Anda di halaman 1dari 59

Abdul Rohman

TUJUAN INSTRUKSIONAL
UMUM
Setelah

mempelajari materi ini


diharapkan
mahasiswa
dapat
mengerti dan memahami ruang
lingkup
perencanaan
dan
penganggaran daerah, mekanisme
penganggaran , dokumen , proses
evaluasi, penetapan dan perubahan
anggaran

TUJUAN INSTRUKSIONAL
KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini diharapkan
mahasiswa dapat mengerti dan memahami ;
Ruang lingkup perencanaan dan penganggaran
Proses penyusunan rancangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah


Pengertian, fungsi dan prinsip Penyusunan APBD
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD)
Pengertian per komponen struktur APBD
Pendeketan Anggaran Berbasis Kinerja
Proses penetapan, evaluasi dan perubahan APBD

MEKANISME DAN LINGKUP


PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
RPJM
RPJM

RPJMD
RPJMD
5 tahun

Renstra
Renstra
SKPD
SKPD

Dibahas
bersama
DPRD

5 tahun

Renja
Renja
SKPD
SKPD

1 tahun

RKPD
RKPD

RKP
RKP

1 tahun

KUA
KUA

PPAS
PPAS

NOTA
NOTA KESEPAKATAN
KESEPAKATAN
PIMPINAN
PIMPINAN DPRD
DPRD DGN
DGN
KDH
KDH
RKA-SKPD
RKA-SKPD

PEDOMAN
PEDOMAN
PENYUSUNAN
PENYUSUNAN
RKA-SKPD
RKA-SKPD
Tim
Tim
Anggaran
Anggaran Pemda
Pemda

RAPERDA
RAPERDA
APBD
APBD

SINKRONISASI FUNGSI DAN URUSAN PEMERINTAHAN


BIDANG KEWENANGAN
(PP 25/2000)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

FUNGSI
1.

Adm Umum Pemerintahan


Pertanian
2.
Perikanan & Kelautan
Pertambangan & Energi 3.
Kehutanan & Perkebunan 4.
Perindustrian & Perdagangan
Perkoperasian
5.
Penanaman Modal
Ketenagakerjaan
6.
Kesehatan
7.
Pendidikan & Kebudayaan
Sosial
8.
Penataan Ruang
9.
Pemukiman
10.
Pekerjaan Umum
Perhubungan
Lingkungan Hidup
Kependudukan
Olah Raga
Kepariwisataan
Pertanahan

Pelayanan
Umum
Ketertiban dan
Keamanan
Ekonomi
Lingkungan
Hidup
Perumahan dan
Fasilitas Umum
Kesehatan
Pariwisata dan
Budaya
Agama
Pendidikan; dan
Perlindungan
Sosial

URUSAN
1.PELAYANAN UMUM :

Perencanaan Pemb, Tata Ruang


&Statistik
Perhubungan
Pemerintahan Umum
Kepegawaian
Komunikasi dan Infor.
Kearsipan

Kesbangpol dalam negeri

Tenaga kerja dan Trans


Koperasi dan UKM
Penanaman Modal
Pertanian
Kehutanan
ESDM
Perikanan & Kelautan
Perindustrian & Perdagangan

Lingkungan hidup
Pertanahan

PU
Perumahan Rakyat

Kesehatan
KB & Keluarga Sejahtera

2. TRANTIB

3. EKONOMI

4. LINGKUNGAN HIDUP
5. PERUMAHAN DAN
FASUM
6. KESEHATAN

7. PARAWISATA & BUDAYA


Keparawisataan dan budaya
8. AGAMA
Urusan Agama
9. PENDIDIKAN
Pendidikan
10. PERLINDUNGAN SOSIAL

Kependudkan dan Capil

Pemberdayaan Perempuan

Sosial

FUNGSI
LAMA
Bidang Kewenangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Adm Umum Pemerintahan


Pertanian
Perikanan & Kelautan
Pertambangan & Energi
Kehutanan & Perkebunan
Perindustrian &
Perdagangan
Perkoperasian
Penanaman Modal
Ketenagakerjaan
Kesehatan
Pendidikan & Kebudayaan
Sosial
Penataan Ruang
Pemukiman
Pekerjaan Umum
Perhubungan
Lingkungan Hidup
Kependudukan
Olah Raga
Kepariwisataan
Pertanahan

