Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu pekerjaan atau yang biasa dikenal dengan Profesi merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang untuk mendapatkan penghasilan dan pengalaman dalam memenuhi
kebutuhan hidup, dalam setiap profesi yang dilakukan tentu ada aturan-aturan dan tata krama
serta etika yang harus dihormati oleh seseorang, untuk itu dalam makalah ini akan dilakukan
pembahasan tentang apa itu etika profesi, serta contoh pelanggaran dari etika profesi.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa masalah yaitu :
1. Pengertian etika, profesi, dan etika profesi.
2. Tujuan dan Fungsi etika profesi.
3. Contoh Kasus Pelanggaran Etika Profesi
1.3 Batasan Masalah
Dalam makalah ini yang akan dibahas hanyalah sebatas konsep etika profesi dan contoh
kasus pelanggaran etika profesi.
1.4 Maksud dan Tujuan
Makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi mata kuliah Etika Profesi sedangkan
Tujuan pembuatan makalah ini :
1. Untuk Menambah wawasan seputar Etika Profesi
2. Untuk membahas conroh kasus pelanggaran kode Etik Profesi

1.5 Metode Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan tugas ini, penulis
menggunakan Metode Browsing Internet, yaitu metode yang dilakukan dengan mencari
referensi-referensi yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam tugas ini di internet.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam mempelajari dan mengetahui isi makalah ini, berikut
ini akan dijabarkan sistematika penulisan makalah ini, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, ruang
lingkup, maksud dan tujuan, metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Bab ini merupakan bab utama makalah yang berisi tentang penerapan kode etik yaitu meliputi
pengertian etika, profesi, dan kode etik. Selain itu berisi fungsi kode etik, tujuan kode etik, serta
pelanggaran kode etik.
BAB III PENUTUP
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian etika, profesi, dan etika profesi dan kode etik profesi.
Secara bahasa etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Secara umum etika dapat dikatakan sebagai kemampuan seseorang dalam
membedakan baik dan buruknya suatu hal, benar dan salahnya suatu tindakan yang
dilakukannya, pantas atau tidaknya perbuatan yang dilaksanakannya.
Profesi dapat diartikan sebagai suatu hal yang berkaitan dengan bidang pekerjaan yang
sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang dan keahlian yang dimiliki seseorang yang
dilakukan secara bertanggung jawab dengan tujuan memperoleh penghasilan dan mendapatkan
jaminan untuk kehidupan.
Menurut Husna Elviza Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman
etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata
cara sebagai pedoman berperilaku. Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan
tata cara atau aturan yang menjadi standar kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik
menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart
perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan
pengabdian kepada masyarakat.
Secara umum Kode etik dapat diartikan sebagai norma-norma yang harus diindahkan
oleh setiap profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan hidupnya di masyarakat. Norma
tersebut berisi petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka menjalankan profesinya
dan larangan, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya melainkan
juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.
Kode etik profesi menurut Depdiknas Dikti pada tahun 2004 adalah norma-norma yang
harus diindahkan oleh setiap tenaga profesi dalam menjalankan tugas profesi dan dalam
kehidupannya dimasyarakat. Norma-norma itu berisi apa yang tidak boleh, apa yang seharusnya

