Nama
: Donny Nugroho K
NIM
: 135040200111179
Kelompok
Asisten
: Hafinda
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan
dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan
perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan
secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media
tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit
yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media
kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup
banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini
biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh
untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia yang
hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar
untuk tiap-tiap persenyawaan. Pembuatan media pada
prinsipnya dilakukan dengan melarutan semua komponen
media dalam air sesuai dengan konsentrasi pada permulasi
yang diinginkan, penimbangan komponen media satu persatu
untuk setiap pembuatan media kultur tidak praktis dan hanya
dapat dilakukan jika jumlah zatnya cukup besar, masalah
tersebut dapat diatasi dengan pembuatan larutan stok.
1.2 Tujuan
Kegiatan praktikum mengenai pembuatan media
bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis media kultur
jaringan, mengetahui sifat dan komposisi pembuatan media,
mengetahui teknik aseptic pembuatan media, mengetahui
dan memahami jenis jenis kontaminasidan ciri ciri media
yang sesuai untuk pertumbuhan eksplan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Macam-macam Media untuk Kultur Jaringan
a)
Media Knop
Media White
Penambahan
NH4+
ternyata
dibutuhkan
untuk
perkembangan protocorm. Media Nitsch & Nitsch,
menggunakan NO3- dan K+ dengan kadar yang cukup tinggi
untuk mengkulturkan jaringan tanaman artichoke
Jerussalem. Penambahan ammonium khlorida sebanyak 0.1
mM, menghasilkan pertumbuhan jaringan yang menurun.
Pertumbuhan sel dari jaringan suatu organ dibandingkan
dengan jaringan tumor tanaman Venca rosea (Catharanthus
roseus), menunjukkan bahwa penambahan ammonium ke
dalam media White yang sudah dimodifikasi, mempunyai
pertumbuhan yang lebih baik. Konsentrasi NO3-, NH4-, K+
dan H2PO4- yang diperoleh, hampir sama dengan yang
dikembangkan oleh Miller.
d) Media Murashige & Skoog (media MS)
Merupakan perbaikan komposisi media Skoog, terutama
kebutuhan garam anorganik yang mendukung pertumbuhan
optimum pada kultur jaringan tembakau. Media MS
mengandung 40 mM N dalam bentuk NO3 dan 29 mM N
dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih tinggi
dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih
tinggi dari media tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih
tinggi dari media White. Kalium juga ditingkatkan sampai
20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya
konsentrasinya dinaikkan sedikit. Pertama kali unsur-unsur
makro dalam media MS dibuat untuk kultur kalus tembakau,
tetapi komposisi MS ini sudah umum digunakan untuk kultur
jaringan jenis tanaman lain. Media MS paling banyak
digunakan untuk berbagai tujuan kultur pada tahun-tahun
sesudah penemuan media MS, sehingga dikembangkan
media-media lain berdasarkan media MS tersebut, antara lain
media :
g)
Media N6
tanaman
memerlukan
setidaknya
elemen
Udara
Jenis tumbuhannya
b.
5.
6.
7.
8.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan Fungsi
3.1.1 Alat
1. Pipet larutan stok : memindahkan larutan dengan
volume tertentu
Langkah Kerja
Masukkan dalam beaker
glass dan tambahkan
aquades sampai volume yang diinginkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada pembuatan
media MS untuk kultur jaringan, dimulai dengan sterilisasi alat
yang akan digunakan agar alat steril dan tidak terjadi
kontaminasi pada saat digunakan untuk penumbuhan eksplan
pada praktikum kultur jaringan. Alat-alat yang digunakan harus
dalam keadaan steril. Karena kondisi yang steril akan
menentukan keberhasilan suatu kegiatan kultur jaringan. Karena
jika kondisinya tidak steril, maka akan mudah terkontaminasi
sehingga kemampuan totipotensi sel tanaman akan terhambat.
Ala t- alat logam dan gelas yang digunakan pada saat penanaman
dapat disterilkan dalam autoclave. Alat tanam seperti pinset dan
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum pembuatan media MS tidak
didapati kontaminan yang masuk ke dalam botol karena
sterilisasi dalam autoclave yang membantu menjaga media
tersebut dari kontaminan. Bahan penutup botol juga mampu
menjaga media botol kultur dalam kondisi aseptis karena spora
jamur dan bakteri tidak dapat masuk ke dalam botol kultur. Hal
yang sangat perlu diperhatikan adalah kerapatan pada penutup
botol hingga spora jamur dan bakteri tidak dapat masuk ke dalam
botol kultur jaringan yang berisi media tanam.
DAFTAR PUSTAKA
David 2008. Pembuatan Media MS Untuk Kultur Jaringan.
(Online)http://aglao08.multiply.com/journal/item/3/Pem
buatan Media_MS_Untuk_Kultur_Jaringan. Diakses
pada tanggal 14 Desember 2014.
Gunawan, 1988. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sandra, Edi. 2006. Kultur jaringan anggrek skala rumah
tangga.Agromedia Pustaka.Jakarta
Sari, Laela. 2005. Optimalisasi Media untuk Jumlah daun dan
Multiplikasi Tunas Lidah Buaya (Aloe vera) dengan
Pemberian BAP dan Adenin. Biodiversitas. Volume 6
Nomor 3 Hal: 178-180
Sriyanti, Daisy P. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius.
Yogyakarta.
Suryowinoto, M. 1991. Budidaya Jaringan dan Manfaatnya.
Fakultas Biologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Trigiano, RN and Gray DJ. 2000. Plant Tissue Culture Concepts
and Laboratory Exercises. Boca Raton: CRC Press
Udayana