BARU
Fungsi Urusan Pemerintahan
Bidang Perencanaan
Bidang Kesehatan
Bidang Pendidikan
Bidang Sosial dan Tenaga Kerja
Bidang Perhubungan
Bidang Pekerjaan Umum
Bidang Lingkungan Hidup
Bidang Koperasi, UKM & Ptanam
Modal
9.
Bidang Kependudukan
10. Bidang Pelayanan Pertanahan
11. Bidang Ketertraman & Ketertiban
Umum
Fungsi
Pengelolaan Keuangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Negara
1.
Pelayanan Umum

Pemerintahan
2.
Ketertiban dan Keamanan
3.
Ekonomi
4.
Lingkungan Hidup
5.
Perumahan dan Fasilitas Umum
6.
Kesehatan
7.
Pariwisata dan Budaya
8.
Agama
9.
Pendidikan
10. Perlindungan Sosial

Pengertian APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah


adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah
dan DPRD, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah.

Fungsi APBD
1. Fungsi otorisasi yaitu APBD merupakan dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan yaitu APBD merupakan pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan yaitu APBD merupakan pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi yaitu APBD harus diarahkan untuk menciptakan
lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian.
5. Fungsi distribusi yaitu APBD merupakan kebijakan anggaran
daerah yang harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi
stabilisasi
yaitu
APBD
merupakan
anggaran
pemerintah daerah yang menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian
9
daerah.

Prinsip Penyusunan APBD


1. Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan;
2. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus
didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan
dalam jumlah yang cukup;
3. Pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah yang dianggarkan
dalam APBD harus berdasarkan pada ketentuan peraturan
perundang-undangan;
4. Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan
daerah dianggarkan secara bruto dalam APBD;
5. APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam
masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari
sampai dengan tanggal 31 Desember.

10

FUNGSI
LAMA
Bidang Kewenangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Adm Umum Pemerintahan


Pertanian
Perikanan & Kelautan
Pertambangan & Energi
Kehutanan & Perkebunan
Perindustrian &
Perdagangan
Perkoperasian
Penanaman Modal
Ketenagakerjaan
Kesehatan
Pendidikan & Kebudayaan
Sosial
Penataan Ruang
Pemukiman
Pekerjaan Umum
Perhubungan
Lingkungan Hidup
Kependudukan
Olah Raga
Kepariwisataan
Pertanahan

BARU
Fungsi Urusan Pemerintahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.

Bidang Perencanaan
Bidang Kesehatan
Bidang Pendidikan
Bidang Sosial dan Tenaga Kerja
Bidang Perhubungan
Bidang Pekerjaan Umum
Bidang Lingkungan Hidup
Bidang Koperasi, UKM & Tanam
Modal
Bidang Kependudukan
Bidang Pelayanan Pertanahan
Bidang Ketertraman & Ketertiban
Umum
Bidang Pertanian & Peternakan
Bidang Kelautan & Perikanan
Bidang Pertambangan & Energi
Bidang Kehutanan & Perkebunan
Bidang Perindustrian &
Perdagangan
Bidang Kebudayaan & Pariwisata
Bidang Pemuda & Olahraga
Bidang Pendidikan & Pelatihan
Bidang Penelitian & Pengembangan
Bidang Kesatuan Bangsa, Politik &
Perli
Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Komunikasi, Informasi,

12

Struktur APBD
PENDAPATAN
BELANJA
Belanja Tidak Langsung > Belanja Non Kegiatan
Belanja Langsung > Belanja Kegiatan

(+)

Surplus/(Defisit)

PEMBIAYAAN

Penerimaan
Pengeluaran

(-)

Pembiayaan Neto
SILPA Thn berjalan

(- )
(-)
13

STRUKTUR APBD

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH


KABUPATEN MUARAENIM
TAHUN 2010
Pendapatan
1 PAD

Rp 100

2 Dana Perimbangan/DT Rp 100


3 Lain-lain pend. Yg
Syah

Rp 100

Jumlah Pendapatan
Belanja

Rp 300

1 Belanja Tidak
Langsung

Rp 100

2 Belanja Langsung

Rp 100

Jumlah Belanja

Rp 200

Surplus (defisit) Rp100


Pembiayaa
n

1 Pem. Penerimaan

10

2 Pem. Pengeluaran

5
Netto Pembiayaan Rp 5

14

Struktur Pendapatan
A. Pendapatan Asli Daerah:
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Derah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan
4. Lain-lain PAD yang sah
B. Dana Perimbangan:
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah:
1. Hibah
2. Dana Darurat
3. Lain-lain Pendapatan

