OLEH:
NAMA
: HERIADI
STAMBUK: 13 31 1 427
KELAS
:F
KELOMPOK
:I
LEMBAR PENGESAHAN
DIBERIKAN KEPADA
LABORATORIUM GEOLOGI FISIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS VETERAN REPUBLIK INDONESIA
Sebagai syarat untuk mengikuti ujian praktikum,
GEOLOGI FISIK
Disetujui Oleh:
NO
NAMA ASISTEN
JUNIARTO KADANG
SUPRIADI
SWARMAN
YUNDRIL RUBEN
10
PARAF
11
ALFIENTA BENNY
12
ARDHI BUDI W
13
14
ICHWANUL FAJRI
15
NURUL ILMI
16
17
18
PALIOMEN PAONGANAN
DOSEN PEMBIMBING
LAB. GEOLOGI FISIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan
nikmat dan karunia-Nya, serta kesehatan dan kesempatan dari-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan laporan ini yang menjadi salah satu syarat dalam mengikuti
ujian praktikum Geologi fisik.
Dalam penyusunan laporan ini, saya mendapatkan bimbingan dan arahan.
Untuk itu saya berterima kasih kepada bapak Ir. Hasanuddin, M.Si selaku dosen
pengajar mata kuliah Geologi fisik, para Asisten Laboratorium Geologi fisik, dan
teman-teman angkatan 2013 Fakultas Teknik jurusan pertambangan UVRI
Makassar serta seluruh pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian
Laporan Lengkap Geologi fisik ini.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun.
Akhir Kata, mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam laporan
ini serta semoga Allah SWT selalu meridhoi usaha kita semua.
HERIADI
DAFTAR ISI
SAMPUL
HALAMAN PENGESAHAN
KARTU KONTROL LABORATORIUM
KARTU KONTROL ASISTENSI
KATA PENGANTAR..
DAFTAR ISI.
DETERMINASI MINERAL
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengrtian Mineral...
B. Sifat Fisik Mineral..............................................................................................
BAB III LAPORAN LENGKAP DETERMINASI MINERAL
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN..................................................................................................
B. SARAN...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN I
Siklus Batuan...........................................................................................................
LAMPIRAN II
Lampiran Asistensi
Laporan Sementara Geologi Fisik.......................................................................
LAMPIRAN I
SIKLUS
BATUAN
LAMPIRAN II
LAMPIRAN ASISTENSI
LAMPIRAN II
LAPORAN SEMENTARA GEOLOGI FISIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geologi adalah ilmu yang mempelajari proses-proses yang terjadi baik
dalam maupun dari atas permukaan bumi, beserta mineral-mineral
penyusunnya..
Batuan adalah agresi atau kumpulan dari satu atau lebih mineral ( sejenis
atau tidak sejenis),dalam suatu perbandingan tertentu, biasany tidak
homogeny atau tidak pula mempunyai susunan kimia dan sifat-sifat fisika
yang tetap dan terbentuk di alam.
Mineral adalah suatu benda padat yang homogen terdapat di alam,
terbentuk secara anorganik mempunyai komposisi kimia pada batas batass
tertentu mempunyai atom yang tersusun secara teratur .
Determinasi atau pengenalan mineral dapat didasarkan pada berbagai sifat
dari mineral itu sendiri, antara lain sifat fisika dan bentuk kristal serta sifat
optik.Namun dalam praktikum ini, kita hanya terbatas pada pengenalan sifat
fisik dari mineral.
Untuk menentukan nama mineral terlebih dahulu dilakukan determinasi
sifat-sifat fisik mineral yang meliputi : warna, kilap,bentuk, kekerasan, berat
jenis, belahan, pecahan dan cerat.
B. Maksud Dan Tujuan
Adapun maksud diadakannya praktikum geologi ini agar praktikan dapat
mengetahui bentuk dan jenis jenis mineral.
Sedangkan tujuan diadakannya praktikum adalah agar praktikan dapat
mendeterminasi sifat sifat fisik mineral.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Mineral
Mineral adalah suatu benda padat yang homogen terrdapat di alam,
terbentuk secara mempunyai komposisi kimia pada batas batass tertentu
mempunyai atom yang tersusun secara teratur .
Mineral terbentuk di alam secara alami dari hasil kristalisasi magma
pijar yang membeku. Pengenalan mineral atau determinasi mineral dapat
didasarkan atas berbagai sifat mineral tersebut. Antara lain sifat fisika dan
bentuk kristal mineral tersebut secara optik.
