1. Solusio Plasenta
1) Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan
plasenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan
20 minggu dan sebelum janin lahir. Cunningham dalam bukunya
mendefinisikan solusio plasenta sebagai separasi prematur plasenta
dengan implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin lahir. Jika
separasi ini terjadi di bawah kehamilan 20 minggu maka mungkin
akan didiagnosis sebagai abortus imminens. Sedangkan Abdul Bari
Saifuddin dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta adalah
terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin
lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di
atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram.
2) Klasifikasi
a. Solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta :
a) Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
b) Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
c) Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang
terlepas.
b. Solusio plasenta menurut bentuk perdarahan :
a) Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
b) Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang
membentuk hematoma retroplacenter
c) Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong
amnion .
c. Solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya, yaitu :
a) Ringan
Penyebab Perdarahan
Solusio Plasenta
Laserasi/ Ruptura uteri
Atonia Uteri
Sampel
(%)
141
125
115
19
16
15
4.
5.
6.
7.
8.
Koagulopathi
Plasenta Previa
Plasenta Akreta/ Inkreta/ Perkrata
Perdarahan Uterus
Retained Placentae
108
50
44
44
32
14
7
6
6
4
persalinan.
Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
5) Patofisiologi
Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam
desidua basalis dan terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat
berasal dari pembuluh darah miometrium atau plasenta, dengan
B) Pemeriksaan plasenta
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis
dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat
koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang
plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.
C) Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
10)
Fetal distress
Gangguan pertumbuhan/perkembangan
Hipoksia dan anemia
Kematian
Diagnosis
Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup
Frekuensi (%)
78
66
60
22
17
17
15
Asuhan Keperawatan
Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis solusio
sakit.
Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan
sekonyong-konyong (non-recurrent) terdiri dari darah
segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman
.
Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan
b) Inspeksi
Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
c) Palpasi
Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.
Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut
uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun di
luar his.
Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus)
tegang.
d) Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung
terdengar biasanya di atas 140, kemudian turun di bawah
100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari
satu per tiga bagian.
e) Pemeriksaan dalam
Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.
Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba
menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun di luar
his.
Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas
seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba
pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta, ini sering
meragukan dengan plasenta previa.
f) Pemeriksaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien
sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun
turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat,
kecil dan filiformis.
2) Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan.
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman yang dirasakan pada
klien atau janin
3. Resiko tinggi infeksi terhadap prosedur invasive.
Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan.
a) Bantu dengan penggunaan tekhnik pernafasan.
R/ mendorong relaksasi dan memberikan klien cara
mengatasi dan mengontrol tingkat nyeri.
b) Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi.
Berikan instruksi bila perlu.
R/ relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan
rasa takut,
yang memperberat nyeri.
c) Berikan tindakan kenyamanan (pijatan, gosokan
punggung, sandaran bantal, pemebrian kompres sejuk,
dll)
R/ meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kooping dan
kontrol klien.
d) Kolaborasi memberikan sedatif sesuai dosis
kemudian berhenti.
Belum ada tanda-tanda in partu.
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam
iv.
batas normal).
Janin masih hidup.
2) Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan
pervaginam yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana
secara aktif tanpa memandang maturitas janin. Cara menyelesaikan
persalinan dengan plasenta previa :
Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau
tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:
Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis/marginalis
dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala. Dengan
memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah
rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum
ada atau masih lemah, akselerasi dengan infus oksitosin
Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Baxton Hicks ialah mengadakan
tamponade plasenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi
Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup
Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian beri
beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini
kurang efektif untuk menekan plasenta dan seringkali
menyebabkan pendarahan pada kulit kepala. Tindakan ini
8) Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat
perdarahan, anemia karena perdarahan plasentitis, dan
endometritis pasca persalinan.
Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi
seperti Asfiksi berat
9) Asuhan Keperawatan
I. PENGUMPULAN DATA DASAR
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama Istri : Ny N Nama Istri : Tn. J
Umur : 37 Tahun Umur : 40 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wirasuasta
Suku : Jawa Suku : Palembang
Alamat : Jl. Tentara Pelajar 2 Semarang Alamat : Jl. Tentara Pelajar 2
Semarang
B. Anamnesia pada tanggal 15 Oktober 2009 pukul: 08.00 WIB
1. Alasan kunjungan saat ini
Ibu mengatakan hamil anak ke-2 usia kehamilan 8 bulan ibu mengeluh
ada pengeluaran darah pervaginam dua kain basah, secara tiba-tiba.
