi ide. Model tiruan ini dievaluasi

dengan menggunakan index kesesuaian (fit index) yang sudah dijelaskan


sebelumnya. Selain untuk mengembangkan model akhir ini, tiga tambahan
analisis juga dilakukan. Pertama, alternatif potensial untuk model akhir
dinilai, yang kemudian membuka jalur penyebab yang tidak dispesifikasi
pada model secara general (misalnya, intelegensi bertindak sebagai
penyebab langsung dari kinerja). Hasil dari indeks-indeks kesesuaian (fit
index) dan rintisan koefisiensi yang digunakan untuk menilai hal yang masuk
akal dari ekstensi model ini. Kedua, kemungkinan adanya hubungan yang
tidak bergaris lurus dinilai menggunakan transformasi log, dan perubahan
dalam indeks kesesuaian (fit index) dan rintisan koefisiensi digunakan untuk
memeriksa apakah inklusi dari hubungan-hubungan yang tidak bergaris lurus
akan menghasilkan gambaran yang lebih baik dari data daripada yang
disediakan dengan

mengasumsikan hubungan linier dalam

model akhir.

Ketiga, efek total berpikir divergen, intelegensi, dan pengetahuan atau


keahlian (expertise) diperoleh untuk memunculkan penghasilan

ide,

implementasi ide dan kinerja menggunakan model yang terbaik yang


diidentifikasi

dalam

semua

Perbandingan efek total digunakan untuk

menilai

analisis
dampak

ini.
secara

keseluruhan dari berpikir divergen, intelegensi, dan pengetahuan atau

keahlian (expertise) pada pencapaian secara nyata dan pemecahan masalah


secara kreatif yang tercermin dalam penghasilan ide dan implementasi ide.
Hasil
Model pengkorelasian Inisial (Initial Correlational Models)
Model Korelasi Pertama
Tabel 1 menampilkan index perolehan yang baik untuk pengujian
model alternatif dalam analisis ini. Tabel 2 menampilkan perolehan langkah
koefisien dan korelasi untuk tiap model (a) dibawah kondisi dimana
intelegensi, keahlian, dan berpikir secara divergen yang diasumsikan
berkolerasi; dan (b) dalam kondisi dimana intelegensi dan pengetahuan atau
keahlian (expertise) dianggap berpotensi sebagai penyebab dari berpikir
divergen.
Di dalam model-model ini dimana berpikir divergen, intelegensi, dan
pengetahuan atau keahlian (expertise) diasumsikan berkorelasi, intelegensi
menghasilkan harapan korelasi tingkat moderat yang positif (r = . 43)
dengan keahlian (expertise). Penemuan ini tidak terlalu mengejutkan,
mengingat hubungan yang diketahui antara intelegensi dan pembelajaran
(Tyler, 1964). Lebih terpusat, intelegensi menghasilkan hubungan positif
yang kuat (r = .73) dengan berpikir divergen. Diambil pada nilai nominalnya,
penemuan ini sepertinya mengusulkan bahwa intelegensi dan berpikir
divergen memiliki kaitan yang erat, dengan konstruksi yang tumpang tindih.
Mengingat adanya potensi ganda, korelasi yang lainnya, bagaimanapun
dalam mengambil kesimpulan yan kuat dalam pandangan ini tetap harus
berhati-hati. Analisis ini juga menghasilkan hubungan positif yang lemah ( r
= .09) antara berpikir divergen dengan keahlian (expertise).
Seperti yang sudah diharapkan, berdasarkan tiga model korelasional
yang dijelaskan, diperoleh hubungan yang relatif stabil dalam menguji

langkah dari penghasilan ide ke implementasi ide, dan implementasi ide ke


kinerja pemimpin. Memakai asumsi awal, penghasilan ide memiliki efek
langsung yang kuat pada implementasi ide ( = .89). walaupun penghasilan
ide dan implementasi ide muncul sebagai faktor nyata dalam analisis
terdahulu,

penghasilan

ide

yang

baik

rupanya

berkontribusi

kepada

pengimplementasiannya yang efektif. Kesuksesan dari pengimplementasian


ide yang bagus untuk memecahkan masalah-masalah yang baru pada
gilirannya berhubungan kepada kinerja pemimpin sebagai cerminan dalam
pengakuan organisasi ( = .48)
S. Vincent, B. P. Decker, and M. D. Mumford
Tabel 1. Ringkasan Indeks Kesesuaian (index fit) untuk Model Alternatif
RMSRa
NFId

