Guru yang
Tak Pernah Pergi
Inspirasi Pak Ino
Penerbit
IKA Psikologi Unair
JUDUL BUKU:
Penerbit
Ikatan Alumni Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Desain Sampul & Foto:
Dimas Aryo Wacaksono
Diterbitkan melalui:
www.nulisbuku.com
2
Penulis
@absurdaus, @ardinouv, @arieswnugroho, @ayubiianda,
@Bukik, @c1ndhy, @charismania, @child_smurf, @dekdea,
@dian_wirawan, @DonSemaun, @Eviee___, @handy_talkie,
@indiradhe, @IniGagat, @IniOnik, @junerodhian, @lila_amh,
@metakarina, @NotJustDimas, @sukasukariza, @tyodeh
A. Ditya Wardhana, Afi Motik, Agatha Stefani, Agnes Dovin,
Kurnianti, Ahim, Alma, Amalia Jiandra, Anandita Kuma, Anfield
Gang, Anindita, Anita Widi Astuti, Ardinov, Ari Pratiwi, Asri,
Astri Dita Nuriani, Aui.is.Me, Birgita Pertiwi (Tiwin), Bobby
Hartanto, Botak Sakti, Bukik Setiawan, Citra Prawita, Dana
Oktiana, Desty, Devi Krisnahapsari, Dewi Hargiyanto, Dewi
Syarifah, Dimas Ade Irawan, Dimas Aryo Wicaksono, Dimas
Maheswara, Dita, Duniatanpasuara, Dwi Krid, Dyah Hanung
Wardhani, Edwin Nobo, Elga Andina, Fatma Puri Sayekti,
Fransiscus Aprilian S, Grace Susilowati Man, Hanggara
Hardiansyah, Hasan Bisri BFC, Hengki Setiawan, Herlida, Ika
Widyarini, Indah Sri Astuti, Is Harjatno, Iwan W. Widayat, Iwe
04, James W. Sasongko , Jony Eko Yulianto, Josephine Antonia,
Josephine MJ Ratna (Vivien), Kasih Kumala, Kinanti Alfisyahri,
Lila, Listya Yuanita, Maria Eko Sulistyowati, Marini, Mega SR,
Meynar, Miefaza, Mirza Abdillah, Mita - Psikologi 2008, Mumuk
Ismuharto, Nay, Nur Desthi, Petite, Phebe Illenia S., Pita Adiati,
Puspita Dian Arista, Putri PS, Ridho, Rovien Aryunia, Rudi Cahyo,
Rullyta Indrianti, Sanich Desvi Rachmania, Santi, Sekar Kirana
Hermianto, Selly Leonita, Siro, Syahani Rahmawati, Tita, Visi
Puspita, Wati, Widi, Wiwin Hendriani, Yulistiyani Rahayu,
ZankDJYes 06, Zatul Farrah
PENGANTAR
Pak Ino bisa diakses lebih banyak orang dan lebih tahan
lama.
Gayung bersambut, beberapa orang bersedia melakukannya
baik dengan menulis di blog sendiri maupun di kolom
komentar blog yang menulis mengenai pelajaran dari Pak
Ino. Jadi tidak heran bila menemui komentar yang
panjangnya 3 halaman A4, lebih panjang dari pada
tulisannya. Antusiasme yang begitu besar.
Obrolan dengan satu-dua orang teman akhirnya tercetus ide
agar tulisan di blog tersebut dikumpulkan dan diterbitkan
menjadi buku. Bahkan ketika masih membicarakan obrolan
ini, ada tweet dan pesan Facebook yang mengusulkan ide yang
sama. Akhirnya kami pun bertekad untuk menjadikan
tulisan-tulisan di blog tersebut menjadi buku.
Tapi apakah menulisnya harus di blog? Datanglah
pertanyaan tersebut. Kami pun memperluas lingkupnya,
boleh ditulis di blog, boleh di tulis di catatan Facebook.
Mengapa harus dipublikasikan dulu di blog dan Facebook
baru kami terima? Publikasi secara personal dengan sendiri
membuat setiap teman penulis mempertimbangkan kualitas
dari tulisannya. Kami berharap adanya penyuntingan secara
mandiri oleh teman-teman.
Alhamdulillah banyak tulisan yang masuk. Lebih dari 30
tulisan yang panjangnya 170 halaman A4 dengan beragam
sudut pandang, pelajaran, tema hingga gaya penulisan hanya
dalam 3 hari. Kami baca tulisan tersebut satu per satu.
Aktivitas yang menyenangkan sekaligus menyedihkan. Kami
seolah-olah terus menerus diingatkan dengan sosok Pak Ino.
Kami bersyukur karena semakin mengenal Pak Ino. Tulisantulisan tersebut menggambarkan Pak Ino sebagai sosok yang
5
Tim Editor
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Sepucuk Surat
10
15
23
155
185
201
256
318
10
11
12
14
Catatan Editor: Surat ini dibacakan oleh wakil alumni pada saat
Penghormatan Terakhir Ino Yuwono oleh Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga
15
16
20
21
Tinggal Cerita
(08 Des 2012)
Oleh Sanich Desvi Rachmania 12
Aku tahu dia, tapi tidak benar-benar tau.
Aku baru di sini, baru saja menginjakkan kaki di dimensi
asing ini.
Siapa dia? Mengapa sangat dielu-elukan akan segala
keabdiannya.
Setiap langkah disiplinnya dihormati, segala nasehatnya
diiyakan, semua pengajarannya diikuti, tentu saja
kharismanya dikagumi.
Tapi siapa? Siapa dia?
Bahkan Tuhan tidak memberiku kesempatan untuk bertemu
dan sekadar saling sapa.
Cerita tentangmu saja sudah cukup berkharisma, bagaimana
jika aku bertemu dan merasakan tuntunanmu?
Namun, belum tanya itu ditempa jawab kau pergi jauh
meninggalkan hari untuk selamanya.
Aku iri pada mereka yang mengenalmu.
Hanya tinggal cerita yang mampu menghapus tanyaku
Tentang kau yang hebat, pengajaranmu yang hebat,
nasehatmu yang hebat, dan kharismamu yang hebat.
Waktu memang terus bergulir mengganti masa. Kecuali
Tuhan, yang ada memang untuk tak ada.
Dimensi baruku ini kehilangan seorang legenda, aku dan
mereka yang baru tentu sedih tak mendapat kesempatan
merasakan pengajaranmu.
Dan kini aku tahu dia! Meski tetap tidak benar-benar tahu.
Dia ayah, guru, sahabat, dan panutan yang hebat dan
berkharisma. Itu kata mereka..
Maafkan kami yang asal memuji tanpa mengenalmu terlebih
dahulu.
Tuhan.. aku tau Kau tau. Dia hebat, bukan?
22
23
24
@ ardinouv you told me often about Pak Ino the most. Now with
these thousands miles I wonder how tough this loss for you. We love
him either (message by @ andianinda)
Tweet di atas ditulis keponakanku, Ninda, 3 jam yang lalu.
Sepanjang aku di Surabaya sejak kepulanganku dari Rusia
tahun 2011 hingga keberangkatan ke Polandia tahun 2012,
aku memang banyak bercerita tentang interaksiku dengan
beliau kepada orang-orang terdekatku, begitu juga ibu dan
bapakku. Perhatian, perdebatan, dan diskusi tiada akhir
selalu menarik untuk diceritakan kembali.
Pagi ini message bertubi-tubi datang dari mahasiswa dan
temanku bahwa Pak Ino telah tiada. Tidak percaya, tapi
semua rekan hampir serempak mengabarkan berita. Lebih
dari 6000 mil aku berada. Lemas. Mood-ku seharian remuk.
Aku yakin perasaan ini tak hanya aku yang merasakan.
Semua yang mengenal Pak Ino dari dekat pasti merasakan
dalamnya kehilangan.
Baru dua minggu lalu aku bicara dengan beliau via Skype.
Waktu itu beliau hanya memakai kaos kutang, begitu santai
dan banyak tertawa. Dia menanyakan sekolah dan
aktivitasku. Aku antusias bercerita layaknya bercerita dengan
bapakku sendiri. Beliau juga banyak bercerita soal keadaan
fakultas kami.
25
28
Aku ingat ketika mampir di Trawas dan dibayari pijat garagara badanku yang kecapean. Masih membekas bagaimana
kenangan perjalanan terakhirku dengan Pak Ino di Medan
ketika pernikahan Ucok. Pagi hari di hotel di Danau Toba,
badanku dibalik oleh beliau karena sulit bangun gara-gara
efek obat tidur. Disana juga beliau memberiku obat
tambahan untuk sangu (persediaaan) diriku yang akan
sekolah lagi. Pak Ino tahu problem susah tidurku.
Pak Ino adalah orang yang bisa mengesankan orang di
pertemuan pertama. Bulan April 2012, aku memperkenalkan
Pak Ino dengan temanku yang berasal dari Rusia. Malam
setelah perkenalan dengan beliau, kawanku bilang bahwa ia
ingin bicara lebih banyak dengan Pak Ino. Aku tanya
kepadanya apa yang membuat ia tertarik bertemu Pak Ino.
Temanku bilang, Orang-orang Indonesia yang kukenal ratarata berjabat tangan dengan tangan yang lemah. Cara dia
berjabat tangan kuat dan erat. Dia tipe orang yang percaya
dengan dirinya. Entah kenapa aku ingin banyak bicara
dengan dia.
29
31
36
38
40
41
Saya benci Pak Ino! Mungkin bukan awal yang manis bagi
sebuah obituari, namun jika saya boleh jujur, kesan itulah
yang saya dapatkan setelah interaksi pertama saya dengan
beliau di suatu perkuliahan.
Dan mungkin saya punya beberapa alasan untuk tidak
menyukai beliau. Pak Ino kerap memanggil saya Ndut
well saya memang gendut sih. Beliau pernah menolak
mentah-mentah untuk menjawab pertanyaan saya seputar
PIO di luar kelas. Dan gara-gara itu saya malu bukan main
sampai nangis. Di suatu perkuliahan, Pak Ino pernah
mengata-ngatai almamater saya yang berlokasi dekat
Kuburan Cina sebagai SMA yang seram sehingga membuat
saya yang berbadan besar ini juga tampak menyeramkan. Pak
Ino juga pernah mengancam akan melempar saya dengan
sandal karena saya terlalu banyak bertanya pada beliau di
suatu perkuliahan, Kamu minta saya jelaskan lagi? Tak
lempar pakai sandal!
