Makalah Kel.4
Makalah Kel.4
persoalan
di
perkotaan
dalam
masa
krisis
bias
perkotaan
(urban-biased)
harus
mulai
menjadi
pembangunan
salah
satu
daerah.
subyek
Karenanya
dan
maka
bukan
obyek
peningaktan
penting
dalam
suksesnya
otonomi
daerah.
Pola
perdesaan
merupakan
kunci
dalam
pusat-pusat
produksi
di
perdesaan
utnuk
merupakan
mata
rantai
ekonomi
yang
perlu
BAB I
PENDAHULUAN
Pada awal krisis ekonomi akibat perubahan politik di Indonesia tahun 1997,
tingkat kemiskinan telah berkurang dari 60 juta di tahun 1970 menjadi 22,5 juta di
tahun 1996. Krisis di tahun 1997 telah menyebabkan dampak yang sangat parah bagi
usaha untuk pengentasan kemiskinan dan hal ini menyebabkan tingkat kemiskinan
meningkat sampai 47,9 juta dari 250 juta penduduk Indonesia, yang sebagian besar
hidup di kota besar. Meskipun banyak organisasi dan institusi yang memperdebatkan
tingkat absolut kemiskinan, dampak dari krisis telah memaksa pemerintah untuk
mengakji kebijakan-kebijakan pembangunan yang ada. Krisis telah memberi
pelajaran yang mahal bagi pemerintah bahwa jarring pengaman sosial dari ekonomi
Indonesia adalah kemampuan utnuk memperkuat pembangunan perdesaan.
Paradigma
pembangunan
dahulu
telah
menempatkan
peran
implementasi
empat
fungsi
birokrasi
yaitu
pelayanan,
(ILO) mendefinisikan
transport sebagai pergerakan orang dan barang dengan sarana apapun yang
mungkin, untuk tujuan apapun yang mungkin. World Bank mendefinisikan
transporta sebagai kegiatan menghubungkan orang ke temapt-tempat dan
sumber daya. Dengan definisi demikian jelas bahwa transport dan akses adalah
kegiatan antara. Transport adalah sarana untuk meningkatkan kemampuan (atau
mobilitas) bagi orang untuk mencapai akses pelayanan dan fasilitas yang
dibutuhkan.
Isu tentang transportasi perdesaan yang ditunjukkan dalam makalah ini
dihimpun dari beberapa elemen organisasi (dan kepemilikan) pelayanan
transportasi perdesaan yang ditunjukkan pada studi kasus Sampang, Madura,
keuangan, partisipasi masyarakat dan metode konstruksi jalan perdesaan
(Manggarai, Flores), juga kasus di Nepal pada masalah sosial aksesibilitas
perdesaan. Beberapa kasus yang disajikan dalam makalah ini juga menyinggung
situasi politik terdahulu. Program dan proyek terdahulu di bidang transportasi
perdesaan umumnya didasari pendekatan blue print dan bias dengan kondisi di
Jawa. Pembangunan perdesaan tidak menciptakan kondisi yang independen dan
inter-dependensi, tetapi menciptakan ketergantungan pada daerah perkotaan
(secara temapt) dan pemerintah pusat (secara organisasi dan politik).
selama
dapat
meningkatkan
penyebaran
infrastruktur
yang
memungkinkan
pemeliharaan
dan
pembuatan
program
yang
selama
dapat
meningaktkan
penyebaran
infrastruktur
yang
transportasi
pedesaan
harus
terus
didukung
untuk
Kesimpulan
1. Transportasi perdesaan mempunyai karakteristik yang unik dan berbeda.
2. Sasaran transportasi perdesaan adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui transportasi yang ramah lingkungan, dapat
dijangkau dan mudah didapat.
3. Keikutsertaan masyarakat, swasta dan pemerintah (sebagai elemen
pemerintahan) selama proses pembangunan transportasi perdesaan, yaitu
perencanaan, konstruksi, monitoring, pemelihraan dan evaluasi adalah
penting untuk menjamin tercapaianya tujuan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Fathoni. 2003. Geliat Transportasi Udara di tengah Transportasi Darat,
Clapeyron. Vol. 47.
Indrawan, Ardyanto. 2003. Mahalnya Sistem Transportasi Masa Depan, Clapeyron.
Vol. 47.
http://www.indonesia.go-id/index.php/content/view/1331/335
http://www.suaramerdeka.com/harian/0509/03/opro4.htm
11
http://www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0604/06/nas13.htm
12