2. Riwayat haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 tahun
Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut
Lamanya : 7-8 hari
Sifat darah : merah, encer, bercampur gumpalan
HPHT : 5 Maret 2009
TP : 12 Desember 2009
3. Riwayat perkawinan
Ibu menikah 1 kali, status perkawinan syah sebagai istri pertama, usia
pernikahan 1 tahun, usia saat menikah 20 tahun lama perkawinan 17
tahun
4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
No. Tgl./ Th. Lahir Usia kehamilan Jenis persalinan Penolong Penyulit
kehamilan dan persalinan JK BB PB Keadaan anak sekarang
1 1997 9 bulan Spontan Bidan Tidak ada L 3000 50 Sehat
5. Riwayat kehamilan sekarang
a. Trimester I : 2 x di bidan
Keluhan : Ibu mengatakan mual dan muntah
Anjuran : Banyak istirahat, makan dengan porsi sedikit tapi sering
b. Trimester I : 3 x di bidan
Keluhan : Ibu mengatakan sering merasa cepat lelah dan pegal-pegal
Anjuran : Ajarkan ibu senam hamil, banyak istirahat, dan makan
makanan yang bergizi dan minum tablet Fe.
c. Trimester I : 3 x di bidan
Keluhan : Ibu mengatakan ada pengeluaran darah pervaginam
sebanyak 2 kain basah.
Anjuran : istirahat cukup, kurangi aktivitas yang berat, dan periksa
kehamilannya ke bidan.
6. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
a. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang di derita
Klien tidak pernah menderita penyakit yang serius seperti jantung,
hipertensi, hepar, DM, anemia, campak, malaria, TBC. Gagguan mental
dan operasi.
b. Prilaku kesehatan
Klien tidak pernah minum-minuman yang mengandung alkohol atau
obat-obatan sejenisnya serta klien tidak pernah meminta jamu atau
rokok, pencucian vagina dilakukan dengan menggunakan sabun setiap
kali mendi, BAK dan BAB.
c. Immunisasi
Ibu mengatakan immunisasi
TT I pada kehamilan 4 bulan tanggal 5 Juli 2009 di BPS Bunda
TT II pada kehamilan 5 bulan tanggal 5 Agustus 2009 di BPS Bunda
7. Riwayat psikologis
a. Ibu senang dengan kehamilan saat ini karena kehamilan ini sudah di
rencanakan
b. Ibu dan keluarga berharap semoga dalam kehamilan dan persalinan
nanti berjalan normal tidak ada halangan suatu apa pun.
8. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
1) Sebelum hamil : Makan 3x sehari dengan porsi 1 piring nasi,
mangkuk sayur, lauk tempe, dan buah. Ibu minum 7-8 gelas / hari.
2) Sesudah hamil : Makan 2x sehari ibu mengatakan kurang nafsu
makan. Ibu minum 7-8 gelas / hari.
b. Eliminasi
1) Sebelum hamil : BAB 1x sehari BAK : 5-6 x sehari
2) Sesudah hamil : BAB 1x sehari BAK : 8-9 x sehari
c. Istirahat dan tidur
1) Sebelum hamil : ibu tidur malam 7-8 jam/hari, tidur siang 1 jam
2) Sesudah hamil : ibu tidur malam 5-6 jam/hari, tidur siang 1 jam ibu
mengatakan sering terbangun pada malam hari
d. Personal hygiene
Sebelum hamil dan saat hamil ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x
sehari dan keramas 2 x seminggu
e. Aktivitas / olah raga
Ibu hanya mengerjakan aktivitas sebagai ibu rumah tangga, ibu hanya
melakukan aktivitas yang ringan dan ibu tidak pernah berolah raga.
