Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

OLEH:
NAMA

: HERIADI

STAMBUK: 13 31 1 427
KELAS

:F

KELOMPOK

:I

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2014

LEMBAR PENGESAHAN
DIBERIKAN KEPADA
LABORATORIUM GEOLOGI FISIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
Sebagai syarat untuk mengikuti ujian praktikum,

GEOLOGI FISIK
Disetujui Oleh:
NO

NAMA ASISTEN

HELMI AS, ST.


(Kordinator Asisten)

I MADE MANIK SASTRAWAN,


ST.

DIAN TRI PUTRA

MUHAMMAD IMAM SAFIY

JUNIARTO KADANG

SUPRIADI

SWARMAN

YUNDRIL RUBEN

ANDI AWAL PRAMANA PUTRA

10

AISYA INDRI MARESA

PARAF

11

ALFIENTA BENNY

12

ARDHI BUDI W

13

DWI YOLANDA SUMBUNG

14

ICHWANUL FAJRI

15

NURUL ILMI

16

MUHAMMAD TRI ADITYA

17

PATRI BANJAR SILAS

18

PALIOMEN PAONGANAN

DOSEN PEMBIMBING
LAB. GEOLOGI FISIK

Ir. Hasanuddin , M.Si

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
nikmat dan karunia-Nya, serta kesehatan dan kesempatan dari-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan laporan ini yang menjadi salah satu syarat dalam mengikuti
ujian praktikum Geologi fisik.
Dalam penyusunan laporan ini, saya mendapatkan bimbingan dan arahan.
Untuk itu saya berterima kasih kepada bapak Ir. Hasanuddin, M.Si selaku dosen
pengajar mata kuliah Geologi fisik, para Asisten Laboratorium Geologi fisik, dan
teman-teman angkatan 2013 Fakultas Teknik jurusan pertambangan UVRI
Makassar serta seluruh pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian
Laporan Lengkap Geologi fisik ini.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun.
Akhir Kata, mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam laporan
ini serta semoga Allah SWT selalu meridhoi usaha kita semua.

Makassar, Desember 2014


Penyusun

HERIADI

DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
KARTU KONTROL LABORATORIUM
KARTU KONTROL ASISTENSI
KATA PENGANTAR..
DAFTAR ISI.

DETERMINASI MINERAL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengrtian Mineral...
B. Sifat Fisik Mineral..............................................................................................
BAB III LAPORAN LENGKAP DETERMINASI MINERAL
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN..................................................................................................
B. SARAN...............................................................................................................

DETERMINASI BATUAN BEKU


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Maksud dan Tujuan.....................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.

Proses Terbentuknya Batuan beku....................................................................


Struktur Batuan Beku......................................................................................
Tekstur Batuan Beku...................................................................................
Klasifikasi Batuan Beku.............................................................................

BAB III LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN BEKU


BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN..................................................................................................
B. SARAN...............................................................................................................

DETERMINASI BATUAN SEDIMEN


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.............................................................................................................
B. Maksud dan Tujuan...........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.

Proses Terbentuknya Batuan Sedimen..............................................................


Struktur Batuan Sedimen..............................................................................
Tekstur Batuan Sedimen....................................................................................
Klasifikasi Batuan Sedimen.........................................................................

BAB III LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN SEDIMEN


BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN..................................................................................................
B. SARAN...............................................................................................................

DETERMINASI BATUAN METAMORF


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Maksud dan Tujuan.....................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.

Proses Terbentuknya Batuan Metamorf.............................................................


Struktur Batuan Metamorf...........................................................................
Tekstur Batuan Metamorf................................................................................
Klasifikasi Batuan Metamorf.........................................................................

BAB III LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN METAMORF


BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN..................................................................................................
B. SARAN...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN I
Siklus Batuan...........................................................................................................
LAMPIRAN II
Lampiran Asistensi
Laporan Sementara Geologi Fisik.......................................................................

LAMPIRAN I
SIKLUS
BATUAN

LAMPIRAN II
LAMPIRAN ASISTENSI

LAMPIRAN II
LAPORAN SEMENTARA GEOLOGI FISIK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Geologi adalah ilmu yang mempelajari proses-proses yang terjadi baik
dalam maupun dari atas permukaan bumi, beserta mineral-mineral
penyusunnya..
Batuan adalah agresi atau kumpulan dari satu atau lebih mineral ( sejenis
atau tidak sejenis),dalam suatu perbandingan tertentu, biasany tidak
homogeny atau tidak pula mempunyai susunan kimia dan sifat-sifat fisika
yang tetap dan terbentuk di alam.
Mineral adalah suatu benda padat yang homogen terdapat di alam,
terbentuk secara anorganik mempunyai komposisi kimia pada batas batass
tertentu mempunyai atom yang tersusun secara teratur .
Determinasi atau pengenalan mineral dapat didasarkan pada berbagai sifat
dari mineral itu sendiri, antara lain sifat fisika dan bentuk kristal serta sifat
optik.Namun dalam praktikum ini, kita hanya terbatas pada pengenalan sifat
fisik dari mineral.
Untuk menentukan nama mineral terlebih dahulu dilakukan determinasi
sifat-sifat fisik mineral yang meliputi : warna, kilap,bentuk, kekerasan, berat
jenis, belahan, pecahan dan cerat.
B. Maksud Dan Tujuan
Adapun maksud diadakannya praktikum geologi ini agar praktikan dapat
mengetahui bentuk dan jenis jenis mineral.
Sedangkan tujuan diadakannya praktikum adalah agar praktikan dapat
mendeterminasi sifat sifat fisik mineral.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Mineral
Mineral adalah suatu benda padat yang homogen terrdapat di alam,
terbentuk secara mempunyai komposisi kimia pada batas batass tertentu
mempunyai atom yang tersusun secara teratur .
Mineral terbentuk di alam secara alami dari hasil kristalisasi magma
pijar yang membeku. Pengenalan mineral atau determinasi mineral dapat
didasarkan atas berbagai sifat mineral tersebut. Antara lain sifat fisika dan
bentuk kristal mineral tersebut secara optik.

B. Sifat Fisik Mineral


Beberapa sifat fisika yang penting adalah sifat-sifat fisik mineral
tersebut meliputi: warna (colour), kilap (luster), belahan (cleavage),
pecahan (fracture), kekerasan (hardness), cerat/goresan (streak),
Diaphaneti dan berat jenis.
a.

Warna (colour)
Banyak mineral mempunyai warna yang khusus, seperti klorit yang
berwarna hijau. Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna
mineral dapat dibedakan menjadi 2 yaitu idiokromatik, bila warna mineral
selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus
cahaya (opaque) seperti : galena, magnetit, pirit dan alokromatik. Bila
warna mineral tidak tetap, tergantung dari mineral pengotornya. Umumnya
terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya (transparan) seperti
kuarsa dan kalsit.
b.
Kilap (luster)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan
padanya.Kilap mineral dapat dikelompokkan menjadi :
* Kilap logam (luster metallic) memberikan kesan seperti logam bila
terkena cahaya.Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang
mengandung logam atau mineral bijih, seperti emas, galena, pirit dan
kalkopirit.
* Kilap setengah logam (sub metallic luster)
* Kilap bukan logam, tidak memberikan kesan seperti logam jika terkena
cahaya.
Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi :

a. Kilap kaca (vitreous luster), memberikan


kesan seperti kaca bila terkena cahaya,
misalnya : kalsit, kuarsa, halit.
b. Kilap intan (adamantine/diamond luster),
memberikan kesan cemerlang seperti intan,
contohnya intan.
c. Kilap sutera (silky luster), memberikan kesan
seperti sutera, pada umumnya terdapat pada
mineral yang mempunyai struktur serat,
seperti asbes, aktinolit, gypsum.
d. Kilap dammar (resinous luster), memberikan
kesan seperti damar , contohnya : sfalerit dan
resin
e. Kilap mutiara (perly luster), memberikan
kesan seperti mutiara atau seperti bagian
dalam dari kulit kerang misalnya talk,
dolomite, muskovit dan tremolit.
f. Kilap lemak (greasy luster), menyerupai lemak
atau sabun, contohnya : talk, serpentin.
g. Kilap tanah (earthy luster), kenampakannya
buram seperti tanah, misalnya kaolin, limonit,
bentonit.
h. Kilap lilin (waxy luster).
c.

