Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PULMONAL

A. Definisi
Hypertensi Pulmonary atau yang biasa disebut Hipertensi Paru merupakan
kondisi yang tidak terlihat secara klinis sampai pada tahap lanjut kemajuan
penyakitnya. Hipertensi paru terjadi ketika tekanan sistolik arteri pulmonari melebihi
30 mmHg dan tekanan arteri pulmonari rerata diatas 15 mmHg. Tekanan ini tidak
dapat diukur secara langsung seperti pada tekanan darah, tetapi harus diukur selama
katerisasi jantung sebelah kanan.
Terdapat dua bentuk hipertensi paru : primer (idiopatik) dan sekunder.
1. Hipertensi Paru Primer
Merupakan hipertensi pulmonal yang tidak diketahui penyebabnya. Keadaan
ini paling sering terjadi pada usia 20 tahun sampai 40 tahun. Dan biasanya fatal
dalam 5 tahun diagnosis. Hipertensi pulmonal primer lebih sering didapatkan pada
perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus
per 1 juta penduduk, dengan mean survival dari awitan penyakit sampai timbulnya
gejala sekitar 2-3 tahun.
2. Hipertensi Paru Sekunder
Merupakan bentuk yang lebih umum dan diakibatkan oleh penyakit paru atau
jantung yang diderita oleh klien. Penyebab yang paling umum dari hipertensi
pulmonal sekunder adalah konstriksi arteri pulmonar akibat hipoksia karena
penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), obesitas, inhalasi asap dan kelainan
neuromuskular.
B. Etiologi
1. Hipertensi pulmonal pasif
Agar darah dapat mengalir melalui paru dan kemudian masuk ke dalam vena
pulmonalis, maka tekanan dalam arteri pulmonalis harus lebih tinggi daripada
vena pulmonalis. Dengan demikian, maka setiap kenaikan tekanan dalam vena
pulmonalis seperti pada stenosis mitral, insufisiensi mitral dan ventrikel kiri yang
hipertrofi akan menyebabkan peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis pula.
2. Hipertensi pulmonal reaktif
Sebagai reaksi akibat peningkatan dalam vena pulmonalis maka pada beberapa
penderita terjadi vasokonstriksi arteriol pulmonal yang aktif. Vasokonstriksi ini
menyebabkan resistensi terhadap pengaliran darah melalui paru bertambah besar
dan tekanan dalam arteri pulmonalis meningkat, misal pada penderita dengan
stenosis mitral yang berat dan kadang-kadang pada penderita dengan insufisiensi

mitral atau dengan gagal jantung kiri. Faktor penyebab ini dihubungkan pula
dengan faktor familial.
3. Aliran darah dalam paru yang meningkat
Peningkatan aliran darah paru yang sedang, bila disertai dengan dilatasi
pembuluh darah paru dan terbukanya lubang saluran yang sebelumnya telah
menutup, maka dapat berlangsung tanpa terjadi peningkatan tekanan dalam arteri
pulmonalis. Kalau aliran darah itu lebih besar misalnya sampai lebih 3 kali yang
normal, maka akan diperlukan tekanan yang lebih besar dalam paru agar
pengaliran darah dapat berlangsung.
4. Vaskularisasi paru yang berkurang
Bila dua pertiga atau lebih dari vaskularisasi paru mengalami obliterasi maka
diperlukan peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis supaya tetap ada aliran
yang adekuat, misalnya pada kelainan dengan embolus paru yang berulang-ulang
sehingga menyumbat arteri dan arteriol dalam paru. Pada penyakit paru yang luas
seperti enfisema, fibrosis pada paru yang luas dan pada hipertensi pulmonal
idiopatik.
C. Patofisiologi
Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah pada
dan di dalam paru. Hal ini memperberat kerja jantung dalam memompa darah ke paru.
Lama-kelamaan pembuluh darah yang terkena akan menjadi kaku dan menebal hal ini
akan menyebabkan tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah juga
terganggu.
Hal ini akan menyebabkan bilik jantung kanan membesar sehingga
menyebabkan suplai darah dari jantung ke paru berkurang sehigga terjadi suatu
keadaan yang disebut dengan gagal jantung kanan. Sejalan dengan hal tersebut maka
aliran darah ke jantung kiri juga menurun sehingga darah membawa kandungan
oksigen yang kurang dari normal untuk mencukupi kebutuhan tubuh terutama pada
saat melakukan aktivitas.
D. Pengkajian
1. Identitas / biodata klien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/ suku, warga Negara, bahasa
yang digunakan, dan penanggung jawab yang meliputi nama, alamat, dan hubungan
dengan klien.
2. Keluhan utama
Dispnea, nyeri dada substernal
3. Riwayat kesehatan sekarang