Tipe Model
Korelasi
Keahlian

Intelegensi,

BFIb

AGFIc

Berpikir divergen, dan

Intelijen sebagai Penyebab generasi Ide dan


Implementasi Ide
Berpikir divergen sebagai Penyebab Penghasila
n Ide dan Implementasi Ide
Keahlian sebagai Penyebab Penghasilan ide dan
Implementasi Ide

.23
.17
.19

.84

.76

.85

.86

.79

.90

.85

.77

.87

Intelijen dan Keahlian Penyebab Berpikir divergen


Intelijen sebagai Penyebab Penghasilan Ide dan
Implementasi Ide
Berpikir divergen sebagai Penyebab Penghasila
n Ide dan Implementasi Ide
Pengalamansebagai Penyebab Penghasilan Ide
dan Implementasi Ide
Model Final

.25
.19
90

.27
88

.83
.86

.85

.76
.79

.78

.85
.

Intelijen sebagai Penyebab Berpikir divergen,


Berpikir divergen sebagai
Penyebab Ide,
Keahlian sebagai Penyebab Penghasilan Ide d
an Implementasi Ide, Kecerdasan Berkorelasi
dengan Keahlian (Expertise)

.14
93

.87

.81

Root mean square residuala. Goodness-of-fit indexb. Adjusted goodness-of-fit indexc.


Nonnormed fit indexd.

Tabel 2. Ringkasan Koefisien Jalur dan Korelasi untuk


Model Alternatif
Jalur dan Korelasi

Intelegensi

Ide

ke

Penghasilan

Korelasi
Intelegensi,
Berpikir divergen, dan
Keahlian
Intel Berpiki Keahl
ege
r
ian
nsi
Diverg
en
.27
.07

Intelegensi
dan
Keahlian
(Expertise) Sebagai Penyebab
Berpikir divergen
Inteleg Berpi Keahlia Mode
ensi
kir
n
l Final
Diver
gen
.28
.07

Intelegensi ke Implementasi
3

Ide

.73

.73

.73

.43

.43

.50

Intelegensi dengan Berpikir


4

Divergen

Intelegensi dengan Keahlian


Intelegensi

Divergen

.23

.63

.63

.03

.03

.56

ke

Implementasi Ide
Berpikir

Divergen

.23

ke

Penghasilan Ide
Berpikir

Divergen

.24

Berpikir

Divergen
Berpikir

ke

.24

.09

.10

dengan

Keahlian

.47

Keahlian dengan Penghasilan


1

Ide

Keahlian
Implementasi Ide

.16

.46

.26

.31

.27

dengan
.27

.28

Keahlian

Divergen

dengan

Penghasilan

Berpikir

Ide

.89

.90

.85

.89

.90

.86

.87

.46

.48

.49

.46

.48

.49

.50

ke

Implementasi Ide

Implementasi Ide ke Kinerja


Pemimpin

1
3

Pada bagian pertama dari analisis pendahuluan, struktur hubungan


yang umum ini diadakan secara konstan di semua model. Dengan begitu
model berubah berdasarkan apakah pada berpikir divergen, intelegensi, atau
keahlian

(expertise) yang dilihat sebagai penyebab penghasilan ide dan

implementasi

ide.

Dari

ketiga

model

ini,

model

berpikir

divergen

menghasilkan akibat terkecil (RSMR = . 17) dan indeks yang paling baik (NFI
= .90). Apa yang perlu dicatat disini, bagaimanapun, bahwa berpikir
divergen menggunakan efek yang kuat pada penghasilan ide ( = .63),
namun memiliki efek yang kecil pada implementasi ide (= -.03). Penemuan
ini,

cocok

dengan

banyak

literatur

kreatifitas

(Runco,

1991),

yang

menyarankan bahwa dalam model final, berpikir divergen harus terlihat


sebagai penyebab dari penghasil ide namun jalur dari berpikir divergen ke
implementasi ide harus dihilangkan.
Model intelegensi memproduksi kesesuaian (fit) yang lebih rendah
dibandingkan dengan model berfikir divergen. Dalam kasus intelegensi,
tingkat RMSR nya adalah sebesar .23, mengingat NFI nya . 85. Untuk
kepentingan yang lebih besar, bagaimanapun, adalah telah ditemukan
bahwa intelegensi itu sangat tidak mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
implementasi ide (= .07), menyarankan bahwa jalur ini mungkin saja hilang
di model final. Lebih jauh lagi, intelegensi memproduksi hubungan positif
yang kuat hanya dengan penghasilan ide (= . 27). Mengingat bahwa
hubungan
intelegensi