Belahan (cleavage)
Yaitu kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya
membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan
licin.Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dan
mineral tersebut secara teratur. Belahan pada mineral terdiri dari :

Belahan 1 arah

Belahan 2 arah

Belahan 3 arah

Belahan 4 arah

Belahan 5 arah

Belahan 6 arah

d.

Pecahan (fracture)

Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang


yang tidak rata dan tidak teratur. Secara umum pecahan dikenal
dengan 3 istilah yaitu :
1.Pecahan Rata (Even) bila permukaannya rata dan cukup halus,
contohnya : mineral lempung.
2.Pecahan Melengkung (Concoidal) bila memperlihatkan gelombang
yang melengkung dipermukaan.
3.Pecahan Tidak Rata (Uneven) bila memperlihatkan permukaan
yang tidak teratur dan kasar misalnya pada garnet.

Selain itu dapat juga dikelompokkan menjadi :


Pecahan berserat/brus, bila menunjukkan kenampakan seperti
serat,
contohnya : asbes, augit.
Pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar dan
ujungnya runcing- runcing, contohnya : mineral kelompok logam
murni.
Tanah, bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral
lempung.
e.

Kekerasan (hardness)
Kekerasan adalah ketahanan atau daya tahan mineral (resistensi
mineral) terhadap suatu goresan (jika permukaannya digores).
Secara relative sifat fisik ini ditentukan dengan menggunakan skal
Mohs, yang dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10
untuk mineral yang paling keras.
Berikut adalah urutan kekerasan mineral (Skala Mohs) :
TABEL KEKERASAN MINERAL (SKALA MOHS)
Kekerasan
(Hardness)
Nama Mineral
Rumus Kimia
1
Talk
Mg3Si4O10(OH)2
2
Gypsum
CaSO4 2H2O
3
Kalsit
CaCO3
4
Fluorit
CaF2
5
Apatit
Ca5(PO4)3F
6
Ortoklas
KAlSi3O8
7
Kuarsa
SiO2
8
Topas
Al2(SiO4)(F2OH)2
9
Korondum
Al2O3

10

Intan

Selain itu dapat pula digunakan perbandingan kekerasan relatif, yaitu :


Kuku jari tangan = 2,5 ; kawat tembaga = 3,5 ; porselen = 5-5, 5 ; pisau
lipat = 6 ; kikir baja = 6 ; kuarsa = 7.

f.

Cerat/ Goresan (streak)


Cerat atau warna bubuk adalah warna mineral dalam bentuk bubuk.
Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya
warna cerat tetap.

g.

Struktur/ Bentuk mineral


Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral terseburt
mempunyai bidang Kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak
mempunyai batas-batas Kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam
jarang dijumpai dalam bentuk kristalin atau amorf yang ideal, karena
kondisi pertumbuhannya yang biasanya terganggu oleh proses-proses
yang lain.

Struktur mineral dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :


1. Granular atau butiran : terdiri atas butiran-butiran mineral yang
mempunyai dimensi yang sama, isometric.
2. Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan
bentuknya ramping. Bila prisma tersebut memanjang dan halus, maka
dikatakan mempunyai struktur fibrus atau berserat.
3. Struktur lembaran atau lamellar, mempunyai kenampakan seperti
lembaran. Struktur ini dibedakan menjadi tabular, konsentris dan
foliasi.
4. Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti
asikular, liformis, membilah, dll.
h.

Berat Jenis
Berat relatif dari suatu mineral diukur terhadap berat dari air, atau
berat relative dari suatu mineral diukur terhadap berat di udara, atau
perbandingan antara berat mineral di uadara terhadap volumenya di
dalam air

i.

Sifat dalam

Yaitu merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya,


seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan,
pemukulan atau penghancuran. Sifat dalam dibagi menjadi : rapuh
(brittle), dapat diiris (sectile), dapat dipintal (ductile), dapat ditempa
(malleable), kenyal/lentur (elastic) dan fleksibel (flexible).

C. KLASIFIKASI DAN CONTOH MINERAL


Berikut adalah Klasifikasi mineral yang digunakan berdasarkan
klasifikasi menurut James D.Dana (dalam Kraus, Hunt,dan Ramsdell,
1951) yang didasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur
kristal, adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Native Element (Unsur Murni)


Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan
dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral
pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk
utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah
malleable yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile
yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi
seperti semula jika dilepaskan.
Dibagi lagi dalam 3 kelas mineral yang berbeda , antara lain :
a. Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au), perak
(Ag), Platina (Pt) dan tembaga (Cu). sistem kristalnya adalah
isometrik.
b. Semimetal (Semi logam). Contohnya: bismuth (Bi), arsenic (As), ,
yang keduanya memiliki sistem kristalnya adalah hexagonal.
c. Non metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan sulfur.
sistem kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya
orthorhombic, intan sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem
kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineralmineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.

2. KELOMPOK SULFIDA
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini
terbentuk dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang)
(S2-). Pada umumnya unsure utamanya adalah logam (metal).
Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar
wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi.
Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau
sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut
berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada
disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah
kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya
dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait
dengan hidrotermal (air panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk
bijih (ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki
nilai ekonomis yang cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya
umumnya adalah logam. Pada industri logam, mineral-mineral sulfides
tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur logam dari sulfurnya.
Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena
unsur utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki
tingkat atau nilai kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan
dengan
unsur
pembentuknya
yang
bersifat
logam.
Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit (FeS2),
Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit
(CuFeS2) .Dan termasuk juga didalamnya selenides, tellurides,
arsenides, antimonides, bismuthinides dan juga sulfosalt.

3. KELOMPOK OKSIDA DAN HIDROKSIDA


Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk
dari kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O2-) dan
gugus hidroksil hidroksida (OH-).
a.OKSIDA

Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara


oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding
silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral
lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur
yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah
dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah,
korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
b.HIDROKSIDA
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat
pencampuran atau persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan
hidroksida (OH-). Reaksi pembentukannya dapat juga terkait dengan
pengikatan dengan air. Sama seperti oksida, pada mineral hidroksida,
unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-unsur logam. Beberapa
contoh mineral hidroksida adalah Manganite MnO(OH), Bauksit
[FeO(OH)] dan limonite (Fe2O3.H2O).

4. KELOMPOK HALIDA
Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion
halogenelektronegatif, seperti: F-, Cl-, Br-, I-. Pada umumnya memiliki BJ
yang rendah (< 5).Contoh mineralnya adalah: Halit (NaCl), Fluorit (CaF2),
Silvit (KCl), dan Kriolit (Na3AlF6).