Di perkuliahan terakhir yang beliau ajar, Pak Ino masih
sempat menyepak kaki saya ketika tidak bisa memecahkan
masalah sepele tentang validitas dan reliabilitas.
Cruel? A bully? Hateable? Tidak juga. Sebab semua 'kejahatan'
itu dilakukan Pak Ino demi kebaikan. A greater good.
Karena berbagai ucapan beliau malah membuat saya
melakukan banyak refleksi diri. Ungkapan bernada satir yang
sering Pak Ino lontarkan berkali-kali membuat saya tertohok
42
"Jam saya ini Rolex. Kenapa saya pakai? Kata kamu tadi apa?
Maslow? Aktualisasi diri? Self-esteem? Self-confidence? Mbelgedes
semuanya! Saya pakai jam ini karena saya mau kok!" Kata
bapak sambil teratawa culas. "Kenapa tidak tanya langsung
ke saya alasannya apa? Main analisa tok sembarangan pakai
teori."
Ah Shame on me. Really, shame on me, Sir. Saya layak
mendapat statement itu dari beliau. Saya merasa selama kuliah
saya tidak menggunakan waktu saya dengan baik dan sudah
waktunya bagi saya untuk memanfaatkan waktu yang sempit
ini untuk jadi mahasiswa calon sarjana yang baik.
Dan sayapun lupa kenapa di awal perkuliahan dulu saya
membenci Pak Ino. Terlalu banyak pelajaran dan bekal
hidup yang beliau berikan. Terlampau banyak bekal positif
beliau berikan lewat ucapan kejamnya. Beliau tidak layak
dibenci. Somehow he made us love him, and he did it in his own way
by making us hating him.
Saya akan merindukan Bapak dan segala sindiran yang
membuka cakrawala yang Bapak lontarkan.
Although you are now gone, parts of you still lives with us, Pak. May
God rests your soul!
46
47
48
Kembangan Ban
dan Pak Ino yang Menyebalkan
Oleh Iwe 04
49
52
8 Desember 2012
53
58
Bukik
59
Panggilan
Oleh Dwi Krid - Nightmareideas.posterous.com
"Kik, kembali pada tulisan kuno ya, semua ada waktunya. Ada
waktu untuk menanam ada waktu untuk memanen, ada waktu
untuk bertemu ada waktu untuk berpisah."
Ino Yuwono kepada Bukik Setiawan, 3 Desember 2012, 17:52
WIB
Pagi ini, 4 Desember 2012, saya melihat dosen saya - yang
usai mengajar Penelitian Kualitatif - terdiam saat menerima
panggilan telepon. Saya kurang tahu itu panggilan telepon
tersebut berasal dari siapa, namun panggilan tersebut
mengisyaratkan sebuah panggilan lain: kepulangan salah
seorang dosen senior di tempat saya belajar saat ini: Pak
Ino.
Gelombang emosional mulai terlihat di linikala Twitter saya;
beberapa berduka, beberapa sangsi sambil menunggu
kepastian. Saya dan teman-teman berkumpul di lantai
pertama gedung perkuliahan, sampai akhirnya kabar
kepulangan Pak Ino benar adanya. Para dosen bergegas,
meluncur ke kediaman beliau, sedangkan para mahasiswa termasuk saya - disediakan bus universitas. Ada kehilangan
yang terpancar dari mata teman-teman saya, ada pula air
mata. Pilu semakin menjadi saat saya dan teman-teman tiba
di rumah beliau. Beberapa dosen sembab. Dua atau tiga
teman saya meledak tangisnya. Beliau terbaring, diam; saya
bahkan belum sempat melihat wajah Pak Ino karena beliau
akhirnya dibawa masuk ke dalam mobil ambulans.
60
61
JANGAN PULANG!
Oleh Josephine MJ Ratna Vivien
Pak
Ino
66
71
73
Hari ini aku menangis lagi. Saat aku merasa sudah ikhlas,
sudah rela walaupun masih terasa sesak di dada bahwa
guruku, bapakku #Ino Yuwono telah pergi untuk selamanya.
Aku harus menerima kenyataan, hari ini aku berangkat ke
kampus tidak akan lagi bertemu dengan Pak Ino. Selasa, 4
Desember 2012 ternyata akhir dari semua guyonan beliau
tentang kematian. Akhirnya pada hari itu Pak Ino benarbenar pergi, benar-benar meninggalkan kami untuk
selamanya. Beliau seringkali menanyakan Wik, kalo aku
mati, kamu nangis gak? Bahkan sekitar setahun lalu, ketika
Pak Ino dalam kondisi kritis di ICCU, di tengah
kekhawatiran kami, beliau bilang Kamu kok nangis Wik,
kamu sedih ya kalo aku mati? Sambil mengusap kepalaku,
sambil tersenyum Bapak bilang, Anak wedokku (anak
perempuanku). Wis ojo nangis, tenang aja, aku belum mati,
kalo aku mati saja kamu nangisnya Aku sangat tahu, Pak
Ino tidak pernah takut dengan kematian, beliau sangat siap
kapan saja dipanggil oleh Yang Kuasa.
Pertama kali aku tahu Pak Ino berawal dari perkuliahan
peminatan PIO, aku lupa mata kuliah apa tepatnya. Cerita
dari mulut ke mulut mengesankan bahwa Pak Ino adalah
dosen killer yang akan selalu membuat suasana kelas tegang
dan menakutkan. Memang benar, awalnya aku takut karena
beliau selalu memberi pertanyaan-pertanyaan yang bagiku
sulit untuk dijawab. Apalagi dulu aku memang tergolong
mahasiswa yang biasa-biasa saja, tidak menonjol dan tidak
terlalu banyak bergaul. Sekitar tahun 2004, aku magang di
LP3T. Sejak itulah aku mulai lebih mengenal Pak Ino.
74
Kebiasaan Pak Ino yang selalu minta dibuatkan kopi atau teh
membuat kami semakin dekat selayaknya Bapak dan anak.
Beliau sering bilang, Kalo bukan Dewi yang bikin, tehnya
gak enak. Dari kedekatan itu saya menemukan ternyata di
balik sosok Pak Ino yang katanya killer, beliau adalah orang
yang luar biasa baik dan perhatian. Sosok killer itu
sebenarnya hanya kedok beliau, memang dengan cara itulah
beliau mendidik. Mendidik untuk disiplin dan bertanggung
jawab. Mendidik untuk memiliki tujuan dan menjadi diri
sendiri. Beliau sosok yang unik yang hidup dengan cara yang
beliau pilih, walaupun cara tersebut terkadang membuat
orang lain menjauhinya.
Pak Ino adalah guru sejati. Guru yang sangat peduli dengan
kualitas pendidikan yang sebenarnya. Beliau mengajar bukan
sekedar melaksanakan tugas mengajar, namun beliau
mengajar dengan semangat mendidik, dengan totalitas dan
integritas sebagai pendidik. Beliau sering mempertanyakan
apa sebenarnya tujuan hidup kita, apa tujuan kita
mempelajari sesuatu, apa tujuan ini, apa tujuan itu.
Pertanyaan-pertanyaan mendasar yang bahkan kita tidak
pernah memikirkannya, apalagi memikirkan jawabannya.
Sudah menjadi kebiasaan, jika ada mahasiswa yang
melakukan pelanggaran atau tidak bisa menjawab
pertanyaan, Pak Ino tak segan untuk menghukumnya, salah
satunya dengan meminta dia membelikan buku untuk
disumbangkan ke perpustakaan atau sejumlah makanan
untuk dibagikan. Mungkin sepintas tindakan Pak Ino terlihat
kejam. Namun di balik itu, justru beliau mengingatkan kita
supaya kita lebih disiplin dan selalu bertanggung jawab
dengan apa yang kita lakukan, apa yang kita pilih.
Kenangan tentang Pak Ino masih terus melintas di pikiran.
Ingat guyonan beliau yang sering bikin aku dan teman-teman
tertawa lepas. Ingat beliau sering membawakan makanan
75
77
80
84
85
86
89
Tentang Pak Ino. Satu yang tak bisa dan aku tahu tidak akan
pernah bisa aku lupakan adalah pertanyaan beliau, suatu
siang, di kelas PMDO.
Hei, Mbak! Kamu punya pacar? Tanya beliau.
Punya, Pak. Jawabku.
Pernah kamu ngucapin terima kasih sama pacarmu? Beliau
bertanya sinis.
Dengan bangga aku menjawab, Sering, Pak.
Bener? Ah, paling karna kamu dikasi sesuatu! Kemudian
beliau memandang ke teman-teman yang ada di kelas,
Pernah gitu kamu terima kasih sama pacarmu hanya karena
keberadaannya di sisimu, fisik atau nonfisik? Tanpa syarat?
Bukan karena kamu dikasih sesuatu?
Sederhana memang. Tapi bagiku itu dalam artinya. Tidak
mudah mengingat orang ketika keberadaannya secara fisik
jauh dari kita. apalagi berterima kasih padanya hanya dengan
keberadaannya! Tidak mudah berterima kasih pada orang
yang jelas-jelas ada di samping kita secara fisik. Apalagi
menyadari arti orang yang jauh secara fisik!
Dari situ aku belajar untuk lebih menyadari keberadaan
orang lain (terutama yang berarti bagi hidup kita),
menghargainya meski mereka jauh. Menghargai dan
bersyukur karena hanya dengan keberadaan mereka di dunia
ini saja kita bisa belajar merasakan segalanya. Kita bahagia,
sedih, bangga, kecewa, marah, tangis, tawa. Semuanya. Karna
pesan dari Pak Ino itu, aku memiliki cara pandang baru yang
lebih indah.
92
93
Mimpi
Oleh @arieswnugroho di Notes Facebook
94
96
IN MEMORIAM
Oleh Visi Puspita - Visipuspita.tumblr.com
Pak Ino, mungkin Bapak baru hapal nama saya sepekan yang
lalu, gara-gara teman saya menunjuk saya maju ke depan
kelas untuk menjelaskan apa itu definisi perspektif. Bapak
selalu bilang, Gak usahlah kamu itu sok gaya-gayaan pakai
istilah aneh-aneh. Sistemik lah, apa lah. Gunakan saja katakata yang kamu paham artinya, daripada mbelgedes kayak
begitu itu!
Saya tahu Pak, perspektif itu apa. Yang saya tidak tahu
adalah bagaimana menjelaskan itu dengan bahasa saya
sendiri, dengan bahasa yang dipahami oleh rekan-rekan
sekelas. Saya belum bisa mencapai kemampuan yang Bapak
punya, menjelaskan hal-hal rumit dengan kata-kata yang
sederhana. Saya ingat, Bapak pernah bilang begini untuk
menjelaskan prinsip manajemen, Intinya kamu itu kalau
hidup ya harus punya tujuan yang jelas. Kalau kamu aja
nggak tahu tujuan hidupmu, gimana kamu bisa menentukan
mau hidup seperti apa?