STRUKTUR PENDAPATAN
1. PENDAPATAN ASLI
DAERAH

1. Pajak Daerah
2. Retribusi Daerah

Struktur
Pendapatan

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan


Daerah Yang Dipisahkan

2. DANA PERIMBANGAN

3. LAIN-LAIN PENDAPATAN
DAERAH YG SYAH

4. Lain-lain PAD yang sah


1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus

1.Hibah
2. Dana Darurat
3. Lain-lain Pendapatan

Struktur Belanja
STRUKTUR BELANJA
1. BELANJA TIDAK
LANGSUNG

1. Belanja Pegawai
2. Belanja Bunga
3. Hibah
4. Bantuan Sosial
5. Belanja bagi Hasil
6. Bantuan Keuangan
7. Belanja Tidak Terduga
8. Belanja bantuan keuangan
Pemerintah lainnya

2. BELANJA
LANGSUNG

1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang dan Jasa
3. Belanja Modal

Belanja Langsung
BELANJA YANG EKSISTENSINYA DIPENGARUHI SECARA
LANGSUNG OLEH ADANYA KEGIATAN YANG DIRENCANAKAN
(TERPROGRAM)

Belanja Tidak Langsung


BELANJA YANG EKSISTENSINYA TIDAK DIPENGARUHI SECARA
LANGSUNG OLEH ADANYA KEGIATAN YANG DIRENCANAKAN
(TERPROGRAM)

18

Belanja Pegawai
Belanja pegawai yg merupakan kompensasi dlm bentuk
gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang diberikan kepada pegawai negeri sipil.
Uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota
DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah dan wakil
kepala daerah dianggarkan dalam belanja pegawai.

Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan


penghasilan kepada pegawai negeri sipil daerah
berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan
memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan
memperoleh persetujuan DPRD sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
19

Belanja Bunga
Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan
pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban
pokok utang (principal outstanding) berdasarkan
perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah,
dan jangka panjang.

Belanja Subsidi
Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan
bantuan biaya produksi kepada perusahaan / lembaga
tertentu agar harga jual produksi / jasa yang dihasilkan
dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.
Perusahaan / lembaga tertentu adalah perusahaan /
lembaga yang menghasilkan produk atau jasa di bidang
pelayanan dasar masyarakat.
20

Belanja Hibah
Belanja
hibah
digunakan
untuk
menganggarkan
pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/atau
jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah
lainnya, dan kelompok masyarakat/ perorangan yang
secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.
Pemberian hibah dalam bentuk uang dapat dilakukan
apabila pemerintah daerah telah memiliki kemampuan
untuk menutupi belanja urusan wajib yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan.
Pemberian hibah dalam bentuk uang atau dalam bentuk
barang atau jasa dapat diberikan kepada pemerintah
daerah tertentu sepanjang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.

21

Belanja Bantuan Sosial


Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian
bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada
masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Bantuan sosial diberikan tidak secara terus menerus/tidak
berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki
kejelasan peruntukan penggunaannya.
Bantuan kepada partai politik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dianggarkan dalam bantuan
sosial.

22

Belanja Bagi Hasil


Belanja
bagi
hasil
digunakan
untuk
menganggarkan
dana
bagi
hasil
yang
bersumber dari pendapatan provinsi kepada
kabupaten/kota
atau
pendapatan
kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau
pendapatan pemerintah daerah tertentu
kepada pemerintah daerah lainnya sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.

23

Belanja Bantuan Keuangan


Bantuan
keuangan
digunakan
untuk
menganggarkan
bantuan
keuangan
yang
bersifat umum atau khusus dari provinsi
kepada kabupaten/kota, pemerintah desa, dan
kepada pemerintah daerah lainnya atau dari
pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah
desa dan pemerintah daerah lainnya dalam
rangka pemerataan dan/atau peningkatan
kemampuan keuangan.

24

Belanja Tidak Terduga


Belanja tidak terduga adalah belanja untuk
kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak
diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam dan bencana sosial yang tidak
diperkirakan sebelumnya dan bersifat tanggap
darurat,
termasuk
pengembalian
atas
kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun
sebelumnya yang telah ditutup.

25

Belanja langsung/kegiatan

Belanja pegawai, berupa honorarium/upah dalam rangka

Belanja barang dan jasa, yaitu belanja yang digunakan

Belanja modal, yaitu pengeluaran yang dilakukan dalam

melaksanakan kegiatan pemerintahan.

untuk pembelian/pengadaan barang yang masa manfaatnya


kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa
dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan.
rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset
berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12
(duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan,
dan aset tetap lainnya.

