Anda di halaman 1dari 8

MATA ACARA II

STRUKTUR GARIS

Sudah terlalu lama kita tertinggal dalam ilmu geometri, padahal engineer harus bisa
mengimajinasikan objek yang akan direkayasanya
Tampa pendekatan geometri maka imajinasi itu hanya abstrak
Ingat, imajinasi dalam ilmu kita adalah imajinasi yang memiliki ukuran : panjang
lebar dan volume.
Imajinasi dalam ilmu kita harus dalam perhitungan matematis
Carilah hakikat dari imajinasi, maka semua problem dapat di proyeksikan dengan
mudah
Ingat, kita adalah engineer bukan politikus, ekonom, sastrawan, kita adalah enjineer
yang berbicara dengan angka terukur, tergambar, dan yang ada hanya Benar atau
Salah.

I.

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Dapat menentukan plunge (penunjaman), trend (arah penunjaman), dan
pitch dari stuktur garis
2. Dapat menentukan kedudukan struktur garis dari perpotongan dua
struktur bidang
3. Dapat menentukan apperent plunge (penunjaman semu) dari sebah
struktur garis

II. TEORI PENGANTAR


Dalam pengertian geologi, suatu struktur garis dapat berdiri sendiri, misalnya
struktur garis berupa arah butiran mineral dan arah memanjangnya suatu tubuh batuan.
Pada umumnya struktur garis berada pada suatu struktur bidang, misalnya sumbu
perlipatan pada bidang perlapisan, gores-garis pada bidang sesar, lineasi mineral pada
bidang foliasi, dan perpotongan dua buah bidang
Kedudukan sebuah struktur garis diwakili oleh sepasang angka : penunjaman
(plunge) dan arah penunjaman (trend). Jika struktur garis tersebut terbentuk pada
sebuah struktur bidang yang kedudukannya diketahui, maka orientasi struktur garis
tersebut dapat diwakili oleh sebuah angka yang disebut pitch.

Penunjaman sebuah struktur garis adalah sudut yang dibentuk oleh struktur
garis tersebut dengan bidang horizontal, diukur pada bidang vertikal (Gambar 4.1).
Nilai dari penunjaman berkisar antara 00 dan 900, penunjaman 00 dimiliki oleh garis
horizontal, dan penunjaman 900 dimiliki oleh garis vertikal.
Arah penunjaman sebuah struktur garis adalah arah dari proyeksi struktur garis
tersebut ke bidang horizontal. Arah penunjaman dapat dideskripsikan dengan
menggunakan konvensi kuadran ataupun konvensi azimuth. Arah penunjaman harus
menunjuk pada arah ke mana struktur garis tersebut menunjam. Struktur garis yang
menunjam ke timur tidak sama dengan struktur garis yang menunjam ke barat. Kedua
struktur garis ini berlawanan arah.
Pitch sebuah struktur garis adalah sudut antara struktur garis tersebut dengan
horizontal, diukur pada bidang di mana struktur garis tersebut terbentuk (Gambar 2.1).
Kisaran nilai pitch adalah antara 000 dan 900. Jika arah penunjaman sejajar dengan
garis jurus, maka pitch = 00. Jika arah penunjaman tegak lurus garis jurus, maka pitch
= 900. Di lapangan pitch dapat diukur langsung dengan menggunakan busur derajat,
dengan catatan bidang tersebut tersingkap baik. Kenyataannya kadang-kadang sulit
untuk mendapatkan bidang yang baik di lapangan, sehingga perlu dilakukan
perhitungan.

Gambar 2.1. Beberapa istilah struktur garis.

Gambar 2.2 (a) Penunjaman. (b) Pitch.