Pak Ino, saya akui bapak adalah orang yang berpengaruh
terhadap perkembangan diri saya, terutama dalam bidang
akademis. Kalau bukan karena saya mengambil mata kuliah
Asas-Asas Manajemen (Asmen) saat saya semester 3 dulu,
mungkin sampai sekarang saya tetaplah mahasiswa yang
hobinya menyalin file powerpoint dosen dan menjadikannya
patokan untuk belajar. Bapaklah dosen yang membuat saya
sadar kalau baca buku itu penting sekali, karena banyak
sekali hal yang tidak disampaikan dosen, namun tercantum
di dalam buku.
97
99
100
tapi
tidak
102
Kisah ini terjadi saat kuliah MSDM yang diajar oleh Pak Ino.
Materi yang dibahas adalah tentang job description. Semua
berjalan seperti biasanya, Pak Ino ceramah di depan kelas,
mahasiswa duduk manis sambil mendengarkan Pak Ino
menjelaskan materi dengan gayanya yang sangat khas. Sedikit
mengerikan namun tetap menarik.
Gambaran dosen killer memang masih sangat terlihat jelas
dalam diri Pak Ino, meskipun ia sudah tidak bisa lagi
membohongi usia. Ya! benar jika Pak Ino memang sudah
terlihat tua dan sedikit rapuh, sesekali batuk-batuk dan
kemudian menghirup semacam obat yang selalu ia bawa.
Namun, hal itu tidak bisa melunturkan kehebatan Pak Ino
dalam mengajar, ia masih sangat cakap dalam menjelaskan
materi.
Pak Ino pernah menyuruh beberapa mahasiswa untuk
menuliskan apa saja yang biasa dilakukan oleh seorang ibu.
Satu-per-satu mahasiswa yang ditunjuk mulai menulis
pekerjaan apa saja yang biasa dilakukan oleh seorang ibu.
Saya sempat terheran saat Pak Ino menyuruh menuliskan
pekerjaan yang biasa dilakukan seorang ibu, sama sekali tidak
bisa memahami apa yang ada dalam pikiran Pak Ino saat itu.
Setiap mahasiswa yang disuruh Pak Ino untuk menuliskan
apa saja yang biasa dilakukan oleh seorang ibu malah
kebingungan. Bukan karena tidak tahu apa saja yang biasa
dilakukan ibu, namun karena begitu banyaknya yang biasa
103
107
Yulis
(Mengenangmu : 6 Desember 2012)
112
Mirza Abdillah
115
yang mahal, ada yang murah. Kalau gak mampu beli yang
mahal, ya beli aja yang murah. Sama juga dengan sekolah.
Kalau gak mampu di Unair ya cari sekolah lain yang murah.
Kenapa meski repot?
Ahh.. sungguh saya sangat rindu...
Maafkan karena hari ini saya terlalu pengecut untuk bolos
dari kerja demi mengantarkan Sang Maestro ke tempat
peristirahatannya yang terakhir. Sangat rindu dengan tatapan
elangnya. Rindu suara batuknya. Rindu ketegasannya
untuk tidak memberikanku dispensasi nilai.
Sangat disayangkan banyak adik-adik angkatan yang tidak
merasakan sensasi kuliah bersama Pak Ino. Ah Pak Ino,
saya yakin seyakin-yakinnya bahwa tidak ada yang bisa
menggantikan posisimu sebagai dosen ter-killer. Hanya
mampu berharap, semoga sistem pendidikan di Fakultas kita
tercinta bisa tetap dinamis. Ada ataupun tiada dirimu.
Saya mahasiswi yang selamanya akan merindumu dengan
kebencianku. Selamat Jalan Pak Ino.
118
121
baru, mau? Pak Ino sangat peduli pada anak didiknya. Aku
tentunya sangat senang diperhatikan oleh Pak Ino.
Che, kamu bimbingan ke tempatku mau? Soalnya aku
sibuk. Aku gak sempet ke kampus, kata Pak Ino. Gak
papa Pak, jawabku. Tapi bimbingannya di atas jam 9
malam atau sebelum jam 7 pagi bisa? Bisa! sahutku.
Alhasil aku jika bimbingan skripsi ke rumah beliau biasanya
pada malam hari atau ketika subuh. Disitulah awal aku kenal
dekat dan akrab dengan Bu Lilik, istri beliau.
Pada saat ujian skripsi S1, aku lulus dan mendapat nilai A.
Pak Ino sangat senang dan bangga sekali. Dipeluknya
pundakku sebagai tanda kebanggaan dan kebahagiaan beliau
atas kelulusanku. Setelah kelulusanku, ia mengajak aku untuk
bergabung dengan Ino Yuwono Associate.
Pak Ino adalah satu-satunya dosen yang kuundang ketika
aku menikah. Aku bangga sekali memperkenalkan beliau
dengan orang tuaku. Soal kehidupan rumah tanggaku dia
pernah bilang, Kamu harus bisa nyimpan uang, keuangan
rumah tangga kamu yang kendalikan. Gajine bojomu kudu iso
mbok olah digawe nguripi anak bojo. Sekolah anakmu kudu apik
mutune. Ia begitu menunjukkan peduli dengan kehidupan
anak-anakku dan juga keluargaku.
Pak Ino adalah bak ayahku dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai orang tua ia kerap memberikan aku pesan. Ia pernah
sedikit mengancamku untuk melanjutkan sekolah lagi,
Kamu harus kuliah lagi, Che. Kalo kamu gak kuliah lagi aku
gak akan bantu kamu lagi! Merasa diancam begitu aku
langsung daftar.
Berkali-kali beliau keluar masuk rumah sakit karena
bermasalah dengan jantungnya. Kebetulan dokter jantung
123
124
125
Zahir
Oleh Alma Psikologi 2001
126
regards,
alma01
PS:
Zahir; dalam bahasa arab berarti melihat, ada, tak mungkin
diabaikan. Jorge Luis Borges menjelaskan bahwa Zahir
adalah seseorang atau sesuatu yang sekali kita mengadakan
kontak dengannya maka lambat laun akan memenuhi
seluruh pikiran kita sampai kita tidak bisa berpikir tentang
hal-hal lain. (Encyclopaedia of the Fantastic, 1953)
129
DITA
133
A Little Flashback
Ino Yuwono, kami memanggilnya si Bocah Tua Nakal,
bukan karena kami tidak menghormatinya, tapi karena kami
kagum dengan pribadi dan tingkah lakunya.
Dibalik kesan killer-nya di kelas, si Bocah Tua Nakal bisa jadi
sangat jahil, mulai dari ngenyek mahasiswa, nyindir pedes,
sampai guyonan gak penting lainnya. Cara tertawanya yang
khas selalu ia tunjukkan setiap ia merasa puas melakukan
penghinaan dan pengolokan pada mahasiswanya. Oh iya, si
Bocah Tua Nakal juga adalah salah satu dari tiga dosen di
Psikologi yang kalau misuh terlihat sangat ikhlas dan
sepenuh hati.
Si Bocah Tua Nakal punya cara ngajar yang nyentrik dan
aneh pada jaman S1 dulu. Saat dosen yang lain menyuruh
kami membaca textbook yang tebal-tebal, si Bocah Tua Nakal
malah menyuruh kami membaca novel. Ada yang disuruh
membaca Chicken Soup-lah, novel ini, novel itulah, aku
kebagian novel Jurassic Park-nya Michael Crichton dan The
Celestine Prophecy.
Si Bocah Tua Nakal juga suka bikin aturan ketat yang nyeleneh
diterapkan di kelasnya. Mulai dari HP harus di-silent, siapa
yang HP-nya bunyi ketika di kelas harus bayar denda 50 ribu,
uangnya buat beli makanan untuk anak sekelas. Tidak boleh
titip absen. Ketahuan titip absen yang titip dan dititipi
langsung dapet E, kalau yang dititipi tidak mengaku, maka
134
135
136
137
139
Terimakasih, Pak
Oleh Edwin Nobo - @PemudaSehat
The ending is always a surprise -Daniel Wallace, Big FishSemua cerita pasti memiliki akhir. Dalam cerita tentang
kehidupan akhir tersebut adalah kematian. Semua tahu jika
pada akhirnya semua orang pasti akan meninggal. Namun
tidak akan ada yang mengetahui kapan dan bagaimana
seseorang akan meninggal. Hal itu membuat setiap kematian
selalu menjadi kejutan. Inconvenient Surprise yang selalu
membawa perasaan kehilangan.
Jujur saya tidak terlalu mengenal Pak Ino secara pribadi.
Kami hanya beberapa kali berinteraksi, kebanyakan diruang
kuliah dan beberapa interaksi diluar kuliah. Tetapi dari yang
sedikit itu, Pak Ino membawa pengaruh yang cukup besar
terhadap cara saya memandang hidup.
Sebagai Dosen, semua tahu beliau adalah pengajar yang
berdedikasi. Dengan semua sikap skeptisnya, dengan segala
kedalaman ilmunya. Beliau berhasil memaksa kami
memahami konsep. Membaca habis semua bab buku
berbahasa inggris. Menolak membagikan powerpoint
presentasi, hingga memaksa kami belajar sesuatu tentang
konsekuensi.
Materi tentang konsekuensi ini pernah kami anggap sebagai
hal yang sangat konyol karena segala kesalahan, baik itu tidak
bisa menjawab kuis, terlambat masuk kuliah, tidak bisa
menjawab pertanyaan ketika presentasi, hukumannya sama,
membawa makanan untuk seisi kelas di pertemuan
berikutnya. Mungkin sekarang hukuman itu terasa tidak
140
142
144
147
149
150
152
apabila harus diajar Pak Ino. Bagi saya, Pak Ino bukan hanya
dosen. Beliau adalah teman saya. Teman saya saat tiba-tiba
ingin ke kampus dan ngobrol ngalor ngidul tidak jelas. Beliau
bukan hanya guru, beliau adalah pendidik, pembawa
kebiasaan.
