Anda di halaman 1dari 7

I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Surat pemberitahuan (SPT Tahunan) adalah surat yang digunakan oleh
wajib pajak untuk melaporkan kewajibannya ke Direktorat Jenderal Pajak meliputi
SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi maupun SPT Tahunan Wajib Pajak
Badan. Proses bisnis pengelolaan SPT Tahunan dimulai dari penyampaian SPT
Tahunan oleh wajib pajak, pengelolaan SPT yang terdiri dari proses penelitian
formal dan material dan perekaman, jangka waktu penyampaian dan penelitian
dan perekaman serta proses permohonan kelengkapan SPT kepada wajib pajak.
Permasalahan yang sering muncul dari proses ini adalah SPT yang disampaikan
wajib pajak tidak lengkap sebagaimana kriteria yang diatur dalam PER
19/PJ/2009.
1.

Kondisi Ideal
SPT Tahunan merupakan surat yang digunakan wajib pajak untuk

melaporkan kewajiban perpajakannya kepada Direktorat Jendral Pajak (DJP).


SPT Tahunan yang dilaporkan wajib pajak setelah diterima DJP nantinya akan
direkam dan digunakan sebagai sumber data dan informasi bagi pihak yang
terkait untuk menentukan kebijakan

yang berkaitan dengan perpajakan yang

pada akhirnya akan berpengaruh pada penerimaan Negara, maka sebagai


sumber data dan informasi SPT yang dilaporkan harus lengkap. Pengertian
lengkap disini tidak hanya lengkap secara formal tapi juga lengkap secara
material. Lengkap secara formal yaitu SPT yang dilaporkan wajib pajak
mencakup SPT induk dan lampirannya serta dokumen pendukung lainnya
sedangkan lengkap secara material yaitu elemen-eleman SPT yang dilaporkan
wajib pajak harus diisi sesuai dengan pedoman pengisian SPT Tahunan yang
ditetapkan DJP dan sesuai dengan aturan yang mengatur tentang pengisian SPT
sehingga SPT yang dilaporkan masuk dalam kriteria lengkap.
2.

Kondisi Saat Ini


Pelaporan SPT Tahunan yang dilaporkan wajib pajak di KPP (Kantor

pelayanan Pajak) Pratama Purwokerto pada kenyataannya belum sepenuhnya


sesuai sebagaimana yang diatur Direktorat Jendral Pajak. Hal ini dapat dilihat
dari proses perekaman SPT Tahunan yang dilakukan di Seksi Pengolahan Data
1

dan Informasi. Proses perekaman tidak maksimal karena banyaknya SPT


Tahunan yang dilaporkan WP tidak disampaikan secara lengkap atau diisi tidak
sesuai dengan pedoman pengisiannya, baik SPT Induk maupun lampiranlampirannya.

Kondisi

tersebut

berakibat

waktu

yang

ditetapkan

untuk

penyelesaian perekaman SPT ke dalam sistem sulit untuk dipenuhi.


3. Solusi
Berdasarkan PER 19/PJ/2009, SPT dikatakan lengkap apabila SPT yang
dilaporkan wajib pajak adalah SPT yang semua elemen SPT Induk dan
lampirannya telah diisi dengan lengkap, SPT Induk telah ditandatangani oleh
Wajib Pajak atau kuasanya, dan telah dilengkapi dengan lampiran. Dengan
demikian perlu adanya penelitian baik formal maupun material yang dilakukan
oleh

kantor

pelayanan

Pajak.

Proses

bisnis

penelitian

SPT

Tahunan

sebagaimana yang diatur dalam PER 19/ PJ/2009, penelitian atas kelengkapan
SPT meliputi kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian SPT
Tahunan atau e-SPT Tahunan dan lampiran-lampirannya serta kelengkapan
lampiran yang disyaratkan dan penilaian tentang kebenaran penulisan dan
perhitungannya termasuk menerbitkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT
Tahunan apabila SPT yang diterima tidak lengkap khusus, serta keterangan
dan/atau dokumen yang disyaratkan. Solusi lain adalah perbaikan proses bisnis
penyampaian dan pengelolaan SPT Tahunan di KPP pratama Purwokerto dan
adanya

peraturan yang

bisa mengapresiasikan

proses bisnis tersebut.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka dalam laporan individu ini akan


membahas mengenai,proses pengelolaan SPT Tahunan di KPP Pratama
Purwokerto.bagaimana SPT Tahunan yang disampaikan oleh wajb pajak diteliti
dan bagaimana mengatasi permasahan yang timbul sebagai akibat SPT Tahunan
yang dilaporkan Wajab Pajak belum sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
Direktorat Jenderal Pajak sehingga menyulitkan Seksi PDI untuk melakukan
perekaman SPT Tahunan.

B. Sasaran

SPT Tahunan yang disampaikan wajib pajak dilaporkan secara lengkap


sehingga SPT yang masuk ke seksi pengolahan data dan informasi dapat
direkam secara efektif dan efisiensi.