26

Struktur Pembiayaan
A. Penerimaan Pembiayaan:
1. SiLPA Tahun Anggaran Sebelumnya
2. Pencairan Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah
5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
6. Penerimaan Piutang
B. Pengeluaran Pembiayaan:
1. Pembentukan Dana Cadangan
2. Investasi Pemerintah Daerah
3. Pembayaran Pokok Utang
4. Pemberian Pinjaman
Pembiayaan Neto (A B)

BAGAN KODE
KEPMENDAGRI 29/2002
X XX XX XX XX XX XX X

PENYEMPURNAAN
X XX XX XX XX XX XX XX XX

kode rekening
anggaran
pendapatan, belanja
& pembiayaan
kode bidang
pemerintahan
kode unit organisasi
kode rekening
kelompok
pendapatan, belanja
& pembiayaan
kode rekening jenis
pendapatan, belanja
& pembiayaan
kode rekening obyek
pendapatan, belanja
& pembiayaan
kode rekening rincian
obyek pendapatan,
belanja &
pembiayaan
kode rekening bagian
belanja

kode rekening
anggaran
pendapatan, belanja
& pembiayaan
kode Organisasi
kode Fungsi/Bidang
kode rekening
kelompok
pendapatan, belanja
& pembiayaan
kode program
kode kegiatan
kode rekening jenis
pendapatan, belanja
& pembiayaan
kode rekening obyek
pendapatan, belanja
& pembiayaan
kode rekening rincian
obyek pendapatan,
belanja &
pembiayaan

28

KELOMPOK DAN
DAN JENIS
JENIS BELANJA
BELANJA
KELOMPOK
PENYEMPURNAAN

KEPMENDAGRI 29/2002
BELANJA ADMINISTRASI UMUM
BELANJA PEGAWAI

BELANJA TIDAK LANGSUNG

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA PEGAWAI

BELANJA PERJALANAN DINAS


BELANJA PEMELIHARAAN *)

BUNGA

BELANJA SUBSIDI
BELANJA HIBAH

BELANJA OPERASI & PEMELIHARAAN

BELANJA BANTUAN SOSIAL


BELANJA BAGI HASIL & BANTU KEU

BELANJA PEGAWAI

BELANJA TAK TERDUGA

BELANJA BARANG DAN JASA


BELANJA PERJALANAN DINAS
BELANJA PEMELIHARAAN *)
BELANJA MODAL

BELANJA BUNGA

KEGIATAN

BELANJA LANGSUNG
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG DAN JASA
BELANJA MODAL

BELANJA BAGI HASIL & BANTUAN


KEU
BELANJA TIDAK TERSANGKA

*) Jenis belanja pemeliharaan menjadi kegiatan yang didanai


belanja langsung

29

USUL -- KELOMPOK
KELOMPOK DAN
DAN JENIS
JENIS BELANJA
BELANJA
USUL
PENYEMPURNAAN

KEPMENDAGRI 29/2002
BELANJA ADMINISTRASI UMUM
BELANJA PEGAWAI

BELANJA TIDAK LANGSUNG

BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA PERJALANAN DINAS


BELANJA PEMELIHARAAN *)
BELANJA OPERASI & PEMELIHARAAN
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG DAN JASA
BELANJA PERJALANAN DINAS
BELANJA PEMELIHARAAN *)

BUNGA

BELANJA BUNGA
BELANJA SUBSIDI
BELANJA HIBAH
BELANJA BANTUAN SOSIAL
BELANJA BAGI HASIL & BANTU KEU
BELANJA TAK TERDUGA
BELANJA LANGSUNG NON FISIK
BELANJA PEGAWAI
BELANJA BARANG DAN JASA

BELANJA MODAL
BELANJA LANGSUNG - FISIK
BELANJA BAGI HASIL & BANTUAN
KEU
BELANJA TIDAK TERSANGKA

BELANJA MODAL
*) Jenis belanja pemeliharaan menjadi kegiatan yang didanai
belanja langsung

30

31

Pendekatan Prestasi Kerja


(Anggaran Kinerja)

Suatu Sistem Anggaran Yang Mengutamakan Upaya


Pencapaian Hasil Kerja
(Output) Dari Perencanaan
Alokasi Biaya (Input) Yang Ditetapkan.