dilakukan, dan apa yang diharapkan dari tenaga profesi. Pelanggaran terhadap norma-norma
tersebut akan mendapat sanksi.
2.2 Fungsi dan Tujuan Kode Etik Profesi
Ada tiga hal pokok yang menjai fungsi dasar dari kode etik profesi. Yang pertama Kode
etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu
mengetahui suatu hal yang boleh dia lakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
Disamping itu Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu
pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi,
sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan keja (kalanggan
social).
Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Maksudnya bahwa para pelaksana profesi pada suatu
instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh ikut campur atau mengatur aturan profesi dari
suatu perusahaan.
Tujuan kode etik profesi di antaranya adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi,
dimana profesi yang dijalani haruslah memiliki sesuatu pandangan yang baik dari orang lain
sehingga orang dapat memberikan penilaian yang sesuai dengan harapan seseoarang
menjalankan profesi tersebut. Selain itu kode etik profesi juga menjaga dan memelihara
kesejahteraan para anggota tempat organisasi tersebut bernaung baik itu dengan cara saling
berbagi sesama rekan sejawat ataupun saling memberi abntuan antar sesama anggota.
Tujuan lain dari kode etik profesi adalah meningkatkan pengabdian para anggota profesi,
dengan harapan para pelaku profesi dapat memberikan pelayana terbaik dalam menjalankan
profesinya sehinga dengan demikian mutu profesi dapat ditingkatkan, dengan meningkatnya
mutu profesi maka mutu dari organisasi tempat prifesi tesebut tumbuh juga dapat meningkat
serta dengan adanya kode etik profesi para pelaku profesi dapat meningkatkan pelayanan
terhadap profesi yang dijalani disamping mencari keuntungan.

2.3 Contoh Kasus Pelanggaran kode etik Profesi


Kasus : Remaja Aborsi Tewas Usai Disuntik Bidan
Minggu,18 Mei 2008 20:00 WIB
KEDIRI - Kasus aborsi yang berujung kematian terjadi Kediri. Novila Sutiana (21), warga
Dusun Gegeran, Desa/Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, Jawa Timur, tewas setelah berusaha
menggugurkan janin yang dikandungnya. Ironisnya, korban tewas setelah disuntik obat
perangsang oleh bidan puskesmas.
Peristiwa naas ini bermula ketika Novila diketahui mengandung seorang bayi hasil hubungannya
dengan Santoso (38), warga Desa Tempurejo, Kecamatan Wates, Kediri. Sayangnya, janin yang
dikandung tersebut bukan buah perkawinan yang sah, namun hasil hubungan gelap yang
dilakukan Novila dan Santoso.
Santoso sendiri sebenarnya sudah menikah dengan Sarti. Namun karena sang istri bekerja
menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Hongkong, Santoso kerap tinggal sendirian di rumahnya.
Karena itulah ketika bertemu dengan Novila yang masih kerabat bibinya di Ponorogo, Santoso
merasa menemukan pengganti istrinya. Ironisnya, hubungan tersebut berlanjut menjadi
perselingkuhan hingga membuat Novila hamil 3 bulan.
Panik melihat kekasihnya hamil, Santoso memutuskan untuk menggugurkan janin tersebut atas
persetujuan Novila. Selanjutnya, keduanya mendatangi Endang Purwatiningsih (40), yang seharihari berprofesi sebagai bidan di Desa Tunge, Kecamatan Wates, Kediri. Keputusan itu diambil
setelah Santoso mendengar informasi jika bidan Endang kerap menerima jasa pengguguran
kandungan dengan cara suntik.
Pada mulanya Endang sempat menolak permintaan Santoso dan Novila dengan alasan keamanan.
Namun akhirnya dia menyanggupi permintaan itu dengan imbalan Rp2.100.000. Kedua
pasangan mesum tersebut menyetujui harga yang ditawarkan Endang setelah turun menjadi
Rp2.000.000. Hari itu juga, bidan Endang yang diketahui bertugas di salah satu puskesmas di
Kediri melakukan aborsi.