Hampir semua mahasiswa PIO mengetahui, TO & MSDM
yang selalu sarat akan kuis dan bacaan buku-buku tebal
berbahasa inggris. Pak Ino mengajarkan hal baik dimulai
dengan memberikan kebiasaan. Biasakan membaca semua
dari sumber asli, bukan hanya dari powerpoint yang di
presentasikan dosen, kata Pak Ino. Pak Ino tidak ingin anak
didiknya menjadi sarjana power point. Mendapat nilai A,
namun sebenarnya tidak mengerti tentang apa yang di
pelajarinya. Pak Ino membiasakan proses dari yang
terbawah, belajar dari sumbernya.
Jangan sebut nama Pak Ino Yuwono kalau beliau tidak
menerapkan disiplin di dalam kelasnya. Tidak ada coretan,
tidak ada tip-ex, tidak ada kesalahan tulis, tidak ada
menyontek. Semua hal, kebiasaan baik itu beliau tanamkan
saat ada di kelasnya. Beliau, seorang pencetus, pendidik dan
legenda.
Dua semester bukan waktu yang cukup untuk mengenal
beliau dengan dekat, saya senang bisa berbagi cerita dengan
Pak Ino. Ada satu hal yang benar-benar berharga buat saya.
Saat upacara Yudisium. Sebagai dosen wali seharusnya Pak
Ino menyerahkan pin kepada saya. Namun Pak Ino tidak
bersedia datang. Ya, saya telepon beliau saat itu
Pak Ino, ayo dong Pak. Saya nggak mau kalau saya
diwakilkan. Kan dosen walinya Pak Ino, kalau gitu Pak Ino
yang harus datang lah, kataku dengan melas.
154
Aduh Sel, males aku. Kamu sama Ayok aja deh. Atau kamu
pilih siapa? Seger? Sam? Ntar ta bilangane mereka.
Gak mau pak, pokoknya Pak Ino, gak mau yang lain. Titik.
Dan pada saat hari H, beliau menghubungi saya,
Sel, aku udah di kampus C ini. Kamu dimana?
Lha? Pak Ino, kan yudisiumnya di kampus B, gedung baru
pak..?
Loh, iya to.. waduh kamu ini, yawes aku kesana
Pak Ino hadir, beliau hadir di upacara Yudisium saya. Betapa
bangganya ketika nama saya dipanggil. Saat itu nama saya
dipanggil terakhir. Beliau maju ke depan dan merangkul saya.
Bapak saya, dosen, pendidik, dan teman ngobrol saya hadir
dan menyerahkan pin IKA UNAIR kepada saya. Saya
bangga dan sangat berterima kasih.
Pak Ino bukan hanya dosen bagi saya. Pak Ino adalah
seorang inspirator yang tidak minta bayaran. Pak Ino ada
sumber ilmu yang terus mengucur dan tak pernah enggan
membagikannya. Pak Ino adalah Bapak bagi semuanya. Pak
Ino adalah pembawa ketegangan sekaligus keceriaan. Pak
Ino adalah warna lain disaat semua berwarna senada.
Surabaya, 8 Desember 2012
155
156
Capra, hingga Dan Brown dan Khoo Ping Hoo. Disini saya
melihat ada keteladanan. Tidak sekedar nyuruh-nyuruh baca,
tapi yang nyuruh gak pernah baca atau malah gak suka baca.
Berkaitan dengan kebiasaan membaca ini, memang bukan
setahun dua tahun ini saja beliau ngotot meminta
mahasiswanya untuk membaca. Tidak hanya membaca, tapi
terutama adalah membaca buku (bukan fotokopian catatan,
atau print-print-an power point). Tidak hanya membaca buku,
tapi yang lebih penting adalah membaca buku-buku yang
bermutu. Jaman saya kuliah tahun 1994, pengaruh kebijakan
Pak Ino selaku (mantan) Ketua Program Studi Psikologi
masih cukup terasa. Ada satu program yang disebut dengan
PWBB (Program Wajib Beli Buku), dimana setiap mata
kuliah memiliki paling tidak satu buku acuan pokok yang
dipakai di kelas. Bukunya bahasa Inggris. Semua mahasiswa
diwajibkan membeli buku yang direkomendasikan oleh
pengajar, tidak boleh fotokopi, dan semuanya berbahasa
Inggris. Kalau ketahuan masuk kelas bawa buku fotokopian,
atau buku asli tapi yang tembre, pasti akan dilempar oleh
beliau, Buku ecek-ecek ngene kon gowo mrene..
Beruntunglah waktu itu buku berbahasa Inggris masih relatif
terjangkau, karena kurs dollar juga masih sekitar 2000an,
sehingga tidak terlalu memberatkan. Sebagai gambaran,
buku-buku yang dipakai mahasiswa semester 1 pada waktu
itu adalah Psychology: Themes and Variation karya Weiten,
harganya Rp. 55.000, atau Exploring Social Psychology karya
Myers, harganya Rp. 33.900, terus ada lagi Physiology of
Behavior karya Carlson, harganya Rp. 57.900, dan masih
banyak lagi. Sebagai bandingan, harga mie duk-duk waktu itu
adalah Rp. 1000 per porsi dan angkot lijn P, JoyoboyoKarang Menjangan taripnya Rp. 300. Buku asli full colour
yang wajib beli itu memberikan keasyikan tersendiri untuk
dibaca (dan juga menjadi kebanggaan mahasiswa tua
beberapa tahun kemudian, ketika mengulang suatu mata
162
164
169
Salah satu buku yang gemar dibaca oleh Mas Ino adalah
buku-buku silat ala Kho Ping Hoo. Dia bilang dari bukubuku itu banyak pelajaran tentang konflik, dendam,
kesantunan, penghormatan dan yang paling penting tentang
kekerasan hati untuk belajar supaya jadi pendekar tak
terkalahkan.
Namun umumnya pendekar jago untuk dirinya sendiri.
Jarang ada kisah yang bercerita tentang pendekar yang
mampu menghasilkan generasi penerus yang juga jadi
jagoan. Ino lah si pendekar yang jarang itu. Tidak hanya dia
yang jagoan, tapi dia juga telah menghasilkan jagoan-jagoan
lain yang jumlahnya tidak sedikit.
Perjumpaan pertama saya dengan Sang Pendekar ini terjadi
dalam sebuah konferensi Asosiasi Psikologi Industri
Organisasi di Bandung. Saya sempat menyaksikan beliau
menjadi moderator untuk sebuah sesi. Di situ saya
menyaksikan bagaimana lugasnya beliau sebagai moderator.
Ada seorang peserta yang mengajukan pertanyaan yang
diawali dengan pembukaan yang sangat panjang lebar.
Pendekar satu ini lalu berdiri, membawa mic mendatangi si
penanya dan berkata: Jadi pertanyaannya apa mas??
Langsung, straight to the point. Jurus yang langsung mematikan
kembangan lawan.
170
Salah satu ciri utama pendekar adalah berani. Soal ini ndak
perlu ditanya lagi. Beliau berani adu jurus dengan siapapun,
memberi kritik dengan lugas, menerima kenyataan yang
pahit dengan kepala tegak. Pun tidak malu untuk mengakui
keterbatasannya.
Pendekar ini juga ternyata orang yang sangat religius.
Diceritakannya kepada saya tentang konsep TriTunggal yang
ruwet itu dengan sangat sederhana tapi jleb.
Dalam cerita-cerita silat Jawa kuno, banyak tokoh-tokoh
sakti yang tidak mati namun mengalami moksa. Jasad
kasarnya hilang, tapi bisa muncul atau menghilang semau
mereka. Saat ini Sang Pendekar Pendidikan ini telah moksa,
dia dan jasadnya pergi, namun semua ajarannya tetap tinggal
di hati setiap orang yang pernah mengenalnya.
Selamat jalan Pendekar Pendidikan. Semoga langit selalu
memberkati.
173
176
178
179
Hengki Setiawan
Creativity Booster - Founder of CreathinX Australia
180
bisa sadar gak salah ketik? Wong nulis inventaris barang yang
cuman satu halaman saja tulisan psikologi bisa jadi psikolgi?
Tapi ya itulah syaratnya. Pak Ino selalu memiliki aturannya
sendiri. Alhasil yang terjadi adalah kita memiliki divisi khusus
yang menyunting atau editor, tapi bukan editor yang
bertugas membuat makalah itu lebih smooth atau enak dibaca,
tapi mantengin tulisan-tulisan yang salah ketik dan jangan
sampe lebih dari lima, karena kalau tidak akan berdampak
pada pengurangan nilai.
Apa yang ingin disampaikan? Beliau menyampaikan
Bayangno nek awakmu neng perusahaan, terus nulis laporan sitiksitik salah ketik, opo yo nggak ngisin-ngisini?, bener juga sih,
beliau hanya ingin bahwa kita melatih dari dini untuk lebih
disiplin. Setidaknya dalam menulis laporan, kita memeriksa
terlebih dahulu. Awalnya memang hanya ingin menghindari
salah ketik, tapi kan pada akhirnya kita baca lagi dan
mengubah yang tidak sesuai.
Nyonto Siji, E kabeh
Mungkin kalau aturan yang satu ini hampir dirasakan oleh
semua mahasiswanya, dan ternyata kalau dengar-dengar
cerita dari angkatan-angkatan sebelumnya aturan ini adalah
aturan yang paling konsisten. Diberlakukan saat ujian, begitu
ada satu yang ketahuan nyonto (nyontek) maka satu kelas
nilainya E. Walaupun kadang beliau memodifikasi dengan
cara begitu satu ketahuan nyonto, maka waktu ujiannya akan
dikurangi 5 menit untuk satu kelas.
Well, Pak Ino menerapkan betul apa yang disebut biarkan
lingkungan yang menghukummu jika kamu hanya
mementingkan keinginanmu sendiri hanya karena sebuah
nilai, karena yang terjadi adalah begitu kamu nyonto maka
teman sekelasmu yang akan menghukummu. Dan ternyata
182
lupa berapa pada waktu itu, kalau ga salah sih pasangnya 2,7
-hehe serasa masang nomer togel-). Aturan ini berlaku bagi
semua anak walinya. Celakanya, semester berikutnya saya
tidak bisa memenuhi target tersebut, dan beliau meminta
saya untuk membeli buku sebagai konsekuensi karena saya
tidak memenuhi target. Buku itu buat dia? Ternyata tidak
karena beliau meminta saya untuk membacanya dan
menceritakan ke beliau. Cerita tentang target dan perwalian
ini juga disampaikan oleh rekan saya Is, bahkan karena
langganan sampek-sampek Pak Ino bosen mendenda dia
dengan buku dan hanya meminta Is untuk push up.
