TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Makanan
Makanan diperlukan untuk kehidupan karena makanan merupakan salah satu
kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Makanan berfungsi untuk memelihara proses
tubuh dalam pertumbuhan atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang
rusak, memperoleh energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme
dan berbagai keseimbangan air, mineral, dan cairan tubuh yang lain, juga berperan di
dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2003).
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
dimanapun ia berada serta memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat
bagi tubuh. Tanpa adanya makanan dan minuman, manusia tidak dapat melangsungkan
hidupnya. Adapun pengertian makanan menurut WHO (World Health Organization)
yaitu semua substansi yang diperlukan tubuh, kecuali air dan obat-obatan dan substansisubstansi yang dipergunakan untuk pengobatan (Putraprabu, 2008).
Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan
tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan
kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang
dihantarkan oleh makanan (food borne illness).
2.2.
makanan di tempat penjualannya dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk
dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel
(Depkes RI, 2003).
Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris
disebut street food menurut Food and Agriculture Organization (FAO) didefisinikan
sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan/atau dijual oleh pedagang kaki
lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau
dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat
mejawab tantangan masyarakat terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan
bervariasi. Karena pengolahannya yang praktis dan hemat waktu maka makanan jajanan
sangat digemari (Februhartanty dan Iswarawanti, 2004).
Seperti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jajanan berarti jenis
makanan selingan yang biasanya dijajakan pedagang keliling atau warung. Makanan
jajanan atau disingkat jajanan saja, sejak dulu telah menghias dunia kuliner Indonesia.
Baik sebagai panganan selingan saat menyantap menu utama maupun sebagai panganan
jajan semata. Jumlah dan ragamnya banyak sekali. Mulai dari kerak telor, siomay,
batagor, bakso, beragam jenis es, kembang tahu, toge goreng, martabak, hingga jenis kue
baik kering atau basah. Karena bervariasi itulah maka makanan jajanan sangat digemari.
Siomai atau siomay adalah salah satu jenis dim sum. Dalam bahasa Mandarin,
makanan ini disebut shaomai, sementara dalam bahasa Kanton disebut siu maai.
Makanan ini konon berasal dari Mongolia Dalam.
2.3.
2.4.
analysis hazard dan titik kendali kritis. Konsep HACCP merupakan suatu metode
manajemen keamanan makanan yang sistematis dan didasarkan pada prinsip-prinsip yang
sudah dikenal, yang ditujukan untuk mengidentifikasi hazard (bahaya) yang
kemungkinan dapat terjadi pada setiap tahapan dalam rantai persediaan makanan, dan
tindakan pengendalian ditempatkan untuk mencegah munculnya hazard tersebut.
Ada 7 (tujuh) prinsip yang diterbitkan oleh Codex Alimentarius (1997b) dan
NACMCF (USA) (1997) yang dikutip oleh Cassianos (2005), yaitu :
Prinsip 1 : Lakukan analisis hazard
Prinsip 2 : Tentukan titik kendali kritis (critical control point, CCP)
Prinsip 3 : Tetapkan batasan kritis
Prinsip 4 : Bentuk sistem untuk memantau pengendalian CCP
Prinsip 5 : Tetapkan tindakan perbaikan yang akan dilakukan saat hasil pemantauan
menunjukkan bahwa CCP tertentu berada di luar kendali.
Prinsip 6 : Bentuk prosedur verifikasi untuk memastikan bahwa sistem HACCP bekerja
dengan efektif
Prinsip 7 : Dokumentasikan semua prosedur dan catatan yang berkaitan dengan prinsip
tersebut dan penerapannya.
Analisis bahaya pada siomay yaitu terdiri dari :
1. Bahaya biologis yang dapat dihilangkan dengan proses pemanasan seperti
Escherichia coli, Salmonella spp., dan bakteri lainnya.