ini

tidaklah

terlalu

kuat,

dihipotesiskan

bahwa

pengaruh

pada pemecahan masalah secara kreatif, mungkin selama ini

berada setidaknya pada sampel yang berpendidikan, menjadi kesatuan pada

kemampuan berpikir divergen dan perolehan pengetahuan atau keahlian


(expertise).
Dengan melihat pada pengetahuan atau keahlian (expertise), semua
model menghasilkan akibat yang lebih kecil (RMSR = .19) dan index yang
lebih baik (NFI= .87). Ukuran keahlian (expertise) menghasilkan jalur yang
cukup besar ( = .47) kepada penghasilan ide, dan agak lebih kecil,
sekalipun masih signifikan ( p < .05), jalur dari implementasi ide ( = .16).
mengacu pada penemuan ini, mengingat kurangnya penyangkalan argumen
yang substantif, disarankan kedua jalur ini harus dipertahankan.
Model Awal Sebab Akibat
Set kedua dari model kausal berbeda dari set pertama yang hanya
berkenaan dengan hubungan hubungan yang dihipotesis berada di antara
berpikir divergen, intelegensi , dan pengetahuan atau keahlian (expertise).
Lebih khusus lagi, di dalam model ini, dinyatakan bahwa intelegensi dan
keahlian (expertise) akan bertindak sebagai penyebab berpikir divergen.
Tabel 1 menyajikan indeks kesesuaian (fit index) yang diperoleh untuk
model-model ini, dan tabel 2 menyajikan terkait jalur koefisiensi. Seperti
yang dapat dilihat, indeks kesesuaian (fit index) adalah sebanding dengan
yang diperoleh di dalam model awal korelasional, meskipun syarat-syarat
sisanya sedikit lebih besar. Sebagaimana bisa diharapkan, Jalur koefisiensi
diperoleh untuk domain generasi ide dan implementasi ide sehubungan
dengan berpikir divergen, inteligensi, dan pengetahuan atau keahlian
(expertise) adalah bersifat identik secara efektif, dalam keterbatasan
estimasi kesalahan, yang diperoleh dalam model awal korelasional. Selain
itu, efek dari ide generasi pada pelaksanaan ide dan implementasi ide pada
kinerja pemimpin sekali lagi secara efektif bersifat identik.
Bagaimanapun, kepentingan yang lebih besar adalah adanya pengaruh
dari intelegensi dan keahlian (expertise) pada berpikir divergen. Dalam
analisis ini ditemukan bahwa intelegensi memiliki pengaruh yang positif

pada tingkat moderat pada berpikir divergen (

= .24). Selain itu, juga

ditemukan bahwa pengetahuan atau keahlian (expertise) memiliki efek


positif pada tingkat moderat pada berpikir divergen ( = .28). Hubungan ini
menunjukkan bahwa korelasi yang

semakin tinggi dari intelegensi dan

keahlian dapat menutupi variabel-variabel dari berpikir divergen yang lebih


kecil, meskipun penting, dan berpengaruh kausal secara langsung. Dengan
demikian,

dalam

mengembangkan

model

akhir,

intelegensi

dan

pengetahuan atau keahlian (expertise) dipandang sebagai penyebab dari


berpikir

divergen

walaupun

korelasi

antara

intelegensi

dan

keahlian

(expertise) tetap dipertahankan.


Model Final
Tabel 1

menyajikan indeks kesesuaian

ketika sebuah model

(fit

index)

yang

diperoleh

dikembangkan dengan pertimbangan hubungan yang

diamati dalam analisis awal. Tabel 2 sekali lagi merangkum korelasi yang
terkait

dan jalur-jalur

ini dalam

bentuk

koefisien, dan

Gambar

grafik. Pemeriksaan berbagai

4 menyajikan hubungan
indeks kesesuaian

(fit

index) menunjukkan bahwa model akhir memberikan kesesuaian yang paling


bagus dari

setiap alternatif

yang

diperiksa. Tingkat

RMSR yang

diperoleh untuk model ini adalah .14, dan NFI adalah 0,93. Dengan demikian,
model yang

dihasilkan

bersifat

memadai,

meskipun tidak

ini, seperti

digambarkan pada

sempurna, sesuai dengan data lapangan.


