Anda di halaman 1dari 5

KURIKULUM PPKN 2013

Oleh IDRIS APANDI, M.Pd


Mulai Tahun Pelajaran 2013/2014 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan memberlakukan
Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 adalah pengembangan 2006. Menurut Pasal 1 ayat (19) Undangundang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Selanjutnya Tujuan Pendidikan nasional sebagaimana telah dirumuskan dalam Undang-undang
Nomer 20 Tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
Kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
peradaban dunia. Kurikulum adalah instrumen pendidikan untuk dapat membawa insan Indonesia
memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat menjadi pribadi dan
warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.
Penataan Ulang PKn dan Menjadi PPKn
Salah satu langkah dalam penyusunan kurikulum 2013 adalah penataan ulang PKn menjadi PPKn,
dengan rincian sebagai berikut:
Mengubah nama mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (PPKn).
Menempatkan mata pelajaran PPKn sebagai bagian utuh dari kelompok mata pelajaran yang memiliki
misi pengokohan kebangsaan
Mengorganisasikan SK-KD dan indikator PPKn secara nasional dengan memperkuat nilai dan moral
Pancasila; nilai dan norma UUD NRI Tahun 1945; nilai dan semangat Bhinneka Tunggal Ika; serta
wawasan dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Memantapkan pengembangan peserta didik dalam dimensi: (1) pengetahuan kewarganegaraan; (2)
sikap kewarganegaraan; (3) keterampilan kewarganegaraan; (4) keteguhan kewarganegaraan; (5)
komitmen kewarganegaraan; dan (6) kompetensi kewarganegaraan.
Mengembangkan dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
PPKn yang berorientasi pada pengembangan karakter peserta didik sebagai warganegara yang
cerdas dan baik secara utuh.
Mengembangkan dan menerapkan berbagai model penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar
PPKn.
Hakikat dari PPKn adalah:
Kesadaran sebagai warga negara (civic literacy),
Komunikasi sosial kultural kewarganegaraan (civic engagement),
Kemampuan berpartisipasi sebagai warga negara (civic skill and participation),

Penalaran kewarganegaraan (civic knowledge),


Partisipasi kewarganegaraan secara bertanggung jawab (civic participation and civic responsibility).
Salah satu pertimbangan PKn berubah kembali menjadi PPKn adalah karena pada pada kurikulum
2006, Pancasila tidak dimunculkan secara eksplisit sehingga (seolah) hilang dalam Kurikulum PKn
walau ada pokok bahasa yang khusus membahas tentang Pancasila, hanya porsinya sedikit. Oleh
karena itu, saat ini Pancasila dimunculkan kembali untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa
karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia berlandaskan kepada Pancasila, tidak
mengadopsi secara mentah-mentah nilai-nilai pendidikan kewarganegaraan versi barat (Amerika)
yang membuat kondisi demokrasi di Indonesia kebablasan seperti saat ini. Masuknya kembali
Pancasila sebagai bagian dari perubahan mata pelajaran PKn menjadi PPKn adalah sebagai bagian
dari penguatan 4 (empat) pilar kebangsaan yang meliputi: Pancasila, Undang-undang Dasar 1945,
Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Keempat pilar tersebut saling terkait antara satu dengan yang lain,
dan kesemuanya dijiwai oleh Pancasila.
Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. PPKn merupakan mata pelajaran yang sangat
relevan untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut.
Nama PPKn sebenarnya bukan hal yang baru pada kurikulum pendidikan nasional. Pada Kurikulum
1994 nama PPKn juga muncul, kemudian pada kurikulum 2006 hilang, dan pada Kurikulum 2013
Pancasila dimunculkan kembali. Pada kurikulum 2006 disebutkan bahwa Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Sedangkan pada kurikulum 2013 Pendidikan Kewarganegaraan
bertujuan untuk mengembangkan peserta didik menjadi manusia Indonesia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air, yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Ruang lingkup kurikulum/substansi utama perubahan PKn menjadi PPKn adalah sebagai berikut :
PKn 2006
1. Persatuan dan kesatuan bangsa;
2. Norma, hukum, dan peraturan;
3. Hak asasi manusia;
4. Kebutuhan warga negara;
5. Konstitusi negara;
6. Kekuasaan dan politik;
7. Pancasila;
8. Globalisasi.