f. Seksualitas dan kontrasepsi :
2x seminggu sebelum hamil ibu tidak pernah menggunakan
kontrasepsi
C. Pemeriksaan
1. Keadaan umum
a. kesadaran : composmentis
b. tanda-tanda vital
TD : 100/70 mmHg
RR : 22 x / menit
Nadi : 88 x / menit
Temperatur : 37oC
c. Berat badan : Sebelum hamil : 50 kg
Sesudah hamil : 60 kg
Kenaikan BB selama hamil : 10 kg
d. Tinggi badan : 157 cm
e. Ukuran lila : 24 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1) Rambut : lurus, tidak ada ketombe, dan tidak mudah rontok keadaan
bersih
2) Muka : bentuk simetris, pucat, tidak ada oedema
3) Mata : bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak
mata, konjungtiva pucat, seklera tidak ikterik, berfungsi dengan baik,
keadaan bersih
4) Hidung : bentuk simetris, keadaan bersih, dan tidak ada pembesaran
polip
5) Mulut : tidak ada kelalinan , tidak terdapat stomatitis, keadaan gigi
bersih, tidak ada carises, tidak ada pembesaran tonsil
6) Telinga : bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar limpa, dan
tidak ada pembengkakan vena jugularis
8) Dada : pernafasan baik tidak ada rochi dan wheezing, payudara
menonjol hiperpigmentasi , tidak ada benjolan, abnormal, colostrums
belum keluar.
9) Abdomen : bentuk simetris, membesar sesuai dengan usia
kehamilan, tidak ada cacat, tidak ada bekas operasi, tidak ada nyeri
tekan pada saat dipalpasi.
10) Punggung : normal tidak ada kelainan
11) Genetalia : ada pengeluaran darah pervcaginam banyaknya 200cc.
tidak ada hemaroid, varisesdan oedema
12) Ektermitas : bentuk simetris, tidak ada cacat, tidak ada oedema,
dapat berfungsi dengan baik
b. Palpasi
1) Leopold I : TFU terpegang antara Px dengan pusat, pada fundus
teraba keras bundar melenting yang berarti kepala
2) Leopold II : Perut ibu sebelah kiri teraba lebar dan memberikan
tahanan yang besar berarti punggung janin. (PUKI) perut sebelah
kanan teraba bagian-bagian janin yang kecil berarti extremitas.
3) Leopold III : Pada bagian terbawah janin teraba ada satu bantalan
K. PERENCANAAN
DX 1
Intervensi
Kaji secara akurat kemunginan harapan hidup janin, kaji juga kapan menstruasi
terakhir ibu, prioritaskan pelaporan yang didapat dari Ultrasound atau riwayat
obstetrik.
Monitor TTV
Pernapasan adekuat
Tujuan
1. Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah. Lakukan
perhitungan pembalut Timbang pembalut pengalas.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, Setiap
gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah.
2. Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari Valsalva manover dan
koitus.
Rasional : Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan
abdomen atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang
perdarahan
3. Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semi
fowler. Hindari posisi trendelenburg.
Rasional : Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian
panggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semi- fowler memungkinkan janin
bertindak sebagai tanpon.
4. Catat tanda tanda vital Penisian kapiler pada dasar kuku, warna menbran mukosa/
kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentarl, bila ada
Rasional : Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis
dan perubahan pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan
sirkulasi atau terjadinya syok
5. Hindari pemeriksaan rectal atau vagina
Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal
atau total terjadi.
6. Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan,
sesuai indikasi.
Rasional: Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.
7. Siapkan untuk kelahiran sesaria.
Rasional: Hemoragi berhenti bila plasenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup.
Kriteria evaluasi;
Mendemostrasikan kestabilan / perbaikan keseimbangan cairan yang
dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat dan
haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.
DX 3.
Intervensi
riteria evaluasi : Mendemonstrasikan perfusi adekuat, dibuktikan oleh DJJ dan aktivitas DBN serta
tes nonstres reaktif (NST).
DX 4.
Intervensi
1. Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan.
Rasional : Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.
Kriteria evaluasi : Menunjukkan profil darah dengan hitung SDP, Hb, dan pemeriksaan koagulasi
DBN normal.
Tujuan
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius
FKUI . Jakarta
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan
Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi.
Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta.
Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta.
FKUI. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta.
Cunningham, FG, Norman, F, Kenneth, J, Larry, C & Katharine, D 2006, Obstetri
williams, Edisi ke 21, EGC, Jakarta.
Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian pasien, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hanafiah, TM 2004, Plasenta previa, diakses tanggal 1 Juni 2009,
http://library.usu.ac.id
Manuaba, IBG 2003, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana
untuk pendidikan bidan, EGC, Jakarta.
McCloskey & Bulechek. 2000. Nursing interventions classification (NIC), United
States of America, Mosby.
Meidean, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC),United States of
America. Mosby.
Mochtar, R 1998, Sinopsis obstetri: Obstetri fisiologi, obstetri patologi, Edisi ke 2,
EGC, Jakarta.
NANDA 2005. Nursing diagnosis definitions & classification. Philadelphia. Locust
Street.