Anda di halaman 1dari 5

OPENBOOK PANCASILA

1. Ketahanan Nasional Melalui Pendekatan Mikro dan Makro


Mikro : Ketahanan nasional dalam pendekatan mikro adalah konsep yang lahir pada
tahun 1960-an yang memaknai ketahanan hanya dalam bidang pertahanan, keamanan
dan pembinaan wilayah teritorial Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan ini,
ketahanan dikonsepsikan sebagai upaya menjaga stabilitas keamanan, persatuan dan
kesatuan dari bahaya kriminalitas, perang ataupun penjagaan wilayah NKRI. Aktor
yang terlibat dalam pendekatan ini seputar institusi TNI, Polri dan Lemhanas.
Makro : Ketahanan nasional merupakan kodisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan
dan ketangguahan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional, didalam menghadapi didalam menghadapi dan mengisi segala tantangan,
ancaman , hambatan, serta gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam,
yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas,
kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mengejar perjuangan
nasional. Dalam pendekatan makro ini, ketahanan nasional dimaknai secara luas dan
berkaiutan dengan semua aspek kehidupan bukan hanya menyangkut ketahanan dan
keamanan namun menyangkut bidang, sosial, politik, pendidikan dan kesehatan.
Maka aktor yang terlibat dalam pendekatan ini adalah semua institusi pemerintah
beserta masyarakat.
Ketahanan Nasional dalam Bidang Kesehatan Khususnya Gizi Masyarakat
Landasan hukum yang mengharuskan kesehatan menjadi salah satu instrumen penting
bagi ketahanan nasional adalah UUD 1945 pasal 28 H yang berbunyi Setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan dan pasal 34 (angka 3) UUD 1945: Negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.
Dengan demikian kelayakan kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia.
Masalahnya adalah, kesehatan saat ini belum sepenuhnya dipandang sebagai unsur
utama ketahanan nasional. Kesehatan belum dianggap sebagai modal utama
kelangsungan pembangunan nasional. Cara pandang para pemimpin masih memahami
kesehatan sebagai pengobatan saja (cara reaktif), ketika ada warga negara sakit, maka
negara memberikan pelayanan pengobatan. Lebih jauh, seharusnya upaya
menciptakan ketahanan di bidang kesehatan harus dilakukan secara menyeluruh dari
awal hingga akhir dari pemenuhan kebutuhan gizi hingga pemenuhan layanan
pengobatan. Pemenuhan kebutuhan gizi yang memadai adalah awal dari semua aspek
ketahanan nasional. Dengan gizi yang memadai, akan tercipta warga negara yang
sehat dan cerdas sehingga tangguh dalam menghadapi dan mengatasi segala
tantangan, hambatan yang mengancam integrasi, identitas, kelangsungan hidup
bangsa Indonesia baik yang datang dari dalam maupun dari luar.
2. Menciptakan Kehidupan Politik Nasional yang Beradab