Hubungan yang
Gambar

4,

tersirat

menunjukkan

keahlian (expertise)

dari model

bahwa

mempunyai

intelegensi dan

korelasi

(r

mencerminkan kontinjensi antara intelegensi dan

pengetahuan

.47). Efek

atau

ini mungkin

pengetahuan

atau

keahlian yang berkaitan dengan akuisisi penggunaan informasi dari prinsipprinsip dalam pemecahan masalah. Baik
keahlian (r

.27)

keduanya

divergen. Mengingat bahwa

intelegensi (r

memiliki efek

langsung

.23) maupun

pada

berpikir

penghasilan konsekuensi membutuhkan

penghitungan dari

prinsip-prinsip,

atau keahlian (expertise)

pada

dan

bahwa kemunculan

sistem sosial

dapat

pengetahuan

digunakan

untuk

menghasilkan konsekuensi, efek-efek ini tampaknya merupakan cerminan


dari pola-pola hubungan yang secara substansial bermakna.
Penemuan yang lebih penting muncul pada peran berpikir divergen di
dalam membentuk penghasilan ide. Sebagaimana yang dapat dilihat,
berpikir divergen mempunyai pengaruh langsung yang cukup besar hanya
pada penghasilan ide (= .56) Dengan demikian, kemampuan berpikir
divergen memberikan

kontribusi langsung

kepada

generatif selama pemecahan

yang

masalah kreatif. Berpikir

divergen, bagaimanapun,
penghasilan

aktivitas

tidak hanya berpengaruh penting pada

ide. Pengetahuan

atau

keahlian (expertise)

juga

menghasilkan efek yang moderat pada penghasilan ide ( .26)- sebuah


penemuan

yang

menyimpulkan

divergen ditambah
memungkinkan orang
layak.

bahwa

kemampuan

berpikir

dengan domain-spesifik pengetahuan


untuk

menghasilkan berbagai

solusi masalah yang

Seperti disebutkan sebelumnya, penghasilan solusi yang baik memiliki


dampak langsung

terhadap pelaksanaan

solusi

87). Implementasi ide juga

dipengaruhi oleh

keahlian ( .14). Temuan

ini tidak

pengetahuan orang

dan

yang

efektif (

pengetahuan

.
atau

mengherankan karena

organisasi menjadi

syarat

untuk

mengimplementasikan solusi masalah di sebagian besar tempat di dunia


nyata

(Mumford & Connelly,

1999). Keberhasilan

implementasi ide

yang

baik, pada gilirannya, menyebabkan adanya pengakuan organisasi seperti


yang ditunjukkan oleh jalur ( .50) dari implementasi ide kepada kinerja
pemimpin. Rating

implementasi ide tersebut

dan metrik kinerja

yang

karena rating akan membawa


berpikir

objektif untuk
orang,

mempengaruhi
dicatat

bersama dengan

divergen pada penghasilan

sebagian

efek spesifik

ide yang

dari

bertentangan

dengan implementasi ide, untuk memotong sebuah penjelasan bias metode


pada temuan kami.
Meskipun model terakhir ini terkesan memberikan gambaran yang
masuk

akal dari

hubungan yang

bertanya apakah alternatif-alternatif

diamati,

lain

orang

untuk struktur

mungkin
umum dapat

mengakibatkan gambaran yang lebih baik dari hubungan-hubungan yang


diamati. Dengan

demikian, tiga

memeriksa variasi
(a) intelegensi memiliki

pada model
efek langsung

analisis tambahan dilakukan untuk


umum yang
yang

ditetapkan bahwa:

independen

dari

berpikir

divergen, pada penghasilan ide, (b) intelegensi memiliki efek langsung pada
kinerja pemimpin, dan (c ) pengetahuan atau keahlian (expertise) memiliki
efek langsung

pada

kinerja pemimpin. Pada

ketiga

kasus,

semuanya,

ketika jalur relevan yang ditambahkan ke dalam model umum semuanya


gagal untuk menghasilkan koefisien jalur yang signifikan dan menghasilkan
beberapa kerugian dalam kesesuaian (fit) secara keseluruhan.

