PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik yang menyerang
kurang lebih 12 juta orang. Tujuh juta dari 12 juta penderita Diabetes tersebut
sudah terdiagnosis, sisanya tidak terdiagnosis. Di Amerika Serikat, kurang
lebih 650.000 kasus diabetes baru didiagnosis setiap tahunnya. Diabetes
terutama terjadi pada lanjut usia. Di antara individu yang berusia lebih dari 65
tahun, 8,6% menderita Diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15% populasi
pada panti lansia. Di Amerika Serikat, orang Hispanik, Negro dan sebagian
penduduk asli Amerika Serikat memiliki angka insidens Diabetes yang lebih
tinggi daripada penduduk kulit putih. Sebagian penduduk asli Amerika,
seperti suku Pima, mempunyai angka diabetes dewasa sebesar 20% hingga
50% (Healthy People 2000, 1990 dalam Smeltzer, 2001).
Berdasarkan data WHO tahun 2013 jumlah penderita Diabetus
Mellitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan ke-empat
terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Melitus di dunia. Pada tahun 2011,
terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes
(Linggaray, 2013).
DM sudah merupakan salah satu ancaman bagi kesehatan umat
manusia pada abad 21. Menurut estimasi International Diabetes Federation
(IDF) terdapat 177 juta penduduk dunia menderita DM pada tahun 2002, dan
WHO memprediksi data DM akan meningkat menjadi 300 juta pada 25 tahun
mendatang (Siswono, 2005). Jumlah penderita DM di Indonesia, menurut
IDF diperkirakan pada tahun 2000 berjumlah 5,6 juta dan pada tahun 2020
1
nanti akan ada 178 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan dengan
asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien DM
(Soegondo, Soewondo & Subekti, 2009). Tingginya angka tersebut
menjadikan Indonesia peringkat keempat jumlah penderita DM terbanyak di
dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina (Suyono, 2006 dalam Ariani,
2011).
Penderita Diabetes Melitus menyebar di seluruh provinsi. Jawa Barat
merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai jumlah
penderita diabetes yang cukup tinggi. Pasien Diabetes Melitus yang
melakukan rawat jalan di beberapa rumah sakit di Jawa Barat pada tahun
20013 berjumlah 39.853 orang, sedangkan yang menjalani rawat inap
sebanyak 6.668 orang (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2013).
Pada pasien DM, kemampuan tubuh untuk bereaksi dengan insulin
dapat menurun, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi baik akut (seperti
diabetes ketoasidosis dan sindrom hiperosmolar nonketotik) maupun kronik
(seperti
komplikasi
makrovaskuler,
mikrovaskuler
dan
neuropati).
Komplikasi kronik biasanya terjadi dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah
diagnosa ditegakkan (Smeltzer & Bare, 2008).
Komplikasi kronik terjadi pada semua organ tubuh dengan penyebab
kematian 50% akibat penyakit jantung koroner dan 30% akibat penyakit
gagal ginjal. Selain itu, sebanyak 30% penderita diabetes mengalami
kebutaan akibat retinopati, 60%-70% mengalami neuropati dan 10%
menjalani amputasi tungkai kaki (LeMone & Burke, 2008; Smeltzer & Bare,
2008). Komplikasi diabetes dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu
genetik, lingkungan, gaya hidup dan faktor yang mengakibatkan terlambatnya
pengelolaan DM seperti tidak terdiagnosanya DM, walaupun sudah yang
2
yang
mempengaruhi
tingkat
kepatuhan
adalah:
Pendidikan,
Meningkatkan
interaksi profesional
kesehatan
dengan klien,
alasan responden kurang yakin mampu memeriksa gula darah secara teratur,
responden kurang yakin mampu menyesusaikan pola makanan baik di dalam
rumah maupun di luar rumah, jarang sekali olahraga, selalu minum minuman
yang manis, sering makan coklat, sering makan puding yang tidak sesuai
dengan dietnya sehingga menyebabkan terhambatnya program pengendalian
gula darah.
B. Rumusan Masalah
Angka kejadian penderita DM di dunia mencapai 200 juta orang, di
Indonesia angka penderita DM sebanyak 5,6 juta orang, di Jawa Barat pada
tahun 20013 penderita DM berjumlah 39.853 orang, sedangkan yang
menjalani rawat inap sebanyak 6.668 orang.
Berdasarkan data Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah tahun
2012 mulai Januari sampai Desember pasien DM berjumlah 177 dengan
presentase 2,71% dan tahun 2013 mulai Januari sampai Desember pasien DM
berjumlah 205 dengan presentase 3,14% dan hasil study pendahuluan pada
tanggal 25 Maret 2014 di RSUD Karawang menunjukan bahwa 12 responden
(46%) terdapat 7 responden memiliki dukungan keluarga yang rendah dan 5
responden memiliki efikasi diri rendah, Oleh karena itu, maka peneliti tertarik
untuk meneliti lebih lanjut tentang hubungan antara dukungan keluarga dan
efikasi diri dengan kepatuhan pengendalian gula darah pada pasien DM tipe 2
di RSUD Karawang Tahun 2014.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi hubungan
dukungan keluarga dan efikasi diri dengan kepatuhan pengendalian gula
darah pada pasien DM tipe 2 di RSUD Karawang tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk:
a. Mengidentifikasi dukungan keluarga pasien DM tipe 2
b. Mengidentifikasi efikasi diri pasien DM tipe 2
c. Mengidentifikasi kepatuhan pengendalian gula darah pasien DM tipe
2
d. Mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan pengendalian gula darah pada pasien DM tipe 2
e. Mengidentifikasi hubungan antara efikasi diri dengan kepatuhan
pengendalian gula darah pada pasien DM tipe 2
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Pelayanan keperawatan
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai dasar dalam
pengembangan asuhan keperawatan khususnya pada pasien DM dan dapat
diaplikasikan pada tatanan pelayanan keperawatan baik di rumah sakit
maupun di komunitas dengan menitikberatkan pada peningkatan dukungan
keluarga dan efikasi diri pasien serta pelibatan pasien dalam pengelolaan
penyakitnya. Penelitian ini juga dapat dijadikan rujukan ilmiah dan pemicu
dalam usaha meningkatkan promosi kesehatan kepada pasien melalui
pendidikan diabetes yang terstruktur termasuk didalamnya tentang efikasi
diri, meningkatkan dukungan keluarga dan keikutsertaan pasien dalam
melakukan perawatan diri sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien.
2. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah keilmuan keperawatan
khususnya tentang efikasi diri serta penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut yang berfokus
pada efikasi diri pasien DM, dengan desain dan metodologi yang berbeda.
3. Penelitian
Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai konsep dukungan
keluarga, efikasi diri serta pengaruh dukungan keluarga dan efikasi diri
terhadap kepatuhan pengendalian gula darah pada pasien DM tipe 2.
10