Sistem politik dalam negeri terdiri atas berbagai unsur yang harus berjalan saling
terkait. Apabila kesemua unsur berikut berjalan sebagaimana mestinya niscaya
kehidupan politik nasional akan lebih maju dan beradap. Adapun etika-etika yang
harus dipenuhi dalam setiap unsur-unsur sistem politik dalam negeri adalah:
- Struktur politik merupakan wadah (institusi) penyaluran aspirasi masyarakat,
dengan demikian berbagai lembaga seperti DPR dan Partai politik harus
memenuhi beberapa etika diantaranya: bertindak sebagaimana kehendak
masyarakat, merepresentasikan masyarakat dan bertanggungjawab atas apa yang
telah diamanatkan oleh masyarakat kepada mereka.
- Proses politik sejatinya bukan hanya berkaitan dengan pemilihan umum namun
lebih luas menyangkut bagaimana menyerap aspirasi, mengimplementasikan
kebijakan dan mempertanggugjawabkan kinerja. Hal yang harus dipenuhi adalah
mematuhi berbagai aturan yang sudah ada dan secara substansial benar-benar
bertanggungjawab.
- Budaya politik adalah istilah umum bagi konsep partisipasi politik. Baik budaya
maupun partisipasi politik dikatakan baik apabila kehidupan berbangsa dan
bernegara dilakukan dengan senantiasa melibatkan masyarakat dalam setiap
pengambilan keputusan. Untuk mencapai kehidupan bernegara yang partisipatif
diperlukan political will dari kedua belah pihak baik pemerintah maupun
masyarakat. Pemerintah harus membuka ruang partisipasi bagi rakyat, sedangkan
rakyat juga harus ambil peran dalam setiap aspek kehidupan bernegara misalnya
turut mengawasi kinerja pemerintah, memberikan masukan serta menggunakan
hak pilih dalam pemilu.
- Komunikasi politik memegang peran sebagai metode menyerap aspirasi rakyat
agar proses politik berjalan dengan baik, serta sarana edukasi politik bagi rakyat
agar tercipta budaya partisipatif.
3.
a) Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi adalah pola kenegaraan yang memusatkan seluruh pengambilan
keputusan baik politik, ekonomi maupun sosial pada pemerintah pusat.
Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang (baik wewenang pengambilan
keputusan maupun wewenang pelaksanaan tugas) oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangga pemerintahan.
Pada dasarnya tidak ada satupun negara yang menerapkan sistem yang sentralistis
secara utuh atau desentralistis secara utuh. Keduanya selalu diterapkan bersamaan
dalam derajat yang berbeda. Pada masa Orde Baru, derajat sentralisasi lebih
banyak. sebaliknya, pada Orde Reformasi sekarang ini, derajat desentralisasi yang
lebih dominan.
b) Dasar hukum masing-masing.
Dasar hukum sentralisasi: UU No. 32 tahun 2014 pasal 10 ayat 3 yang
menjelaskan 6 bidang pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat.
Dasar hukum sentralisasi: UUD 1945 Pasal 18 ayat 2 yang berbunyi
Pemerintahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan, dan UU No. 32 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

c) Bidang yang tidak diotonomkan (tidak didesentralisasikan)


a. politik luar negeri;
b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. agama.
Alasan : Keenam bidang di atas merupakan bidang-bidang yang berkaitan erat
dengan stabilitas ekonomi, politik, ketahanan nasional dan persatuan negara. Oleh
karena itu sentralisasi pada bidang-bidang ini dipandang perlu untuk menciptakan
persatuan dan kesatuan nasional serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Tentu
akan sangat kacau ketika setiap daerah membuat kebijakan luar negeri yang
berbeda-beda, hal ini dapat mengancam stabilitas politik. Dalam hal pertahanan
dan keamanan, negara mengambil peran agar persatuan dan kesatuan terjaga,
maka setiap daerah tidak diijinkan membuat angkatan bersenjata sendiri-sendiri.
Kebijakan moneter dan fiskal berkaitan denga stabilitas ekonomi, negara
mengambil peran dalam bidang ini untuk menjaga angka inflasi dalam dalam
besaran yang normal. Ilustrasi serupa juga berlaku untuk bidang yustisi
(peradilan) dan agama.
d) Cara menciptakan hubungan harmonis antara pusat dan daerah
Langkah pertama adalah memperjelas peran dan tanggungjawab masing-masing
level pemerintahan. Pemerintah Kabupaten/ Kota bertanggung jawab atas urusanurusan pemerintahan berskala lokal. Pemerintah Provinsi bertanggung jawab atas
urusan-urusan pemerintahan skala regional dan Pemerintah Pusat bertanggung
jawab secara nasional untuk menjamin agar otonomi daerah dapat berjalan secara
optimal.
Pemerintah daerah harus menyadari bahwa bagaimanapun juga kewenangan yang
dikelola adalah amanat rakyat yang diserahkan kepada daerah melalui pemerintah
pusat, konsekwensinya pemerintah pusat berhak mengawasi, memonitor,
mengevaluasi dan memberdayakan daerah agar mampu menjalankan otonominya
secara efektif, efisien, ekonomis dan akuntabel.
Selain itu komunikasi dan pengawasan antara pemerintah pusat dan daerah harus
terkoordinasi. Setiap kebijakan yang dilakukan oleh suatu lembaga pemerintah
daerah maupun pusat dapat dipertanggungjawabkan kepada lembaga pemerintah
daerah maupun pusat yang lain, sehingga dengan adanya komunikasi dan
pengawasan kinerja yang baik dan adanya pertanggungjawaban atas kinerja yang
satu dengan yang lainnya, maka hasil yang di dapat dalam upaya membangun
potensi daerah akan dirasa dan dilihat langsung oleh masyarakat serta dapat
dipertanggungjawabkan langsung kepada masyarakat.

