Askep Vaskular Pulmonal
Askep Vaskular Pulmonal
A. Definisi
Hypertensi Pulmonary atau yang biasa disebut Hipertensi Paru merupakan
kondisi yang tidak terlihat secara klinis sampai pada tahap lanjut kemajuan
penyakitnya. Hipertensi paru terjadi ketika tekanan sistolik arteri pulmonari melebihi
30 mmHg dan tekanan arteri pulmonari rerata diatas 15 mmHg. Tekanan ini tidak
dapat diukur secara langsung seperti pada tekanan darah, tetapi harus diukur selama
katerisasi jantung sebelah kanan.
Terdapat dua bentuk hipertensi paru : primer (idiopatik) dan sekunder.
1. Hipertensi Paru Primer
Merupakan hipertensi pulmonal yang tidak diketahui penyebabnya. Keadaan
ini paling sering terjadi pada usia 20 tahun sampai 40 tahun. Dan biasanya fatal
dalam 5 tahun diagnosis. Hipertensi pulmonal primer lebih sering didapatkan pada
perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus
per 1 juta penduduk, dengan mean survival dari awitan penyakit sampai timbulnya
gejala sekitar 2-3 tahun.
2. Hipertensi Paru Sekunder
Merupakan bentuk yang lebih umum dan diakibatkan oleh penyakit paru atau
jantung yang diderita oleh klien. Penyebab yang paling umum dari hipertensi
pulmonal sekunder adalah konstriksi arteri pulmonar akibat hipoksia karena
penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), obesitas, inhalasi asap dan kelainan
neuromuskular.
B. Etiologi
1. Hipertensi pulmonal pasif
Agar darah dapat mengalir melalui paru dan kemudian masuk ke dalam vena
pulmonalis, maka tekanan dalam arteri pulmonalis harus lebih tinggi daripada
vena pulmonalis. Dengan demikian, maka setiap kenaikan tekanan dalam vena
pulmonalis seperti pada stenosis mitral, insufisiensi mitral dan ventrikel kiri yang
hipertrofi akan menyebabkan peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis pula.
2. Hipertensi pulmonal reaktif
Sebagai reaksi akibat peningkatan dalam vena pulmonalis maka pada beberapa
penderita terjadi vasokonstriksi arteriol pulmonal yang aktif. Vasokonstriksi ini
menyebabkan resistensi terhadap pengaliran darah melalui paru bertambah besar
dan tekanan dalam arteri pulmonalis meningkat, misal pada penderita dengan
stenosis mitral yang berat dan kadang-kadang pada penderita dengan insufisiensi
mitral atau dengan gagal jantung kiri. Faktor penyebab ini dihubungkan pula
dengan faktor familial.
3. Aliran darah dalam paru yang meningkat
Peningkatan aliran darah paru yang sedang, bila disertai dengan dilatasi
pembuluh darah paru dan terbukanya lubang saluran yang sebelumnya telah
menutup, maka dapat berlangsung tanpa terjadi peningkatan tekanan dalam arteri
pulmonalis. Kalau aliran darah itu lebih besar misalnya sampai lebih 3 kali yang
normal, maka akan diperlukan tekanan yang lebih besar dalam paru agar
pengaliran darah dapat berlangsung.
4. Vaskularisasi paru yang berkurang
Bila dua pertiga atau lebih dari vaskularisasi paru mengalami obliterasi maka
diperlukan peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis supaya tetap ada aliran
yang adekuat, misalnya pada kelainan dengan embolus paru yang berulang-ulang
sehingga menyumbat arteri dan arteriol dalam paru. Pada penyakit paru yang luas
seperti enfisema, fibrosis pada paru yang luas dan pada hipertensi pulmonal
idiopatik.
C. Patofisiologi
Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah pada
dan di dalam paru. Hal ini memperberat kerja jantung dalam memompa darah ke paru.
Lama-kelamaan pembuluh darah yang terkena akan menjadi kaku dan menebal hal ini
akan menyebabkan tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah juga
terganggu.
Hal ini akan menyebabkan bilik jantung kanan membesar sehingga
menyebabkan suplai darah dari jantung ke paru berkurang sehigga terjadi suatu
keadaan yang disebut dengan gagal jantung kanan. Sejalan dengan hal tersebut maka
aliran darah ke jantung kiri juga menurun sehingga darah membawa kandungan
oksigen yang kurang dari normal untuk mencukupi kebutuhan tubuh terutama pada
saat melakukan aktivitas.