Sering tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Dispnea saat aktivitas, fatique dan
sinkop.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Gagal jantung kiri, HIV, peny autoimun, sirosis hati, anemia sel sabit, peny bawaan,
peny tiroid, PPOK, peny paru intertisial, sleep apnea, emfisema.
E. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan survei umum dan pengkajian neurologi menunjukkan manifestasi kerusakan
organ.
1. Otak : sakit kepala, mual, muntah, epistaksis, kesemutan pada ekstremitas,
enchepalopati, hipertensis ( mengantuk, kejang atau koma).
2. Mata : retinopati ( hanya dapat dideteksi dengan penggunaan oftalmuskop, yang akan
menunjukkan hemoragie retinal dan eksudat dengan papiledema), penglihatan kabur.
3. Jantung : gagal jantung (dispnea pada pergerakan tenaga, takhikardia)
4. Ginjal : penurunan keluaran urine dalam hubungannya dengan pemasukan cairan,
penambahan berat badan tiba-tiba, dan edema.
F. Review of Sistem pada klien hipertensi pulmonal
1.
B1 (breath)
- Sesak nafas yang timbul secara bertahap
- Kelemahan
- Batuk tidak produktif
- Gejala yang jarang timbul adalah hemoptisis
- Nyeri (pada hipertensi pulmonal akut)
2.
Kardiovaskular B2 (blood)
- Tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah terganggu
- Gagal jantung kanan
- Oksigen yang kurang dari normal
- Edema perifer (pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki)
- Distensi vena jugularis
- Hepatomegali
3.
Persyarafan B3 (brain)
- Pusing
4.
Perkemihan B4 (bladder)
- Normal
5. Pencernaan B5 (bowel)
- Normal
6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
- Penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas
- Kelemahan
G. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan jaringan paru
2. Nyeri berhubungan dengan kontriksi arteri pulmonal
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kerusakan ventrikular
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dyspneu ( sesak nafas) ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Dx 1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan


jaringan paru
Tujuan : Tidak ada keluhan sesak atau terdapat penurunan respon sesak napas
Kriteria Hasil : a. Secara subjektif klien menyatakan penurunan sesak napas
b. Secara objektif didapatkan tanda vital dalam batas normal
(RR 16-20 x/menit), tidak ada penggunaan otot bantu napas,
analisa gas darah dalam batas normal
Intervensi
Rasional
Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, Perubahan warna kulit,
catat sianosis dan perubahan warna mukosa

dapat

membrane

mengindikasikan

kulit, termasuk membrane mukosa dan gangguan perfusi gas ke jaringan


kuku
Berikan tambahan oksigen

terganggu.
Untuk
meningkatkan

konsentrasi

oksigen dalam proses pertukaran gas


Pantau saturasi (oksimetri), PH, BE, Untuk mengetahui tingkat oksigenasi
HCO3 dengan analisa gas darah

pada jaringan sebagai dampak adekuat

Koreksi keseimbangan asam basa

tidaknya proses pertukaran gas


Mencegah
asidosis
yang

dapat

memperberat fungsi penapasan

Dx 2 : Nyeri berhubungan dengan kontriksi arteri pulmonal


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri dapat
teratasi
Kriteria Hasil : a. Pasien mengatakan nyeri berkurang
b. Skala nyeri turun
c. Wajah pasien tampak rileks
d. Tanda-tanda vital normal
Intervensi
Rasional
Tingkatkan istirahat yang adekuat
Istirahat dapat menurunkan tingkat
Lakukan manajemen sentuhan

nyeri
Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis

dapat membantu menurunkan nyeri.