II

PEMBAHASAN

A. Permasalahan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 19/PJ/2009 bahwa perekaman
SPT adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan semua
elemen SPT ke dalam basis data perpajakan dengan cara antara lain merekam,
uploading, dan/atau memindai (scanning).
SPT Tahunan yang direkam meliputi SPT Badan (1771/1771$) dn SPT Wajib
Pajak Orang Pribadi (1770/1770S/1770SS) maupun SPT Pembetulan. Praktek
yang terjadi di KPP Pratama Purwokerto SPT Tahunan yang dilaporkan dan
direkam di seksi PDI adalah SPT yang disampaikan dalam bentuk kertas baik
yang dilaporkan langsung ke KPP maupun melalui dropbox dan e-SPT. Idealnya
SPT Tahunan yang masuk ke seksi PDI merupakan SPT Tahunan lengkap yang
siap direkam. Namun kenyataan yang terjadi di KPP Pratama Purwokerto masih
banyaknya SPT yang direkam tidak sesuai dengan pedoman penulisan dan
aturan yang telah ditetapkan mengenai kriteria SPT Tahunan yang dinyatakan
tidak lengkap (Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 19/PJ/2009 pasal 2).
ketidaksesuaian pengisian tersebut dapat ditemui disemua jenis SPT Tahunan
yang dilaporkan wajib pajak di KPP Pratama Purwokerto. SPT Tahunan badan
yang tidak lengkap meliputi SPT induk dengan lampirannya tidak sesuai
sehingga hasil SPT yang direkam unballance, tidak dilaporkannya data
pendukung misalnya laporan keuangan,dan daftar penyusutan, tidak dilampirkan
SSP lembar ketiga pada SPT kurang bayar, lampiran penyusutan tidak sesuai
dengan ketentuan sehingga pengelompokan aktiva sulit dilakukan, tidak
dimasukannya data pemotongan atau pemungutan pihak ketiga dan kesalahan
perhitungan matematis lainnya. SPT Tahunan WPOP juga banyak ditemukan
kesalahan meliputi wajib pajak hanya melaporkan SPT induk, tidak dilaporkannya
data pendukung misalnya surat pemberitahuan penggunaan norma, daftar
tanggungan, lampiran A1/A2 dari bendahara bagi karyawan, tidak mengisi daftar

pemotongan maupun pemungutan pada lampiran II, dan tidak mengisi daftar
harta dan kewajiban dengan benar pada lampiran III serta kesalahan matematis
lainnya. Permasalahan lainnya adalah tidak dibatasinya jumlah wajib pajak di
KPP Pratama dan sedikitnya wajib pajak yang menggunakan fasilitas e-SPT
serta

terbatasnya

sumber

daya

manusia

yang

melakukan

perekaman

menyebabkan jangka waktu perekaman yang ditetapkan sulit untuk dipenuhi.


Hal tersebut akhirnya mengakibatkan hasil perekaman tidak sesuai yang
diharapkan dan tidak menunjukan keadaan yang sebenarnya, sehingga pihakpihak yang menggunakan data tersebut juga kesulitan untuk menentukan
kebijakan bahkan pada akhirnya akan berpengaruh pada penerimaan pajak
tahun-tahun berikutnya.
B. Analisis Penyebab Timbulnya Permasalahan Utama
SPT Tahunan yang dilaporkan wajib pajak tidak memenuhi definisi
lengkap menurut UU KUP No. 6 Tahun 1983 yang telah mengalami perubahan
terakhir dengan perubahan ketiga UU KUP No. 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 30 dan pasal 4 ayat 1,
UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan terakhir atas UU PPh No.7 Tahun
1983 mengenai Pajak Penghasilan, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.
19/PJ/2009

tentang

Tata

Cara

Penerimaan

dan

Pengolahan

Surat

Pemberitahuan Tahunan Direktur Jenderal Pajak kemungkinan disebabkan


ketidakpahaman wajib pajak dalam mengisi SPT Tahunan atau wajib pajak tidak
memperhatikan pedoman pengisian SPT Tahunan. Selain itu,modernitas DJP
juga memberikan kewenangan wajib pajak untuk menghitung memperhitungkan,
membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya sendiri. Perubahan dari
official assessment system ke self assessment system juga berpengaruh pada
pengisian SPT Tahunan. Sebelum perubahan sistem fiskus menetapkan jumlah
pajak yang ditanggung wajib pajak sehingga kesalahan dalam penghitungan
kewajiban pajak dapat diminimalisir, sedangkan saat ini wajib pajak menghitung
sendiri kewajibannya, permasalahannya adalah belum siapnya wajib pajak untuk
melakukan hal tersebut. Hal ini terbukti dari masih banyaknya kesalahankesalahan dalam pengisian SPT Tahunan ditambah kurangnya sosialisasi yang
menyeluruh dari Direktorat Jenderal Pajak kepada wajib pajak tentang pengisian
SPT Tahunan.