5. KELOMPOK KARBONAT
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut karbonat,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat,
CaCO3 dikenal sebagai mineral kalsit. Mineral ini merupakan susunan
utama yang membentuk batuan sedimen.
Carbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton.
Carbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst
yang membentuk gua (caves), stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas
carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat (BO3).
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah
dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan
contoh mineral nitrat dan borat adalah niter (NaNO3) dan borak

(Na2B4O5(OH)4.8H2O).
6. KELOMPOK SULFAT
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi
logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya
terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya,
kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida
berinteraksi.
Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan
tungstat. Dan sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk
dari kombinasi logam dengan anion-anionnya masing-masing.
Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite
(barium sulfate), celestite (strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate),
angelsit dan gypsum (hydrated calcium sulfate). Juga termasuk
didalamnya mineral chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta
mineral tungstate.
7. KELOMPOK PHOSPHAT
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada umumnya
memiliki kilap kaca atau lemak, contoh mineral yaitu:Apatit (Ca,Sr,
Pb,Na,K)5 (PO4)3(F,Cl,OH),Vanadine Pb5Cl(PO4)3,dan Turquoise
CuAl6(PO4)4(OH)8 . 5H2O.

8.KELOMPOK SILIKAT
Silicat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral
yang dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari
kelompok ini, yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen
dengan beberapa unsur metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir
90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 %
dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat
merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen,
batuan beku maupun batuan malihan (metamorf). Silikat pembentuk
batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
ferromagnesium dan non-ferromagnesium.

1.Quartz (SiO2)
2.Feldspar Alkali (KAlSi3O8)
3.Feldspar Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8)
4.Mica Muscovit (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)
5.Mica Biotit (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)
6.Amphibol Horblende ((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))
7.Piroksin ((Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)
8.Olivin ((Mg,Fe)2SiO4)
Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8
adalah mineral ferromagnesium.

BAB III
LAPORAN LENGKAP DETERMINASI MINERAL

OLEH :
NAMA

: HERIADI

STB

: 13 31 1 427

KELAS

:F

KELOMPOK

:I

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2014

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Mineral adalah suatu senyawa anorganik yang terbentuk di alam, bersifat
homogen, dengan komposisi kimia terbatas dan sifat fisika tertentu.
2. Beberapa sifat fisik mineral adalah : warna, kilap, bentuk Kristal, belahan,
kekerasan, berat jenis, pecahan dan cerat.

B. SARAN
Saran yang dapat saya sampaikan yaitu buku penuntun yang
diberikan agar kiranya mempunyai materi yang lebih lengkap, sehingga
memudahkan praktikan untuk mendeterminasi mineral.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk oleh hasil pembekuan
magma, yang tersusun oleh mineral atau kristal-kristal dalam bentuk
agregasi yang kompak dan saling interlocking. Kompak disini dapat
diartikan sbagai susunan mineral atau kristal-kristal yang saling tumbuh,
sehingga tidak memperlihatkan adanya ruang atau pori diantara mineral
atau kristal-kristal penyusun batuan. Kalaupun ditemukan pori-pori, itu
hanya bekas-bekas gas yang keluar atau terjebak pada waktu pembekuan
magma.Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk
secara alamiah dan bersifat mobile. Temperatur yang tinggi dari magma
(900-1600C) memberikan suatu perkiraan bahwa magma berasal dari
bagian yang dalam di kerak bumi. Suatu magma biasanya terdiri dari
unsure O, Si, Al, Fe, Ca, Mg, Na, dan K tetapi juga mengandung senyawa
H2O dan CO2 serta beberapa komponen gas H2S, HCl, CH4 dan CO.
Jenis-jenis batuan beku yang terbentuk, masing-masing dicirikan oleh
komposisi mineral yang berbeda, sesuai dengan komposisi magma dan
temperatur pembekuannya. Komposisi mineral yang terjadi pada setiap
jenis batuan beku yang terbentuk bisa terdiri dari berbagai macam mineral
logam maupun non logam. Komposisi asal dari pada larutan magma serta
kondisi-kondisi tertentu yang mempengaruhi proses pendinginan magma
dapatmenghasilkan jebakan endapan mineral yang ekonomis.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud daripada praktikum ini adalah untuk dapat mengamati
dan mendeterminasi batuan beku berdasarkan warna, tekstur batuan,
struktur batuan, dan komposisi/komponen penyusun.
Tujuan daripada praktikum ini adalah agar praktikan dapat :
1. Mengetahui cara mendeterminasi batuan beku berdasarkan sifat
fisikdan komponen penyusunnya.
2. Menentukan jenis serta nama batuan berdasarkan sifat fisik dan
komponen penyusun yang telah diketahui.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Terbentuknya Batuan Beku


Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api")
adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan
sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif(vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair
ataupun batuan yang sudah ada, baik dimantel ataupun kerak bumi.
Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses
berikut: kenaikantemperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi.
Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar
terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.
Magma dapat mendingin dan membeku di bawah atau di atas
permukaan bumi. Bila membeku di bawah permukaan bumi, terbentuklah
batuan yang dinamakan batuan beku dalam atau disebut juga batuan beku
intrusive (sering juga dikatakan sebagai batuan beku plutonik). Sedangkan,
bila magma dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku,
terbentuklah batuan beku luar atau batuan beku ekstrusif.
Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun
(1947), Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental
yang pijar terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500
2.5000C dan bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi
bagian bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut,
bersifat volatile (air, CO2, chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain)
yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatile (non-gas) yang
merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke
permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut
dikenal dengan peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineralmineral silikat (magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal
dengan Bowens Reaction Series.
B. Struktur Batuan Beku
Struktur Batuan beku merupakan kenampakan/bentuk dari susunan batuan
beku meliputi:
- Struktur Massive adalah susunan mineral-mineral yang tersusun secara
kompak dalam suatu batuan, tidak menunjukkan adanya pori-pori
penjajaran mineral atau bentuk aliran.
- Struktur akibat pelepasan bahan volatile,terdiri dari:

a. Vesiculer ; Strukrur yang memperlihatkan adanya lubang-lubang akibat


pelepasan gelembung-gelembung gas dari magna
b. Amygdaloid yaitu struktur vesiculer dimana lubang-lubang telah diisi oleh
mineral-mineral sekunder.
- Struktur permukaan dari fase larutan,meliputi:
a. Xenoli yaitu struktur yag memperlihatkan adanya batuan asing dalam suatu
batuan.
b. Xenocrys yaitu kenempaka adaya mineral-mineral asing dalam suatu
batuan.
c. Pillow yaitu kenampaka speroidal tipis tak menerus atau pengumpulan dati
ellipsoidal- ellipsoidal seperti bantal.
- Struktur permukaan meliputi:
a. Corona Structure disebut juga reaction rim:struktur yang terjadi karena
adanya reaksi kimia pada sisi Kristal.
b. Flow Effecs meliputi ,Trachytoid,fluidakl,Schieren
c. Microlitic
struktur
yaitu
kenampakan
adanya
lubang-lubang
menyudut/runcing dalam ukuran kecil pada batuan phaneritik.
- Struktur setelah terjadi pembentukan magma meliputi :
a. perlitik struktur.
b.spereulitic struktur.
c.Orbicular sturktur.
C. Klasifikasi Batuan Beku
1.
Klasifikasi Berdasarkan Tempat Terbentuknya
a.Batuan beku dalam (plutonik rocks)
Merupakan magma yang membeku didalam bumi sehingga
membentuk batua beku intrusi atau batuan beku plutoik .

b.Batuan Beku Korok ( Plutonic Rocks )


Merupakan batuan beku yang membeku dekat dengan permukaan
bumi
c. Batuan beku Lelehan ( Vulcanik Rocks )
Merupakan batuan beku yang tebentuk pada permukan bumi.
2.