Input (Masukan) Adalah Besarnya Sumber-sumber: Dana,


Sumber Daya Manusia, Material, Waktu Dan Teknologi
Yang Digunakan Untuk Melaksanakan Program Atau
Kegiatan Sesuai Dengan (Input) Yang Digunakan.

Output (Keluaran) Menunjukkan Produk (Barang Atau


Jasa) Yang Dihasilkan Dari Program Atau Kegiatan
Sesuai Dengan (Input) Yang Digunakan.

Kinerja Ditunjukkan Oleh Hubungan


(Masukan) Dengan Output (Keluaran).

Antara

Input

32

Lanjutan

Indikator kinerja meliputi masukan


keluaran (output) dan hasil (outcome).

Tolok Ukur Kinerja merupakan ukuran prestasi


kerja yang akan dicapai dari keadaan semula
dengan
mempertimbangkan
faktor
kualitas,
kuantitas, efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
dari setiap program dan kegiatan.

Target Kinerja adalah hasil yang diharapkan dari


suatu program atau keluaran yang diharapkan dari
suatu kegiatan.

(input),

33

Untuk Menilai Hasil Yang Diharapkan


Dari Suatu Kegiatan Perlu Ditetapkan
Tolok Ukur Kinerja Berupa Indikator:
Masukan (input) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan tingkatan atau
besaran sumber dana, sdm, material, waktu, teknologi
dsb yang diguanakan untuk melaksanakan program dan
kegiatan.
Keluaran (output)
adalah tolok ukur kinerja berdasarkan produk
yang dihasilkan dari program dan kegiatan sesuai
dengan masukan yang digunakan
Hasil

(outcome)

adalah tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat


keberhasilan yang dapat dicapai berdasarkan keluaran
program atau kegiatan yang sudah dilaksanakan

Manfaat (benefit)
adalah tolok ukur kinerja berdasarkan tingkat
kemanfaatan yang dapat dirasakan sebagai nilai tambah
bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah dari hasil
Dampak (impact) adalah tolok ukur kinerja berdasarkan dampaknya
terhadap kondisi makro yang ingin dicapai dari manfaat.

CONTOH KEGIATAN
KEGIATAN PENGADAAN OBAT GENERIK

TOLOK UKUR

INPUT /MASUKAN
Sumberdaya (anggaran/dana, sumberdaya manusia,
peralatan/teknologi, material) yang dipergunakan untuk
melaksanakan suatu kegiatan

Jumlah Dana
Rp

KELUARAN
Sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan
baik berupa fisik/non fisik

Jumlah Obat Generik


Yang tersedia

HASIL
Segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya output/keluaran.
Hasil nyata yang diperoleh setelah adanya output/keluaran

Kualitas pengobatan

Standar Analisa Belanja


Dalam
Sistem Anggaran Kinerja Setiap Usulan
Program,
Kegiatan
Dan
Anggaran
Dinilai
Kewajarannya.
Standar Analisa Belanja Adalah Standar Atau
Pedoman Yang Digunakan Untuk Menganalisis
Kewajaran Beban Kerja Atau Biaya Setiap Program
Atau Kegiatan Yang Dilaksanakan Dalam Satu Tahun
Anggaran.
Penilaian Kewajaran Dalam Sab.
Mencakup Dua Hal: Kewajaran Beban Kerja Dan
Kewajaran Biaya.

36

Penilaian Kewajaran Beban


Kerja
Kaitan Logis Antara Program/Kegiatan Yang
Diusulkan Dengan Strategi Dan Prioritas Apbd
Kesesuaian
Antara
Program/Kegiatan
Yang
Diusulkan Dengan Tugas Pokok Dan Fungsi Satuan
Kerja Yang Bersangkutan
Kapasitas Satuan Kerja Untuk Melaksanakan
Program/Kegiatan Pada Tingkat Pencapaian Yang
Diinginkan Dan Dalam Jangka Waktu Satu Tahun
Anggaran

37

Penilaian Kewajaran Biaya


KAITAN ANTARA BIAYA YANG DIANGGARKAN
DENGAN
TARGET
PENCAPAIAN
KINERJA
(STANDAR BIAYA)
KAITAN ANTARA STANDAR
HARGA YANG BERLAKU