D. Pengkajian
1. Identitas / biodata klien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/ suku, warga Negara, bahasa
yang digunakan, dan penanggung jawab yang meliputi nama, alamat, dan hubungan
dengan klien.
2. Keluhan utama
Dispnea, nyeri dada substernal
3. Riwayat kesehatan sekarang
Sering tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Dispnea saat aktivitas, fatique dan
sinkop.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Gagal jantung kiri, HIV, peny autoimun, sirosis hati, anemia sel sabit, peny bawaan,
peny tiroid, PPOK, peny paru intertisial, sleep apnea, emfisema.
E. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan survei umum dan pengkajian neurologi menunjukkan manifestasi kerusakan
organ.
1. Otak : sakit kepala, mual, muntah, epistaksis, kesemutan pada ekstremitas,
enchepalopati, hipertensis ( mengantuk, kejang atau koma).
2. Mata : retinopati ( hanya dapat dideteksi dengan penggunaan oftalmuskop, yang akan
menunjukkan hemoragie retinal dan eksudat dengan papiledema), penglihatan kabur.
3. Jantung : gagal jantung (dispnea pada pergerakan tenaga, takhikardia)
4. Ginjal : penurunan keluaran urine dalam hubungannya dengan pemasukan cairan,
penambahan berat badan tiba-tiba, dan edema.
F. Review of Sistem pada klien hipertensi pulmonal
1.
B1 (breath)
- Sesak nafas yang timbul secara bertahap
- Kelemahan
- Batuk tidak produktif
- Gejala yang jarang timbul adalah hemoptisis
- Nyeri (pada hipertensi pulmonal akut)
2.
Kardiovaskular B2 (blood)
- Tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah terganggu
- Gagal jantung kanan
- Oksigen yang kurang dari normal
- Edema perifer (pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki)
- Distensi vena jugularis
- Hepatomegali
3.
Persyarafan B3 (brain)
- Pusing
4.
Perkemihan B4 (bladder)
- Normal
5. Pencernaan B5 (bowel)
- Normal
6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
- Penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas
- Kelemahan
G. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan jaringan paru
2. Nyeri berhubungan dengan kontriksi arteri pulmonal
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kerusakan ventrikular
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dyspneu ( sesak nafas) ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
dapat
membrane
mengindikasikan
terganggu.
Untuk
meningkatkan
konsentrasi
dapat
nyeri
Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis
teknik
distraksi)
nyeri
ke
jantung
yang
dapat
berikan
heparin
antikoagulan, Antikoagulan
dosis
dapat
mencegah
Warfarin (Coumadin)
Dx 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dyspneu ( sesak nafas)
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Rasional
dapat menurunkan
kerja
klien
tirah
oksigen
meningkatkan
oksigenasi jaringan
meningkat dan relative tetap, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru,
peningkatan curah jantung sebagaimana terjadi pada pengerahan tenaga fisik, maka dapat
meningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara bermakna. Afterload ventrikel kanan
secara kronik meningkat jika volume paru membesar, seperti pada penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK), pemanjangan pembuluh paru, dan kompresi kapiler alveolar.
Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan pada suatu waktu akan
mempengaruhi jantung serta menyebabkan pembesaran ventrikel kanan. Kondisi ini
seringkali menyebabkan terjadinya gagal jantung. Beberapa kondisi yang menyebabkan
penurunanan oksigenasi paru dapat mengakibatkan hipoksemia ( penurunan PaO 2 ) dan
hipercapnea ( peningkatan PaCO2) , yang nantinya akan mengakibatkan insufisiensi
ventilasi. Hipoksia dan hiperkapnea akan menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonal dan
memungkinkan terjadinya penurunan vaskularisasi paru seperti pada emfisema dan emboli
paru. Akibatnya akan terjadi peningkatan ketahanan pada sistem sirkulasi pulmonal, yang
akan menjadikannya hipertensi pulmonal. Tekanan rata-rata pada arteri baru ( arterial
mean preassure) adalah 45mmHg, jika tekanan ini meningkat dapat menimbulkan
pulmonary heart disease. Ventrikel kanan akan hipertropi dan mungkin akan diikuti gagal
jantung kanan.