Klasifikasi berdasarkan sifat kimia dan komposisi mineralnya:


a. Batuan beku asam
b. Batuan beku intermediate
c. Batuan beku basa
d. Batuan beku ultrabasa

1.

Batuan Beku Asam


Kenampakan dari batua ini memperlihatkan warna terang atau
keputihan, kadang merah keabu-abuan atau abu-abu terang. Ukuran butirbutir kasar, bahkan dapat butiran yang sangat halus menyerupai kaca seperti
opsidion, akibat pembekuan yang sngan lambat. Selain selain itu dpat juga
ditemukan butiran yang sangat kasar seperti pegmatit. Batuan beku asam
dapat di temukan dalam bentuk Batolith,Laccolit, Lapolith dan intrusi yang
besar karena sifat kekentalan magmanya yang tinggi, sehingga tidak bisa
melalui celah-celah yang sempit dalam bentuk dyke atau sill. Cirri khas dari
batuan beku asam adalah kelimpahan dari potash feldspar disbanding jenis
plagioklas. Temperatur pembekuan batuan beku asam sekitar 800 C.
Kondisi ini kebanyakan tidak mampu melarutkan batuan sampingnya,
sehingga tingkat proses asimilasi yang terjadi kecil. Sebaliknya banyak
ditemmukan xenoliths terutama pada tepi tubub batuan beku luarnya. Yang
termasuk batuan beku asam yaitu : Granit, Aplit,Pekmatit,Riolit ,Osidian,
Pumis, Sienit, daan Trakit.

2.

Batuan Beku Intermedit


Batuan beku intermedit bewarna agak lebih gelap daripada batuan
beku asam yaitu abu-abu hingga abu-abu kehitaman.Mempunyai ukuran
butir halus sampai kasar. Bentuk intrusi dari abtuan beku intermedit ini
kebanyakan termasuk Laccolith,Lapollith,Dyke dan sill.Bentuk bentk
intrusi dikontrol oleh kekentalanmagmanya yang menengah. Sebagian
dapat melalui cela-cela yang agak sempit dalam bentuk dyke atau sill.
Komposisi jenis-jenis feldspar sudah mulai adanya perimbangan
antara potash feldspar dan plagioglas.Temperatur pembekuan sekitar 900 C,
proses asimilasi mulai Nampak dan dapat ditemukan xenoliths-xenolith
sifatnya basah pada tepi tubuh intrusi atau pada batuan beku luarnya.

Berdasaarkan perbandingan jenis-janis feldsparnya, maka batuan


beku intermedit dibagi dalam 2 (dua) golongan yaitu :
1. Batuan dengan komposisi potash feldspar dan plagioklas hamper sama ;
terdiri dari granodiorit andamelit-monzonit dan latit- dasti.
2. Batuan dengan komposisi plagioglas lebih dominan dari pada potash
feldspar,terdiri dari : diorite-tonalit dan andesit-dasit.
Batuan beku intermedit paling banyak memperlihatkan pelapukan
speroidal, karena banyak mengandung mineral feldspar . Lebih lagi apabila
batuan ini telah mengalami kenaikan tekanan temperature. Mineral-mineral
feldspar yang telah mengalami pelapukan tersebut dapat menjadi mineral
mineral kaolin. Baik gejala speroidal maupun kaolinisasi dapat ditemukan
pada batuan beku intermedit yang telah mengalami pensesaran.

3. Batuan Beku Basa


Batuan beku basa memperlihatkan warna gelap hitam olwh mineralmineral ferromagnesian dan mineral-mineral plagioglas basa. Ukuran butir
dari batuan ini adalah halus hingga kasar.batuan basa dalam bentuk intrusi
kebanyakan dyke,sill, apophyse dan lelehan. Bentuk intrusi tersebut
berhubungan dengan sifat magmanya yang memiliki kekentalan rendah
( encer ) sehingga dapat memasuki celah celah sempit atau dapat berupa
lelehan yang luas dipermukaan. Pada permukaan batuan beku luar dari batuan
beku basa ini , kadang ditemukan vesiculasi- vesiculasi sebagai kesan bahanbahan volatil. batuan beku basa sering pula memberikan bentuk permukaan
seperti susunan balok atau pahoe-pahoe, yang terbentuk pada pembentukan
magma yang encer. Sedangkan magma yang kental atau asam biasanya
membentk seperti susunan tali atau ropy.
Temperatur pembekuan dari batuan beku basa sekitar 1000C, dimana
dapat terjadi proses asimilasi dengan baik apabila batuaan sampingnya lebih
asam.meskipun demikian, kadang masih dapat ditemukan xenolith dari batuan
yang sama atau yang beku basa ( ultra mafic ). Disekitar penyebaran batuan
beku basa, ditemukan di tempat-tempat batuan intermediate dengan
penyebaran kecil sebagai akibat hasil asimilasi magma basa dengan batuan
samping yang bersipat asam atau dapat pula terbentuk melalui proses
differensiasi magma, biasanya dapat ditemukan pada bagian tepi dan atas
tubuh intrusi batuan beku basa. Termasuk batuan beku basa adalah Gabro,
Diabase, Basal dan Trachyte.

4. Batuan Beku Ultrabasa


Batuan beku ultra basa adalah batuan yang tersusun oleh mineralmineral ferromagnesium sehingga kenampakannya sangat gelap atau hitam.
Batuan ini mudah lapuk terhadap air hujan seperti halnya Batu gamping
karena sifatnya yang tidak tahan terhadap kondisi asam. Kenampakannya
hampir sama dengan permukaan batugamping dengan lubang-lubang atau
torehan air hujan. Bentuk dan tipe dari tubuh batuan beku ultrabasa belum
dapat diketahui dengan jelas karena batuan merupakan batuan dasar samudra
yang umurnya lebih tua.
Kehadiran suatu singkapan ultrabasa didaerah kontinen sangat
berkaitan erat dengan gerak gerak tektonik masa lampau didaerah tersebut
dan biasanya batuan ini berasosiasi dengan batuan metamorf dan batuan
sedimen tua. Kehadiran ultrabasa ini biasanya diakibatkan oleh obduksi,
sehingga banyak memberikan batas litologi dan sona sesar naik. Sebagai aki
bat aktivitas tektonik, batuan ultrabasa banyak mengalami penghancuran atau
penggerusan, kekar-kekar dan metamorfisme dinamik yang disertai dengan
proses kloritisasi, serpentinisasi, dan lain-lain.
Temperatur pembekuan batuan beku ultrabasa adalah diatas 1000C
dan secara teoritis prosses asimilasi berjalan sempurna. Oleh karena kondisi
pembekuan batuan beku ultrabasa paada kedalaman dan tekanan yang besar,
serta urutan kristalisasi dari mineral penyusunnya yang mengkristal dengan
tingkat kristalisasi yang relative sama sehingga bentuk Kristal dari baatuan
beku ultrabasa adalah anhedral-subhedral. Pada batuan ini tidak ditemukan
mineral feldspar lagi.
Yang termasuk batuan beku ultrabasa adalah sebagai berikut :
Dunit, yaitu batuan beku plutonik dengan komposisi 90 % Olivin.
Peridotit, yaitu batuan beku plutonik dengan komposisi piroksin dan olivin
( 10 50 % ).
Piroksenit, yaitu batuan beku plutonik dengan komposisi 90 % pirokksin.
Limburgit, yaitu batuan beku lelehan dari batuan ultrabasa dengan tekstur
afanitik.