Tapi ada satu hal yang menarik ketika dengan Is, karena pak
Ino juga memberikan tantangan bahwa kalau Is berhasil
meraih targetnya dia akan memberikan hadiah buat Is (saya
tidak tahu apakah Is berhasil melewati tantangan itu atau
tidak). Tapi saya belajar dari situ bahwa pak Ino menerapkan
aturan secara fair, bahkan dia mungkin berpikir bahwa
mungkin Is bisa dimotivasi secara ekstrinsik.
Hukuman adalah denda yang lain adalah kalau dulu sih,
beliau punya aturan kalau ada bunyi telepon genggam di
kelas, maka dendanya adalah 50 ribu. Biyuh buat mahasiswa
ya bukan duit yang sedikit tuh. Duitnya kemana? Duitnya
dibalikin lagi ke mahasiswa ketika kami mengadakan
gathering. Ya, pada akhirnya beliau mengganti dendanya
dengan membawa makanan. Hal ini diberlakukan ketika
mahasiswa tersebut telat masuk atau gak bisa jawab
pertanyaan. Kalau telat masuk beliau selalu memberi pilihan
boleh masuk tapi membawa makanan, atau gak usah masuk
sekalian dan gak absen. Terus makanannya untuk pak Ino?
Tentu tidak, makanannya adalah untuk kelas, bahkan juga
untuk orang-orang disekitarnya, langganan setia yang
mendapat makanan ya mas agus Sinyo Nyooooo iki lho ono
184
panganan, teriak Pak Ino. Selain itu ya saya, ucok, mbak ira,
mas ardi, mas sam, rudi dan mas bukik.
Saya melihat ada pola yang menarik dari cara Pak Ino
memberlakukan denda makanan ini, mungkin bagi tementemen mahasiswa merasa menu makanannya sangat variatif
mulai dari j-co, libby, sampe jajan pasar, pohong pedas dan
bahkan nasi jagung. Kenapa variatif? Karena pak Ino selalu
melihat taraf kemampuan mahasiswanya, kalau style-nya anak
orang kaya ya siap-siap aja makanannya yang mentereng itu,
tapi kalau anak kos ya beruntunglah dengan nasi jagung.
Walaupun nyarinya gak seberapa susah. Tapi apapun
makanannya, kita makannya bareng-bareng kok.
Well, itu mungkin sedikit cerita tentang Pak Inos Rules in
his class, bergantung pada bagaimana kita memaknainya
apakah hukuman itu sebagai sebuah ancaman atau justru
bahwa hukuman adalah tentang belajar menerima
konsekuensi.
Once again, selamat jalan bapak
Cerita dari muridmu, anakmu, sahabat dan rekan kerjamu
Aryo Wicaksono
185
186
Ino selalu bikin target IP, kalau tidak bisa memenuhi target,
didenda. Sampai akhirnya semester depan, Pak Ino bosen,
karena saya kena denda terus. IP saya selalu di bawah target
karena saya terlalu banyak ikut organisasi. Beliaulah yang
menyadarkan saya. Saya pun sadar, dan akhirnya di semester
V IP saya menjadi 3,5, dan sampai lulus, IP saya berhasil di
atas 3." Saya benar-benar terkesima. Belum selesai rasa
kagum saya, ternyata masih ada cerita lanjutan lagi dari Pak
Ayok, "Sampai akhirnya saya lulus, saya jadi penjaga di
PMPM. Setelah itu saya ditawari jadi dosen, dengan syarat
harus bisa sekolah di luar negeri. Namun saya terhambat
masalah TOEFL, karena TOEFL saya di bawah 550. Tapi
Pak Ino terus mendorong saya untuk sekolah di luar negeri.
Ajaibnya, tiba-tiba ada yang menawari untuk les TOEFL
gratis. Dan saya akhirnya tahu bahwa yang ngelesi saya
adalah Bu Ino." Sewaktu Pak Ayok selesai berkata seperti
itu, kekaguman saya terhadap Pak Ino benar-benar mencapai
puncak. Begitu pedulinya ia terhadap mahasiswanya, sampaisampai ia berbuat hal demikian untuk kebaikan
mahasiswanya. Lagi-lagi saya berpikir, di balik sosoknya yang
garang, ternyata hatinya sangat baik. Saya benar-benar
kagum terhadap beliau.
Saya sangat kagum pada beliau, dan saya sangat penasaran
terhadap beliau. Saya yang tadinya menghindari beliau,
sekarang ingin rasanya saya diajar oleh beliau, walaupun
hanya satu semester saja. Namun Tuhan berkehendak lain.
Pak Ino telah tiada. Sungguh sedih hati saya pada waktu itu.
Pak Ino memang ajaib. Ia dapat menginspirasi orang
walaupun ia tidak mengenalnya. Ia dapat membuat orang
sedih akan kepergiannya, walaupun orang tersebut tidak
kenal dengannya. Yang tidak mengenalnya saja merasa
kehilangan, apalagi yang pernah mengenalnya.
190
191
banyak tidak apa-apa ya, pak. Terima kasih, Pak Ino. Sampai
jumpa.. :)
194
~ Anindita ~
@frappiocoffee
197
198
201
202
203
204
Thank You :)
206
-Asri-
208
210
Saat ini dan seterusnya, aku pasti akan teringat Koko Ino
kalau melihat bubur Madura. Aku tahu makanan ini adalah
kesukaanmu, Ko. Karenanya saat aku syukuran selesai S3
dan anakku lulus kuliah, maka aku pesenkan bubur Madura
ini. Aku ingat saat sebelum kardus nasi kuning dan bubur
Madura dibagikan, masih di ruang makan, Koko langsung
mengambil dan memakannya. Pertama kali, senang rasanya
melihat Koko makan bubur Madura. Aku ingat sebelum
pulang untungnya masih ada buburnya jadi kubawakan ke
ruanganmu biar di bawa pulang untuk mbak Lilik, istrimu.
Dulu aku pernah tahu mbak Lilik juga menyukainya, maka
sering kubawakan dengan santan terpisah agar tidak basi di
rumah.
Koko Ino, kutahu kau sangat pencinta makanan. Saat ada
nasi pecel enak, kau rekomendasikan dan bahkan kau ajak
aku makan bersama teman-teman di sana. Ada bakso yang
enak juga kau rekomendasikan dan lalu mengajak kita semua
ke sana. Bahkan dari mulai penjual gorengan enak, Koko
tahu tempatnya. Penjual lumpia di kampus bahkan ingatnya
sama Koko. Sharing tempat makan dan juga info tentang
makanan adalah khas koko banget. Disatu sisi hobi Koko
memberikan referensi makanan juga sering membuatku geli
karena biasanya nanti akan ditambah embel-embel, Jo
mangan wik.. Wis lemu! Tapi dimanapun ada makanan
enak, Koko pasti sampaikan kepadaku. Ah, rasanya sepi
sekali sekarang ini karena nggak ada orang yang teriak
tentang makanan.
211
212
214
217
218
219
221
----Oleh Syahani
@haniirahma
Rahmawati,
Psikologi
Unair
2010
223
Au Revoir,
Oleh Petite - Bruinemelodique.blogspot.com
"Saya ini orangnya jahat, kamu nulis baik itu kan soalnya
saya lagi ngajar dikelas ini"
"Ya tapi bapak lagi aja pak yang ngajar.."
*terdiam sejenak*
"Bagaimanapun dosen dosen muda itu harus dikasih
kesempatan belajar.. gantian lah, kalo ga, kapan mereka bisa
belajar --Sudah sana kalian boleh pergi"
"Sini sini buku absennya, tak absene siji-siji sambil liat
wajahmu, nanti kalo aku mau ngusili ben enak, terkekeh
khas Pak Ino.
Dan beberapa yang lain.. sungguh beliau berusaha keras
hanya untuk membuat kami berpikir dan belajar lagi, supaya
kami lebih punya arti, supaya kami nanti dihargai dan
bertanggung jawab atas akhiran "S. Psi" dibelakang nama
kami.
"Saya ga ngurus lah kalian mau jadi apa, wong kamu ndak
sekolah disini aja ngga ngaruh kok buat saya, saya masih bisa
ngajar"
"Kamu baca buku satu semester berapa? Ga sampe 5 toh?
Mbelgedes ! Gitu mau saingan sama orang luar? Shame on you."
"Ngono jare kate ganyang Malaysia, wong karo Malaysia ae kalah.
orang sana itu minimal baca buku lah ndak kaya kalian"
"World class university.. pret, bullshit kan menurut saya. Lek aku
dadi rektor koen koen iki tak jejeg-i kabeh, wong ga ono sing
iso bahasa inggris, yokan?"
225
bertemu pak Ino hanya ketika kelas PIO dan beberapa kali
di lorong-lorong kampus, dan tidak pernah diingat namanya.
Dulu saya dan teman-teman sempat nyeletuk,
"Duh TO kalo ga sama pak Ino ga wenak yo, wingi lho bab
2 sebanyak itu ae isok langsung paham kalo sama dia, piye
coba lek ga onok pak Ino?"
Kejadian sekarang.
Pun pak Ino sudah seringkali mengingatkan kami untuk
disiplin belajar dan membaca buku, biar tidak tergantung
seperti ini. -- 07.43
12.14
Sudah di bus, perjalanan dari rumah duka adi jasa menuju
kampus B unair.
Akhirnya liat pak Ino untuk terakhir kali. Pake setelan jas
hitam dan sarung tangan putih.
Pucat dan diam.
Tidur yang tenang pak, tentu saja kita semua akan bertemu
lagi suatu nanti kan? Au revoir pak Ino J Nanti di surga ga
usah pura-pura jahat lagi ya.
"...Dan pagi, takkan
sebagaimana mestinya.
terisi
lagi,
lonceng
bertingkah
sekali menjelaskan sebuah istilah, good people die young. Pak Ino
juga aktor di panggung dunia pendidikan. Panggung yang
dibuatnya sendiri. Saya yakin setiap yang mendengarnya
berbicara saat di atas panggung akan otomatis menyimpan
kesan. Malam ini saja, teman saya yang tidak kenal Pak Ino
dan cuma baca di timeline twitter bilang, Pak Ino ini benarbenar buat aku jadi fansnya, Win.
Lalu dalam kitab agama saya, kitab Al-quran, surat ke 103
yaitu Al Asr yang berisi 3 ayat, yang artinya:
1.
Demi masa
2.
3.
229
Surat wasiat beliau akan saya cetak dan saya simpan sebagai
inspirasi KEBERANIAN untuk memilih, mengkritik, dan
menjadi berbeda. Membangun determinasi pada hal-hal yang
kita cintai dengan penuh ketulusan,seperti cinta beliau pada
dunia pendidikan..