BIAYA

DENGAN

KAITAN ANTARA BIAYA YANG DIANGGARKAN,


TARGET
PENCAPAIAN
KINERJA
DENGAN
SUMBER DANA

38

Penilaian Kewajaran Biaya


PROGRAM

KEGIATAN

TARGET KINERJA

ANGGARAN BELANJA

STANDAR BIAYA

HARGA YANG BERLAKU


39

CONTOH
KEGIATAN KINERJA

TARGET

Diklat Anggaran Kinerja

100 Peserta Terlatih

ANGGARAN BELANJA BIAYA

STANDAR

Belanja Pegawai/Personalia
Belanja Barang/Jasa
Belanja Perjalanan Dinas

Belanja rata-rata per


peserta

HARGA SATUAN
Honor Fasilitator
Biaya Makan & Minum
Biaya Penggandaan
Biaya Transpot
40

Pembahasan dan Penetapan APBD

Kepala Daerah menyampaikan Raperda ttg APBD kepada


DPRD paling lambat minggu pertama bulan Oktober (Psl
43 PP 58/2005).

Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai Raperda ttg


APBD dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum TA
2006 dilaksanakan (Pasal 45 PP 58/2005).

Titikberat
pembahasan
Raperda
ttg
APBD
pada
kesesuaian AKU APBD dalam upaya penajaman capaian
prioritas sasaran program yang telah disepakati antara
KDH dengan DPRD.

Raperda ttg APBD dan Raper KDH ttg penjabaran APBD


ditetapkan oleh KDH menjadi Perda & Peraturan KDH
setelah dievaluasi oleh MENDAGRI bagi provinsi dan oleh
Gubernur bagi kabupaten/kota.

Penetapan Raperda ttg APBD dan Raper KDH ttg


penjabaran APBD menjadi perda & peraturan KDH paling
lambat 31 Desember (Psl 53 PP 58/2005).
41

APABILA DPRD TIDAK MEMBERI


PERSETUJUAN TERHADAP PERDA APBD

KDH melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar


angka APBD TA sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap
bulan yang disusun dalam rancangan peraturan KDH ttg APBD.

Pengeluaran tsb seperti untuk belanja pegawai, belanja barang


dan
jasa,
terjaminnya
pemenuhan
pelayanan
dasar
masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan, dan/atau
melaksanakan kewajiban kepada pihak ketiga.

Raper KDH
ditetapkan setelah memperoleh pengesahan
Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan Gubernur bagi
kabupaten/kota.

Jika pengesahan melampaui 15 hari, KDH menetapkan menjadi


peraturan kepala daerah.

19
42

Evaluasi Raperda ttg APBD/Perubahan APBD &


Raper KDH ttg Penjabaran APBD/Perubahan APBD

Dasar Hukum :
Pasal 185 UU 32/2004 ttg Pemda.
Tujuan :
tercapainya keserasian antara kebijakan daerah dan
kebijakan nasional;
keserasian
antara
kepentingan
publik
dan
kepentingan aparatur;
meneliti sejauh mana APBD tidak bertentangan
dengan kepentingan umum, peraturan perundangan
yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.
20
43

PROSES EVALUASI PERDA APBD PROVINSI &


PERATURAN GUBERNUR TTG PENJABARAN APBD
RAPERDA
RAPERDA
APBD
APBD

DPRD

Tidak
Setuju

Membuat
RAPERGUB
Sebesar
Pagu APBD
Tahun Lalu
(15 hari)

Pengesahan
MDN
(30 Hari)

Dibahas bersama
Dibahas
bersama
DPRD
& Pemda
DPRD & Pemda

Setuju

Penyampaian
RAPERGUB
PENJABARAN APBD RAPERDA APBD &
RAPERGUB
APBD
(3 hari)

Melewati
Batas WKT Tdk Sesuai
Dgn UU
Evaluasi

MDN

(15 hari)

Hasil
Evaluasi

Penyempurnaan
(7 Hari)

GUBERNUR
GUBERNUR
menetapkan
menetapkan
PER-GUB
PER-GUB

GUBERNUR
GUBERNUR
menetapkan
menetapkan
PERDA &
PERDA &
PER-GUB
PER-GUB

Tdk
Disempurnakan

MDN
MDN membatalkan
membatalkan
Berlaku
Berlaku Pagu
Pagu APBD
APBD
Sebelumnya
Sebelumnya

Sesuai
dgn UU

21
44

PROSES EVALUASI PERDA APBD KAB/KOT &


PERATURAN BUP/WAL TTG PENJABARAN APBD

RAPERDA
RAPERDA
APBD
APBD

DPRD

Membuat
RAPERBUP/WAL
Sebesar
Pagu APBD
Tahun Lalu
(15 hari)