BAB III
LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN BEKU

OLEH :
NAMA

: HERIADI

STB

: 13 31 1 427

KELAS

:F

KELOMPOK

:I

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2014
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Mineral pembentuk batuan beku ditentukan oleh komposisi kimia yang
pembentuknya seperti halnya batuan beku yang mempunyai variasi
sangat besar.
2. Faktor terpenting yang mempengaruhi tekstur batuan beku adalah
tingkat kecepatan pembekuan magma.
3. Sebagai panduan dalam mendeterminasi batuan beku harus di
sesuaiakan dengan tabel klasifikasi menurut RUSSEL B. TRAVIS
B. SARAN
Saran saya adalah sangat diharapkan partisipasi baik dari asisten maupun
praktikan agar lebih mampu mengutamakan kepentingan lab, demi kemajuan
bersama.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk melalui proses
sedimentasi baik secara fisika maupun secara kimia dan organic. Pada
sebagian sedimen organic dapat terbentuk melalui proses diagenesis langsung
terhadap bahan-bahan organisme seperti pada pembentukan batugamping
terumbu. Proses fisika yang berlangsung selama sedimentasi melalui proses
perombakan batuan induk, transportasi, perubahan-perubahan sifat fisik
material rombakan, pengendapan, kompaksi, dan untuk derajat litifikasi harus
disertai dengan proses kimiawi, yaitu proses diagenesis dan sementasi. Poses
kimiawi dapat berlangsung bersamaan dengan proses fisika dan dapat pula
bekerja secara terpisah seperti pada pembentukan mineral-mineral dari hasil
proses fisika dan dapat pula bekerja secara terpisah seperti pada pembentukan
mineral-mineral dari hasil proses atau reaksi kimia yang menyusun batuan
sedimen.
Batuan sedimen yang terbentuk melalui proses sedimentasi
mempunyai suatu kenampakan yang berbeda dengan batuan lainnya. Bentuk
dan coraknya memberikan kenampakan pencerminan adanya kesan
pengendapan selama pembentukannya. Pembentukannya secara pelan dan
bertahap dengan urutan susunan yang teratur dapat memberikan suatu ciri
yang khas dengan struktur perlapisan yang bervariasi.
B. Maksud Dan Tujuan
Adapun maksud daripada praktikum ini adalah untuk mendeterminasi
batuan sedimen berdasarkan tekstur, struktur, dan komposisi mineral
penyusunnya.
Tujuan praktikum ini adalah agar dapat : mendeterminasi batuan
sedimen berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya dan menentukan
jenis serta nama batuan berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Terbentuknya
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari pecahan atau hasil
abrasi dari sedimen, batuan beku, metamorf yang tertransport dan
terendapkan kemudian terlithifikasi.
Ada dua tipe sedimen yaitu: detritus dan kimiawi. Detritus terdiri
dari partikel-2 padat hasil dari pelapukan mekanis. Sedimen kimiawi
terdiri dari mineral sebagai hasil kristalisasi larutan dengan proses
inorganik atau aktivitas organisme. Partikel sedimen diklasifikasikan
menurut ukuran butir, gravel (termasuk bolder, cobble dan pebble), pasir,
lanau, dan lempung. Transportasi dari sedimen menyebabkan
pembundaran dengan cara abrasi dan pemilahan (sorting). Nilai
kebundaran dan sorting sangat tergantung pada ukuran butir, jarak
transportasi dan proses pengendapan. Proses litifikasi dari sedimen
menjadi batuan sedimen terjadi melalui kompaksi dan sementasi.
Batuan sedimen merupakan merupakan batuan yang terbentuk
melalui proses sedimentasani baik secara fisik maupun secara kimia atau
organic.pada sebagian sedimen organic seperti pada pembentukan batu
gamoing tertumbu. Proses pisika berlang sung selama sedimentasi
meliputi perombakan , penggndapan kompaksi dan selanjutnya diikuti
oleh proses diagenesis dan sementasi.
Batuan sedimen yang terbentuk melalui proses sedimentasi memilik
kenampakan yang berbeda dengan batuan lainnya.Bentuk dan teksturnya
mencerminkan adanya kesan pengendapan selama pembentukannya.
Factor yang berperan dalam pembentukan batuan sedimen adalah aspen
mekanik,kimiawi dan biologis.Dalam hal ini akan dibahas secara terpisah
dalam dua kelompok, yaitu sumber material sedimen dan lingkunga
pengendapan.
Adapun sumber-sumber material sedimen adalah sebagai berikut :
a. Aktifitas vulkanik,yaitu material klastik atau rombakan yang
dikeluarkan oleh aktifitas vulkanisme sebagai bahan piroklastik
berupa bomb,bloc,lapili da debu-debu vulkanik serta material
piroklastik lainnya.
b. Pelapukan mekanik, hasil perombakan melalui pelapukan mekanik
terhadap singkapan suatu batuan akan mengalami transportasi
kemudian terakumulasi pada suatu cekungan,kemudian terjadi
kompaksi,diagenesis sementasi dan litifikasi.
c. Larutan - larutan dalam air, berupa garam-garaman yang hancur
dan lapuk baik di darat mapun dilaut pada kondisi tertentu dapat
terjadi reaksi kimia.\

d. Material organic, yaitu sisa mahluk hhidup yang mati kemudian


terendapkan dalam batuan.

SKALA WENWORT
Diameter
(mm)
>256
64 256
4 64
24

Partikel/Fragmen

Material Lepas

Boulder/ Bongkah
Cobble
Pebbel
Granule

Boulder Gravel
Cobble Gravel
Pebbel Gravel
Granule Gravel

Material tersemen

Konglomerat

Granule
Konglomerat
12
Btr pasir sangat Pasir
sangat Batu pasir sangat
kasar
kasar
kasar
0,5 1
Btr pasir kasar
Pasir kasar
Batu pasir kasar
0,25 0,5
Btr pasir sedang
Pasir sedang
Batu pasir sedang
0,125 0,25 Btr pasir halus
Pasir halus
Batu pasir halus
0,0625
Btr pasir sangat Pasir
sangat Batu pasir sangat
0,125
halus
halus
halus
0,004
Partikel Lanau
Lanau ( Silt )
Batu Lanau
0,0625
<0,004
Partikel Lempung
Lempung
Batu Lempung
( Clay )
Susunan Butir
Pemilahan (Sortasi)
Adalah merupakan penyeleksian ukuran butir, atau keseragaman antar butir
penyusun batuan sedimen. Sortasi terbagi atas:
Sortasi baik, jika ukuran materialnya relative sama (seragam).
Sortasi jelek, bila ukuran butir bervariasi dengan range (perbedaan) butir
sangat besar.

Derajat pembundaran (Roundnes)


Derajat pembundaran suatu partikel yang kita amati adalah sudut
permukaannya, yang terbagi atas:
Sangat bulat (well rounded)
Membulat (rounded)
Agak bulat (subrounded)
Agak runcing (subangular)