Warna (colour)
Banyak mineral mempunyai warna yang khusus, seperti klorit yang
berwarna hijau. Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna
mineral dapat dibedakan menjadi 2 yaitu idiokromatik, bila warna mineral
selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus
cahaya (opaque) seperti : galena, magnetit, pirit dan alokromatik. Bila
warna mineral tidak tetap, tergantung dari mineral pengotornya. Umumnya
terdapat pada mineral-mineral yang tembus cahaya (transparan) seperti
kuarsa dan kalsit.
b.
Kilap (luster)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan
padanya.Kilap mineral dapat dikelompokkan menjadi :
* Kilap logam (luster metallic) memberikan kesan seperti logam bila
terkena cahaya.Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang
mengandung logam atau mineral bijih, seperti emas, galena, pirit dan
kalkopirit.
* Kilap setengah logam (sub metallic luster)
* Kilap bukan logam, tidak memberikan kesan seperti logam jika terkena
cahaya.
Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi :
Belahan (cleavage)
Yaitu kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya
membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan
licin.Bidang belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dan
mineral tersebut secara teratur. Belahan pada mineral terdiri dari :
Belahan 1 arah
Belahan 2 arah
Belahan 3 arah
Belahan 4 arah
Belahan 5 arah
Belahan 6 arah
d.
Pecahan (fracture)
Kekerasan (hardness)
Kekerasan adalah ketahanan atau daya tahan mineral (resistensi
mineral) terhadap suatu goresan (jika permukaannya digores).
Secara relative sifat fisik ini ditentukan dengan menggunakan skal
Mohs, yang dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10
untuk mineral yang paling keras.
Berikut adalah urutan kekerasan mineral (Skala Mohs) :
TABEL KEKERASAN MINERAL (SKALA MOHS)
Kekerasan
(Hardness)
Nama Mineral
Rumus Kimia
1
Talk
Mg3Si4O10(OH)2
2
Gypsum
CaSO4 2H2O
3
Kalsit
CaCO3
4
Fluorit
CaF2
5
Apatit
Ca5(PO4)3F
6
Ortoklas
KAlSi3O8
7
Kuarsa
SiO2
8
Topas
Al2(SiO4)(F2OH)2
9
Korondum
Al2O3
10
Intan
f.
g.
Berat Jenis
Berat relatif dari suatu mineral diukur terhadap berat dari air, atau
berat relative dari suatu mineral diukur terhadap berat di udara, atau
perbandingan antara berat mineral di uadara terhadap volumenya di
dalam air
i.
Sifat dalam
2. KELOMPOK SULFIDA
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini
terbentuk dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang)
(S2-). Pada umumnya unsure utamanya adalah logam (metal).
Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar
wilayah gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi.
Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau
sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan sulfur tersebut
berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang ada
disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah
kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya
dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait
dengan hidrotermal (air panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk
bijih (ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki
nilai ekonomis yang cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya
umumnya adalah logam. Pada industri logam, mineral-mineral sulfides
tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur logam dari sulfurnya.
Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena
unsur utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki
tingkat atau nilai kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan
dengan
unsur
pembentuknya
yang
bersifat
logam.
Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit (FeS2),
Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit
(CuFeS2) .Dan termasuk juga didalamnya selenides, tellurides,
arsenides, antimonides, bismuthinides dan juga sulfosalt.
4. KELOMPOK HALIDA
Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion
halogenelektronegatif, seperti: F-, Cl-, Br-, I-. Pada umumnya memiliki BJ
yang rendah (< 5).Contoh mineralnya adalah: Halit (NaCl), Fluorit (CaF2),
Silvit (KCl), dan Kriolit (Na3AlF6).
5. KELOMPOK KARBONAT
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut karbonat,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat,
CaCO3 dikenal sebagai mineral kalsit. Mineral ini merupakan susunan
utama yang membentuk batuan sedimen.
Carbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton.
Carbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst
yang membentuk gua (caves), stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas
carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat (BO3).
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah
dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan
contoh mineral nitrat dan borat adalah niter (NaNO3) dan borak
(Na2B4O5(OH)4.8H2O).
6. KELOMPOK SULFAT
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi
logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya
terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya,
kemudian perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida
berinteraksi.
Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan
tungstat. Dan sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk
dari kombinasi logam dengan anion-anionnya masing-masing.
Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite
(barium sulfate), celestite (strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate),
angelsit dan gypsum (hydrated calcium sulfate). Juga termasuk
didalamnya mineral chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta
mineral tungstate.
7. KELOMPOK PHOSPHAT
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada umumnya
memiliki kilap kaca atau lemak, contoh mineral yaitu:Apatit (Ca,Sr,
Pb,Na,K)5 (PO4)3(F,Cl,OH),Vanadine Pb5Cl(PO4)3,dan Turquoise
CuAl6(PO4)4(OH)8 . 5H2O.
8.KELOMPOK SILIKAT
Silicat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral
yang dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari
kelompok ini, yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen
dengan beberapa unsur metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir
90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 %
dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat
merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen,
batuan beku maupun batuan malihan (metamorf). Silikat pembentuk
batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
1.Quartz (SiO2)
2.Feldspar Alkali (KAlSi3O8)
3.Feldspar Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8)
4.Mica Muscovit (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)
5.Mica Biotit (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)
6.Amphibol Horblende ((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))
7.Piroksin ((Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)
8.Olivin ((Mg,Fe)2SiO4)
Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8
adalah mineral ferromagnesium.
BAB III
LAPORAN LENGKAP DETERMINASI MINERAL
OLEH :
NAMA
: HERIADI
STB
: 13 31 1 427
KELAS
:F
KELOMPOK
:I
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Mineral adalah suatu senyawa anorganik yang terbentuk di alam, bersifat
homogen, dengan komposisi kimia terbatas dan sifat fisika tertentu.
2. Beberapa sifat fisik mineral adalah : warna, kilap, bentuk Kristal, belahan,
kekerasan, berat jenis, pecahan dan cerat.
B. SARAN
Saran yang dapat saya sampaikan yaitu buku penuntun yang
diberikan agar kiranya mempunyai materi yang lebih lengkap, sehingga
memudahkan praktikan untuk mendeterminasi mineral.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk oleh hasil pembekuan
magma, yang tersusun oleh mineral atau kristal-kristal dalam bentuk
agregasi yang kompak dan saling interlocking. Kompak disini dapat
diartikan sbagai susunan mineral atau kristal-kristal yang saling tumbuh,
sehingga tidak memperlihatkan adanya ruang atau pori diantara mineral
atau kristal-kristal penyusun batuan. Kalaupun ditemukan pori-pori, itu
hanya bekas-bekas gas yang keluar atau terjebak pada waktu pembekuan
magma.Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk
secara alamiah dan bersifat mobile. Temperatur yang tinggi dari magma
(900-1600C) memberikan suatu perkiraan bahwa magma berasal dari
bagian yang dalam di kerak bumi. Suatu magma biasanya terdiri dari
unsure O, Si, Al, Fe, Ca, Mg, Na, dan K tetapi juga mengandung senyawa
H2O dan CO2 serta beberapa komponen gas H2S, HCl, CH4 dan CO.
Jenis-jenis batuan beku yang terbentuk, masing-masing dicirikan oleh
komposisi mineral yang berbeda, sesuai dengan komposisi magma dan
temperatur pembekuannya. Komposisi mineral yang terjadi pada setiap
jenis batuan beku yang terbentuk bisa terdiri dari berbagai macam mineral
logam maupun non logam. Komposisi asal dari pada larutan magma serta
kondisi-kondisi tertentu yang mempengaruhi proses pendinginan magma
dapatmenghasilkan jebakan endapan mineral yang ekonomis.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud daripada praktikum ini adalah untuk dapat mengamati
dan mendeterminasi batuan beku berdasarkan warna, tekstur batuan,
struktur batuan, dan komposisi/komponen penyusun.
Tujuan daripada praktikum ini adalah agar praktikan dapat :
1. Mengetahui cara mendeterminasi batuan beku berdasarkan sifat
fisikdan komponen penyusunnya.
2. Menentukan jenis serta nama batuan berdasarkan sifat fisik dan
komponen penyusun yang telah diketahui.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
2.
BAB III
LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN BEKU
OLEH :
NAMA
: HERIADI
STB
: 13 31 1 427
KELAS
:F
KELOMPOK
:I
A. KESIMPULAN
1. Mineral pembentuk batuan beku ditentukan oleh komposisi kimia yang
pembentuknya seperti halnya batuan beku yang mempunyai variasi
sangat besar.