Dengan
tidak dijamin

demikian,

tampak

benar

bahwa ekstensi dari

dan bahwa

deskripsi komprehensif yang

wajar

model final

model

ini

ini memberikan

dari hubungan yang

diamati

dalam

penelitian ini.
Selain memeriksa struktur alternatif, kita
bentuk

alternatif

hubungan

juga bisa

meneliti bentuk-

struktural yang

diusulkan. Untuk

mengatasi masalah ini, transformasi log diterapkan, dan pada gilirannya,


untuk masing-masing
divergen,

dan

tiga variabel eksogen

keahlian

yaitu-intelegensi,berpikir

(expertise)-dan struktur yang

ditetapkan dalam

model final ini dinilai ulang. Ditemukan bahwa transformasi ini menghasilkan
beberapa kehilangan

kesesuaian

(fit) untuk

diperiksa. Hubungan linier sederhana muncul

semua

untuk

kasus yang

memberikan deskripsi

yang tepat dari efek intelegensi, berpikir divergen, dan pengetahuan atau
keahlian

(expertise)

pada pemecahan

masalah dan

kinerja setidaknya

dalam sampel yang sudah ada di tangan.


Tabel 3

menyajikan efek total berpikir

keahlian pada

penghasilan

divergen,

ide,

intelegensi, dan

implementasi ide,

dan

kinerja pemimpin seperti yang tersirat oleh hubungan yang ditentukan


dalam model

final. Di

semua jalur,

bukti hubungan positif pada


ide (r .25),

tingkat
(r

implementasi ide

intelegensi memberikan

moderat
.28),

dengan penghasilan

dan

kinerja pemimpin

(r .14). Berpikir divergen, bagaimanapun, memberikan efek agregat secara


substansial lebih kuat, tidak hanya untuk penghasilan ide (r .56), tetapi
juga untuk

implementasi ide

(r

.48)

dan

kinerja pemimpin

(r

.24). Jadi, berpikir divergen ternyata memiliki efek keseluruhan yang kuat
dalam pemecahan masalah
yang sama, keahlian juga

secara

kreatif dan

menghasilkan efek

kinerja. Dengan
yang

cara
cukup

besar untuk jumlah penghasilan ide (r .47), implementasi ide (r .54),


dan

kinerja pemimpin

(r

.27). Dengan

demikian,

tampak bahwa

pengetahuan

atau

mewakili pengaruh

keahlian dalam
yang sangat

domain dan berpikir


kuat pada

divergen dapat

kemampuan

pemimpin

untuk memecahkan masalah-masalah yang baru di dalam organisasi .


Tabel

3. Efek

Total untuk Berpikir divergen, Intelijen, dan

Keahlian pada Penghasilan Ide, Implementasi Ide, dan Kinerja Pemimpin


Efek Total
Variabel

Penghasilan Ide

Implementasi Ide Kinerja

Berpikir

.56

.48

Pemimpin
.24

Divergen

.25

.28

.14

Intelegensi

.47

.54

.27

Keahlian
(Expertise)
Diskusi
Sebelum

beralih

ke

implikasi

yang

lebih

luas

dari

studi

ini,

keterbatasan-keterbatasan tertentu sudah seharusnya diperhatikan. Untuk


memulai, harus diakui bahwa studi ini memang meneliti hubungan antara
berpikir divergen, intelegensi, dan pengetahuan atau keahlian (expertise)
dalam penentuan pemecahan masalah dan kinerja nyata pemimpin dengan
contoh perwira militer, kebanyakan dari mereka adalah lulusan perguruan
tinggi. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa pola kuat dan mungkin
juga agak berbeda dari hubungan-hubungan ini mungkin telah muncul dalam
sampel yang lebih heterogen, dengan intelegensi yang mengerahkan efek
yang lebih kuat pada pemecahan masalah dan kinerja (Vernon, 1964). Hasil
yang diperoleh dalam penelitian ini, selanjutnya, didasarkan pada jenis
pengukuran berpikir

divergen

tertentu ,

pada

tes

konsekuensi, yang

kemudian dinilai kualitas dan keaslian dari responnya. Meskipun tes ini dipilih
karena kemampuannya menangkap atribut kunci dari berpikir divergen yang
mungkin