Massase ringan dapat meningkatkan
aliran darah dan menurunkan sensasi
nyeri
Anjurkan tindakan pengurangan nyeri Teknik relaksasi,atau distraksi dapat
untuk membantu pengobatan nyeri mengalihkan perhatian klien dari rasa
(misalnya,

teknik

relaksasi,atau nyeri dan dapat meningkatkan produksi

distraksi)

endorfin dan enkafalin yang dapat


memblok reseptor nyeri untuk tidak

dikirimkan ke korteks serebri.


Kolaborasi pemberian analgesik sesuai Analgesik dapat menurunkan tingkat
indikasi

nyeri

Dx 3 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan kerusakan


ventrikular
Tujuan : Penurunan curah jantung dapat teratasi dan TTV dalam batas normal
KH

a. Tidak ditemukan dyspnea


b. Turgor kulit bagus

c. Sirkulasi dan perfusi menjadi lebih baik


Intervensi
Rasional
Istirahatkan klien dengan tirah baring Istirahat dapat mengurangi kerja otot
optimal
pernapasan dan penggunaan oksigen
Atur posisi tirah baring yang ideal. Dengan posisi kepala yang lebih tinggi
Kepala tempat tidur harus dinaikkan dapat mengurangi kesulitan bernapas
20-30cm

dan mengurangi jumlah darah yang


kembali

ke

jantung

yang

dapat

mengurangi kongesti paru


Berikan oksigen tambahan dengan Meningkatkan sediaan oksigen dapat
kanula nasal/masker sesuai dengan melawan efek hipoksia/iskemia
indikasi
Kolaborasi
contoh

berikan

heparin

antikoagulan, Antikoagulan
dosis

dapat

mencegah

rendah, pembentukan trombus/emboli perifer

Warfarin (Coumadin)
Dx 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dyspneu ( sesak nafas)
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, energi


pasien dapat dihemat
Kriteria Hasil : Pasien tidak mengalami kondisi yang abnormal setelah
melakukan aktivitas
Intervensi
Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, Istirahat

Rasional
dapat menurunkan

kerja

dan berikan aktivitas senggang yang miokardium dan konsumsi oksigen


tidak berat
Pertahankan

klien

tirah

baring Tirah baring dapat mengurangi beban

sementara sakit akut


jantung
Pertahankan penambahan oksigen Penambahan
sesuai program

oksigen

meningkatkan

oksigenasi jaringan

ASUHAN KEPERAWATAN COR PULMONAL ATAU PULMONARY HEART


DISEASE
A. Defenisi
Cor pulmonal adalah kondisi terjadinya pembesaran jantung kanan (dengan atau tanpa
gagal jantung kiri) sebagai akibat dari penyakit yang memengaruhi struktur, fungsi, atau
vaskularisasi paru paru.
B. Etiologi
Penyebab penyakit pulmonary heart disease antara lain :
1) Penyakit paru menahun dengan hipoksia :
- Penyakit paru obstrutif kronik,
- Fibrosis paru,
- Penyakit fibrokistik,
- Cryptogenic fibrosing alveolitis,
- Penyakit paru lain yang berhubungan dengan hipoksia
2) Kelainan dinding dada :
- Kifos koliosis, torakoplasti, fibrosis pleura,
- Penyakit neuromuscular,
3) Gangguan mekanisme control pernafasan :
- Obesitas, hipoventilasi idopatik,
- Penyakit serebro vascular.
4) Obstruksi saluran nafas atas pada anak :
- Hipertrofi tonsil dan adenoid.
5) Kelainan primer pembuluh darah :
- Hipertensi pulmonale primer emboli paru berulang dan vaskulitis
pembuluh darah paru.
C. Patofisiologi
Beratnya pembesaran ventrikel kanan pada pulmonary heart disease berbanding lurus
dengan fungsi pembesaran dari peningkatan afterload. Jika resistensi vaskuler paru

