Anda di halaman 1dari 3

MINYAK JELANTAH,

DAMPAK DAN SOLUSINYA


Apa itu?
Minyak jelantah merupakan minyak bekas penggorengan, atau disingkat
minyak goreng bekas pakai. Karena harga minyak goreng asli yang terus
meningkat, maka penggunaan minyak jelantah menjadi salah satu pilihan
masyarakat, baik di rumah tangga maupun oleh para pengusaha kecil agar
usahanya dapat berjalan.

Mengapa?
Bahaya minyak jelantah timbul karena roses penjernihan/pemurniannya
dicurigai menggunakan bahan kimia yang disebut hydrogen peroksida.
Walaupun daur ulang menjadi minyak jelantah dapat dilakukan dengan
berbagai cara, namun penggunaan hydrogen peroksida lebih disukai karena
prosesnya yang sederhana, efisien dan hasil yang lebih baik. Selain itu,
minyak goreng yang telah beberapa kali digunakan, struktur kimianya akan
mengalami perubahan.
Akibatnya,

minyak

bekas

ini

mengandung berbagai radikal bebas


yang

dapat

memicu

timbulnya

penyakit kanker (karsinogenik) pada


liver

dan

menimbulkan

penyakit

jantung. Penelitian lainnya, minyak


jelantah mengandung benzena yang
dapat mengeluarkan dioksin yang
juga karsinogenik.

Lebih jauh, menurut Ratu Ayu Dewi Sartika (ahli gizi di FKM UI), minyak
goreng bekas berpotensi menimbulkan penyakit jantung koroner. Walaupun

jelantah yang diperoleh telah melalui penyaringan beberapa kali, namun


proses ini tidak menghilangkan zat yang timbul setelah minyak goreng
dipanaskan dengan suhu tinggi berulang kali. Ayu yang mempunyai disertasi
mengenai minyak goreng menjelaskan bahwa akan timbul asam lemak trans
dari pemakaian berulang tersebut. Selanjutnya, zat ini akan mempengaruhi
metabolisme profil lipid darah yakni HDL kolesterol, LDL kolesterol dan total
kolesterol yang kemudian menimbulkan penyumbatan pada pembuluh darah
yang disebut sebagai jantung koroner.
Dalam journal LP POM MUI dijelaskan bahwa, akibat penggunaan minyak
goreng

secara

berulang,

akan

terjadi

peruraian

molekul-molekulnya

menyebabkan titik asapnya akan turun. Selanjutnya, akan terbentuk senyawa


akrolein dengan cepat yang dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan.
Bau tengik yang tidak disukai pada minyak bekas merupakan hasil oksidasi.
Selain itu, minyak jelantah merupakan tempat tumbuh dan berkembang biak
jamur aflatoksi. Jamur ini menghasilkan racun aflatoksin yang dapat
menyebebkan berbagai penyakit, terutama hati/liver.
Tinjauan lain, proses penggorengan akan berlangsung pada suhu 200
3000C. Akibatnya, ikatan rangkap pada asam lemak tak jenuh akan rusak
atau berubah menjadi ikatan tunggal penyusun asam lemak jenuh. Dengan
demikian, dalam minyak bekas yang dominan tertinggal adalah asam lemak
jenuh. Asam lemak tak jenuh mempunyai fungsi penting berupa menurunkan
kadar kolesterol serta penyumbatan terhadap pembuluh darah. Dengan kata
lain, minyak bekas yang kaya dengan asam lemak jenuh dapat membawa
resiko besar bagi kesehatan.

Bagaimana Jalan Keluar?


Mengingat bahaya yang ditimbulkan, penggunaan minyak jelantah untuk
dikonsumsi

kembali oleh manusia tidak direkomendasikan. Satu-satunya

jalur pemanfaatan yang dimungkinkan adalah sebagai bio-fuel pengganti


solar. Hal in setelah minyak jelantah tersebut diolah kembali.

Penggunaan minyak jelantah sebagai


bahan

bakar

banyak

alternatif

manfaat.

memberi

Dari

segi

lingkungan, gas CO dapat ditekan


sampai 50%, sementara gas CO2 dan
SO2 hilang sama sekali. Demikian
pula opasitas berkurang sampai 60%.
Uji

coba

pada

mobil

Izusu

Elf

menunjukkan adanya penghematan


bahan bakar dari 1 liter untuk 6
kilometer menjadi 1 liter untuk 9
kilometer, demikian juga BBM perahu
nelayan berkurang sekitar 20 persen.
Nah, sekarang sayangi kesehatan dan lingkungan kita. Hindari konsumsi
gorengan pinggir jalan dan kurangi makan di warung sari laut dan ayam
goreng.

Anda mungkin juga menyukai