Anda di halaman 1dari 9

DIVERSIFIKASI ENERGI

Pertumbuhan ekonomi mempercepat dan memperbesar konsumsi energy sehingga


ketersediaan energi menjadi sangat strategis. Undang-Undang No 30 Tahun 2007 Tentang Energi
menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh energi dan merupakan kewajiban
pemerintah untuk melakukan pengelolaan sehingga ketersediaan energi dapat terjamin.
Peranan energi sangat penting artinya bagi peningkatan kegiatan ekonomi dan ketahanan
nasional, sehingga pengelolaan energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan, dan
pengusahaannya harus dilaksanakan secara berkeadilan, berkelanjutan, rasional, optimal, dan
terpadu. Dengan program program

pengelolaan pemanfaatan energi yang lebih baik,

diharapkan bahwa pertumbuhan konsumsi energi tersebut dapat mencapai nilai optimum yang
lebih kecil dari keadaan sekarang. Pengelolaan energi yang baik didasarkan pada prinsip
prinsip konservasi energi, efisiensi energi, dan diversifikasi energi.
Presiden Indonesia pada G-20 Pittsburgh dan COP15 telah berkomitmen untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca pada tahun 2020 sebesar 26 %,yang didukung dari sektor kehutanan 14%,
sektor pengembangan energi baru dan terbarukan serta konservasi energi sebesar 6% dan sektor
sampah 6%. Pemerintah Indonesia pada saat ini sedang giatnya mendorong diversifikasi
penggunaan energi domestik kepada gas alam dan batubara. Program ini akan mengurangi
tekanan tambahan permintaan pada sumber energi minyak bumi.
Di Indonesia, terjadi suatu ketimpangan eksplorasi dan eksploitasi energi fosil. Terhitung
bahwa rasio cadangan per produksi liquid lebih kecil dari rasio cadangan per produksi gas, yakni
8,9 dan 16,3 secara berurutan. Atau dalam kata lain, kepunahan liquid akan lebih cepat dibandingkan dengan kepunahan gas. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia harus segera
mengalihkan fokus pengelolaan energi fosil dari liquid ke gas, serta memberdayakan potensi
energi lainnya.
Namun pada kenyataannya, tak dapat dipungkiri bahwa bahan bakar fosil merupakan bahan
bakar yang paling melimpah di seluruh dunia dan cukup lama dikembangkan, sehingga banyak
digunakan. Bahkan hingga tahun 2020 nanti, bahan bakar fosil diramalkan akan tetap menjadi
primadona. Terutama bahan bakar minyak dengan dominasinya. Sehingga, penting untuk
mengenali lebih jauh kepada ketiga teratas hasil olahan bahan bakar fosil tersebut.

a. Minyak Bumi (Oil)


Harga minyak di pasar dunia telah mengalami kenaikan berkali-kali. Naik turun harga
minyak yang terjadi ternyata memiliki efek hebat pada dunia. Banyak negara yang melakukan
perubahan signifikan terhadap kebijakan energi nasionalnya. Negara-negara tersebut telah
menyadari bahwa minyak merupakan komoditas energi yang amat rentan. Sehingga apabila
mereka menggantungkan pemenuhan energinya pada minyak, hal buruk yang sangat mungkin
menimpa adalah krisis ekonomi berkelanjutan.
b. Gas Alam (Natural Gas)
Peningkatan penggunaan gas alam di dalam negeri terjadi karena peningkatan permintaan
gas alam oleh pembangkit tenaga listrik, industri, dan PT PGN (Perusahaan Gas Negara). Di
samping Indonesia memanfaatkan gas alam untuk kilang, sebagiannya adalah terbakar. Secara
umum, transportasi gas alam membutuhkan biaya dan persyaratan teknis yang lebih tinggi
dibandingkan transportasi minyak mentah, produk-produk minyak (oil products) maupun batu
bara. Hal ini karena karakteristik alamiah gas alam itu sendiri, yang amat sulit ditransportasikan
apabila masih berada dalam fase gas. Untuk mempermudah transportasinya, gas perlu dikompresikan atau didinginkan terlebih dahulu sehingga densitas energinya menjadi lebih besar dan
lebih mudah didistribusi. Transportasi gas bumi pada sistem jaringan transmisi dan distribusi gas
alam yang telah dibangun dapat dilakukan melalui jalur pipa gas, kapal LNG, kapal LPG, truk
tangki, serta melalui depo penyimpanan dan stasiun penjualan.