4.
a. Putra daerah seringkali diidentikkan dengan tokoh atau kandidat politik yang lahir
dan besar di daerah pemilihannya tersebut. Hanya ada 1 landasan hukum yang
berkaitan namun kaitannya sangat lemah dengan konsep putra daerah yaitu syarat

calon kepala daerah sebagaimana disebutkan dalam UU 32 tahun 2004 yang


berbunyi mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya.
Sayangnya istilah putra daerah justru sering dipersempit maknanya menjadi
orang asli daerah tertentu kemudian dimanfaatkan untuk membangkitkan
sentimen primordial dan menjatuhkan kandidat-kandidat yang tidak berasal dari
daerah tersebut. Padahal seseorang kandidat yang asli berasal dari daerah tersebut
mengenal daerah dan dikenali masyarakat daerahnya.
b. Perspektif wawasan nusantara, Polstranas dan public policy.
Dalam kerangka Polstranas terdapat tingkatan kebijakan terrendah dalam sistem
kebijakan NKRI yaitu Penentuan kebijakan pemerintah daerah yang wewenang
pengeluarannya terletak pada Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD.
Perumusan hasil kebijakan tersebut diterbitkan sebagai kebijakan daerah dalam
bentuk Peraturan Daerah Kabupate/Kota atau Provinsi.
Dalam menentukan kebijakan, setiap kepala daerah harus memperhatikan
wawasan nusantara, karena wawasan nusantara merupakan cara pandang dan
sikap setiap bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk geografinya berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 yang mengutamakan kesatuan wilayah dan menghargai
kebhinekaan untuk mencapai tujuan nasional.
5. Analisis SWOT
Kekuatan :
- Kepentingan negara dan warga negara berjalan seimbang (tidak seperti negara
liberal dan sosialis)
- Diarahkan untuk membentuk warga negara yg tanggungjawab, akhlak mulia,
Taqwa pada tuhan
- Berpegang pada prinsip kemanusiaan,
- Ekonomi kerakyatan dan keadilan,
- Negara demokrasi terbesar di dunia.
- Perkembanggan Demokrasi di Indonesia mulai mengarah menuju penyempurnaan
demokrasi
Kelemahan:
- Rivalisat politik sering menimbulkan konflik contohnya perdebatan yang
melahirkan kubu pro pilkada langsung dan kontra pilkada langsung
- Lemahnya partisipasi masyarakat
- Lemahnya transparansi pemerintah
- Kolaborasi antara pemerintah dan pemilik modal untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besrnya sehingga rakyat menjadi korban
- Rendahnya kesejahteraan
Peluang:
- Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
- Banyak sumberdaya alam maupun manusia yang belum termanfaatkan
- Dinamika politik yang terjadi akan mendewasakan budaya politik masyarakat
Ancaman:
- Globalisasi budaya
- Kapitalisasi dan perdagangan bebas

SELAMAT MENGERJAKAN
{{{{}}}}}
/@ /@
/@

Anda mungkin juga menyukai