meningkat dan relative tetap, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru,
peningkatan curah jantung sebagaimana terjadi pada pengerahan tenaga fisik, maka dapat
meningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara bermakna. Afterload ventrikel kanan
secara kronik meningkat jika volume paru membesar, seperti pada penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK), pemanjangan pembuluh paru, dan kompresi kapiler alveolar.
Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan pada suatu waktu akan
mempengaruhi jantung serta menyebabkan pembesaran ventrikel kanan. Kondisi ini
seringkali menyebabkan terjadinya gagal jantung. Beberapa kondisi yang menyebabkan
penurunanan oksigenasi paru dapat mengakibatkan hipoksemia ( penurunan PaO 2 ) dan
hipercapnea ( peningkatan PaCO2) , yang nantinya akan mengakibatkan insufisiensi
ventilasi. Hipoksia dan hiperkapnea akan menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonal dan
memungkinkan terjadinya penurunan vaskularisasi paru seperti pada emfisema dan emboli
paru. Akibatnya akan terjadi peningkatan ketahanan pada sistem sirkulasi pulmonal, yang
akan menjadikannya hipertensi pulmonal. Tekanan rata-rata pada arteri baru ( arterial
mean preassure) adalah 45mmHg, jika tekanan ini meningkat dapat menimbulkan
pulmonary heart disease. Ventrikel kanan akan hipertropi dan mungkin akan diikuti gagal
jantung kanan.
D. Pengkajian
Anamnesa meliputi :
1. Identitas pasien
Kor pulmonal dapat terjadi pada orang dewasa dan pada anak-anak. Untuk
orang dewasa, kasus yang paling sering ditemukan adalah pada lansia karena sering
didapati dengan kebiasaan merokok dan terpapar polusi. Hal ini di dasarkan pada
epidemiologi penyakit-penyakit yang menjadi penyebab kor pulmonal, karena
hipertensi pulmonal merupakan dampak dari beberepa penyakit yang menyerang
paru-paru. Untuk kasus anak-anak, umumnya terjadi kor pulmonal akibat obstruksi
saluran napas atas seperti hipertrofi tonsil dan adenoid.
Jenis pekerjaan yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah para
pekerja yang sering terpapar polusi udara dan kebiasaan merokok yang tinggi.
Lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal
adalah lingkungan yang dekat daerah perindustrian, dan kondisi rumah yang kurang
memenuhi persyaratan runmah yang sehat. Contohnya ventilasi rumah yang kurang
baik,hal ini akan semakin memicu terjadinya penyakit-penyakit paru dan berakibat
terjadinya kor pulmonal.
2. Riwayat sakit dan Kesehatan

Keluhan utama
Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada.
Riwayat penyakit saat ini
Pada pasien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah

letih, sesak, nyeri dada, batuk yang tidak produktif. Perlu juga ditanyakan mulai
kapan keluhan itu muncul.
Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhan tersebut.
Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas ringan sampai berat.
Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang dirasakan, biasanya disertai
sesak nafas.
Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau keseluruhan system otot rangka dan
apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.
Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas, seberapa lamanya kelemahan
beraktifitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun saat beraktifitas
Riwayat penyakit dahulu
Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki riwayat penyakit seperti

penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang
paling sering adalah klien dengan riwayat hipertensi pulmonal.
Pemeriksaan fisik : Review Of System (ROS)
1.
-

B1 (BREATH)
Pola napas : irama tidak teratur
Jenis: Dispnoe
Suara napas: wheezing
Sesak napas (+)

2.
-

B2 (BLOOD)
Irama jantung : ireguler s1/s2 tunggal (-)
Nyeri dada (+)
Bunyi jantung: murmur
CRT : tidak terkaji
Akral : dingin basah

3. B3 (BRAIN)
- Penglihatan(mata)
Pupil : tidak terkaji
Selera/konjungtiva : tidak terkaji
- Gangguan pendengaran/telinga: tidak terkaji
- Penciuman (hidung) : tidak terkaji
- Pusing
- Gangguan kesadaran
4. B4 (BLADDER)

Urin:
Jumlah : kurang dari 1-2 cc/kg BB/jam
Warna : kuning pekat
Bau : khas
Oliguria

5.
-

B5 (BOWEL)
Nafsu makan : menurun
Mulut dan tenggorokan : tidak terkaji
Abdomen : asites
Peristaltic : tidak terkaji

6.
-

B6 (BONE)
Kemampuan pergerakan sendi: terbatas
Kekuatan otot : lemah
Turgor : jelek
Edema

Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya,
kecemasan terhadap penyakit.
C. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran

gas

yang

berhubungan

dengan

hipoksemia

reversible/menetap
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi pulmonal
3. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik dan keletihan.
E. Intervensi
Dx 1 : Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan Hipoksemia
secara reversible/menetap
Tujuan : Mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat untuk keperluan tubuh.
Kriteria hasil :
-

Klien tidak mengalami sesak napas.


Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda sianosis.
Pao2 dan paco2 dalam batas normal
Saturasi O2 dalam rentang normal
Intervensi
Rasional
Pantau
frekuensi,
kedalaman Berguna dalam evaluasi derajat distress

secara

pernapasan. Catat penggunaan otot pernapasan dan/atau kronisnya proses


aksesori, nafas bibir, tidakmampuan penyakit.
bicara/ berbincang.
Tinggikan kepala tempat tidur, bantu Pengiriman oksigen dapat diperbaiki
pasien untuk memilih posisi yang dengan posisi duduk tinggi dan latihan
mudah untuk bernapas. Dorong nafas nafas untuk menurunkan kolaps jalan
perlahan

atau

nafas

bibir

sesuai nafas, dispnea dan kerja nafas.

kebutuhan atau toleransi individu.


Awasi secara rutin kulit dan warna Sianosis mungkin perifer (terlihat pada
membrane mukosa.

kuku) atau sentral (terlihat sekitar


bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan
dan diagnosis sentral mengindikasikan

Palpasi fremitus.

beratnya hipoksemia.
Penurunan getaran fibrasi diduga ada
pengumpulan

cairan

atau

udara

terjebak.
Awasi tingkat kesadaran/ status mental. Gelisah dan ansietas adalah manifestasi
Selidiki adanya perubahan.

umum pada hypoxia, GDA memburuk


disertai

bingung/

somnolen

menunjukkan disfungsi sersbral yang


berhubungan dengan hipoksemia.
Evaluasi tingkat toleransi aktifitas. Selama
distress
pernapasan
Berikan lingkungan yang tenang dan berat/akut/refraktori pasien secara total
kalem. Batasi aktifitas pasien atau tak mampu melakukan aktifitas seharidorong untuk tidur/ istirahat dikursi hari karena hipoksemia dan dispnea.
selama fase akut. Mungkinkan pasien Istirahat diselingi aktifitas perawatan
melakukan aktifitas secara bertahap dan masih
tingkatkan sesuai toleransi individu.

penting

dari

program

pengobatan. Namun, program latihan


ditujukan
ketahanan

untuk
dan

meningkatkan
kekuatan

tanpa

menyebabkan dispnea berat, dan dapat


Awasi tanda vital dan irama jantung

meningkatkan rasa sehat.


Tachycardia, disritmia, dan perubahan
tekanan darah dapat menunjukkan efek
hipoksemia

sistemik

pada

fungsi

jantung.
PaCO2 biasanya meningkat (bronchitis,

Kolaborasi

Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi enfisema) dan PaCO2 secara umum
oksimetri.

menurun, sehingga hipoksia terjadi


dengan derajat lebih kecil atau lebih
besar. Catatan: PaCO2 normal atau
meningkat

menandakan

kegagalan

pernapasan yang akan datang selama


asmatik.
Berikan oksigen tambahan yang sesuai Dapat
dengan

indikasi

hasil

GDA

toleransi pasien.

memperbaiki/mencegah

dan memburuknya

hypoxia.

Catatan:

emfisema kronis, mengatur pernapasan


pasien ditentukan oleh kadar CO2 dan
mungkin

Berikan

penekanan

ansietas,

sedative,

SSP
atau

dengan hati-hati.

dieluarkan

dengan

peningkatan pao2 berlebihan.


(misal: Digunakan
untuk
mengontrol
narkotik) ansietas/gelisah
konsumsi

yang

meningkatkan

oksigen/kebutuhan,

eksaserbasi dispnea. Dipantau ketat


karena dapat terjadi gagal nafas.
Bantu instubasi, berikan/pertahankan Terjadinya/kegagalan nafas yang akan
ventilasi mekanik,dan pindahkan UPI datang
sesuai instruksi pasien.
1.

memerlukan

penyelamatan

hidup.