c. Batu Bara (Coal)


Indonesia menjadi negara pengekspor batubara terbesar di dunia sepanjang tahun 20052006. Hal ini diperparah dengan realita bahwa besarnya ekspor batu bara adalah lebih dari tiga
per empat total produksi batu bara Indonesia[10]. Karena UU Migas no. 22 ayat (1) tahun 2001
berbunyi, Badan Usaha atau bentuk Usaha Tetap wajib menyerahkan paling banyak 25% (dua
puluh lima persen) bagiannya dari hasil produksi Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Negara-negara produsen batu bara umumnya
memprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan domestik. Sementara kondisi di Indonesia sangat
bertolak belakang, yakni 75% batubara justru diarahkan menjadi komoditas ekspor andalan.

Cadangan energi fosil Indonesia dibandingan dengan cadangan dunia


Indonesia memiliki cadangan yang kecil dibanding dengan ko-moditas yang dimiliki negara
produsen lain-nya. Namun lebih kecil cadangan bukan berarti lebih sedikit dalam volume ekspor.
Selama beberapa tahun Indo-nesia justru tercatat sebagai eksportir gas alam dan batu bara
terbesar di dunia. Ketergantungan Indonesia kepada bahan bakar minyak, keterbelakangan
infrastruktur peng-olahan gas alam, serta ketidakbijakan rasio pemakaian dan ekspor batu bara
merefleksikan bahwa Indonesia harus segera bertindak efektif dalam menanggulanginya. Oleh
karena itu, sangat dibutuhkan ketegasan pemerintah dalam mencanangkan program-program
diversifikasi energi beserta implementasinya di lapangan.

Pada tahun 2010, konsumsi bahan bakar total di Indonesia diperkirakan mencapai hampir 2
juta barrel per hari jauh melampaui kapasitas produksi nasional sekitar 1 juta barrel per hari.
Sehingga mutlak diperlukan pencarian teknologi yang bisa mendukung terwujudnya ketahanan
energy nasional, dengan meminimalkan dampak terhadap lingkungan dan mengurangi
ketergantungan pada bahan bakar minyak. Masalah lain yang dihadapi Indonesia adalah produksi
minyak bumi kita cenderung menurun sehingga Indonesia sudah menjadi negara pengimpor
minyak terutama untuk memenuhi kebutuhan transportasi. Minyak bumi Indonesia diperkirakan
akan habis sebelum 2025. Kementerian ESDM berusaha memperlambat laju penurunan produksi
minyak bumi pada 2011 dari 12% menjadi 3% dengan optimalisasi lapangan yang ada dan
pengembangan lapangan baru.
SUMBER ENERGI TERBARUKAN
1. Energi Panas Bumi (geothermal)
Indonesia mempunyai potensi panas bumi sangat besar, 30-40 % potensi sumberdaya
panas bumi dunia, tersebar di kepulauan Indonesia. Potensi sumberdaya dan cadangan panas
bumi Indonesia diperkirakan sebesar 28.170 MW. Sebagai daerah vulkanik, wilayah
Indonesia sebagian besar kaya akan sumber energi panas bumi. Jalur gunung berapi
membentang di Indonesia dari ujung Pulau Sumatera sepanjang Pulau Jawa, Bali, NTT, NTB
menuju Kepulauan Banda, Halmahera, dan Pulau Sulawesi. Potensi energi panas bumi total
adalah 19.658 MW dengan rincian di Pulau Jawa 8.100 MW, Pulau Sumatera 4.885 MW, dan
sisanya tersebar di Pulau Sulawesi dan kepulauan lainnya. Sumber panas bumi yang sudah
dimanfaatkan saat ini adalah 803 MW.
2. Energi surya
Menurut penelitian BBPT yang dilakukan di Sulawesi Tenggara, didapat energy harian
antara 2 sampai 7 kWh per meter persegi per hari dengan rata-rata harian 5,16kWh per meter
persegi per harinya.
3. Energi hidro