-Ahim-
232
234
235
Pak Ino, masih saya ingat saat pak Ino mengajar kepribadian
dan menanyai saya,Pacaran berapa kali? Aku jawab, Satu
kali pak. Kata Pak Ino, Pacaran itu beberapa kali, biar
kamu tahu kepribadian macam-macam orang.
Benar, setelah itu aku berpacaran beberapa kali dan lebih
tahu karakter dan kepribadian orang lain. Saya jadi tahu
bahwa dunia ini luas dan masih banyak yang bisa kita
lakukan selagi masih muda. Pak Ino juga pernah
mengatakan jangan takut melangkah dan meninggalkan
masa lalu yang tidak membuat kita bahagia
Terimakasih banyak atas petuahnya.
Saya masih ingat Petuah Pak Ino, Jadi Psikolog itu jangan
merasa menjadi Tuhan, karena yang tahu nasib kita hanya
Tuhan!
Bapak, petuah dan kritikan Bapak memang pedas, dan
mungkin ada yang sampai takut saat dikatakan goblok ,
gak becus, dll. Namun karena semua itulah, kami bisa
memahami arti hidup yang sebenarnya dan kami bisa
memahami kepribadian dengan cara yang lebih variatif.
Saya segenap hati berterimakasih dan berdoa agar Pak Ino
diterima di sisi-Nya. Kami akan merindukan petuah bapak
untuk selalu menguatkan langkah kami.
236
sempat bercerita bahwa topi yang saya berikan dulu saat S-1
sudah diberikan ke anaknya yang berada di Australia dan ia
suka dengan topi itu. Padahal topi rajut itu juga cuman topi
biasa saja sih.
Saya bangga pernah mengenal sosok yang sudah meluangkan
hidupnya untuk mendidik dan bukan sekedar mejabarkan
teori kepada seluruh anak didiknya.
238
Sebuah Penyesalan
Oleh WS
239
241
242
Salam Duka,
Wati (Psi-87)
243
Herlida
Kenangan tak terlupakan ketika diberi uang Pak Ino untuk
membeli rujak manis. Saya diajarkan bagaimana cara
mengolah hal kecil yang bisa menguntungkan. Beliau rela
memberi modal sampai modal itu kembali. Pak Ino pernah
berjanji memberikan saya rujak manis, namun beliau
menggantinya dengan bakso di kampus. Pak Ino membantu
saya memutuskan apa pekerjaan yg menurut saya enjoy.
Maafkan kesalahan saya selama ini Pak Ino.
Selamat jalan Pak Ino kenanganmu tidak akan terlupakan
Citra Prawita
Pak Ino, sosok guru di dalam maupun di luar ruangan kelas.
Beliau tidak hanya kaya akan ilmu pengetahuan tapi juga
ilmu kehidupan. Setiap kata yg beliau lontarkan bisa
meninggalkan kesan tersendiri ataupun memberikan
pelajaran yang sangat berarti bagi lawan bicaranya. Ia adalah
sosok jenius yang sangat rendah hati. Mampu menyatu
dengan berbagai kalangan. Ia adalah dosen senior dengan
banyak ilmu yang masih mau sekedar menyapa, memulai
percakapan sederhana, mengajak diskusi, ataupun bermain
pingpong dengan mahasiswanya. Sosok yang sangat
berkarakter dan memberikan makna bagi banyak orang.
Meskipun mungkin selama menjadi anak didiknya saya tidak
begitu banyak melakukan interaksi dengan beliau. Namun
interaksi yang tidak banyak itu mampu memberikan
pembelajaran yang cukup besar bagi saya dan cukup
245
Widi
Pak Ino memberikan perubahan dalam diri saya, mungkin
bukan dengan cara yang sopan, tapi keras bahkan dengan
kritikan tajam. Masih segar di ingatan saya ketika hasil UAS
mata kuliah teori organisasi saya diberi nilai D oleh beliau.
Beliau bilang, goblok kamu. Kata2 tersebut kemudian
menjadi pemicu saya untuk terus belajar. Berawal dari
mengulang 1 semester mata kuliah tersebut, saya mulai
belajar sungguh-sungguh membaca textbook yang tebal dan
memahami isinya. Dari proses tersebut saya baru merasakan
nikmatnya proses belajar, bahwa membaca textbook sama
menyenangkannya dengan membaca novel.
Terima kasih Pak Ino, semoga bapak diberikan tempat
terbaik di sisi Tuhan
Zatul Farrah
Dulu waktu jadi mahasiswa PIO, mengambil mata kuliah
Pak Ino adalah hal yang paling menakutkan, karena itu saya
sering duduk di bangku belakang. Entah kenapa Pak Ino
sering menyadari dan saya akhirnya mendapat pertanyaan,
kalau ga bisa siap-siap aja mendapat komentar pedas. Sampe
akhirnya ketika saya ujian skripsi, Pak Ino menjadi penguji
saya, memang beliau ingin jadi penguji saya dan sudah
disampaikan jauh-jauh hari sebelumnya. Untungnya saya bisa
menjawab pertanyaan bapak walaupun tegang. Kalau
diingat-ingat kegalakan Pak Ino tidak ada apa-apanya
ketimbang kejamnya dunia kerja. Untung dulu sering
digalakin Pak Ino jadi lebih tough ketika berhadapan dengan
permasalahan pekerjaan dan lingkungan kerja.
Devi Krisnahapsari
Walau hanya 1 semester saya diajar mata kuliah Pskologi
Umum di Psikologi Ubaya, namun saya masih teringat katakata beliau. Saya pernah diusir karena datang terlambat. Pak
Ino bilang, Bagaimana kamu bisa mencintai dan
menghargai dirimu sendiri bila dengan waktu saja kamu bisa
melupakan, ingat satu saat kamu akan ingat kata-kata saya
ini.
247
Ari Pratiwi
Aku tidak pernah diajar Pak Ino di kelasnya, tapi ada
beberapa hal yang aku ingat. Ketika beliau baru pulang dari
luar negeri. Waktu itu aku masih terhitung maba. Aku
bertanya-tanya, siapa dosen yang jarinya patah itu? Lalu
kalau tidak salah hidungnya juga. Guyonan orang-orang
bahwa nyawanya ada banyak, sehingga hal-hal semacam itu
tidak akan membuatnya mati.
Beberapa semester setelahnya, aku baru mengenal beliau
setelah aku magang di LP3T. Beliau sebagai penasihat LP3T
ketika itu memberiku perintah ini dan itu. Waktu itu deadline
sangat ketat dan aku tolak perintah beliau itu. Tepatnya aku
lupa perintahnya apa. Beliau langsung berkomentar pedas
yang menyatakan kok bisa-bisanya aku tidak mau menuruti
perintahnya. aku bilang, Lha bos saya Bu Antin. Beliau
langsuung tertawa keras dan memanggil Bu Antin, Sopo arek
iki, Tin? Jare anak buahmu! Bu Antin hanya senyumsenyum. Dalam hati saya sempat takut beliau marah. Beliau
bertanya,Kamu anak apa, kok saya nggak pernah lihat?
Saya jawab, saya anak perkembangan. Terus beliau bilang,
Pantesan kok saya nggak pernah lihat. Coba kamu anak PIO,
pasti sudah saya ajar ya! Tapi dari situlah beliau jadi
beberapa kali memberikan topik yang ajaib untuk
diperdebatkan.
Termasuk juga karena hari ulang tahun saya yang sama
dengan beliau. Beliau bilang, Kamu harus traktir aku
Haagen Daz kalau ulangtahun, Jaman itu (bahkan sampai
248
Anfield Gang
Saya alumni angkatan Sastra Inggris 90 Unair. Meski Pak
Ino bukan dosen saya, saya terkesan dengan caranya
menyapa saya duluan dan seulas senyumnya yang senantiasa
bersahabat. Selamat jalan sang guru yang rendah hati.
Ilmumu yang tanpa pamrih Insya Allah jadi penerang
jalanmu ke hadirat Allah SWT. Amin
Listya Yuanita
Saya merasa istimewa berkat pak Ino. Saya adalah mahasiswa
biasa-biasa saja saat kuliah. Tidak menonjol. Tidak dekat
dengan dosen. Begitupun selama saya menjadi salah satu
konsultan di biro konsultan yang dinaungi pak Ino, saya
bukan tipikal orang yang menonjol. Namun Pak Ino dengan
fasih menyebut nama panggilan saya yang tidak banyak
orang tau, "Anik" . Saya begitu terpesona. Baru kali itu saya
dikenali orang yang menurut saya setingkat dengan tokoh
yang menjadi panutan banyak orang. Sekarang saya
menyadari bahwa perhatian yang tulus seperti yang Pak Ino
berikan pada saya, akan membuat orang merasa istimewa.
Saya selalu berusaha terapkan itu di lingkungan kerja saya
sekarang.
250
Putri PS
Saya baru merasakan diajar Pak Ino ketika mengambil mata
kuliah Asas Manajemen (Asmen) pada semester tiga. Beliau
hanya mengajar tiga kali di kelas saya. Kesan pertama ketika
beliau memasuki kelas saya, jujur saya takut, takut menjadi
sasaran beliau. Melihat sosoknya yang jauh dari raga muda,
saya berkata Kapan sih orang ini pensiun?. Pemikiran yang
penuh dosa, saya akui. Tapi, pikiran itu segera terganjar
251
253
@IniGagat
Semua yang pernah mengenyam pendidikan strata 1 di
Fakultas Psikologi Unair pasti mengenal sosok satu ini. Dia
adalah salah satu legenda yang pernah ada di Psikologi
Unair. Bahkan ada anggapan bukan mahasiswa Psikologi
Unair kalau tak mengenal beliau. Beliau adalah sosok
fenomenal yang ikut membangun karakter Fakultas
Psikologi hingga seperti saat ini, dengan gaya mengajar yang
nyentrik membuat beliau mengena di hati para
mahasiswanya. Beliau mengajar dengan cara biadab agar
semua menjadi beradab. Banyak yang menyukai gaya beliau
tapi tak sedikit pula yang tidak menyukainya. Ada semacam
jargon diantara para mahasiswa beliau, "I Know You Want
No" sebagai plesetan dari Ino Yuwono.
Jalan hidup dan cara hidupnya yang nyentrik menginspirasi
banyak orang. Beliau paham akan "sangkan paraning dumadi"
asal dan kembalinya kehidupan. Bagi beliau umur harus
berbanding lurus dengan dedikasi terhadap hidup. Baginya
hidup itu sekali dan hidup adalah anugerah. Anugerah bagi
sang pelaku hidup dan anugerah bagi orang-orang
disekitarnya. Pertanyaan beliau sederhana, namun sulit
dijawab oleh kita yang belum mampu memaknai hidup.