III. KEDUDUKAN STRUKTUR GARIS DAN PITCH PADA STRUKTUR

BIDANG
Suatu struktur bidang memiliki kedudukan N450E/300SE. Pada bidang tersebut
terdapat struktur garis berarah N1800E. Tentukan kedudukan* dan pitch struktur garis
tersebut.
Penyelesaian
1. Bayangkan (tidak perlu digambar!) permasalahan dalam tiga dimensi (Gambar
4.4a). COED adalah bidang miring. Beda tinggi antara garis jurus CO dan garis
jurus DE adalah t (t dapat ditentukan secara bebas). Garis FG adalah proyeksi garis
DE pada bidang peta. Dari Gambar 2.4a dapat dilihat bahwa untuk dapat mengukur
besar penunjaman, kita harus memutar bidang OAB ke bidang peta dengan
menggunakan garis OA sebagai garis lipat. Untuk dapat mengukur sudut besar
pitch, kita harus memutar bidang COED ke bidang peta dengan menggunakan garis
CO (garis jurus) sebagai garis lipat.
2. Gambar garis jurus pada arah N450E dengan panjang bebas (pada gambar 2.4c
garis dengan panjang bebas ditandai dengan lingkaran hitam kecil). Tentukan
posisi titik C pada garis ini (bebas). Gambar garis CI tegak lurus jurus (searah
dengan arah kemiringan sebenarnya).
3. Jadikan garis CI sebagai garis lipat F1, putar bidang penampang ke bidang peta.
Gambar garis CJ yang membentuk sudut 300 (kemiringan struktur bidang) dengan

CI.
4. Buat garis KL tegak lurus CI (sejajar jurus). Garis ini memotong garis CI dan CJ
di titik F dan D'. Dalam pembuatan garis KL ini, usahakan agar panjang FD'
memiliki angka yang bulat dalam satuan milimeter. Garis KL ini merupakan
proyeksi garis jurus DE (lihat Gambar 2.4a) pada bidang peta. Dalam
penggambaran yang baru saja dilakukan, beda tinggi antara garis jurus CO dan
garis jurus DE adalah sebesar panjang FD' (t).
Penentuan penunjaman struktur garis
5. Gambar garis OA pada arah N1800E. Garis OA ini merupakan proyeksi struktur
garis pada bidang peta.
6. Jadikan OA sebagai garis lipat F2, putar bidang penampang ke bidang peta.
Gambar garis AB'' tegak lurus OA sepanjang t.
7. Gambar garis OB''. Sudut AOB'' merupakan penjunjaman struktur garis.
Penentuan pitch
8. Jadikan garis jurus CO sebagai garis lipat F3, putar bidang miring COED ke bidang
peta. Dengan menggunakan jangka, gambar busur penghubung dari titik D' ke D'',
di mana D'' terletak di sepanjang garis lipat CI dan titik C sebagai pusat busur
penghubung. Panjang CD'' sama dengan panjang CD'.
9. Gambar segi empat COE'D''. Segi empat ini adalah bidang miring COED yang
telah diputar ke bidang peta dengan menggunakan garis CO sebagai garis lipat.
Setelah perputaran ini, titik B yang sebelumnya berada di bidang miring, akan
terputar ke B' di bidang peta (Gambar 2.4b).
10. Gambar garis OB'. Garis ini adalah struktur garis OB yang telah diputar ke bidang
peta dengan menggunakan garis CO sebagai garis lipat. Sudut COB adalah pitch.
11. Pengukuran dengan menggunakan busur menghasilkan kedudukan struktur garis
230, N1800E, dan besarnya pitch 500.

Gambar 2.4

IV. STRUKTUR GARIS YANG TERBENTUK DARI PERPOTONGAN DUA


STRUKTUR BIDANG
Suatu zona mineralisasi dianggap sebagai satu zona atau garis lurus,
yang merupakan perpotongan antara lapisan batugamping dengan kedudukan
N700E/400SE, dengan suatu korok andesit dengan kedudukan N1400E/250SW.
Tentukan kedudukan struktur garis yang merupakan zona mineralisasi
tersebut.
Penyelesaian
1. Gambar jurus kedua struktur bidang pada skala yang cocok dan saling berpotongan
di titik K. Tandai arah kemiringan pada kedua garis jurus.