D. Pengkajian
Anamnesa meliputi :
1. Identitas pasien
Kor pulmonal dapat terjadi pada orang dewasa dan pada anak-anak. Untuk
orang dewasa, kasus yang paling sering ditemukan adalah pada lansia karena sering
didapati dengan kebiasaan merokok dan terpapar polusi. Hal ini di dasarkan pada
epidemiologi penyakit-penyakit yang menjadi penyebab kor pulmonal, karena
hipertensi pulmonal merupakan dampak dari beberepa penyakit yang menyerang
paru-paru. Untuk kasus anak-anak, umumnya terjadi kor pulmonal akibat obstruksi
saluran napas atas seperti hipertrofi tonsil dan adenoid.
Jenis pekerjaan yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah para
pekerja yang sering terpapar polusi udara dan kebiasaan merokok yang tinggi.
Lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal
adalah lingkungan yang dekat daerah perindustrian, dan kondisi rumah yang kurang
memenuhi persyaratan runmah yang sehat. Contohnya ventilasi rumah yang kurang
baik,hal ini akan semakin memicu terjadinya penyakit-penyakit paru dan berakibat
terjadinya kor pulmonal.
2. Riwayat sakit dan Kesehatan
Keluhan utama
Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada.
Riwayat penyakit saat ini
Pada pasien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah
letih, sesak, nyeri dada, batuk yang tidak produktif. Perlu juga ditanyakan mulai
kapan keluhan itu muncul.
Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhan tersebut.
Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas ringan sampai berat.
Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang dirasakan, biasanya disertai
sesak nafas.
Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau keseluruhan system otot rangka dan
apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.
Bagaimana nilai rentang kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Kapan timbulnya keluhan kelemahan beraktifitas, seberapa lamanya kelemahan
beraktifitas, apakah setiap waktu, saat istirahat ataupun saat beraktifitas
Riwayat penyakit dahulu
Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki riwayat penyakit seperti
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang
paling sering adalah klien dengan riwayat hipertensi pulmonal.
Pemeriksaan fisik : Review Of System (ROS)
1.
-
B1 (BREATH)
Pola napas : irama tidak teratur
Jenis: Dispnoe
Suara napas: wheezing
Sesak napas (+)
2.
-
B2 (BLOOD)
Irama jantung : ireguler s1/s2 tunggal (-)
Nyeri dada (+)
Bunyi jantung: murmur
CRT : tidak terkaji
Akral : dingin basah
3. B3 (BRAIN)
- Penglihatan(mata)
Pupil : tidak terkaji
Selera/konjungtiva : tidak terkaji
- Gangguan pendengaran/telinga: tidak terkaji
- Penciuman (hidung) : tidak terkaji
- Pusing
- Gangguan kesadaran
4. B4 (BLADDER)
Urin:
Jumlah : kurang dari 1-2 cc/kg BB/jam
Warna : kuning pekat
Bau : khas
Oliguria
5.
-
B5 (BOWEL)
Nafsu makan : menurun
Mulut dan tenggorokan : tidak terkaji
Abdomen : asites
Peristaltic : tidak terkaji
6.
-
B6 (BONE)
Kemampuan pergerakan sendi: terbatas
Kekuatan otot : lemah
Turgor : jelek
Edema
Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya,
kecemasan terhadap penyakit.
C. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran
gas
yang
berhubungan
dengan
hipoksemia
reversible/menetap
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan hipertensi pulmonal
3. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik dan keletihan.
E. Intervensi
Dx 1 : Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan Hipoksemia
secara reversible/menetap
Tujuan : Mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat untuk keperluan tubuh.
Kriteria hasil :
-
secara
atau
nafas
bibir
Palpasi fremitus.
beratnya hipoksemia.
Penurunan getaran fibrasi diduga ada
pengumpulan
cairan
atau
udara
terjebak.
Awasi tingkat kesadaran/ status mental. Gelisah dan ansietas adalah manifestasi
Selidiki adanya perubahan.
bingung/
somnolen
penting
dari
program
untuk
dan
meningkatkan
kekuatan
tanpa
sistemik
pada
fungsi
jantung.