Metode yang dipergunakan Endang cukup sederhana. Ia menyuntikkan obat penahan rasa nyeri
Oxytocin Duradril 1,5 cc yang dicampur dengan Cynaco Balamin, sejenis vitamin B12 ke tubuh
Novila. Menurut pengakuan Endang, pasien yang disuntik obat tersebut akan mengalami
kontraksi dan mengeluarkan sendiri janin yang dikandungnya.
"Ia (bidan Endang) mengatakan jika efek kontraksi akan muncul 6 jam setelah disuntik. Hal itu
sudah pernah dia lakukan kepada pasien lainnya," terang Kasat Reskrim Polres Kediri AKP Didit
Prihantoro di kantornya, Minggu (18/5/2008).
Celakanya, hanya berselang dua jam kemudian, Novila terlihat mengalami kontraksi hebat.
Bahkan ketika sedang dibonceng dengan sepeda motor oleh Santoso menuju rumahnya, Novila
terjatuh dan pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakit. Apalagi organ intimnya terus
mengelurkan darah.
Warga yang melihat peristiwa itu langsung melarikannya ke Puskemas Puncu. Namun karena
kondisi korban yang kritis, dia dirujuk ke RSUD Pare Kediri. Sayangnya, petugas medis di ruang
gawat darurat tak sanggup menyelamatkan Novila hingga meninggal dunia pada hari Sabtu pukul
23.00 WIB.
Petugas yang mendengar peristiwa itu langsung menginterogasi Santoso di rumah sakit. Setelah
mengantongi alamat bidan yang melakukan aborsi, petugas membekuk Endang di rumahnya
tanpa perlawanan. Di tempat praktik sekaligus rumah tinggalnya, petugas menemukan sisa-sisa
obat yang disuntikkan kepada korban. Saat ini Endang berikut Santoso diamankan di Mapolres
Kediri karena dianggap menyebabkan kematian Novila.
Lamin (50), ayah Novila yang ditemui di RSUD Pare Kediri mengaku kaget dengan kehamilan
yang dialami anaknya. Sebab selama ini Novila belum memiliki suami ataupun pacar. Karena itu
ia meminta kepada polisi untuk mengusut tuntas peristiwa itu dan menghukum pelaku.
Akibat perbuatan tersebut, Endang diancam dengan pasal 348 KUHP tentang pembunuhan.
Hukuman itu masih diperberat lagi mengingat profesinya sebagai tenaga medis atau bidan.
Selain itu, polisi juga menjeratnya dengan UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992. Belum diketahui
secara pasti sudah berapa lama Endang membuka praktik aborsi tersebut. (Hari Tri Wasono,
2008)

Pembahasan Kasus
Aborsi yang dilakukan seperti kasus diatas merupakan aborsi yang bersifat ilegal, karena
aborsi tersebut terjadi karena hasil hubungan gelap dan pasangan tersebut sepakat untuk
menyatujui aborsi dengan meminta bantuan ke bidan, dan bidan menyanggupi dengan syarat
harus membayar 2 juta Rupiah.
Perbuatan yang dilakukan oleh bidan tersebut merupakan suatu pelanggaran kode etik
profesi, karena telah menghilangkan nyawa bayi yang berada di dalam kandungan, proses aborsi
hanya boleh dilakukan apabila kandungan tersebut akan menyebabkan kematian bagi si ibu,
ataupun sesuai persetujuan dari keluarga yang bersangkutan. Selain itu bidan tersebut juga sudah
melanggar sumpah janji yang diambil setelah melakukan pendidikan.
Pelanggaran yang dilakukan oleh bidan pada kasus di atas merupakan pelanggaran pidana
seperti yang terdapat pada KUHP :
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Pasal 347
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita
tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2. Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling
lama lima belas tahun.
Pasal 348
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

2. Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara
paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal
346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam
pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan
sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan
dilakukan.
Selain itu Bidan pada kasus di atas menjadikan kegiatan aborsi sebagai mata pencaharian
dan untuk memperkaya diri, hal itu terbukti dengan meminta bayaran sebesar 2juta rupiah
kepada yang bersangkutan. Karena hal tersebut bukan hanya melanggar kode etik tetapi juga
telah melanggar yuridis dan akan di proses melalui jalur hukum, ditambah lagi ayah dari yang
bersangkutan meminta pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus tersebut.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 bidan pada kasus
diatas bisa dijerat dengan Pasal 80 dengan ketentuan dipidana dengan penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah),
sedangkan menurut pembaharuan Undang Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 dijerat
dengan pasal 194 dengan ketentuan dipidana dengan penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Solusi
Untuk menghindari kasus seperti yang terjadi di atas, tentu diharapkan adanya pendidikan
yang lebih mendasar tentang norma dan Nilai-nilai luhur yang berlaku di masyarakat di dalam
sistem pendidikan, bukan hanya pendidikan teori dan praktek yang bersangkutan dengan profesi
saja, apalagi profesi yang bersangkutan dengan keselamatan dan nyawa seseorang haruslah
pelaku profesi tersebut memahami dan menyadari arti sebuah nyawa.