2. Gambar garis lipat F1 tegak lurus jurus lapisan batugamping dan garis lipat F2
tegak lurus jurus korok andesit, putar bidang-bidang penampang ke
3. bidang peta. Gambar garis PX dan BI yang masing-masing membentuk sudut 400
dan 250 terhadap F1 dan F2.

4. Gambar garis YV tegak lurus F1. Garis ini memotong F1 dan PX di titik U dan S'.
Dalam pembuatannya, usahakan agar US' memiliki panjang yang bulat dalam
satuan milimeter, dan dalam hal ini dicontohkan panjangnya t.
5. Gambar garis JG tegak lurus F2. Garis ini memotong F2 dan BI di titik F dan C'.
Dalam pembuatannya, FC' harus memiliki panjang t.
6. Garis YV dan JG berpotongan di titik M. Gambar garis KM yang merupakan
proyeksi zona mineralisasi pada bidang peta. Karena itu, arah KM merupakan arah
penunjaman zona mineralisasi.
7. Jadikan KM sebagai garis lipat, putar bidang penampang ke bidang peta. Gambar
garis MZ' tegak lurus KM dengan panjang t. Gambar garis KZ'. Sudut MKZ' adalah
penunjaman zona mineralisasi.
8. Pengukuran dengan menggunakan busur menghasilkan kedudukan zona
mineralisasi 200, N2160E. Pitch dari zona mineralisasi terhadap lapisan
batugamping dan korok andesit dapat ditentukan dengan menggunakan metode
seperti pada Gambar 2.4. Pitch zona mineralisasi terhadap lapisan batugamping =
410 dan terhadap korok andesit = 780.

Gambar 2.5

V. PENENTUAN PENUNJUMAN SEMU

Penunjaman semu, proyeksi lubang bor miring pada penampang


vertikal Lubang bor memiliki kedudukan 300, N450E. Tentukan kedudukan
proyeksi lubang bor ini pada penampang vertikal berarah E-W.
Penyelesaian
1. Gambar 2.6a memperlihatkan permasalahan yang ada. Kita ingin menentukan
kedudukan proyeksi lubang bor pada penampang. Dari Gambar 2.6a dapat
dibayangkan bahwa proyeksi lubang bor pada penampang akan memiliki arah
penunjaman N900E.
2. Gambar ulang garis penampang dan garis proyeksi lubang bor pada peta. Tentukan
titik X pada garis proyeksi lubang bor.
3. Gunakan garis OX sebagai garis lipat F1, putar bidang penampang ke bidang peta.
Buat garis OA yang membentuk sudut 300 (penunjaman struktur garis) dengan OX.
4. Buat garis dari titik X yang tegak lurus OX. Garis ini memotong OA di titik
5. W. Ukur jarak XW, misalkan jarak ini adalah d.
6. Proyeksi titik X pada penampang adalah titik Y.
7. Gunakan garis OY sebagai garis lipat F2, putar bidang penampang ke bidang peta.
Buat garis dari titik Y yang tegak lurus OY dengan panjang d, menghasilkan titik
Z. Buat garis OZ.
8. Sudut YOZ adalah penunjaman semu yang dicari. Pengukuran dengan busur
menghasilkan penunjaman semu = 390. Dengan demikian, kedudukan proyeksi
lubang bor pada penampang adalah 390, N900E.

Gambar 2.6

VI. ALAT DAN BAHAN


1. Mistar 30 cm
2. Busur 3600
3. Kertas grafik A4 minimal 6 lembar
4. ATM
5. Kelengkapan diri (idcard, celanakain hitam polos, kemeja putih lengan panjang
polos, sepatu, jilbab hitam, rok hitam)

Anda mungkin juga menyukai