PaCO2 biasanya meningkat (bronchitis,
Kolaborasi
Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi enfisema) dan PaCO2 secara umum
oksimetri.
menandakan
kegagalan
indikasi
hasil
GDA
toleransi pasien.
memperbaiki/mencegah
dan memburuknya
hypoxia.
Catatan:
Berikan
penekanan
ansietas,
sedative,
SSP
atau
dengan hati-hati.
dieluarkan
dengan
yang
meningkatkan
oksigen/kebutuhan,
memerlukan
penyelamatan
hidup.
Rasional
berat
badan
dan
dalam tubuh
Anjurkan latihan sedang atau ubah posisi Posisi yang
nyaman
dapat
bagaimana
energy
yang
pembentukan
tampak sehat. Individu yang beresiko mengalami embolus paru diperjelas pada bagan 24
7.
Meskipun sebagian besar trombi berasal dari vena vena profunda tungkai,namun
tenpat lain termasuk vena vena pelvik dan atrium kanan jantung dapat juga menjadi asal
dari tombus. Trombus vena dapat ( stasis ), sekunder terhadap kerusakan dinding
pembuluh darah ( terutama lapisan endotelial ) dan perubahan dalam mekanisme koagulasi
darah.
B. Etiologi
Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di tungkai
atau panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung udara, lemak, cairan ketuban
atau gumpalan parasit maupun sel tumor.
Penyebab yang paling sering adalah bekuan darah dari vena tungkai, yang disebut
trombosis vena dalam. Gumpalan darah cenderung terbentuk jika darah mengalir lambat
atau tidak mengalir sama sekali, yang dapat terjadi di vena kaki jika seseorang berada
dalam satu posisi tertentu dalam waktu yang cukup lama. Jika orang tersebut bergerak
kembali, gumpalan tersebut dapat hancur, tetapi ada juga gumpalan darah yang
menyebabkan penyakit berat bahkan kematian.
Penyebab terjadinya gumpalan di dalam vena mungkin tidak dapat diketahui, tetapi faktor
predisposisinya (faktor pendukungnya) sangat jelas, yaitu:
Pembedahan
Tirah baring atau tidak melakukan aktivitas dalam waktu lama (seperti duduk selama
C. Pengkajian
1. Ativitas / Istirahat
Gejala : Kelemahan dan / atau kelebihan
Tirah baring lama / imobilisasi
Tanda : Dispnea karena kerja
Kecepatan jantung tak normal atau TTD berespons pada aktivitas.
Gangguan tidur
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat cedera dinding vena,seperti bedah atau trauma iliaka dan
Rasional
ekspansi
dada.
Catat
pernafasan, termasuk penggunaan otot (pada awal atau hanya tanda emboli
bantun / pelebaran nasal.
tergantung
derajat
gagal
nafas.
Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya Bunyi nafas menurun / tak ada bila jalan
bunyi nafas adventisis, seperti krekels, nafas
mengi, gesekan pleural.
obstruksi
skunder
terhadap
Berikan O2 tambahan
Memaksimalkan
pernafasan
dan
Lakukan bronkoskopi
seimbangan
elektrolit,
dan
perubahan
sensori/motorik
dapat
bibir/
atau
lidah
kaki
atau
telapak
ditempat tidur atau kursi. Dorong menurunkan stasis vena dikaki dan
pasien utk lat.kaki dgn fleksi/ ekstensi penggumpalan darah pada vena pelvis
pada
pergelangan
Peningkatan
menurunkan
cairan
diperlukan
hiperviskositas
utk
darah
volume
sirkulasi
atau
perfusi jaringan.
Dx 3 : Ansietas berhubungan dengan dispnea,nyeri dan kondisi yang
serius
KH : a. Melaporkan ansietas hilang
b. Penampilan rileks dan dapat beristirahan atau tidur dengan tenang dan
nyaman
Intervensi
Rasional
Jelaskan proses penyakit dan prosedur Menghilangkan
ansietas
karena
kekhawatiran
tentang
akan
proses
penyakit.
Dx 4 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang proses penyakit, komplikasi dan terapi jangka panjang.
KH
Kaji
mengikuti
pembelajaran
(tingkat dipengaruhi
kecemaan,
kelelahan
umum, emosional,
pengetahuan
pasien
sebelumnya, kondusif.
oleh
dan
kesiapan
fisik,
lingkungan
yanh