Beliau mengisi hidup dengan manfaat dan akhirnya menjadi
pendidiklah jalan hidupnya. Beliau mencinta belajar,
mencintai mengajar, mencintai mendidik, mendedikasikan
hidup agar berguna bagi orang lain.
Selamat jalan Pak. Terima kasih telah memberi kuliah
tentang kehidupan bagi kami semua.
254
255
256
257
260
262
264
272
Masih cerita tentang Pak Ino. Masih juga cerita tentang kuis
mata kuliah Teori Organisasi yang diadakan setiap minggu.
Semua pasti sudah tahu kan kalo namanya ujian dimanapun
atau mata kuliah apapun ya jangan terlambat. Hari itu saya
terlambat masuk karena mengikuti Seminar Klinis salah
seorang teman yang temanya menarik perhatian.
Namanya juga seminar, pasti kita dapat konsumsi, seperti
sebungkus roti. Itu juga yang saya dapat sehabis mengikuti
seminar tersebut. Setelah selesai mengikuti seminar tersebut
saya langsung berlari menuju kelas diadakannya kuis Teori
Organisasi.
Saat saya masuk ke kelas tersebut Pak Ino menyuruh saya
seperti ini,Sini duduk depan, terus kuenya kasihin Meru,
sambil tersenyum penuh misteri.
Daripada nambah masalah ya sudah saya menurut saja apa
kata beliau. Tapi sayang cerita masih belum berakhir. Saat
saya mengerjakan kuis tersebut, beliau melihat ke arah kertas
jawaban saya, kemudian saya menoleh dan beliau berkata,
Uopooo iku jawabanmu salah kabeh.
Walhasil saya sudah punya niatan bunuh diri menggunakan
bolpoin waktu itu, karena entah materi yang saya pelajarin
selama seminggu itu hilang begitu saja. Singkat cerita waktu
mengerjakan telah habis. Kemudian beliau berkata,Yak opo
ujiane? Angel? Jawabanmu salah kabeh iku lo! Opoo bingung
ta? Mangkel ta? Nangis ae nek mangkel gak usah ditahan.
273
274
276
277
SMA berapa?,
SMA 1 Jember Pak.,
Negeri?,
Iya Pak.,
Apik?,
Apik pak.
Kok adoh kuliah neng Unair kene?,
Pengen Pak, emang gak mau kuliah di Jember Pak.
Beliau lanjut berkata,Eman nek gak pinter. Sekolahe adoh
teko omahmu Nik.,
Emang aku bodo Pak, mangkane kudu sekolah disini.
Pak Ino cuman hanya tersenyum dan menoleh ke
arahku,Sing temenan lo yo sekolae.
Sepanjang perjalanan saya terus menggapit lengan beliau
sampai kelas, persis seperti kakek dan cucunya yg sedang
berjalan bersama.
Ah karena cerita ini cukup membuat hati saya trenyuh lagi.
Sekarang Beliau sudah tidur lelap untuk selamanya. Tapi
nasehat Beliau tidak akan pernah tidur, justru akan selalu
membangunkan semangat yang harus saya bakar setiap hari.
279
Ke Tunjungan Plasa
Oleh Ika Widyarini, angkatan 1986
281
282
Family Man
Oleh Kinanti Alfisyahri
"Aku ngga suka makan di kantin, lebih enak tahu isi buatan
istriku. .aaaaaaammmmmmm enaakk, Sambil beliau
memasukkan sebongkah tahu isi ukuran agak jumbo ke
mulutnya. Kamu nggak boleh minta ini khusus buat aku!
sambil tersenyum-senyum ngga jelas ala beliau juga.
Sejak saat itu, mau di-bully, mau ditoyor, mau diolok-olok,
mau dipanggil "Haahh..hehh..hahhh..heehh", mau disuruhsuruh bawa makanan macem-macem, for me he just a big kid
with an extraordinary brain and a loveable heart. Saya ngga takut
lagi sama Pak Inoo, horeeee.
Sampai pada waktu H-1 wisuda universitas.
"Heh Chik...besok wisuda yaa," kata Pak Ino
"He em Pak," jawabku
"Kamu kok ngga tanya kenapa aku bisa tau. Aku hebat lo bisa
tau."
"Oh oh...okeey.. kenafaa Pak kok bisa tahu. Hebaat lo, cool,
excellent, we o wee.. (antusiasme lebay biar seneng)
"Iya soalnya anakku yg FK besok wisuda juga," Jawab Pak
Ino.
"Waaaah asiik besok ketemu Pak Ino yaa. Foto-foto ya Pak."
"Aku ngga dateng kok."
"Hem? kamsudnya Pak?"
"Iya aku ngga dateng ke wisuda anakku. Selain karena males,
ada acara di kampus"
284
285
Sang Resi
Oleh Is Harjatno
286
287
lebih banyak lagi air mata yang harus saya jatuhkan jika itu
semua harus saya tulis disini. Lagipula saya yakin mereka
yang mengenal beliau lebih baik pasti memiliki cerita dan
pelajaran masing-masing. Beliau adalah paradoks berjalan,
Eyang Sinto Gendeng versi pria yang hidup, yang bisa sopan
dan anarkis tergantung situasi dan kebutuhan.
Koh Ino bukan manusia yang sempurna, bukan superhero.
Namun sebagaimana almarhum orang tua saya, dan para
segelintir pejuang kehidupan sejati lainnya, mereka inilah
yang
memegang
teguh
prinsip-prinsip
etika,
transendentalistik dan transpersonalistik dalam takaran
mereka sendiri. Seringkali orang-orang ini akhirnya harus
hidup bergelimang ketidakpahaman dan kurangnya
penghargaan dari orang-orang sekitarnya, namun mereka tak
menyerah. Seseorang tak perlu jadi penguasa atau kaya dulu
untuk bisa dihormati, disayangi orang, nasehat Koh Ino
suatu ketika, mirip nasehat almarhum ibu saya. Beliau adalah
bapak yang hilang bagi saya.
Akhir kata, andaikan dalam olimpiade ada cabang olahraga
Merajalelakan bullying dan menebar aura intimidatif
terhadap mahasiswa, dan seorang Christophorus Daniel
Ino Yuwono berpartisipasi buat Indonesia, yakinlah, paling
apes medali-medali perunggu dapatlah. Tapi jika dalam
Olimpiade ada cabang olahraga Meneror sekaligus
menginspirasi mahasiswa, membuat mereka jerih sekaligus
sayang kepada dosennya, maka seorang Koh Ino tak pelak
adalah kandidat kuat peraih medali emasnya.
290
291
salah tebak dan aku kena penalti tidak boleh makan jajan.
Tapi beberapa saat kemudian, Pak Biv dikasih walaupun
tidak tau nama jajannya. Langsung aku lari ke ruang pribadi
Pak Ino sambil berteriak menuntut keadilan, Pak Ino
licikaaaaaan! Pak Biv nggak tau namanya jugak kok dikasiiih?
Pak Ino hanya tertawa memberitahu kalau nama jajan
tersebut pastel tutup. Aku diijinkan makan asalkan
makannya di ruangnya Pak Ino Kalau makan disini kan ada
minum, tisu, permen tinggal ambil ujarnya. Ya, saat itu aku
juga merasa seperti beruang yang diumpan jajan.
Saat itu aku bertanya pada Pak Ino, Setiap kali ada anak
telat disuruh bawa jajan nih? Enak dong, aku bisa gendut
kalo masuk kelasnya bapak. Soalnya kan aku naek angkot,
jadi ndak mungkin telat soalnya berangkat pagi banget
Ya itu syarat kalau mereka mau masuk kelas. Jajannya kan
sebagai pertanggungjawaban kesalahan mereka. Tementemennya aja bisa dateng tepat waktu, masak dia nggak bisa?
Malulah harusnya dia sama yang lain. Kalo mau masuk ya
harus bawa jajan buat temen-temennya sekelas yang ndak
telat tadi
Jajannya mereka sendiri yang milih?
Yo ndak lah! Aku yang milih!! Biasanya tak pilihkan jajan
yang jarang dikenal anak muda jaman sekarang. Biar mereka
belajar tentang budaya mereka! yang terlambat maupun yang
tidak terlambat biar sama-sama tau kalo jajan ini bentuknya
begini
Hooo~ aku hanya bisa mengangguk-angguk. Aku tidak
tahu sebelumnya kalau dibalik kelalimannya membawa jajan
itu ternyata ada arti sebesar itu, tanggung jawab dan budaya.
Aku tak pernah berpikir sejauh itu.
295
Tapi aku ingat saat itu Pak Ino menambahkan, Tapi setelah
keluar dari UNAIR pasti mereka lupa dengan kebiasaan
bertanggung jawab ini, karena tak ada yang memaksa
mereka, ujarnya sambil tertawa
Aku tak akan lupa pak, aku akan mengingatnya. Walaupun
hukumannya bukan bawa jajan, aku janji akan jadi beruang
yang selalu berusaha untuk bertanggung jawab hehehehehe.
.
Suatu hari juga pernah Pak Ino memanggilku ketika aku
tengah berjalan ke gedung baru Psikologi yang letaknya
cukup jauh dari gedung lama
Kuman!! Sinio!! Aku punya lagu lucu!! sambil melambaikan
tangan memanggilku
Apa apa apa?? sekali lagi, aku bagaikan beruang diumpan
makanan, tapi biarlah. Aku penasaran.
Diputarkanlah lagu dari dalam mobilnya. Lagu anak-anak
bertempo
riang
yang
dinyanyikan
kakek-kakek
dinyanyikannya sambil bergoyang. Andai saja kalian ada
disana, pasti bayangan sangar yang beliau bangun akan gupil
sedikit demi sedikit karena goyangannya. Aku tertawa dan
ikut menyanyi sampai hampir lupa kalau aku harus pergi ke
gedung baru untuk kuliah. Sampai sekarang, lagu itu masih
kusimpan di HP-ku tanpa pernah dihapus karena alasan
apapun. Sampai sekarang. Walaupun lagu itu kini
membuatku meneteskan airmata, karena teringat goyangan
dan senyumnya yang menyenangkan itu tak akan pernah
terulang berapa kalipun aku memutarnya keras-keras.