Tidak Setuju

Dibahas bersama
Dibahas
bersama
DPRD
& Pemda
DPRD & Pemda

Setuju

Penyampaian
RAPERBUP/WAL
PENJABARAN APBD RAPERDA APBD &
RAPERBUP/WAL
APBD
(3 hari)

Melewati
Batas waktu Tdk Sesuai
Dgn UU
Evaluasi

Hasil
GUBERNUR
GUBERNUR Evaluasi
(15 hari)
(15 hari)

Pengesahan
Gubernur
(30 Hari)

Bupati/Walikota
Bupati/Walikota
menetapkan
menetapkan
PER-BUP/WAL
PER-BUP/WAL

Bupati/Walikota
Bupati/Walikota
menetapkan
menetapkan
Penyempurnaan
PERDA &
(7 Hari)
PERDA &
PER-BUP/WAL
PER-BUP/WAL
Tdk
Disempurnakan

GUB
GUB membatalkan
membatalkan
Berlaku
Berlaku Pagu
Pagu APBD
APBD
Sebelumnya
Sebelumnya

Sesuai
dgn UU

Laporan kpd
MDN

22
45

Penyampaian Raperda ttg APBD &


Raper KDH ttg Penjabaran APBD
Untuk mempercepat proses evaluasi,
dianjurkan penyampaian Raperda ttg APBD
dan Raper KDH ttg
penjabaran APBD
dengan cara sebagai berikut :

Asli disampaikan 1 (satu) eksemplar


dalam bentuk hard copy.

Dalam bentuk soft copy berupa kepingan


CD/Disket atau Flash Disk 1 (paket)

23
46

Apabila DPRD Tidak Memberi


Persetujuan Terhadap Perda APBD
(Psl 46 PP 58/2005)

KDH melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya


sebesar angka APBD Tahun sebelumnya untuk
membiayai keperluan setiap bulan yang disusun dalam
rancangan peraturan KDH ttg APBD.

Pengeluaran tsb seperti untuk belanja pegawai, belanja


barang dan jasa, terjaminnya pemenuhan pelayanan
dasar masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan,
dan/atau melaksanakan kewajiban kepada pihak ketiga.

Raper KDH ditetapkan setelah memperoleh pengesahan


Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan Gubernur bagi
kabupaten/kota.

Jika pengesahan melampaui 15 hari, KDH menetapkan


menjadi peraturan kepala daerah.

47

Evaluasi Raperda
tentang APBD/Perubahan APBD &
Raper KDH tentang Penjabaran
APBD/Perubahan APBD
Dasar Hukum :
Pasal 185 UU 32/2004 ttg Pemda
Tujuan :
tercapainya keserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan
nasional;
keserasian antara kepentingan publik dan kepentingan aparatur;
meneliti sejauh mana APBD tidak bertentangan dengan
kepentingan umum, peraturan perundangan yang lebih tinggi
dan peraturan daerah lainnya.

48

Penyampaian Raperda tentang APBD &


Raper KDH tentang Penjabaran APBD
Untuk mempercepat proses evaluasi, dianjurkan
penyampaian Raperda ttg APBD dan Raper KDH ttg
penjabaran APBD dengan cara sebagai berikut :
Asli

disampaikan 1 (satu) eksemplar dalam


bentuk hard copy.

Dalam

bentuk soft copy berupa


CD/Disket atau Flash Disk 1 (paket).

kepingan

49

Penyempurnaan Hasil Evaluasi

Kepala daerah bersama dengan Panitia Anggaran


DPRD.

Hasil penyempurnaan ditetapkan pimpinan DPRD


dilaporkan pada sidang paripurna berikutnya.

Disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk


APBD provinsi & kepada gubernur untuk APBD
kabupaten/kota, paling lambat 3 (tiga) hari kerja
setelah keputusan tersebut ditetapkan.

50

Pembatalan Peraturan Daerah dan Peraturan


Kepala Daerah tentang APBD Apabila tidak
Menindak Lanjuti Hasil Evaluasi

Pembatalan Perda Provinsi dan Peraturan gubernur


dibatalkan oleh MENDAGRI, untuk kabupaten/kota oleh
gubernur.

Dalam keputusan pembatalan, sekaligus dinyatakan


berlakunya pagu APBD tahun anggaran sebelumnya.

Paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan pembatalan


diterima, KDH harus memberhentikan pelaksanaannya
dan DPRD bersama KDH mencabut Perda dimaksud.

Pencabutan Perda, dilakukan dengan Perda

Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBD tahun


sebelumnya, ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
51

Perda APBD
LAMPIRAN

1.