2. Faktor terpenting yang mempengaruhi tekstur batuan beku adalah
tingkat kecepatan pembekuan magma.
3. Sebagai panduan dalam mendeterminasi batuan beku harus di
sesuaiakan dengan tabel klasifikasi menurut RUSSEL B. TRAVIS
B. SARAN
Saran saya adalah sangat diharapkan partisipasi baik dari asisten maupun
praktikan agar lebih mampu mengutamakan kepentingan lab, demi kemajuan
bersama.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk melalui proses
sedimentasi baik secara fisika maupun secara kimia dan organic. Pada
sebagian sedimen organic dapat terbentuk melalui proses diagenesis langsung
terhadap bahan-bahan organisme seperti pada pembentukan batugamping
terumbu. Proses fisika yang berlangsung selama sedimentasi melalui proses
perombakan batuan induk, transportasi, perubahan-perubahan sifat fisik
material rombakan, pengendapan, kompaksi, dan untuk derajat litifikasi harus
disertai dengan proses kimiawi, yaitu proses diagenesis dan sementasi. Poses
kimiawi dapat berlangsung bersamaan dengan proses fisika dan dapat pula
bekerja secara terpisah seperti pada pembentukan mineral-mineral dari hasil
proses fisika dan dapat pula bekerja secara terpisah seperti pada pembentukan
mineral-mineral dari hasil proses atau reaksi kimia yang menyusun batuan
sedimen.
Batuan sedimen yang terbentuk melalui proses sedimentasi
mempunyai suatu kenampakan yang berbeda dengan batuan lainnya. Bentuk
dan coraknya memberikan kenampakan pencerminan adanya kesan
pengendapan selama pembentukannya. Pembentukannya secara pelan dan
bertahap dengan urutan susunan yang teratur dapat memberikan suatu ciri
yang khas dengan struktur perlapisan yang bervariasi.
B. Maksud Dan Tujuan
Adapun maksud daripada praktikum ini adalah untuk mendeterminasi
batuan sedimen berdasarkan tekstur, struktur, dan komposisi mineral
penyusunnya.
Tujuan praktikum ini adalah agar dapat : mendeterminasi batuan
sedimen berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya dan menentukan
jenis serta nama batuan berdasarkan sifat fisik dan komponen penyusunnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Terbentuknya
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari pecahan atau hasil
abrasi dari sedimen, batuan beku, metamorf yang tertransport dan
terendapkan kemudian terlithifikasi.
Ada dua tipe sedimen yaitu: detritus dan kimiawi. Detritus terdiri
dari partikel-2 padat hasil dari pelapukan mekanis. Sedimen kimiawi
terdiri dari mineral sebagai hasil kristalisasi larutan dengan proses
inorganik atau aktivitas organisme. Partikel sedimen diklasifikasikan
menurut ukuran butir, gravel (termasuk bolder, cobble dan pebble), pasir,
lanau, dan lempung. Transportasi dari sedimen menyebabkan
pembundaran dengan cara abrasi dan pemilahan (sorting). Nilai
kebundaran dan sorting sangat tergantung pada ukuran butir, jarak
transportasi dan proses pengendapan. Proses litifikasi dari sedimen
menjadi batuan sedimen terjadi melalui kompaksi dan sementasi.
Batuan sedimen merupakan merupakan batuan yang terbentuk
melalui proses sedimentasani baik secara fisik maupun secara kimia atau
organic.pada sebagian sedimen organic seperti pada pembentukan batu
gamoing tertumbu. Proses pisika berlang sung selama sedimentasi
meliputi perombakan , penggndapan kompaksi dan selanjutnya diikuti
oleh proses diagenesis dan sementasi.
Batuan sedimen yang terbentuk melalui proses sedimentasi memilik
kenampakan yang berbeda dengan batuan lainnya.Bentuk dan teksturnya
mencerminkan adanya kesan pengendapan selama pembentukannya.
Factor yang berperan dalam pembentukan batuan sedimen adalah aspen
mekanik,kimiawi dan biologis.Dalam hal ini akan dibahas secara terpisah
dalam dua kelompok, yaitu sumber material sedimen dan lingkunga
pengendapan.