Pernah juga suatu ketika aku membuat bando kuping kelinci
yang lucu dan kubawa ke kampus karena hendak
296
299
senang Pak Ino ngga sakit lagi. Curiga? YA. Saya curiga Pak
Ino sedang tertawa-tawa dari atas sana melihat kebingungan
dan kesedihan kami yang ditinggalkannya. Namun pada
akhirnya semuapun bermuara pada kenyataan bahwa Pak
Ino sudah duluan, meninggalkan kenangan, semangat, dan
idealismenya, supaya kami menjadi semakin baik. Dan
betapa saya belum bisa memberikan apa-apa untuk
membalas jasanya mendidik saya.
Dan seperti itulah hidup. Bahwa apa yang terjadi dengan apa
yang direncanakan seringkali berjauhan. Sejauh dengan apa
yang bisa saya tuliskan dan ucapkan di bibir begitu kecil dan
tidak berarti dibandingkan dengan apa yang saya rasakan di
hati. Bagaimanapun pula jauhnya saya dari kesiapan
menerima kepergian Pak Ino, sepenuh hati saya berharap
semoga Bapak mendapat tempat terbaik disana. Rest In Peace,
Dear Beloved Teacher!!! Inspirasi tentangmu akan terus ada
dihati :)
303
"Mbelgedes kowe.."
Oleh Mumuk Ismuharto - Ismudila.blogspot.com
304
Orang yang pada saat itu aku ketahui sebagai orang yang
cuek dan seenaknya. Orang yang anti kemapanan dan tidak
senang dengan kebiasaan yang secara kultural berlaku. Jujur,
kesanku adalah negatif pada saat itu. Menurut aku, ini orang
pinter kok nggak tahu unggah ungguh.
Hal yang jauh berbeda dengan ketika beliau kembali dari
studi selama 2 tahun di negeri paman sam. Setelah kembali
beliau jauh lebih toleran dan tidak lagi suka mencemooh
orang lain maupun keadaan yang ditemuinya. Bagaikan
seorang biksu yang kembali dari pertapaan untuk pencarian
jati diri, begitulah perbedaan antar sebelum berangkat dan
setelah kembali dari studinya di Negeri Paman Sam.
Dari poin ini aku bisa bercerita banyak kenangan pribadi atas
beliau. Sebagian kenangan mbelgedesnya aku tuliskan di sini.
Suatu ketika beliau memanggil aku, ini kira-kira tiga atau
empat bulan setelah beliau pulang dari tugas studinya. Jujur
aku terkejut sekali, karena aku bukanlah orang yang
istimewa, bukan orang yang gaul mudah dikenali dan diingat
orang.
"Muk, bapakmu kerjo opo?"
"Hmm maksud Pak Ino?" aku balik bertanya hal yang
menjadi kebiasaanku sampai sekarang.
"Yo dadi opo saiki, sorodadu opo pegawai ngono lho,"
"Hanya jadi tukang kayu Pak," jawabku.
"Dodolan meubel tha?"
"Enggak pak hanya di HPH saja" jawabku lagi.
305
306
"Alaaa... Kaltim wae adoh, malah enak mengko nek kepekso kerjo
nang kono awakmu wis biasa.."
"Kalau penelitian orang aneh aja gimana pak"
"Maksudmu orang aneh gimana,"
"Pak Ino subyeknya," kata saya sambil ketawa ngekek
"Mbelgedes kowe muk. Wis ngalih-ngalih sana," kata beliau
mengusir saya, sambil tertawa-tawa..
Dan kemudian terjadi seperti kata beliau, tiga tahun setelah
saya lulus, sayapun berangkat kerja ke Kaltim.
Sebagai orang yang aku anggap tidak perhatian, ternyata dia
memberikan perhatian ketika aku sedang menjalankan
penelitian. Dua minggu setelah aku di Samarinda, tiba-tiba
sebuah panggilan telpon diteruskan ke mess tempat aku
menginap. Setelah aku terima, ternyata dari Pak Ino. Agak
kaget juga ketika aku tahu beliau bisa menghubungi aku.
"Kok Pak Ino tahu telpon di sini?" adalah kata2 pertama
sebagai jawaban atas kata halo yang beliau ucapkan.
"Kan ada nama perusahaan dan alamatnya muk, aku kan ga'
guoblok tho,"
"Entek duitku mbayar telpon, nggo nggoleki awakmu. Nek
mulih ijolono ya"
"Piye kowe apik-apik wae kan, penelitianmu wis mulai?"
"Baik-baik pak, sudah mulai, minggu kemarin menjelaskan
dasar penerapannya dan minggu ini mulai jalan"
308
"Biso mbok tinggal kan, kalau bisa tinggalen aja. Awakmu susun
bab 1, 2 disik."
"Berapa bulan rencana ngambil data hasil?"
"Tiga bulan pak,"
"Ya udah ati-ati mengko awakmu kecantol wong kalimantan"
"Ya malah nggak usah pulang sekalian pak, atau Pak Ino
mau saya oleh-olehi gadis Kalimantan ?"
"Woo.. mbelgedes kowe..."
Dan ketika kedua kalinya saya balik ke Kaltim lagi, saya
sempat mendapat kecelakaan di lokasi, lecet-lecet, memar
dan dua tulang rusuk retak. Beliau juga menyempatkan
menanyakan keadaan saya.
Ketika saya mau berangkat bekerja ke Kaltim, saya
sempatkan pamit beliau, meskipun hanya lewat telpon.
Hanya karena banyak hal yang mengecewakakan aku di Jawa,
maka saya berpesan untuk tidak usah cerita ke temen-temen
mengenai hal ini. Karena kemungkinan aku di tempatkan di
lokasi jadi aku minta maaf kalau tidak bisa menghubungi
nantinya. Dua tahun aku di lokasi, setelah itu aku seperti
terputus hubungan dengan dunia luar. Termasuk dengan pak
Ino Yuwono. Lima tahun kemudian aku baru
berkesempatan pulang ke Jawa. Saya sudah tidak dapat
menghubungi beliau lagi, karena nomor telpon sudah
berganti. Karena kesibukan, saya juga tidak ada waktu untuk
berusaha menemui beliau.
Ketika aku mendengar kabar kepergian Beliau, sungguh aku
menyesal. Aku tidak dapat lagi bertemu dengan beliau.
309
310
311
ngerasain
tentang
Tahapan Self-
W areg
W aras
W asis
W ani
W ismo
W idodo
W eling
W angsul
314
...........
Kuma: KESINGSAL? Apa itu?
Pak Ino: KUMAAAAANNN!!!! Kamu nggak tau apa
KESINGSAL itu?? #membahana
Kuma: Nggak tau Pak. . . .#innocent
Pak Ino: KESINGSAL iku ngene lho! Nek onok wong sing
umure wes diatas 80 tapi gak matek2 iku jenenge
KESINGSAL, sing liyane lho wes matek kabeh *HOOH!!
Keras*
Kuma: *diem, tetep nggak ngerti*
Dita: Kum, kamu taunya pasti KETLISUT kan
Kuma: TAUUU!! Emange sama?
Dita: Sama kum
Kuma: Hooooo~
..........
Pak Ino: Mangkane, sekarangkan jarang ada orang yang
hidup diatas 80 tahun. Soale kalo hidup diatas itu memang
manusia udah jadi beban buat orang lain. Udah nggak bisa
apa-apa! Mangkane WANGSUL. Siapa yang di rumahnya
ada eyang-eyang yang diatas umur 80 tahun?
Beberapa anak ada yang angkat tangan.
Pak Ino: Naah!! Dikitkan?! Iku jenenge KESINGSAL. Wes
ngerepoti thok kan dia. Nggak bisa ngapa-ngapain tanpa
dibantu orang lain? Wes wayahe WANGSUL soale. TAPI
316
MBAHMU OJOK DIRACUN LHO YO!! Mentangmentang wayahe WANGSUL, trus mbok racun, jangan!!
Pembicaraan macam apa ini???? #mikirdalamhati
Pembicaraan unyu laen sih sempet ada beberapa, tapi
IMPACT-nya nggak segalau 2 yang udah kujabarin, sisanya
kayak gini:
1.
317
Dita: Kalo gitu jangan nikah sampe 4 kali pak! #bagai kaum
perempuan yg terlalimi
Pak Ino: Lha yoopo! Adilkan relatif!! Kalo kamu ngeliatnya
dari sudut pandang kamu sebagai korban, se-adil apapun
keputusannya ya bakal keliatan nggak adil. #masukakal!!
Anak-anak cewek sekelas: Hoooo, Iya2. *selamat datang
kedalam dunia PAK INO*
Naaah, ber-faedah sekali yah kuliah ASMEN hari itu~
Komplit banget!! Dari Pacar sampe Suami beristri 4=,=
Wahai calon suamiku, jangan dua-tiga-empatkan aku
yaah;;>n<;; Aku nggak mau dipoligami!!! Seadil apapun
suamiku ntar, aku nggaaaaaak mau!!!#keukeuh
Walaupun kalo suamiku punya istri 4 aku bisa ongkang2
nyuruh2 para istri laennya buat ngerjain pekerjaan
rumah (ketauan deh niat lalimku jadi Istri Tiri yang kejam dan
malas XP) AKU TETEP NGGAK MAU!! Nggaaaaaak
mauuu!!!*nggondok gulung2*
OIA!!! Aku Single, bukan Jomblo!! #teges
318
319
Jangan pernah merasa dan bilang gak punya uang. Itu bisa
jadi kutukan buat diri sendiri. Salah satu nasihat
#InoYuwono via @DonSemaun
My class my rules! My class my way! My way or no way!
#InoYuwono via @dekdea
"Cara mengajar saya biadab, tapi itu bikin kalian jadi
beradab" #InoYuwono via @dekdea
"Bukan orang pintar yang akan dicari oleh perusahaan, tapi
orang yang memiliki kemauan keras utk terus belajar".
#InoYuwono via @metakarina
"Kon entuk D ndek kuliahku, artine sek 25% ngerti, iso
mempertanggungjawabkan nilai. Timbang A, tapi ditakoki ga
ngerti" #InoYuwono via @tyodeh
"Kamu punya musuh? Bagus! Itu artinya kamu punya
prinsip." #InoYuwono via @tyodeh
"Saya akan tetap mengajar meskipun saya tidak dibayar"
#InoYuwono via @charismania
"Masak itu gak gampang, masak itu seni" #InoYuwono via
@charismania
"Kalau ke kampus itu pilih jalan yg berbeda tiap harinya, biar
hidupmu ga monoton" #InoYuwono via @Eviee___
"Kamu sekarang boleh benci dengan cara mengajar saya, tapi
nanti kamu akan inget terus sama saya" #InoYuwono via
@lila_amh
321
322