2. Bahaya kimia yang berasal dari gangguan pestisida, desinfektan, bahan tambahan
makanan (BTM) yang berlebihan. Bahan kimia tidak mudah dihilangkan dan
kadarnya harus di bawah batas yang sudah ditentukan.
3. Bahaya fisik yang tidak boleh ada dalam makanan seperti rambut, potongan kuku
penjamah makanan, debu.
Bagan Keputusan/Penentuan Titik Pengendalian Kritis (CCP) dikutip dari
Thaheer (2005) yaitu :
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terhadap bahan baku/bahan mentah
Pertanyaan 1 : Apakah mungkin bahan baku berupa kacang tanah, kentang, telur, bakso,
tahu, dan sayuran mengandung bahaya pada tingkat yang tidak dapat
diterima?
Ya
Pertanyaan 2 : Apakah pengolahan makanan termasuk cara penggunaan oleh konsumen
dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya sampai pada tingkat yang
dapat diterima?
Tidak
Apakah
pengolahan
akhir
yaitu
pemasakan
bertujuan
untuk
2.5.
sedangkan
sanitasi
lebih
mengarah
pada
kebersihan
faktor-faktor
2.6.
pengendalian terhadap empat faktor yaitu tempat atau bangunan, peralatan, orang dan
bahan makanan. Keempat faktor tersebut dikendalikan melalui 6 (enam) prinsip hygiene
sanitasi makanan dan minuman yaitu (Depkes RI, 2004) :
1. Pemilihan Bahan Makanan
2. Penyimpanan Bahan Makanan
3. Pengolahan Makanan
4. Penyimpanan Makanan Masak
5. Pengangkutan Makanan
6. Penyajian Makanan
mencuci. Setelah dikeringkan kemudian dibungkus dengan pembungkus yang bersih dan
disimpan dalam ruangan yang bersuhu rendah (Kusmayadi, 2008).
Dalam penyimpanan bahan makanan, hal-hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
a. Penyimpanan harus dilakukan dalam suatu tempat khusus yang bersih dan memenuhi
syarat.
b. Barang-barang harus diatur dan disusun dengan baik sehingga :
1) Mudah untuk mengambilnya.
2) Tidak menjadi tempat bersarang atau bersembunyi serangga dan tikus.
3) Tidak mudah membusuk dan rusak, untuk bahan-bahan yang mudah membusuk
harus disediakan tempat penyimpanan dingin.
4) Setiap bahan makanan mempunyai kartu catatan agar dapat digunakan untuk
riwayat keluar masuk barang dengan sistem FIFO (First In First Out).
Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya yaitu
(Depkes RI, 2004) :
1. Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 10 C 15 C untuk jenis
minuman buah, es krim dan sayur.
2. Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 4 C 10 C untuk bahan
makanan yang berprotein yang akan segera diolah kembali.
3. Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 0 C 4 C untuk
bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai 24 jam.
4. Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan < 0 C untuk bahan makanan
protein yang mudah rusak untuk jangka waktu > 24 jam.
2.7.
adanya polusi feses atau kotoran manusia atau hewan. Mikroorganisme yang digunakan
sebagai indicator polusi adalah bakteri yang tergolong Escherichia coli, Streptokokus
fekal, dan Clostridium perferingens.
Beberapa alasan pemilihan bakteri-bakteri tersebut adalah sebagai berikut :
7. Prosedur untuk uji bakteri indikator harus aman yang berarti tidak boleh
membahayakan bagi kesehatan orang yang melakukannya.
8. Jumlah bakteri indikator harus dapat menunjukkan tingkat polusi, yang berarti kirakira jumlahnya sebanding dengan jumlah mikroorganisme patogen yang terdapat
didalam air.
Syarat-syarat bakteri indikator tersebut mungkin tidak selalu dapat dipenuhi
karena bakteri indikator mungkin berbeda dalam hal toleransi terhadap suhu, tingkat
klorinasi, dan terhadap konsentrasi garam. Sifat masing-masing bakteri indikator perlu
diketahui untuk dapat melakukan uji yang tepat (Fardiaz, 2006).
