Di sudut pelabuhan
Puluhan tangan mengepal
Mengoyak
Menghantam
Merangkak
Menumpas ketidakadilan
Bidadari senja
Diam
Jalan Telikung
Meluncur dari keinginan
Berjalan kaki melangkah diam
Semakin berat, semakin curam
Hanya teori yang berkata
Air beriak tanda tak dalam
Lihatlah ombak di lautan
Semuanya hanya bualan
Jalan-jalan naik dan turun
Terjal dan berbatu
Licin mengganggu pandang
Jalan telikung yang melintang
Konsonan dan vokal berpadu
Jantung seakan terus dipacu
Lihatlah secara langsung
Kita memang ada di belokan yang menikung
Banyak di antara kita tak percaya
Jalan-jalan sudah berubah
Jalan naik curam berbatu
Berubah dengan begitu lugu
Oh, kawan
Kita sama-sama pejalan
Sesama pencari jalan pulang
Yang tersesat di tikungan
Oh, Tuhan
Kami masih bimbang
Terus saja butuh haluan
Haluan kanan-haluan memanjang
Haluan kiri-harus berhenti
Jalan menikung
Kami bimbang.
Para Demonstran
Seketika hatiku menyala, membara, membahana
Melihat mereka turun ke dunia
Yang sebenarnya, yang nyata
Tapi penuh tanda tanya (???)
Mereka berhak berontak
Layak menyalak-nyalak
Layak berteriak
Sampai telinga sesak
Sayang
Banyak yang tak murni
Sudah tercampuri
Sudah terprovokasi
Kepentingan-kepentingan kelompok
Kepentingan-kepentingan Pribadi
Entah
Pantas mereka disebut apa
Oposisi atau pahlawan demokrasi???
Sandiwara Cinta
Daya upaya cinta, kreasi penuh warna
Hitam dibilang kelabu
Ungu dibilang biru
Buta
Dibilang terlalu kreatif
kenyataan terdengar rekaan
Bualan dikira pujian
Tuli
Ada-ada saja
Manusia selalu membuat sensasi
Dalamnya pun tiada isi
Cinta direka-reka seperti dalam drama
Oh, anehnya manusia
Semuanya dianggap sama
Perlu sebuah sandiwara
Sandiwara yang alurnya tidak bisa dilogika
Syair Sesuatu
Sesuatu yang tak aku ketahui tentang cinta
Tentang diorama-diorama hati yang terbuka
Tentang jiwa-jiwa yang bertanya
Apa dan kapan saatnya bicara