Selain itu Kode etik profesi juga harus diperjelas dalam menguraikannya, jangan hanya
menjadi sebuah sumpah dan janji palsu, tapi saat pengambilan sumpah profesi itu diharapkan
para pelaku profesi benar-benar mengucapkan dan memahami dengan tulus dengan hati
nuraninya sehingga saat menjalani praktek, dan dihadapi pada kasus yang kira-kira akan
melanggar kode etik maka nuraninya akan berkata bahwa apa yang akan dilakukannya tidaklah
sesuai dengan sumpah dan janji yang telah diucapkannya.
Sanksi yang lebih jelas dan tegas akan mengurangi terjadinya pelanggaran kode
etik profesi, karena apabila sistem hukum yang berlaku menerapkan sanksi yang tegas tentu para
pelaku profesi akan mematuhi dan memegang erat kode etik mereka tidak ada toleransi bagi
oknum yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik, apalagi sampai menghilangkan nyawa
seseorang seperti yang terjadi pada kasus di atas, karena pad hakikatnya mereka berani
mengambil sumpah dan janji berarti mereka juga sudah siap dengan semua sanksi yang diberikan
apabila mereka melakukan pelanggaran terhadap apa yang telah mereka sumpahkan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika profesi merupakan hal yang harus dipatuhi dan diikuti oleh setiap pelaku profesi,
karena etika tersebut berisi norma-norma dan aturan-aturan dalam menjalankan profesi, apa yang
boleh dan apa yang tidak boleh, apa yang harus dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan,
karena semuanya telah diatur secara rinci dalam kode etik profesi masing-masing profesi.
Kode etik yang sudah ada tidak mampu memberikan sesuatu yang mengikat terhadap
para pelaku profesi, karena masih banyak sekali pelanggaran-pelanggaran kode etik profesi yang
terjadi, banyak dari pelaku profesi yang tidak memegang erat apa yang telah disepakati dan di
atur dalam kode etik profesi masing-masing, banyak yang melanggar sumpah dan janji yang
telah mereka ucapkan.
3.2 saran
Agar para pelaku profesi lebih memahami dan menghayati apa yang menjadi kode etik
profesi masing-masing, sehingga tidak terjadi pelanggaran yang dapat merugikan diri sendiri
maupun orang lain. Selain itu diharapkan para pelaku profesi memegang erat sumpah dan janji
yang telah mereka ucapkan sebelum menjalankan profesi tersebut. Sehingga dapat menjalankn
profesi dengan penuh rasa tanggung jawab dan menjunjung tinggi nilai-nilai keluhuran dan
tercipta hubungan yang harmonis baik itu antar pelaku profesi maupun dengan masyarakat yang
berhubungan dengan para pelaku profesi yang bersangkutan.

Daftar Pustaka
http://bidantinipurwati.blogspot.com/2012/12/mal-praktek.html
diakses tanggal 27 Agustus 2014, pukul 22.14

http://nitamulyanimd.blogspot.com/2013/12/makalah- - tentang kode-etik-bidan.html.


diakses pada tanggal 26 Agustus 2014 pukul 21.30

http://deandedewi.blogspot .com/2013/10/makalah-penyimpangan-kode-etik-bidan.html.
diakses pada 26 Agustus 2014, pukul 21.55

Anda mungkin juga menyukai