relevan

terhadap

kinerja

dalam

posisi

kepemimpinan (Mumford et al., 1998), ada kemungkinan bahwa hasil yang


agak berbeda mungkin muncul jika jenis-jenis tes berpikir divergen yang
baru telah diberlakukan atau jika tes ini diskor untuk menilai dimensi lain
seperti kefasihan.
Selain keterbatasan-keterbatasan pada generalisasi pada temuan kami
ini, perlu dicatat bahwa meskipun model akhir yang tersedia cukup sesuai,
indeks sesuai (fit index) untuk model ini tidak cukup untuk mengindikasikan
laporan komprehensif secara penuh dari semua hubungan yang telah
diperoleh. Temuan ini mungkin diatribusikan dengan fakta bahwa kinerja
pemimpin

dipengaruhi

oleh

sejumlah

variabel,

seperti

motivasi

dan

keterampilan sosial (Bass, 1985, 1990) yang tidak dapat diperiksa dalam
penelitian ini. Seiring garis yang sama, koefisien jalur yang dihasilkan oleh
intelegensi dan pengetahuan atau keahlian (expertise) menunjukkan bahwa
variabel-variabel ini, diambil dari dirinya sendiri, tidak dapat sepenuhnya
memperhitungkan kemampuan berpikir divergen. Jadi, model yang lebih
lengkap akan mempertimbangkan dampak dari kemampuan asosiasional,
temuan masalah, dan kombinasi konseptual pada pemikiran divergen, dan
model tersebut akan memeriksa hubungan ketiganya dengan intelegensi dan
pengetahuan atau keahlian (expertise) (Eysenck, 1997; Finke et al, 1992;.
Runco, 1994). Akhirnya, meskipun tidak diperoleh bukti bagi adanya
hubungan nonlinier dalam studi ini, Ada kemungkinan bahwa hubungan
seperti

itu

akan

muncul

dalam

sampel

heterogen lainnya dengan menggunakan berbagai jenis pengukuran.


Meskipun terdapat keterbatasan-keterbatasan, bagaimanapun, kami
percaya bahwa hasil yang diperoleh dalam studi ini memiliki beberapa
implikasi yang penting untuk memahami bagaimana tiga variabel kritis dari
pemikiran divergent, intelegensi dan pengetahuan atau keahlian (expertise)
bertindak dalam mempengaruhi kreatifitas dalam penyelesaian masalah dan
prestasi. Untuk memulainya, berpikir divergen, seperti yang diukur dengan
menggunakan

skor

kualitas

dan

orisinalitas

yang

berasal

dari

tes

konsekuensi, muncul untuk mengerahkan dampak yang paling kuat pada


awal siklus penyelesaian masalah kegiatan, di mana penekanannya adalah
pada penghasilan

ide, tetapi memiliki sedikit efek langsung yang relatif

pada implementasi ide. Temuan ini, tentu saja, bersifat konsisten dengan
konsep-konsep tradisional pada peran berpikir divergen dalam pekerjaan
yang bersifat kreatif (Runco, 1991).
Bagaimanapun,

yang

menjadi

lebih

penting

adalah

bagaimana

menemukan efek langsung yang lebih kuat secara substansial dari berpikir
divergen

pada

penghasilan

ide

daripada

intelegensi

atau

keahlian

(expertise). Efek unik cukup besar yang diberikan oleh berpikir divergen
menyarankan bahwa pengukuran berpikir divergen menangkap varians unik
dan tidak hanya mewakili pengganti untuk intelegensi atau pengetahuan
atau keahlian (expertise). Temuan ini, selain itu, menyarankan bahwa
berpikir divergen tidak dapat dilihat sebagai hanya subset dari intelegensi
-kesimpulan konsisten dengan faktor analitik kajian awal yang dilakukan oleh
Bachelor dan Michael (1997). Selain itu, temuan ini menyarankan bahwa
intelegensi, tidak dapat dilihat sebagai penyebab utama dari penghasilan
ide, maupun sebagai penyumbang bersama, kontributor yang sama pada
penghasilan

bersama dengan berpikir divergen. Jadi, temuan kami

tampaknya mendukung model yang memegang bahwa berpikir divergen


mengarah ke penghasilan

ide alternatif model yang diidentifikasi oleh

Sternberg dan Hara (1999).