PPKn 2013
1. Pancasila, sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa;
2. UUD 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara;
3. Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dalam keberagaman yang kohesif dan utuh;
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara Indonesia.
(Sumber : Balitbang Puskurbuk Kemdibud, 2012)
Penguatan 4 (empat) Pilar Kebangsaan
Berdasarkan uraian pada tabel tersebut di atas, dapat dilihat bahwa terdapat penyederhanaan dari
kurikulum 2006 ke kurikulum 2013. Hal-hal yang dibahas pada pada kurikulum 2006 bukan berari
dihilangkan atau tidak diajarkan pada kurikulum 2013, tetapi hal-hal dikaitkan dengan penguatan
empat pilar kebangsaan.
Empat pilar kebangsaan merupakan empat nilai atau empat ajaran yang pada mulanya
disosialisasikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sejak tahun 2009. Hal ini dilandasi atas
keprihatinan semakin lunturnya kepribadian dan jati diri bangsa. Bangsa Indonesia seolah-olah
menjadi bangsa yang lupa terhadap nilai-nilai yang dulu diperjuangkan para pendiri bangsa. Gejolak
sosial terjadi di banyak daerah. Kekerasan, pemaksaan kehendak, dan anarkisme menjadi headline
berita media. Kasus korupsi semakin mewabah dan seolah menjadi budaya.
Pancasila adalah kristalisasi kepribadian bangsa. Ajaran yang dinilai paling tepat untuk kondisi
bangsa Indonesia yang majemuk. Kedudukan Pancasila adalah sebagai ideologi bangsa, falsafah
bangsa, dan dasar negara Republik Indonesia. Nilai-nilai Pancasila harus dipelajari, dipahami, dan
dilestarikan oleh seluruh bangsa Indonesia. Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh
dari kelima silanya. Masing-masing sila tidak dapat dipahami dan diberi arti secara terpisah dari
keseluruhan sila-sila lainnya dan menggambarkan adanya paham persatuan.
Undang-undang Dasar 1945 adalah perjanjan luhur para pendiri negara yang dijadikan sebagai
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam perjalanannya, pascabergulirnya reformasi
tahun 1998, UUD 1945 mengalami amandemen sebanyak 4 (empat) kali, yaitu tahun 1999, 2000,
2001, dan 2002. Sementara pembukaan UUD 1945 disepakati tidak boleh diubah karena pembukaan
UUD 1945 adalah fondasi dari bangunan negara NKRI. Merubah pembukaan UUD 1945 berarti
mengubah bangunan negara.
Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan terperinci yang mengandung Pancasila
sebagai dasar negara yang merupakan satu rangkaian kesatuan dengan proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945. Oleh karena itu, tidak dapat diubah oleh siapapun juga termasuk MPR. Pembukaan
UUD 1945 merupakan sumber pendorong dan sumber cita-cita perjuangan dan tekad bangsa
Indonesia.

Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Pasca Konfrerensi Meja Bundar (KMB)
tahun 1949, bentuk negara Indonesia adalah RIS (Republik Indonesia Serikat) tetapi hal itu tidak
berjalan lama. Tahun 1950 bentuk Indonesia kembali kepada negara Kesatuan. Pascareformasi 1998,
pernah ada wacana mengubah bentuk negara Indonesia menjadi negara federal, tetapi wacana itu
tidak mendapat respon positif karena konsep negara kesatuan sudah final karena dinilai paling cocok
dengan karakter Indonesia yang sangat luas dan majemuk. Saat ini, semangat persatuan dan
kesatuan bangsa tidak lepas dari ujian. Bahaya separatis masih terjadi seperti Organisasi Papua
Merdeka (OPM) dan Republik Maluku Selatan (RMS). Selain itu, berbagai kerusuhan dan konflik di
daerah pun telah mencederai semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini tentunya perlu
segera ditangani dengan serius agar tidak semakin parah. Jangan sampai ada provinsi yang
memisahkan diri dari NKRI seperti yang terjadi yang terjadi pada Timor-Timur tahun 1999.
Luas wilayah Indonesia sebesar 5.193.250 KM2. Terbentang dari Sabang sampai Merauke. Data
wikipedia menyebutkan bahwa jumlah pulau di Indonesia sebanyak 18.306 buah. Secara administratif
pemerintahan, Indonesia saat ini terdiri dari 34 provinsi, 409 Kabupaten, dan 93 Kota. Indonesia
terdiri dari ribuan suku bangsa, bahasa, adat istiadat. Indonesia juga memiliki kekayaan alam yang
sangat melimpah sehingga mendapatkan julukan zamrud khatulistiwa. Alam Indonesia yang indah
banyak mengundang wisatawan untuk mengunjungi Indonesia. Dengan kata lain Indonesia adalah
negeri yang beragam (flural). Oleh karena itu, semangat keberagaman (fluralisme) harus terus
dibangun terhadap generasi bangsa Ini. Dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang artinya adalah
berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan adalah perekat bagi kita di dalam Indonesia yang beragam
tersebut. Hal ini adalah anugerah dari Allah SWT yang perlu kita syukuri.
Berdasarkan kepada hal tersebut di atas, maka 4 (empat) pilar kebangsaan saat merupakan hal yang
sangat penting untuk disosialisasikan khususnya melalui mata pelajaran PPKn karena mata. Mata
pelajaran PPKn merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk membekali warga negara memiliki 3
(tiga) kemampuan, yaitu, (1) pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), (2) keterampilan
kewarganegaran (civic skill), dan (3) karakter kewarganegaraan (civic disposition) berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Dengan kata lain, setiap warga negara Indonesia diharapkan tahu, paham,
dan mampu melaksanakan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Pengembangan Proses Pembelajaran
Jika dianalisis Kompetensi Dasar PPKn 2013 jenjang SD, SMP, dan SMA, maka guru PPKn dituntut
untuk mampu mengembangan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran digambarkan sebagai kerangka umum tentang skenario yang digunakan guru untuk
membelajarkan siswa, dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran. Model pendekatan
pembelajaran terbadi menjadi dua. Pertama pendekatan pembelajaran berpusat kepada guru
(teacher centered), dan kedua pendekatan pembelajaran berpusat kepada siswa (student centered).
Strategi adalah cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi
pembelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Dapat juga
diartikan sebagai suatu rencana untuk mencapai tujuan. Terdiri dari metode, teknik, dan prosedur.
Sedangkan metode adalah Cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya dan merupakan
alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan kepada uraian tersebut di atas, maka guru PPKn dituntut untuk mampu
mengembangkan proses pembelajaran supaya lebih menarik, menyenangkan, menantang, dan
membentuk peserta didik untuk mampu berpikir kritis dan konstruktif. Guru PPKn harus mampu
menyajikan materi pembelajaran secara kontekstual, mengaitkan materi pelajaran dengan kondisi
nyata di lapangan Mengaitkan antara teori dengan praktek, antara harapan dan kenyataan,
mengidentifikasi masalah yang terjadi, dan mendorong peserta didik untuk memunculkan alternatif
pemecahan masalah.
Alternatif metode yang cocok untuk mewujudkan hal tersebut di atas, guru PPKn bisa menggunakan
metode ceramah, diskusi, observasi, simulasi, inquiry, bermain peran, studi kasus, kunjungan
lapangan, penugasan, proyek, debat, portofolio, atau metode lainnya yang dinilai relevan. Apapun
metode yang digunakan, yang penting bisa memberikan pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan waga negara serta internalisasi karakter kewarganegaraan kepada peserta didik.
Mata pelajaran PPKn yang dikemas secara menarik akan membuat peserta didik menyenanginya,
merasa perlu, tidak menjadi beban, dan merasakan manfaat setelah mempelajarinya. Selain akan
mengubah image bahwa mata pelajaran PPKn membosankan karena menurut penulis, penilaian
bahwa suatu mata pelajaran membosankan atau tidak, disamping dipengaruhi oleh minat peserta
didik, juga dipengaruhi oleh cara guru menyampaikannya. Dengan kata lain, guru harus mampu
menampilkan pribadi yang menyenangkan di hadapan peserta didik.
Mengakhiri tulisan ini, penulis mengajak kepada guru-guru PPKn untuk melaksanakan kurikulum
PPKn 2013 dengan baik. Guru PPKn perlu menganalisis tiap KD sehingga bisa menyusun skenario
pembelajarannya yang sesuai, dan mengembangan instrumen penilaiannya untuk mengukur
ketercapaian KD. Kita tentunya berharap dampak dari pembelajaran PPKn membentuk bahwa
generasi muda Indonesia yang bukan hanya cerdas secara intelektual, tapi juga cerdas secara
spiritual, emosional, dan sosial. Amiin YRA.
Penulis, Widyaiswara LPMP Jawa Barat.
( Sumber : http://www.lpmpjabar.go.id/ )

Anda mungkin juga menyukai