Adapun sumber-sumber material sedimen adalah sebagai berikut :
a. Aktifitas vulkanik,yaitu material klastik atau rombakan yang
dikeluarkan oleh aktifitas vulkanisme sebagai bahan piroklastik
berupa bomb,bloc,lapili da debu-debu vulkanik serta material
piroklastik lainnya.
b. Pelapukan mekanik, hasil perombakan melalui pelapukan mekanik
terhadap singkapan suatu batuan akan mengalami transportasi
kemudian terakumulasi pada suatu cekungan,kemudian terjadi
kompaksi,diagenesis sementasi dan litifikasi.
c. Larutan - larutan dalam air, berupa garam-garaman yang hancur
dan lapuk baik di darat mapun dilaut pada kondisi tertentu dapat
terjadi reaksi kimia.\
SKALA WENWORT
Diameter
(mm)
>256
64 256
4 64
24
Partikel/Fragmen
Material Lepas
Boulder/ Bongkah
Cobble
Pebbel
Granule
Boulder Gravel
Cobble Gravel
Pebbel Gravel
Granule Gravel
Material tersemen
Konglomerat
Granule
Konglomerat
12
Btr pasir sangat Pasir
sangat Batu pasir sangat
kasar
kasar
kasar
0,5 1
Btr pasir kasar
Pasir kasar
Batu pasir kasar
0,25 0,5
Btr pasir sedang
Pasir sedang
Batu pasir sedang
0,125 0,25 Btr pasir halus
Pasir halus
Batu pasir halus
0,0625
Btr pasir sangat Pasir
sangat Batu pasir sangat
0,125
halus
halus
halus
0,004
Partikel Lanau
Lanau ( Silt )
Batu Lanau
0,0625
<0,004
Partikel Lempung
Lempung
Batu Lempung
( Clay )
Susunan Butir
Pemilahan (Sortasi)
Adalah merupakan penyeleksian ukuran butir, atau keseragaman antar butir
penyusun batuan sedimen. Sortasi terbagi atas:
Sortasi baik, jika ukuran materialnya relative sama (seragam).
Sortasi jelek, bila ukuran butir bervariasi dengan range (perbedaan) butir
sangat besar.
Meruncing (angular)
Kemas
Yaitu keterikatan antara partikel-partikel penyusun batuan. Jenis kemas terdiri
atas dua istilah:
Kemas tertutup jika keterrikatan antara partikel-partikel kuat atau massive.
Kemas terbuka jika keterikatan partikel-partikel mudah lepas.
Komposisi mineral
Butir/fragmen merupakan komponen-komponen besar dalam batuan, nampak
seperti fenokris pada batuan beku.
Matriks, merupakan komponen-komponen yang lebih halus dan sebagai
penyusun utama batuan sedimen (massa dasar).
Semen, merupakan hasil dari larutan kimia yang sering mengalami kristalisasi.
Antara lain; Karbonat (kalsit), Silika (kuarsa) dan oksida besi.
B. Tekstur Batuan Sedimen
Tekstur batuan sedimen non klastik
- Amorf
- Kristalin
Tekstur batuan sedimen klastik didasarkan pada
- Ukuran Butir
- Bentuk Butir
- Sususnan Butir/komposisi
C. Struktur Batuan Sedimen
Struktur batuan sedimen dikelompokan menjadi 2 yaitu strktur berlapis
dan tidak berlapis. Struktur berlapis terjadi karena perbedaan warna batuan
sedimen, perbedaan ukuran butir, perbedaan kompaksi mineral, dan perbedan
sifat fisika dan kimia.
Klasifikasi struktur sedimen berdasarkan ganesanya dibagi menjadi 2
yaitu syngenetik dan epigenetic.
Syngenetik yaitu struktur sediment yang terbentuk selama sedimentasi
berlangsung, biasa disebut pula struktur primer.
Epygenetik adalah strutur sedim en yang terjadi setelah batuan sedimen
terbentuk.