Dx 2 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi


pulmonal

Tujuan : Mencegah kelebihan volume cairan


Kriteria hasil : Cairan dalam batas normal
Intervensi
Timbang berat badan setiap hari
Kenaikan

Rasional
berat

badan

menunjukkan adanya kelebihan


nutrisi yang dapat meningkatkan
metabolisme,sehingga
Pantau intake aoutput cairan

meningkatkan kerja jantung


Menghindari
kelebihan

dan

kekurangan cairan yang masuk

dalam tubuh
Anjurkan latihan sedang atau ubah posisi Posisi yang

nyaman

dapat

klien dengan sering untuk meningkatkan memaksimalkan O2 kedalam paru


perfusi paru yang adekuat
- paru
Ukur lingkar abdomen secara teratur untuk Lingkar abdomen yang lebih dari
mengkaji perkembang asites

normal menandakan adanya asites

Dx 3 : Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik


dan keletihan.
5.

Tujuan : Keseimbanagn antara suplai dan demand oksigen.

Kriteria hasil : Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan di


tunjukkan dengan daya tahan, menunjukkan penghematan energi.
Intervensi
Rasional
Beri bantuan untuk melaksanakan aktifitas Ajarkan
klien
bagaimana
sehari-hari
Ajarkan

meningkatkan rasa control dan


klien

bagaimana

mandiri dengan kondisi yang ada


menghadapi Istirahat memungkinkan tubuh

aktifitas menghindari kelelahan dan berikan memperbaiki

energy

yang

periode istirahat tanpa gangguan di antara digunakan selama aktifitas


aktifitaa
Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai menu Dengan ahli gizi,perawat dapat
makanan pasien

menentukan jenis-jenis makanan


yang harus dikonsumsi untuk
memaksimalkan

pembentukan

energy dalam tubuh pasien.

ASUHAN KEPERAWATAN EMBOLISME PARU


A. Defenisi
Emboli paru mengacu pada obstruksi salah satu atau lebih arteri pulmonal oleh
trombus yang berasal dari suatu tempat dalam sistem vena atau pada jantung sebelah
kanan. Diperkirakan bahwa lebih dari setengah juta orang mengalami emboli paru pada
setiap tahunnya, mengakibatkan kematian lebih dari 50.000 orang tiap tahun. Embolisme
paru adalah gangguan umum dan sering berkaitan dengan trauma,bedah ( ortopedik,
pelvik, ginekologi ),kehamilan, gagal jantung kongestif, usia lanjut ( lebih dari 60 tahun ),
dan embolitas berkepanjangan. Embolisme paru juga dapat terjadi pada individu yang

tampak sehat. Individu yang beresiko mengalami embolus paru diperjelas pada bagan 24
7.
Meskipun sebagian besar trombi berasal dari vena vena profunda tungkai,namun
tenpat lain termasuk vena vena pelvik dan atrium kanan jantung dapat juga menjadi asal
dari tombus. Trombus vena dapat ( stasis ), sekunder terhadap kerusakan dinding
pembuluh darah ( terutama lapisan endotelial ) dan perubahan dalam mekanisme koagulasi
darah.
B. Etiologi
Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di tungkai
atau panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung udara, lemak, cairan ketuban
atau gumpalan parasit maupun sel tumor.
Penyebab yang paling sering adalah bekuan darah dari vena tungkai, yang disebut
trombosis vena dalam. Gumpalan darah cenderung terbentuk jika darah mengalir lambat
atau tidak mengalir sama sekali, yang dapat terjadi di vena kaki jika seseorang berada
dalam satu posisi tertentu dalam waktu yang cukup lama. Jika orang tersebut bergerak
kembali, gumpalan tersebut dapat hancur, tetapi ada juga gumpalan darah yang
menyebabkan penyakit berat bahkan kematian.
Penyebab terjadinya gumpalan di dalam vena mungkin tidak dapat diketahui, tetapi faktor
predisposisinya (faktor pendukungnya) sangat jelas, yaitu:
Pembedahan
Tirah baring atau tidak melakukan aktivitas dalam waktu lama (seperti duduk selama

perjalanan dengan mobil, pesawat terbang maupun kereta a


Stroke
Serangan jantung
Obesitas (kegemukan)
Patah tulang tungkai tungkai atau tulang pangggul
Meningkatnya kecenderungan darah untuk menggumpal (pada kanker tertentu,

pemakaian pil kontrasepsi, kekurangan faktor penghambat pembekuan darah bawaan)


Persalinan
Trauma berat
Luka bakar.