Hasil yang diperoleh dalam studi ini, bagaimanapun, juga memberikan
beberapa petunjuk penting tentang hubungan antara berpikir divergen dan
intelegensi. Di dalam studi ini, seperti halnya dalam banyak upaya
sebelumnya, korelasi yang kuat antara intelegensi dan berpikir divergen
kemudian diamati. Pada kenyataannya, korelasi ini ternyata cukup besar
untuk meminjam kepercayaan kepada teori-teori himpunan bagian (subset).
Dalam meneliti hubungan korelasi, bagaimanapun, satu yang harus diingat
bahwa mereka menangkap hubungan nonkausal yang palsu. Dalam studi ini,

ketika efek kausal yang unik pada kedua intelegensi dan pengetahuan atau
keahlian (expertise) kemudian diperhitungkan, intelegensi hanya memiliki
pengaruh moderat langsung pada berpikir divergen. Pola pada temuan ini
tidak hanya berpendapat melawan terhadap teori himpunan bagian (subset),
tetapi juga menunjukkan sebuah perhatian yang harus dilakukan dalam
menggambarkan kesimpulan yang kuat tentang hubungan antara intelegensi
dan kreativitas berdasarkan pada hubungan korelasional, sebagai lawan dari
hubungan sebab akibat (kausal).
Dengan bukti yang sama, bagaimanapun, harus diingat bahwa
intelegensi telah mengerahkan beberapa efek langsung yang moderat pada
berpikir divergen. Satu penjelasan untuk pola pada hubungan ini adalah
bahwa kemampuan untuk memperoleh dan menerapkan prinsip-prinsip
relasional memberikan pondasi bagi penghasilan

konsekuensi aliran ke

bawah. Argumen ini, tentu saja, bersifat konsisten dengan Guilford dan dalil
Christensen (1973) Selain itu, bagaimanapun, orang mungkin berbeda
pendapat bahwa pengaruh intelegensi bagi berpikir divergen dengan
menyediakan dasar untuk menghasilkan ide-ide yang tidak hanya bersifat
asli, tetapi juga berkualitas tinggi. Pada sepanjang garis yang agak berbeda,
efek intelegensi pada pemonitoran kinerja (Sternberg, 1986) kemungkinan
mempromosikan

kesadaran,

atau

kepekaan,

konsekuensi,

sehingga

memberikan bahwa intelegensi, pada beberapa poin, merupakan pelopor


untuk kemunculan berpikir divergen dan kreativitas, tetapi tidak menjamin
produksi ide-ide baru yang layak bagi intelegensi itu sendiri, kontribusi bagi
pengembangan keterampilan berpikir divergen. Kami berharap penelitian
kedepannya akan memberikan kesempatan kepada kami untuk menentukan
dimana hal-hal ini dan penjelasan alternatif potensial lainnya, menyediakan
mekanisme yang paling masuk akal untuk memperhitungkan efek langsung
dari intelegensi pada berpikir divergen.
Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa intelegensi bukanlah satu-satunya
yang memberikan pengaruh pada munculnya berpikir divergen. Pengetahuan

atau keahlian (expertise), atau secara khususnya pengetahuan atau keahlian


(expertise) pada domain pimpinan organisasi, juga memberikan efek
langsung

dalam

mempengaruhi

keterampilan

berpikir

divergen. Pengetahuan dan pemahaman terhadap sistem-sistem sosial,


bersama-sama dengan pengalaman dalam menghadapi hubungan-hubungan
sosial yang kompleks dapat berpengarruh terhadap berpikir divergen,
sebagian pada pengukuran konsekuensi, dengan memberikan repertoar yang
lebih besar dari hasil suatu kejadian (Jaques, 1977). Pengetahuan atau
keahlian (expertise) selain itu juga dapat mengembangkan kesadaran akan
kebutuhan untuk mengantisipasi hasil akhir, termasuk hasil yang tak terduga
(Bass, 1985). Kedua efek dari pengetahuan atau keahlian (expertise) ini
tentu saja akan

menyebabkan perolehan kinerja yang lebih bagus pada

pengukuran berpikir divergen, terutama yang relevan dengan pengukuran


kepemimpinan seperti tes konsekuensi.
Meskipun efek pengetahuan atau keahlian (expertise) pada pola
berpikir mempunyai kepentingan yang berbeda, hasil yang diperoleh untuk
mengukur

pengetahuan

atau

keahlian

(expertise)