2.8.
kesehatan. Selain dapat memenuhi kebutuhan hidup, dapat pula menjadi sumber penurana
penyakit apabila makanan tersebut tidak tidak dikelola secara higienis.
Penyakit yang bersumber dari makanan dapat digolongkan dalam:
a. Food Infection (bacteria and viruses) atau makanan yang terinfeksi, seperti
salmonellosis, shigellosis, cholera, tularemia, tuberculosis, brucellosis, hepatitis dan
sebagainya.
b. Food intoxication (bakteri) atau keracunan makanan karena bakteri seperti
staphylococcal food poisoning, clostridium perfringens food poisoning, botulism food
poisoning, bacillus cereus food poisoning.
c. Chemical food borne illness atau keracunan makanan karena bahan kimia seperti
cadmium, antimony, zink, insect dan bahan kimia lainnya.
d. Poisoning plants and animals atau keracunan makanan karena hewan dan tumbuhan
beracun seperti jengkol, jamur, kentang (solanin), ikan buntal.
e. Parasites atau penyakit parasit seperti cacing taenasis, cysticerosis, trichinosis,
ascariasis (Depkes RI, 1992).
Uraian tersebut menerangkan bahwa penyakit melalui perantara pangan ada lima
penyebab dan menurut Kusumaningsih (2008) bahwa penyakit timbul disebabkan dua
hal, yaitu pertama makanan atau minuman tersebut mengandung mikroba/bakteri dalam
jumlah yang cukup untuk menimbulkan gejala sakit, kedua makanan atau minuman
tersebut mungkin mengandung komponen beracun. Berdasarkan kedua hal tersebut,
penyakit yang ditimbulkan oleh makanan atau minuman dapat digolongkan dalam dua
kelompok besar, yaitu:
1. Infeksi makanan (food infection) yaitu penyakit yang disebabkan karena
mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung mikroba patogen,
kemudian mikroba tersebut dapat menembus sistem pertahanan tubuh dan hidup serta
berkembang biak di dalam tubuh. Mikroba yang dapat menginfeksi dan menimbulkan
penyakit adalah mikroba yang mempunyai data patogenitas tinggi dan daya virulensi
kuat, sehingga dapat berkembang biak dan menyebar ke dalam tubuh induk semang
yang peka. Masa inkubasi, yaitu waktu yang dibutuhkan dari mulai masuknya bibit
penyakit ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala sakit, karena infeksi makanan
biasanya lebih lama dari intoksikasi makanan. Mikroba-mikroba potensial penyebab
infeksi makanan antara lain Salmonella, Bacillus antracis, Campylobacter, Shigella,
Vibrio, Yersinia, Escherichia coli, dan lainnya.
2. Intoksikasi makanan (food intoxication) yaitu penyakit yang disebabkan karena
mengkonsumsi makanan yang mengandung racun yang diproduksi oleh mikroba yang
tumbuh dalam makanan. Umumnya masa inkubasi intoksikasi terjadi lebh cepat
setelah mengkonsumsi makanan tercemar dibandingkan dengan infeksi makanan.
Mikroba-mikroba potensial penyebab intoksikasi makanan antara lain Clostridium
botulinum, C. Perfringens, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, dan lainnya.
2.9.
Escherichia coli
Escherichia coli yaitu bakteri facultatively anaerobic gram-negative berbentuk
penghuni normal usus, selain berkembang biak di lingkungan sekitar manusia. Pertama
dijumpai pada tahun 1885, bakteri ini kemudian dikenali bersifat komensal maupun
berpotensi pathogen. Bila Escherichia coli, oleh berbagai sebab, tersangkut diorgan lain
(misalnya saluran kemih), penyakit akan timbul.