C. Pengkajian
1. Ativitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan dan / atau kelebihan
Tirah baring lama / imobilisasi
Tanda : Dispnea karena kerja
Kecepatan jantung tak normal atau TTD berespons pada aktivitas.
Gangguan tidur
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat cedera dinding vena,seperti bedah atau trauma iliaka dan

pelvik, varises vena, sepsis, luka bakar ; adanya / berulangnya


prosedur invasif misalnya : infus sentral, pemantauan
hemodinamik; masalah koagulasi, misalnya : polisitimia,anemia
hemolitik autoimun,penyakit sel sabit, infark miokardial transmural
/ subendokardial, gagal jantung.
Tanda : Takikardi
Bunyi jantung extra misalnya : S3 S4
Disritmia misalnya : fibrilasi atrial kronis
Murmur kegagalan katup
Hipotensi
Nadi mungkin normal, lemah / lembut ( syok ), atau penuh/kuat
(polisitemiavera)
Ekstremitas : tanda tromboflebitis misalnya : vena flebotik,
tegangan jaringan otot, kulit mengkilat, edema, peningkatan suhu
kulit
3. Integritas ego
Gejala : Ketakutan, perasaan mau pingsan
Takut mati
Tanda : Gelisah,gemetar, perilaku panik
Wajah tegang
Peningkatan keringat
4. Makanan / cairan
Gejala : Mual
Tanda : Edema kaki
5. Neurosensori
Gejala : Kesulitan berkonsentrasi, gangguan daya ingat / berpikir
Tanda : Gangguan lingkup perhatian
Disorientasi
Letargi / pingsan
6. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri dada
Ketidaknyamanan pada ekstremitas (bila ada tromboflebitis)
Perilaku distraksi, wajah mengkerut, merintih, gelisah
Menekan dada
7. Pernafasan
Gelaja : Riwayat penyakit paru kronis
Dispnea
Batuk, sputum merah muda / berdarah / pucat
Tanda : Takipnea
Dispnea, pernafasan tersengal sengal
Penurunan bunyi nafas; krekels,mengi,friksi pleural ( bila perli
infrak telah terjadi )
Batuk ( basah / keringatau sputum berdarah produktif )
8. Keamanan
Gejala : Riwayat kanker, infeksi sistemik, fraktur, trauma pada ekstremitas bawah, luka
bakar.
Tanda : Demam derajat rendah
7. Seksualitas
Gelaja : saat ini hamil,melahirkan
8. Penyuluhan / pembelajaran

Gejala : Menggunakan kontrasepsi oral, adanya penghentian antikoagulan


Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat 8,8 hari
Rencana pemulangan : Perubahan program obat
Bantuan perawatan diri,pengaturan rumah
D. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial oleh
bekuan darah,sekret banyak,perdarahan aktif
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan obstruksi aliran darah
(arteri)
3. Ansietas berhubungan dengan dispnea,nyeri dan kondisi yang serius
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi / program tindakan berhubungan
dengan kurang informasi tentang proses penyakit, komplikasi,dan terapi
jangka panjang.
E. Intervensi
Dx 1 : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi trakeobronkial
oleh bekuan darah,sekret banyak,perdarahan aktif
KH : a. Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam
rentang normal dan paru jelas / bersih
b. Berpartisipasi dalam aktivitas / perilaku meningkatkan fungsi paru
Intervensi

Rasional

Kaji frekuensi kedalaman pernafasan Kecepatan napas meningkat. Dispnea


dan

ekspansi

dada.

Catat

upaya dan terjadi peninggkatan kerja nafas

pernafasan, termasuk penggunaan otot (pada awal atau hanya tanda emboli
bantun / pelebaran nasal.

paru sub akut). Kedalaman pernafasan


bervariasi

tergantung

derajat

gagal

nafas.
Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya Bunyi nafas menurun / tak ada bila jalan
bunyi nafas adventisis, seperti krekels, nafas
mengi, gesekan pleural.

obstruksi

skunder

terhadap

perdarahan, bekuan atau kolaps jalan


nafas kecil ( atelektasis). Ronki dan
mengi menyertai obstruksi jalan nafas
atau kegagalan nafas.

Dorong/ bantu pasien latihan nafas Memudahkan pengeluaran sputum


dalam dan batuk efektif.