Meruncing (angular)
Kemas
Yaitu keterikatan antara partikel-partikel penyusun batuan. Jenis kemas terdiri
atas dua istilah:
Kemas tertutup jika keterrikatan antara partikel-partikel kuat atau massive.
Kemas terbuka jika keterikatan partikel-partikel mudah lepas.
Komposisi mineral
Butir/fragmen merupakan komponen-komponen besar dalam batuan, nampak
seperti fenokris pada batuan beku.
Matriks, merupakan komponen-komponen yang lebih halus dan sebagai
penyusun utama batuan sedimen (massa dasar).
Semen, merupakan hasil dari larutan kimia yang sering mengalami kristalisasi.
Antara lain; Karbonat (kalsit), Silika (kuarsa) dan oksida besi.
B. Tekstur Batuan Sedimen
Tekstur batuan sedimen non klastik
- Amorf
- Kristalin
Tekstur batuan sedimen klastik didasarkan pada
- Ukuran Butir
- Bentuk Butir
- Sususnan Butir/komposisi
C. Struktur Batuan Sedimen
Struktur batuan sedimen dikelompokan menjadi 2 yaitu strktur berlapis
dan tidak berlapis. Struktur berlapis terjadi karena perbedaan warna batuan
sedimen, perbedaan ukuran butir, perbedaan kompaksi mineral, dan perbedan
sifat fisika dan kimia.
Klasifikasi struktur sedimen berdasarkan ganesanya dibagi menjadi 2
yaitu syngenetik dan epigenetic.
Syngenetik yaitu struktur sediment yang terbentuk selama sedimentasi
berlangsung, biasa disebut pula struktur primer.
Epygenetik adalah strutur sedim en yang terjadi setelah batuan sedimen
terbentuk.
D. Klasifikasi Batuan Sedimen
a)
Sedimen yang berasal dari hasil transportasi material padat yang berasal
dari pelapukan batuan lain yang terbentuk dari akumulasi fragmen-fragmen
atau butiran-butiran mineraldari berbagai macam type, endapan ini dikenal

dengan nama detrial dan batuannnya disebut batuan sedimen detrial atau
batuan sedimen Klastik.
b)
Sedimen yang berasal dari material yang larut sebagai hasil pelapukan
kimia, atau batuan sedimen yang terbentuk dari proses-proses kimia, seperti
evaporasi dan laterisasi. Batuan sedimen ini biasa disebut batuan sedimen Non
Klastik.
c)
Ada juga batuan sedimen non klastik yang terbentuk dari bagian-bagian
organic baik hewan maupun tumbuhan, yang dikenal dengan sedimen organik.

BAB III
LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN SEDIMEN

OLEH :
NAMA

: HERIADI

STB

: 13 31 1 427

KELAS

:F

KELOMPOK

:I

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2014
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah kelompok kami melakukan praktikum di laboratorium maka kami
dapat menarik kesimpulan tentang batuan sedimen antara lain :
Tekstur batuan sedimen terbagi menjadi 2 yaitu Klastik dan
Nonklastik
Klasifikasi struktur sedimen ganesanya dibagi menjadi 2 yaitu
syngenetik dan epigenetik.
Dalam derajat pembudaran/roundness batuan sedimen dibagi menjadi 6 yaitu:
Wellrounded
Rounded
Subrounded
Subangular
Angular
Verryangular
B. SARAN
Saran saya adalah diharapkan pada setiap kali percobaan praktikan dan
asisten mampu mematuhi segala aturan yang telah dibuat, agar dalam
melakasanakan praktikum mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Batuan metamorf adalah batuan beku, sedimen ataupun metamorf,


yang telah mengalami metamorfisme, yaitu perubahan fisik, dan kimia
batuan yang diakibatkan oleh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Perubahan fisik dalam wujud batuan atau kristal, yang mana
berubah bentuk diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Perubahan kimia
terjadi dari pengaruh kenaikan temperatur, sehingga komposisi mineralmineral akan berubah, baik dalam bentuk ubahan, raplacemen, addisi dan
lain-lain, seperti perubahan mineral-mineral ferromagnesium menjadi
klorit.
Perubahan yang terjadi dalam proses metamorfisme dapat
diakibatkan oleh kenaikan temperatur, tekanan dan aktifitas larutan kimia,
melalui proses rekristalisasi tanpa melalui fase cair. Karena apabila fase ini
telah mencapai fase cair, maka keadaan tersebut telah berubah menjadi
proses kristalisasi dalam pembentukan batuan beku.
Suatu kenampakan lapangan yang menarik pada batuan metamorf
yaitu memperlihatkan foliasi dan penjajaran mineral-mineral
penyusuunnya yang berbeda dengan batuan lainnya. Foliasi yang
ditimbulkan oleh proses metamorfisme, banyak dikontrol oleh tekanan
yang kuat, sehingga terjadi perubahan bentuk mineral menjadi pipih dan
terarah membentuk bidang/lapisan foliasi. Tanpa pngamatan seksama,
maka seringkali terjadi kekeliruan terhadap penentuan foliasi dengan
struktur lapisan dan cermin sesar. Foliasi yang kuat dapat lepas-lepas
menjadi suatu bidang lembaran-lembaran batuan melalui arah penjajaran
mineral pipihnya yang berbeda dengan lapisan sedimen.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud daripada praktikum ini adalah untuk mendeterminasi
batuan metamorf berdasarkan tekstur, struktur, dan perubahan yang terjadi
pada mineral penyusunnya.
Tujuan praktikum ini adalah agar praktikan dapat :
1. Mendeterminasi batuan metamorf berdasarkan sifat fisik dan komponen
penyusunnya.
2. Menentukan jenis serta nama batuan berdasarkan sifat fisik dan komponen
penyusun yang telah diketahui.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PROSES TERBENTUKNYA

Batuan metamorf adalah jenis batuan yang secara genetis terebntuk


oleh perubahan secara fisik dari komposisi mineralnya serta perubahan
tekstru dan strukturnya akibat pengaruh tekanan (P) dan temperature (T)
yang cukup tinggi. Kondisi-kondisi yang harus terpenuhi dalam
pembentukan batuan metamorf adalah:
Terjadi dalam suasana padat
Bersifat isokimia
Terbentuknya mineral baru yang merupakan mineral khas metamorfosa
Terbentuknya tekstur dan struktur baru.
Proses metamorfosa diakibatkan oleh dua faktor utama yaitu
Tekanan dan Temperatur (P dan T). Panas dari intrusi magma adalah
sumber utama yang menyebabkan metamorfosa. Tekanan terjadi
diakibatkan oleh beban perlapisan diatas (lithostatic pressure) atau tekanan
diferensial sebagai hasil berbagai stress misalnya tektonik stress
(differential stress). Fluida yang berasal dari batuan sedimen dan magma
dapat mempercepat reaksi kima yang berlangsung pada saat proses
metamorfosa yang dapat menyebabkan pembentukan mineral baru.
Metamorfosis dapat terjadi di setiap kondisi tektonik, tetapi yang paling
umum dijumpai pada daerah kovergensi lempeng.
Batuan metamorf adalah batuan ynag terbentuk atau berasal dari
batuan Yang telah ada sebelumnya yang mengalami proses metamorfisme
yaitu peerubahan fisik dan kimia batuan akibat pengaruh temperatur dan
tekanan yang tinggi.
Adapun proses-proses metamorfisme yang terjadi adalah metamorfisme
kontak, metamorfisme dinamik dan metamorfisme regional.
1. Metamorfisme kontak
Metamorfisme kontak adalah suatu prose metamorfisme yang
terjadi akibat
penerobosan magma. Faktor yang paling berpengaruh
adalah temperatur,sdangkan tekanan kurang berpengaruh. Sifatt batuan
dari metamorfisme kontan menunjukkan perubahan kimia yang menonjol,
struktur kurang berfosil, tekstur kurang teratur dan penyebarannya
mengikuti zonaintrusi.
2. Metamorfisme Dinamik
Metamorfisme dinamik terbentuk oleh adanya pergeseran atau
dislokasi lapisan bumi. Faktor yang paling berperan adalah perubahan
tekanan . pembentukan kekar, sesar atau lipatan oleh gerak tektonik dapat
memicu terjadinya proses metamorfisme dinamik.
3. Metamorfisme regional