Bakteri Coliform adalah bakteri yang digunakan sebagai indikator sanitasi atau
adanya pencemaran. Adanya bakteri koliform pada makanan atau minuman dapat
digunakan untuk menduga kemungkinan adanya bakteri enteropatogenik atau
enterotoksik-kogenik yang berbahaya bagi kesehatan. (Hardiansyah dan Rimbawan,
2001)
2.10.
pencernaan makanan seperti kolera, tifus, disentri, diare dan penyakit cacing. Bibit
penyakit ini berasal dari feses manusia yang menderita penyakit-penyakit tersebut.
Indikator yang menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah dikotori feses adalah dengan
adanya Escherichia coli dalam air tersebut karena dalam feses manusia baik dalam
keadaan sakit maupun sehat terdapat bakteri ini dalam tubuhnya.
Bakteri Escherichia coli dapat juga menimbulkan pneumonia, endokarditis,
infeksi pada luka dan abses pada organ. Bakteri ini juga merupakan penyebab utama
meningitis pada bayi yang baru lahir dan penyebab infeksi tractor urinarius
(pyelonephritis cysticis) pada manusia yang dirawat di rumah sakit (infeksi nosokomial).
Pencegahannya dilakukan melalui perawatan yang sebaik-baiknya di rumah sakit yaitu
berupa pemberian antibiotic dan tindakan antiseptic dengan benar.
Beberapa penyakit yang sering timbul akibat bakteri Escherichia coli adalah :
1. Penyakit diare
Bakteri Escherichia coli yang menyebabkan diare sangat sering ditemukan diseluruh
dunia. Bakteri ini diklasifikasikan oleh ciri khas sifat-sifat virulensinya dan setiap
grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda seperti yang sudah
diutarakan. Gejalanya yaitu diare yang merupakan buang air besar yang encer dengan
frekuensi 4x atau lebih dalam sehari, kadang disertai muntah, badan lesu atau lemah,
panas, tidak nafsu makan, bahkan darah dan lender dalam kotoran. Diare bisa
menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga bayi menjadi rewel atau
terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
2. Infeksi saluran kemih
Penyebab yang paling sering dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab
infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda. Gejalanya yaitu
sering kencing, disuria, hermaturia, dan piura. Kebanyakan infeksi ini disebabkan
oleh Escherichia coli dengan sejumlah tipe antigen O.
3. Sepsis
Bila pertahanan tubuh ibu tidak kebal, Escherichia coli dapat memasuki aliran darah
dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir dapat sangat rentan terhadap sepsis
Escherichia coli karena tidak memiliki antibody IgM. Sepsis dapat terjadi akibat
infeksi saluran kemih.
4. Meningitis
Escherichia coli merupakan salah satu penyebab utama meningitis pada bayi. Bakteri
Escherichia coli dari kasus meningitis ini mempunyai antigen KI. Mekanisme
virulensi yang berhubungan dengan antigen KI tidak diketahui (Tambunan, 2010)
2.11.
Bumbu Siomay
(Bumbu Kacang)
Dilakukan di
rumah penjual
Kacang
tanah
Cabe,
bawang
merah,
bawang
putih
Digoreng
Digiling
Digiling
Ditumis
Dipotong-potong
dengan pisau
Penyajian
Titik Kritis
Dilakukan di
tempat penjualan
Tabel 2.1. Tabel ABTPK ( Analisis Bahaya dan Titik Pengendalian Kritis )
Titik
Pengendalian
Bumbu
Siomay
Bahaya
E. coli
Cara
Parameter
Titik
Batas
Nilai
Pengendalian
Pengendalian Kritis
Kritis
Target
Pemasakan
Tidak ada
E. coli =
Tidak
Pemasakan
Pemasakan
hingga
E. coli
0/gram
ada nilai
benar-benar
ulang
target
mendidih
mendidih
2.12.
Pemantauan
Tindakan
Koreksi
Memenuhi
Syarat
Tidak Memenuhi
Syarat
Keberadaan
E. coli dan
Jumlah
Coliform