juga

menunjukkan

kesimpulan yang lebih luas. Weisburg (tahun 1995, tahun 1999 berpendapat
bahwa kinerja yang kreatif di berbagai bidang usaha yang mungkin, untuk
sebagian besar, bergantung kepada pengetahuan atau keahlian (expertise).
Pada kenyataannya, efek yang dihasilkan oleh pengukuran pengetahuan
atau keahlian (expertise) meminjamkan kepercayaan kepada argumentasi
ini. Pengetahuan atau keahlian (expertise) tidak hanya memiliki dampak
langsung pada implementasi ide, sebuah penemuan yang mungkin dapat
diharapkan memberikan peran pengetahuan dalam melaksanakan solusi dari
masalah, namun juga memiliki efek langsung pada penghasilan ide. Dengan
demikian, penggunaan keterampilan berpikir divergen yang berhasil dalam
penghasilan

ide ini tergantung pada pengetahuan yang cukup untuk

memberikan kesempatan bagi kemunculan penghasilan

dari alternatif-

alternatif ide yang layak. Dengan cara yang sama, bagaimanapun, harus

diakui bahwa pengetahuan atau keahlian (expertise) memberikan pengaruh


penghasilan

ide yang kurang kuat daripada berpikir divergen. Selain itu,

berpikir divergen, memberikan efek penghasilan

ide secara unik, bahkan

ketika pengetahuan atau keahlian (expertise) diambil untuk diperhitungkan.


Dengan demikian, pengetahuan atau keahlian (expertise), yang diambil dari
dirinya sendiri, tidak dapat sepenuhnya menjelaskan penyelesaian masalah
secara kreatif.
Dalam hal ini, yang sangat penting untuk diingat adalah menemukan
variabel lain yang muncul di dalam penelitian ini.

Pengetahuan atau

keahlian (expertise), intelegensi, dan berpikir divergen tidak mengerahkan


efek langsung pada kinerja. Sebaliknya, efek pada kinerja ditengahi oleh
aktivitas pemecahan masalah dalam domain yang di bawah pertimbanganyang secara khusus, adalah domain penghasilan ide dan implementasi ide.
Adanya hubungan ini, tentu saja, menunjukkan salah satu alasan mengapa
berpikir

divergen

kadang-kadang

menunjukkan

hubungan

yang

tidak

konsisten dengan ukuran kinerja (Barron & Harrington, 1981).


Pengamatan-pengamatan tentang peranan pengetahuan atau keahlian
(expertise), intelegensi, dan berpikir divergen ini bertumpu pada suatu
kesimpulan yang lebih luas. Penghasilan

dan implementasi solusi untuk

masalah-masalah dunia nyata dari yang diperiksa dalam studi ini, seperti
kinerja pada tugas-tugas pekerjaan yang paling penting, adalah sebuah
fenomena

yang

kompleks.

Dengan

demikian,

berpikir

divergen

dan

pengetahuan atau keahlian (expertise) memang mempengaruhi kinerja


pemimpin tetapi hanya melalui kemampuan pemimpin untuk menghasilkan
dan

menerapkan

solusi

untuk

masalah

organisasi

yang

signifikan.

Kesimpulan ini bukanlah hanya konsisten dengan temuan-temuan yang


diperoleh dalam kajian awal yang memeriksa sifat dari kinerja dalam posisi
kepemimpinan organisasi (Mumford, tanda et al., 1998; Mumford et al.,
2000), hal ini juga menunjukkan bahwa kinerja kreatif mungkin dipengaruhi
oleh beberapa jumlah kapasitas.

Keterampilan

berpikir

divergen

dan

pengetahuan

atau

keahlian

(expertise), kemungkinan dapat muncul sebagai hasil dari beberapa


pengaruh termasuk, antara lain variabel intelegensi. Dengan demikian, di
masa depan upaya untuk memahami pemecahan masalah yang kreatif dan
bekerja

secara

kreatif,

kemungkinan

akan

lebih

bermanfaat

untuk

mempertimbangkan gabungan pengaruh interaktif dari beberapa kapasitas


daripada berfokus pada efek dari satu kapasitas atau mencoba untuk
menjelaskan semua pekerjaan yang kreatif berdasarkan pada satu pilihan
konstruksi yang disukai. Kami berharap studi ini, dapat menunjukkan efek
kompleks dan unik dalam berpikir divergen, pengetahuan atau keahlian
(expertise) dan intelegensi pada penghasilan ide dan gagasan pelaksanaan,
yang akan meletakkan pondasi bagi usaha-usaha di masa depan sepanjang
jalur ini.

Anda mungkin juga menyukai