Permasalahan ketidaklengkapan SPT juga disebabkan oleh hanya


dilakukannya penelitian secara formal di TPT sehingga himbauan pemenuhan
kelengkapan hanya terbatas pada kelengkapan secara formal saja. Tidak
dilakukan penelitian material langsung pada saat WP menyampaikan laporannya
dimungkinkan untuk mendukung visi DJP melakukan pelayanan prima terhadap
wajib pajak, sehingga wajib pajak dapat dilayani relatif lebih cepat dan efisien.
Peraturan

Direktorat

Jenderal

Pajak

No.

19/PJ/2009

dan

SE

No.24/PJ/2009 yang mengatur tentang Pengelolaan SPT Tahunan. Proses bisnis


penyampaian SPT Tahunan yaitu wajib pajak dapat melakukan penyampaian
SPT Tahunan melalui beberapa cara diantaranya adalah menyampaikan SPT
langsung ke KPP Pratama, KP2KP, KP4, dropbox, e-SPT maupun e-Filling. Pada
laporan ini dibatasi pada penyampaian melalui SPT dalam bentuk kertas baik ke
KPP Pratama Purwokerto maupun dropbox dan e-SPT. SPT yang disampaikan
melalui petugas TPT diteliti kelengkapan formalnya apakah SPT Induk telah
dilengkapi dengan lampiran dan data pendukung yang harus disertakan, SPT
dari dropbox langsung diterima dan SPT yang bukan untuk KPP setempat
dipisahkan dan dikirim ke KPP tujuan, sedangkan SPT melalui e-SPT proses
bisnisnya hanya sampai TPT atau seksi pelayanan. SPT yang diterima
selanjutnya dilakukan penelitian dengan jangka waktu dua bulan. SPT yang tidak
lengkap akan dilakukan himbauan kepada wajib pajak untuk melengkapi SPT
nya jika dalam jangka waktu 30 hari PT tidak disampaikan maka SPT tersebut
dianggap tidak dilaporkan. Proses bisnis yang demikian pada prakteknya di KPP
Pratama Purwokerto

menimbulkan permasalahan. Ketidaklengkapan SPT

Tahunan yang dilaporkan wajib pajak karena tidak adanya wewenang untuk
melakukan penelitian material saat menerima SPT Tahunan, adanya batas waktu
penerimaan SPT sehingga tidak dimungkinkan melakukan penelitian atas SPT
WP secara keseluruhan dan Banyaknya WP yang harus diteliti tidak sebanding
dengan waktu yang ditentukan untuk melakukan penelitian.selain itu, tidak
dibatasinya jumlah wajib pajak di KPP Pratama maka jumlah wajib pajak yang
ditangani di KPP Pratama Purwokerto terlalu banyak dan tidak sebanding
dengan SDM yang tersedia. Adanya pelaporan melalui e-SPT juga belum banyak
dimanfaatkan wajib pajak.

Banyaknya permasalahan-permasalah yang muncul semestinya menjadi


suatu masukan bahwa perlunya ditinjau kembali aturan yang mengatur mengenai
pengelolaan SPT Tahunan sehingga proses bisnis pengolahan SPT Tahunan
kedepan bisa lebih efisien dan efektif. Selain itu perlu sosialisasi yang
menyeluruh kepada wajib pajak mengenai pengisian SPT yang lengkap, tepat
dan benar oleh Direktorat Jenderal Pajak baik melalui kantor-kantor pelayanan
pajak maupun melalui berbagai media. Selain itu, efektivitas himbauan
permintaan untuk melengkapi SPT Tahunan

juga akan menjadi solusi untuk

proses perekaman SPT tersebut sehingga hasil data dan informasi tidak
diragukan validitasnya.

III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis diatas maka permasalahan utama yang terjadi di

KPP Pratama Purwokerto adalah tidak lengkapnya SPT yang dilaporkan wajib
pajak yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1.

Pengisian SPT yang dilakukan wajib pajak tidak sesuai dengan

2.

pedoman pengisian SPT Tahunan yang ditetapkan DJP.


Tidak langsung dilakukan penelitian secara material terhadap SPT

3.

saat diterima dari wajib pajak.


Tidak efisien waktu jika dilakukan penelitian langsung secara
formal dan material terhadap SPT Tahunan yang dilaporkan wajib

4.

pajak.
Banyaknya WP yang harus diteliti tidak sebanding dengan waktu
yang ditentukan dan SDM yang tersedia untuk melakukan

5.

penelitian dan perekaman.


Adanya batas waktu penerimaan SPT Tahunan.

B. Saran

1. Berfungsinya helpdesk dan customer service secara efektif dan


efisien.
2. Himbauan dan sosialisasi kepada wajib pajak secara intensif baik
melalui kantor-kantor pelayanan DJP maupun melalui media.
3. Ada keseriusan dalam pengelolaan SPT Tahunan baik pada saat
penerimaan SPT Tahunan yang disampaikan oleh wajib pajak
maupun proses penelitian SPT serta tanggungjawab pengawasan
terhadap pengelolaan SPT Tahunan.
4. Adanya aturan yang lebih mengapresiasikan kelemahan-kelemahan
yang muncul di lapangan yang berhubungan dengan proses
penerimaan dan penelitian SPT Tahunan dari wajib pajak.

Anda mungkin juga menyukai