Observasi pola batuk dan karakter Kongesti alveolar mengakibatkan batuk


sekret

kering / iritasi. Sputum berdarah dapat


diakibatkan oleh kerusakan jaringan
(infrak paru atau koagulan berlebihan).

Berikan O2 tambahan

Memaksimalkan

pernafasan

dan

Bantu fisioterapi dada

menurunkan kerja nafas


Memudahkan upaya pernafasan dalam
dan meningkatkan drainase sekret dari
segmen paru.

Lakukan bronkoskopi

Membantu membuang bekuan darah


dan membersihkan jalan nafas

Dx 2 : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan obstruksi aliran


darah (arteri)
KH

: Menunjukan peningkatan perfusi normal ( irama jandtung/ frekuensi dan

nadi perifer dalam batas normal)


Intervensi
Rasional
Auskultasi frekuensi dan irama jantung. Takikardia sebagai akibat hipoksemia
dan kompensasi upaya peningkatan
aliran darah dan perfusi jaringan.gg
irama berhubungan dengan hipoksemia,
ketidak

seimbangan

elektrolit,

dan

peningkatan regangan jantung kanan.


Gelisah, bingung, disorientasi, dan

Observasi perubahan status mental

perubahan

sensori/motorik

dapat

menunjukan gangguan aliran darah,


hipoksia, atau cidera vaskular serebral
Observasi warna dan membran mukosa

aebagai akibat emboli sistemik.


Kulit
pucat
sianosis,kuku,membran

bibir/

atau
lidah

menunjukan vasokonstriksi perifer atau


Tinggikan

kaki

atau

telapak

tinggikan gangguan darah sistemik.


bila Tindakan
ini
dilakukan
untuk

ditempat tidur atau kursi. Dorong menurunkan stasis vena dikaki dan
pasien utk lat.kaki dgn fleksi/ ekstensi penggumpalan darah pada vena pelvis

pada

pergelangan

kaki.hindari utk menurunkan resiko pembentukan

menyilangkan kaki dan duduk atau trombus.


berdiri terlalu lama.
Berikan cairan (IV) sesuai indikasi

Peningkatan
menurunkan

cairan

diperlukan

hiperviskositas

utk
darah

(potensial pembekuan trombus) atau


mendukung

volume

sirkulasi

atau

perfusi jaringan.
Dx 3 : Ansietas berhubungan dengan dispnea,nyeri dan kondisi yang
serius
KH : a. Melaporkan ansietas hilang
b. Penampilan rileks dan dapat beristirahan atau tidur dengan tenang dan
nyaman
Intervensi
Rasional
Jelaskan proses penyakit dan prosedur Menghilangkan
ansietas

karena

tindakan dalam tingkat kemampuan ketidaktahuan dan menurunkan takut


pasien utk memahami dan menangani akan keamanan pribadi.
informasi.
Berikan tindakan kenyamanan mis, Menurunkan stres dan perhatian tak
pijatan punggung atau perubahan posisi

langsung utk meningkatkan relaksasi

dan kemampuan koping


Libatkan pasien dalam perencanaan dan Partisipasi dalam program perawatan
partisipasi dalam perawatan

dapat meningkatkan koping pasien


untuk menerima hasil yang diharapkan

dari proses penyakit


Anjurkan pasien dan keluarga untuk Kesempatan diberikan pada pasien
mengungkapkan dan mengekspresikan untuk mengekspresikan rasa takut dan
rasa takutnya

kekhawatiran

tentang

akan

proses

penyakit.
Dx 4 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, komplikasi dan terapi jangka panjang.
KH

: a. Menyatakan pemahaman proses penyakit, kemungkinan komplikasi, dan


tindakan utk mencegah kekambuhan.
b. Mengidentifikasi potensial faktor resiko terapi dan tanda

Kaji

atau gejala yang memerlukan intervensi


Intervensi
Rasional
kemampuan
pasien
untuk Keberhasilan proses pembelajaran

mengikuti

pembelajaran

(tingkat dipengaruhi

kecemaan,

kelelahan

umum, emosional,

pengetahuan

pasien

suasana yang tepat).

sebelumnya, kondusif.

oleh
dan

kesiapan

fisik,

lingkungan

yanh

Anda mungkin juga menyukai