Menurut data ESDM, potensi hidro yang ada di Indonesia untuk skala besar
teridentifikasi 75 GW dengan kapasitas terpasang 57 GW atau hanya termanfaatkan 7,54 %.
Sedangkan untuk energy hidro skala kecil, Indonesia mempunyai potensi sebesar 769,7 MW
dan baru dimanfaatkan sebesar 217,7 MW atau sekitar 28,31 %.
4. Energi angina
Lokasi yang paling potensial adalah Indonesia bagian timur dengan rata-rata kecepatan
angin sebesar 7 m/s.
5. Energi laut
Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar, khususnya Indonesia bagian timur
yaitu sekitar 1.650 MW. Energi samudra ada tiga macam, yaitu energi panas laut, energi
pasang surut, dan energi gelombang. Prinsip energi panas laut yaitu dengan menggunakan
beda temperatur antara temperatur di permukaan laut dan temperatur di dasar laut, energi
pasang surut dengan menggunakan prinsip beda ketinggian antara laut pasang terbesar dan
laut surut terkecil, sedangkan energi gelombang adalah dengan menggunakan prinsip besar
ketinggian gelombang dan panjang gelombang. Dengan prinsip-prinsip di atas, maka dengan
menggunakan turbin akan dihasilkan energi listrik. Potensi energi panas laut di Indonesia
bisa menghasilkan daya sekitar 240.000 MW, sedangkan untuk energi pasang surut dan
energi gelombang masih sulit diprediksi karena masih banyak ragam penelitian yang belum
bisa didata secara rinci.
6. Energi Nuklir
Diantara pro dan kontra, energy nuklir dinilai merupakan salah satu solusi karena tingkat
emisi CO2 nya yang rendah yaitu sebesar 25 gram CO2/kwh. Indonesia saat ini boleh
dibilang sedang krisis energi. pemakaian energi yang tiap tahun trus bertambah tidak
diimbangi dengan pembangkit energi, malahan energi yang dihasilkan trus menurun karena
faktor efisiensi dari pebangkit yang jg menurun. Energi nuklir yang banyak digunakan di
negara2 maju asih blom ditrima di Indonesia dengan berbagai alasan. Padahal energi nuklir
selain murah juga tidak ada emisi gas CO2 seperti pada pebangkit berbahan bakar fosil.
Alasan mengenai limbah nuklir yg bisa mencemari lingkungan itu salah, karena limbah

nuklir tidak pernah dibuang tetapi disimpan, dan libah nuklir sendiri masih bernilai ekonomis
tinggi. bayangkan saja 1 gram Uranium dapat menghasilkan energi setara 10.000 ton
batubara. masalah lain yg sering diangkat juga mengenai bahaya radiasi. radiasi dari reaktor
nuklir tidak lebih besar daripada radiasi pada televisi di rumah kita. Kebutuhan energi
nasional dari tahun ke tahun semakin meningkat, terutama kebutuhan energi listrik.
Peningkatan tersebut sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan
penduduk, dan pesatnya perkembangan sektor industri.
Energi nuklir adalah energi baru yang perlu dipertimbangkan karena energi ini bisa
menghasilkan energi yang dalam order yang besar sampai ribuan megawatt, tetapi harus
memerhatikan beberapa aspek. Aspek itu antara lain aspek keselamatan, sosial, ekonomi,
teknis, sumber daya manusia, dan teknologi.
7. Energi air
Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga air. Itu
disebabkan kondisi topografi Indonesia bergunung dan berbukit serta dialiri oleh banyak
sungai dan daerah daerah tertentu mempunyai danau/waduk yang cukup potensial sebagai
sumber energi air. Besar potensi energi air di Indonesia adalah 74.976 MW, sebanyak 70.776
MW ada di luar Jawa, yang sudah termanfaatkan adalah sebesar 3.105,76 MW sebagian
besar berada di Pulau Jawa. Selain PLTA, energi mikrohidro (PLTMH) yang mempunyai
kapasitas 200-5.000 kW potensinya adalah 458,75 MW, sangat layak dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga listrik di daerah pedesaan di pedalaman yang terpencil ataupun
pedesaan di pulau-pulau kecil dengan daerah aliran sungai yang sempit.
8. Energi Biomassa
Biomassa merupakan sumber energi primer yang sangat potensial di Indonesia, yang
dihasilkan dari kekayaan alamnya berupa vegetasi hutan tropika. Biomassa bisa diubah
menjadi listrik atau panas dengan proses teknologi yang sudah mapan Besarnya potensi
limbah biomassa padat di seluruh Indonesia adalah 49.807,43 MW. Pemanfaatan energi
biomassa dan biogas di seluruh Indonesia sekitar 167,7 MW yang berasal dari limbah tebu
dan biogas sebesar 9,26 MW yang dihasilkan dari proses gasifikasi.

9. Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)


Bahan baku utama sebagai sumber energi sel bahan bakar adalah gas hidrogen. Gas
hidrogen dapat langsung digunakan dalam pembangkitan energi listrik dan mempunyai
kerapatan energi yang tinggi. Beberapa alternatif bahan baku seperti methane, air laut, air
tawar, dan unsur-unsur yang mengandung hidrogen dapat pula digunakan namun diperlukan
sistem pemurnian sehingga menambah jumlah cost system pembangkitnya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki komitmen tinggi untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca. Hal ini memiliki konsekuensi pada kebutuhan untuk mengembangkan
efisiensi energi dalam berbagai sektor pembangunan dan kehidupan masyarakat. Usaha untuk
mencapai pemakaian energi yang efisien di Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat.
Walaupun intensitas penggunaan energi relatif tinggi, namun konsumsi energi per kapita di
Indonesia relatif rendah. Angka tersebut memperkuat gambaran bahwa penggunaan energi di
Indonesia belum produktif dan belum merata. Untuk mengembangkan efisiensi energi, selain
mendorong pertumbuhan ekonomi, Indonesia juga harus mengurangi pertumbuhan konsumsi
energi. Pengurangan angka pemakaian energi adalah dengan melakukan langkah efisiensi,
konservasi dan diversifikasi energi.
Untuk itu masyarakat harus melakukan dan mendukung diversifikasi energi dimana sumber
energi utama tidak hanya bergantung pada bahan bakar fosil,melainkan beragam energi alternatif
dan terbarukan.Indonesia merupakan negara besar dengan sumber energi alternatif dan
terbarukan yang sangat melimpah,sinar matahari,air,panas bumi,angin,laut,dan flora yang
beraneka macam dan kesemuannya dapat dimanfaatkan sebesar besarnya untuk memenuhi
kebutuhan energi masyarakat Indonesia.
Dengan diversifikasi energi ini ketergantungan akan bahan bakar fosil akan amat sangat jauh
berkurang,karena sumber energi alternatif lain telah menggantikan posisi bahan bakar fosil
dibanyak ranah yang dahulunya masih menggunankan bahan bakar konvensional.Disamping itu
efek buruk penggunaan bahan bakar fosil seperti polusi juga dapat dikurangi,karena energi
alternatif umumnya tidak merusak lingkungan dan lebih minim polusi bahkan tidak
menimbulkan polusi sama sekali.Sisi positif yang lain adalah penggunaan bahan bakar fosil

dapat dihemat sehingga cadangan bahan bakar fosil dapat bertahan lebih lama daripada kondisi
sebelumnya jika tidak dihemat.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. TT. Konservasi dan Diversifikasi Energi Kunci Ketahanan Energi.
http://www.tekmira.esdm.go.id/newtek2/index.php/component/content/article/7-beritaeksternal/6-konservasi-dan-diversifikasi-energi-kunci-ketahanan-energi.html [diakses 14
November 2014]
Anonim. 2008. Strategi Penghematan Energi. http://portal.ristek.go.id/columns.php?
page_mode=detail&id=21 [diakses 14 November 2014]
DGEED (Directorate General of Electricity and Energy Development), 2000: Statistik dan
Informasi Ketenagalistrikan dan Energi (Statistics and Information of Electric Power and
Energy), Jakarta.
Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Undang-Undang Republik
IndonesiaNomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi, Sosialisasi Undang-Undang Tentang
Energi, Surabaya, 14 Oktober 2008
Djiteng Marsudi, Pembangkitan Energi Listrik. Erlangga. 2005, Jakarta
Kementrian ESDM, RUKN 2006-2026, Jakarta 2007.
Nataliani, Ratna. 2011. DIVERSIFIKASI ENERGI DI INDONESIA".
http://km.itb.ac.id/site/diversifikasi-energi-di-indonesia/ [diakses 14 November 2014]
Prasetyo, Arif. 2011. DIVERSIFIKASI ENERGI.
http://kemenristekbemunsri.blogspot.com/2011/10/diversifikasi-energi.html [diakses 14
November 2014]
Ratag, M.A. 2001. Model Iklim Global dan Area Terbatas serta Aplikasinya di Indonesia. Paper
disampaikan pada Seminar Sehari Peningkatan Kesiapan Indonesia dalam Implementasi
Kebijakan Perubahan Iklim. Bogor, 1 November 2001.

Anda mungkin juga menyukai