D. Klasifikasi Batuan Sedimen
a)
Sedimen yang berasal dari hasil transportasi material padat yang berasal
dari pelapukan batuan lain yang terbentuk dari akumulasi fragmen-fragmen
atau butiran-butiran mineraldari berbagai macam type, endapan ini dikenal
dengan nama detrial dan batuannnya disebut batuan sedimen detrial atau
batuan sedimen Klastik.
b)
Sedimen yang berasal dari material yang larut sebagai hasil pelapukan
kimia, atau batuan sedimen yang terbentuk dari proses-proses kimia, seperti
evaporasi dan laterisasi. Batuan sedimen ini biasa disebut batuan sedimen Non
Klastik.
c)
Ada juga batuan sedimen non klastik yang terbentuk dari bagian-bagian
organic baik hewan maupun tumbuhan, yang dikenal dengan sedimen organik.
BAB III
LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN SEDIMEN
OLEH :
NAMA
: HERIADI
STB
: 13 31 1 427
KELAS
:F
KELOMPOK
:I
A. KESIMPULAN
Setelah kelompok kami melakukan praktikum di laboratorium maka kami
dapat menarik kesimpulan tentang batuan sedimen antara lain :
Tekstur batuan sedimen terbagi menjadi 2 yaitu Klastik dan
Nonklastik
Klasifikasi struktur sedimen ganesanya dibagi menjadi 2 yaitu
syngenetik dan epigenetik.
Dalam derajat pembudaran/roundness batuan sedimen dibagi menjadi 6 yaitu:
Wellrounded
Rounded
Subrounded
Subangular
Angular
Verryangular
B. SARAN
Saran saya adalah diharapkan pada setiap kali percobaan praktikan dan
asisten mampu mematuhi segala aturan yang telah dibuat, agar dalam
melakasanakan praktikum mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. PROSES TERBENTUKNYA
BAB III
LAPORAN LENGKAP DETERMINASI BATUAN METAMORF
OLEH :
NAMA
: HERIADI
STB
: 13 31 1 427
KELAS
:F
KELOMPOK
:I
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Proses metamorfisme adalah proses perubahan batuan yang sudah ada
menjadi batuan metamorf karena perubahan tekanan dan temperature yang
besar.
2. Proses metamorfisme terjadi apabila kondisi lingkungan batuan mengalami
perubahan yang tidak sama dengan kondisi pada waktu batuan tersebut
terbentuk, sehingga batuan tidak menjadi stabil.
3. Proses metamorfisme sering terjadi pada salah satu dari tiga fenomena
pembentukan batuan metamorf.
B. SARAN
Untuk peningkatan kualitas praktikum di LAB Geologi di masa
mendatang, kami menyarankan :
Agar pelaksanaan praktikum berikutnya tidak dilaksanakan dengan waktu
yang terlalu sempit dengan masa akhir semester agar peserta praktikan
memiliki waktu yang cukup dalam penyusunan laporan.
1.
secara biologi. Salah satu contohnya adalah pelapukan yang disebabkan oleh
gangguan dari akar tanaman yang cukup besar. Akar-akar tanaman yang besar ini
mampu membuat rekahan-rekahan di batuan dan akhirnya dapat memecah batuan
menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah
menjadi bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat.
Berpindahnya tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini
dapat terjadi melalui beberapa cara:
1. Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang ada
bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing
sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah
2. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat
mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah satu
contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam mengangkut
pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
3. Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan batuan
yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun.
4. Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada di
Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang ada.
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa
selamanya. Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang
tiupannya, dan juga glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan
yang terbawa akan terendapkan. Proses ini yang sering disebut proses
pengendapan. Selama proses pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan
secara berlapis dimana pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu baru
kemudian diikuti pecahan yang lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan
ini akan membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat di batuan
sedimen saat ini.
Pada saat perlapisan di batuan sedimen ini terbentuk, tekanan yang ada di
perlapisan yang paling bawah akan bertambah akibat pertambahan beban di
atasnya. Akibat pertambahan tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-lapisan
batuan akan tertekan sehingga keluar dari lapisan batuan yang ada. Proses ini
sering disebut kompaksi. Pada saat yang bersamaan pula, partikel-partikel yang
ada dalam lapisan mulai bersatu. Adanya semen seperti lempung, silika, atau
kalsit diantara partikel-partikel yang ada membuat partikel tersebut menyatu
membentuk batuan yang lebih keras. Proses ini sering disebut sementasi. Setelah
proses kompaksi dan sementasi terjadi pada pecahan batuan yang ada, perlapisan
sedimen yang ada sebelumnya berganti menjadi batuan sedimen yang berlapislapis. Batuan sedimen seperti batu pasir, batu lempung, dan batu gamping dapat
dibedakan dari batuan lainnya melalui adanya perlapisan, butiran-butiran sedimen
yang menjadi satu akibat adanya semen, dan juga adanya fosil yang ikut
terendapkan saat pecahan batuan dan fosil mengalami proses erosi, kompaksi dan
akhirnya tersementasikan bersama-sama.