Metamorfisme regional berkembang pada daerah yang luas dan


oleh pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi berhubungan dengan
gerakan lempeng, baik secara tektonik maupun non tektonik.pengaruh
tekanan dan temperatur yang tinggi dapat membentuk mineral-mineral
tekanan ( stress minerals) seperti serisit, muscovite, stourolit dan lain-lain.
Metamorfisme regional dapat dikenal berdasarkan tekanan dan temperatur
pembentukannya.
B. TEKSTUR BATUAN METAMORF
Tekstur batuan metamorf dibagi dalam 4 golongan yaitu:
Kristaloblastik
Adalah tekstur yang memperlihatkan adanya perubahan bentuk/komposisi
mineral sehingga teksdtur sehingga tekstur asal tidak terlihat lagi, dan
dapat dibedakan:
Idioblastik
: Sebagian besar mineral penyusunnya bersifat idiomorf.
Xenoblastik : Sebagian mineral penyusunnya bersifat xenomorf.
Lepidoblastik : Umumnya mineral penyusunnya berbentuk pipih.
Nematoblastik : Mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
Granoblastik : Mineral penyusunnya bersifat equidimensional.
Porphyroblastik: Tekstur kristaloblastik yang bersifat porfiritik.
Mosaictekstur :Tekstur equidimensional atau equigranular, mineral
pembentuk polygonal.
Poikiloblastik : Tekstur yang mineral penyusunnya bersifat poikilitik.
Decussate tekstur : Tekstur kristaloblastik dari polimineral serabut dengan
orientasi Kristal yang tak teratur seperti pada
anthopolit shirt.
Tekstur Sisa
Tekstur ini bisa juga diebut palimset tekstur yaitu tekstur yaitu tekstur
yang masih memperlihatkan tekstur batuan asalnya.
Blstoporfiritik
: tekstur sisa yang bersifat porfiritik
Blastoposefiritik
: Tekstur sisa yang bersifat psepfiritik
Blastofitik
: tekstur sisa yang bersifat ofitik saling memasuki.
Blastofiliktik
: Tekstur sisa yang bersifat lempung
Blastosamatik
: Tekstur sisa yang bersifat pasir
Marculose tekstur
Adalah tekstur pada batu sabak yang memperlihatkan adanya bintik-bintik.
Fokoidal tekstur
Tekstur yang memperlihatkan adanya matriks yang berbentuk lensa.

C. Struktur Batuan Metamorf


Struktur batuan metamorf adalah kenampakan dari bentuk susunan
orientasi mineral-mineral berupa bidang atau garis atau bentuk orientasi
poligogranular dari mineral-mineral dalam batuam metamorf.
Struktur batuan metamorf dapat dibagi atas :
- Struktur Foliasi
Suatu kenampakan dari batuan yang pecah-pecah menurut bidang yang
sejajar dengan permukaan mineral, akibat perbedaan sifat dari mineral itu
sendiri.
- Struktur Unfoliasi
Struktur yang memperlihatkan adanya mineral pipih, tetapi menunjukan
agregasi dari mineral equidimensional atau butiran.
D. Klasifikasi Batuan Metamorf
1.

Batuan metamorf Foliasi


Batu sabak merupakan batuan metamorf yang berbutir halus dan
disusun terutama oleh mineral mika. Batuan ini menunjukan belahan batuan
yanf sangat bagus, karena sifat fisiknya yang dapat membelah menjadi batuan
yang pipih, maka batu sabak sering digunakan sebagai atap, lantai, papan tulis,
dan sebagainya. Batu sabak terbentuk dari serpih yang mengalami proses
metamorfisme tingkat. Kadang-kadang batuan ini juga terbentuk dari batuan
vulkanik yang berbutir halus. Warna batu sabak bervariasi tergantung pada
kandungan mineral batuan asalnya.Batu sabak yang berwarna hitam berasal
dari serpih yang banyakmengandung material organic , sedangkan berwarna
merah berasal dari batuan yang banyak mengandung oksida besi. Batu sabak
yang berwarna hijau berasal dari serpih yang banyak mengandung klorit.
Mineral yang menyerupai mika pada batu sabak terbentuk dari mineral Fe
silikat. Karena batu sabak terbentuk pada proses metamorfisme tingkat rendah,
maka bidang perlapisan batuan kadang masih terlihat. Orientasi belahan
batuan pada batu sabak pada umumnya cenderung memotong perlapisan
batuan asal.
2.
Batuan Metamorf Unfoliasi
Merupakan batuan metamorfisme yang tidak memperlihatkan adanya
struktur foliasi tetapi tersusun oleh mineral-mineral bentuk prismatic, butiran
yang equidimensional. Contoh Hornfels, Granulite, Marmer, skarn, Silicified,
kuarsit, Buchites.
3.
Batuan Metamorf kataklastik
Batuan ini berasal dari hasil mekanik (Kinetik).

BAB III
LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN METAMORF

OLEH :
NAMA

: HERIADI

STB

: 13 31 1 427

KELAS

:F

KELOMPOK

:I

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2014

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Proses metamorfisme adalah proses perubahan batuan yang sudah ada
menjadi batuan metamorf karena perubahan tekanan dan temperature yang
besar.
2. Proses metamorfisme terjadi apabila kondisi lingkungan batuan mengalami
perubahan yang tidak sama dengan kondisi pada waktu batuan tersebut
terbentuk, sehingga batuan tidak menjadi stabil.
3. Proses metamorfisme sering terjadi pada salah satu dari tiga fenomena
pembentukan batuan metamorf.

B. SARAN
Untuk peningkatan kualitas praktikum di LAB Geologi di masa
mendatang, kami menyarankan :
Agar pelaksanaan praktikum berikutnya tidak dilaksanakan dengan waktu
yang terlalu sempit dengan masa akhir semester agar peserta praktikan
memiliki waktu yang cukup dalam penyusunan laporan.

1.

SIKLUS BATUAN (ROCK CYCLE)


Sebelumnya kita sudah tahu bahwa di bumi ada tiga jenis batuan yaitu
batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Ketiga batuan tersebut dapat
berubah menjadi batuan metamorf tetapi ketiganya juga bisa berubah menjadi
batuan lainnya. Semua batuan akan mengalami pelapukan dan erosi menjadi
partikel-partikel atau pecahan-pecahan yang lebih kecil yang akhirnya juga bisa
membentuk batuan sedimen. Batuan juga bisa melebur atau meleleh menjadi
magma dan kemudian kembali menjadi batuan beku. Semua ini disebut siklus
batuan atau ROCK CYCLE.

Gambar siklus batuan

Semua batuan yang ada di permukaan bumi akan mengalami pelapukan.


Penyebab pelapukan tersebut ada 3 macam:
1. Pelapukan secara fisika: perubahan suhu dari panas ke dingin akan
membuat batuan mengalami perubahan. Hujan pun juga dapat membuat rekahanrekahan yang ada di batuan menjadi berkembang sehingga proses-proses fisika
tersebut dapat membuat batuan pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
2. Pelapukan secara kimia: beberapa jenis larutan kimia dapat bereaksi
dengan batuan seperti contohnya larutan HCl akan bereaksi dengan batu gamping.
Bahkan air pun dapat bereaksi melarutan beberapa jenis batuan. Salah satu contoh
yang nyata adalah hujan asam yang sangat mempengaruhi terjadinya pelapukan
secara kimia.
3. Pelapukan secara biologi: Selain pelapukan yang terjadi akibat proses
fisikan dan kimia, salah satu pelapukan yang dapat terjadi adalah pelapukan

secara biologi. Salah satu contohnya adalah pelapukan yang disebabkan oleh
gangguan dari akar tanaman yang cukup besar. Akar-akar tanaman yang besar ini
mampu membuat rekahan-rekahan di batuan dan akhirnya dapat memecah batuan
menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah
menjadi bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat.
Berpindahnya tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini
dapat terjadi melalui beberapa cara:
1. Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang ada
bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing
sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah
2. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat
mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah satu
contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam mengangkut
pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.

3. Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan batuan
yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun.
4. Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada di
Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang ada.
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa
selamanya. Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang
tiupannya, dan juga glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan
yang terbawa akan terendapkan. Proses ini yang sering disebut proses
pengendapan. Selama proses pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan
secara berlapis dimana pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu baru
kemudian diikuti pecahan yang lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan
ini akan membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat di batuan
sedimen saat ini.
Pada saat perlapisan di batuan sedimen ini terbentuk, tekanan yang ada di
perlapisan yang paling bawah akan bertambah akibat pertambahan beban di
atasnya. Akibat pertambahan tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-lapisan
batuan akan tertekan sehingga keluar dari lapisan batuan yang ada. Proses ini
sering disebut kompaksi. Pada saat yang bersamaan pula, partikel-partikel yang

ada dalam lapisan mulai bersatu. Adanya semen seperti lempung, silika, atau
kalsit diantara partikel-partikel yang ada membuat partikel tersebut menyatu
membentuk batuan yang lebih keras. Proses ini sering disebut sementasi. Setelah
proses kompaksi dan sementasi terjadi pada pecahan batuan yang ada, perlapisan
sedimen yang ada sebelumnya berganti menjadi batuan sedimen yang berlapislapis. Batuan sedimen seperti batu pasir, batu lempung, dan batu gamping dapat
dibedakan dari batuan lainnya melalui adanya perlapisan, butiran-butiran sedimen
yang menjadi satu akibat adanya semen, dan juga adanya fosil yang ikut
terendapkan saat pecahan batuan dan fosil mengalami proses erosi, kompaksi dan
akhirnya tersementasikan bersama-sama.

Pada kerak bumi yang cukup dalam, tekanan dan suhu yang ada sangatlah
tinggi. Kondisi tekanan dan suhu yang sangat tinggi seperti ini dapat mengubah
mineral yang dalam batuan. Proses ini sering disebut proses metamorfisme.
Semua batuan yang ada dapat mengalami proses metamorfisme. Tingkat proses
metamorfisme yang terjadi tergantung dari:
1.
2.
3.

Apakah batuan yang ada terkena efek tekanan dan atau suhu yang tinggi.
Apakah batuan tersebut mengalami perubahan bentuk.
Berapa lama batuan yang ada terkena tekanan dan suhu yang tinggi.

Dengan bertambahnya dalam suatu batuan dalam bumi, kemungkinan


batuan yang ada melebur kembali menjadi magma sangatlah besar. Ini karena
tekanan dan suhu yang sangat tinggi pada kedalaman yang sangat dalam. Akibat
densitas dari magma yang terbentuk lebih kecil dari batuan sekitarnya, maka
magma tersebut akan mencoba kembali ke permukaan menembus kerak bumi
yang ada. Magma juga terbentuk di bawah kerak bumi yaitu di mantle bumi.
Magma ini juga akan berusaha menerobos kerak bumi untuk kemudian berkumpul
dengan magma yang sudah terbentuk sebelumnya dan selanjutnya berusaha
menerobos kerak bumi untuk membentuk batuan beku baik itu plutonik ataupun
vulkanik.
Kadang-kadang magma mampu menerobos sampai ke permukaan bumi
melalui rekahan atau patahan yang ada di bumi. Pada saat magma mampu
menembus permukaan bumi, maka kadang terbentuk ledakan atau sering disebut
volcanic eruption. Proses ini sering disebut proses ekstrusif. Batuan yang
terbentuk dari magma yang keluar ke permukaan disebut batuan beku ekstrusif.
Basalt dan pumice (batu apung) adalah salah satu contoh batuan ekstrusif. Jenis

batuan yang terbentuk akibat proses ini tergantung dari komposisi magma yang
ada. Umumnya batuan beku ekstrusif memperlihatkan ciri-ciri berikut:
1. Butirannya sangatlah kecil. Ini disebabkan magma yang keluar ke
permukaan bumi mengalami proses pendinginan yang sangat cepat
sehingga mineral-mineral yang ada sebagai penyusun batuan tidak
mempunyai banyak waktu untuk dapat berkembang.
2. Umumnya memperlihatkan adanya rongga-rongga yang terbentuk
akibat gas yang terkandung dalam batuan atau yang sering disebut gas
bubble.
Batuan yang meleleh akibat tekanan dan suhu yang sangat tinggi sering
membentuk magma chamber dalam kerak bumi. Magma ini bercampur dengan
magma yang terbentuk dari mantle. Karena letak magma chamber yang relatif
dalam dan tidak mengalami proses ekstrusif, maka magma yang ada mengalami
proses pendinginan yang relatif lambat dan membentuk kristal-kristal mineral
yang akhirnya membentuk batuan beku intrusif. Batuan beku intrusif dapat
tersingkap di permukaan membentuk pluton. Salah satu jenis pluton terbesar yang
tersingkap dengan jelas adalah batholit seperti yang ada di Sierra Nevada USA
yang merupakan batholit granit yang sangat besar. Gabbro juga salah satu contoh
batuan intrusif. Jenis batuan yang terbentuk akibat proses ini tergantung dari
komposisi magma yang ada. Umumnya batuan beku intrusif memperlihatkan ciriciri berikut:
1. Butirannya cukup besar. Ini disebabkan magma yang keluar ke
permukaan bumi mengalami proses pendinginan yang sangat lambat
sehingga mineral-mineral yang ada sebagai penyusun batuan
mempunyai banyak waktu untuk dapat berkembang.
2. Biasanya mineral-mineral pembentuk batuan beku intrusif
memperlihatkan angular interlocking. Proses-proses inilah semua yang
terjadi dimasa lampau, sekarang, dan yang akan datang. Terjadinya
proses-proses ini menjaga keseimbangan batuan yang ada di bumi.

DETERMINASI MINERAL
(PERCOBAAN I)

OLEH :
NAMA

: HERIADI

STB

: 13 31 1 427

KELAS

:F

KELOMPOK

:I

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2014

DETERMINASI MINERAL
(PERCOBAAN II)

OLEH :
NAMA

: HERIADI

STB

: 13 31 1 427

KELAS

:F

KELOMPOK

:I

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2014

DETERMINASI BATUAN BEKU

(PERCOBAAN III)

OLEH :
NAMA

: HERIADI

STB

: 13 31 1 427

KELAS

:F

KELOMPOK

:I

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2014

DETERMINASI BATUAN BEKU

(PERCOBAAN IV)

OLEH :
NAMA

: HERIADI

STB

: 13 31 1 427

KELAS

:F

KELOMPOK

:I

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2014

DETERMINASI BATUAN BEKU

(PERCOBAAN V)

OLEH :
NAMA

: HERIADI

STB

: 13 31 1 427

KELAS

:F

KELOMPOK

:I

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2014

DETERMINASI BATUAN SEDIMEN


(PERCOBAAN VI)

OLEH :
NAMA

: HERIADI

STB

: 13 31 1 427

KELAS

:F

KELOMPOK

:I

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2014

DETERMINASI BATUAN SEDIMEN


(PERCOBAAN VII)

OLEH :
NAMA

: HERIADI

STB

: 13 31 1 427

KELAS

:F

KELOMPOK

:I

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2014

DETERMINASI BATUAN METAMORF


(PERCOBAAN VIII)

OLEH :
NAMA

: HERIADI

STB

: 13 31 1 427

KELAS

:F

KELOMPOK

:I

LABORATORIUM GEOLOGI FISIK


FAKULATAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
MAKASSAR
2014

Anda mungkin juga menyukai