Pada kerak bumi yang cukup dalam, tekanan dan suhu yang ada sangatlah
tinggi. Kondisi tekanan dan suhu yang sangat tinggi seperti ini dapat mengubah
mineral yang dalam batuan. Proses ini sering disebut proses metamorfisme.
Semua batuan yang ada dapat mengalami proses metamorfisme. Tingkat proses
metamorfisme yang terjadi tergantung dari:
1.
2.
3.
Apakah batuan yang ada terkena efek tekanan dan atau suhu yang tinggi.
Apakah batuan tersebut mengalami perubahan bentuk.
Berapa lama batuan yang ada terkena tekanan dan suhu yang tinggi.
batuan yang terbentuk akibat proses ini tergantung dari komposisi magma yang
ada. Umumnya batuan beku ekstrusif memperlihatkan ciri-ciri berikut:
1. Butirannya sangatlah kecil. Ini disebabkan magma yang keluar ke
permukaan bumi mengalami proses pendinginan yang sangat cepat
sehingga mineral-mineral yang ada sebagai penyusun batuan tidak
mempunyai banyak waktu untuk dapat berkembang.
2. Umumnya memperlihatkan adanya rongga-rongga yang terbentuk
akibat gas yang terkandung dalam batuan atau yang sering disebut gas
bubble.
Batuan yang meleleh akibat tekanan dan suhu yang sangat tinggi sering
membentuk magma chamber dalam kerak bumi. Magma ini bercampur dengan
magma yang terbentuk dari mantle. Karena letak magma chamber yang relatif
dalam dan tidak mengalami proses ekstrusif, maka magma yang ada mengalami
proses pendinginan yang relatif lambat dan membentuk kristal-kristal mineral
yang akhirnya membentuk batuan beku intrusif. Batuan beku intrusif dapat
tersingkap di permukaan membentuk pluton. Salah satu jenis pluton terbesar yang
tersingkap dengan jelas adalah batholit seperti yang ada di Sierra Nevada USA
yang merupakan batholit granit yang sangat besar. Gabbro juga salah satu contoh
batuan intrusif. Jenis batuan yang terbentuk akibat proses ini tergantung dari
komposisi magma yang ada. Umumnya batuan beku intrusif memperlihatkan ciriciri berikut:
1. Butirannya cukup besar. Ini disebabkan magma yang keluar ke
permukaan bumi mengalami proses pendinginan yang sangat lambat
sehingga mineral-mineral yang ada sebagai penyusun batuan
mempunyai banyak waktu untuk dapat berkembang.
2. Biasanya mineral-mineral pembentuk batuan beku intrusif
memperlihatkan angular interlocking. Proses-proses inilah semua yang
terjadi dimasa lampau, sekarang, dan yang akan datang. Terjadinya
proses-proses ini menjaga keseimbangan batuan yang ada di bumi.
DETERMINASI MINERAL
(PERCOBAAN I)
OLEH :
NAMA
: HERIADI
STB
: 13 31 1 427
KELAS
:F
KELOMPOK
:I
DETERMINASI MINERAL
(PERCOBAAN II)
OLEH :
NAMA
: HERIADI
STB
: 13 31 1 427
KELAS
:F
KELOMPOK
:I
(PERCOBAAN III)
OLEH :
NAMA
: HERIADI
STB
: 13 31 1 427
KELAS
:F
KELOMPOK
:I
(PERCOBAAN IV)
OLEH :
NAMA
: HERIADI
STB
: 13 31 1 427
KELAS
:F
KELOMPOK
:I
(PERCOBAAN V)
OLEH :
NAMA
: HERIADI
STB
: 13 31 1 427
KELAS
:F
KELOMPOK
:I
OLEH :
NAMA
: HERIADI
STB
: 13 31 1 427
KELAS
:F
KELOMPOK
:I
OLEH :
NAMA
: HERIADI
STB
: 13 31 1 427
KELAS
:F
KELOMPOK
:I
OLEH :
NAMA
: HERIADI
STB
: 13 31 1 427
KELAS
:F
KELOMPOK
:I