Ringkasan APBD;

2.

Ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi SKPD;

3.

Rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD, pendapatan, belanja dan
pembiayaan;

4.

Rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD, program dan
kegiatan;

5.

Rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan pemerintahan daerah
dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;

6.

Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;

7.

Daftar piutang daerah;

8.

Daftar penyertaan modal (investasi) daerah;

9.

Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;

10.

Daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain;

11.

Daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum diselesaikan dan


dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;

12.

Daftar dana cadangan daerah; dan

13.

Daftar pinjaman daerah.

52

Perubahan APBD
Ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum TA

berakhir.
memuat anggaran yang tidak mengalami perubahan &

yang mengalami perubahan.


Setiap perubahan

supaya disertai dengan penjelasan


mengenai alasan dilakukannya perubahan.

Penganggaran kegiatan-kegiatan fisik yg tidak dapat

diselesaikan sampai dengan TA berakhir supaya dihindari,


lebih baik dianggarkan dalam APBD TA berikutnya.

53

Lanjutan

Hal-hal yang melatarbelakangi Perubahan APBD:


Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi
Kebijakan Umum APBD;
Keadaan yang menyebabkan pergeseran anggaran
(antar unit organisasi, antar kegiatan dan antar jenis);
Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih
tahun sebelumnya harus digunakan untuk tahun
anggaran berjalan;
Keadaan darurat/mendesak (bencana alam)
dan
keadaan luar biasa (penerimaan melampaui 50% dari
target yang direncanakan atau tidak mencapai 50%
dari target yang direncanakan).
Batas waktu penetapan Perda Perubahan APBD paling
lambat 3 bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran.

Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu)

kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam


keadaan luar biasa.

54

1. Perubahan APBD disebabkan perkembangan yang

tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD


dapat berupa terjadinya pelampauan atau tidak
tercapainya indikator-indikator ekonomi makro dan
pokok-pokok kebijakan fiskal dalam kebijakan umum
APBD.

2. Dalam

perubahan kebijakan umum APBD serta


prioritas dan plafon anggaran sementara perubahan
APBD disajikan secara lengkap penjelasan :

Perbedaan asumsi kebijakan umum APBD;

Program dan kegiatan yang dapat diusulkan untuk


ditampung
dalam
perubahan
APBD
dengan
mempertimbangkan sisa waktu pelaksanaan.

Capaian target kinerja yang harus dikurangi, apabila


asumsi kebijakan umum APBD tidak tercapai.

Capaian target kinerja yang harus ditingkatkan,


apabila melampaui asumsi kebijakan umum APBD.
55

Hal-hal Yang Melatarbelakangi Terjadinya


Perubahan APBD, Dibahas Bersama dengan
DPRD dan selanjutnya dituangkan dalam
perubahan KUA APBD serta perubahan
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara.
Perubahan KUA APBD dan perubahan Prioritas
dan Plafon Anggaran Sementara ditetapkan
oleh
Kepala
Daerah
sebagai
Pedoman
Perangkat Daerah dalam menyusun usulan
perubahan program, kegiatan dan anggaran.

56

Perda Perubahan APBD


LAMPIRAN

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Ringkasan perubahan APBD;


Ringkasan perubahan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi SKPD;
Rincian perubahan APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD,
pendapatan, belanja dan pembiayaan;
Rekapitulasi perubahan belanja menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi SKPD,
program dan kegiatan;
Rekapitulasi perubahan belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan urusan
pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;
Daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan.
Neraca daerah yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1 (satu) tahun terakhir
dari perubahan APBD;
Laporan arus kas yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1 (satu) tahun terakhir
dari perubahan APBD; dan
Catatan atas laporan keuangan yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah 1 (satu)
tahun terakhir dari perubahan APBD.

57

Perubahan Anggaran SKPD

DALAM KEADAAN MENDESAK PELAKSANAAN PERUBAHAN


APBD UNTUK MENDANAI KEGIATAN TERTENTU DAPAT
DILAKUKAN MENDAHULUI PENETAPAN PERDA PERUBAHAN
APBD, SEPANJANG MEMPEROLEH PERSETUJUAN DPRD.

PERSETUJUAN DPRD DIKECUALIKAN UNTUK MENANGGULANGI


KEADAAN DARURAT, SEPERTI BENCANA ALAM/SOSIAL.

DPA SKPD YANG MENGALAMI PERUBAHAN AKIBAT DARI ANGKA


1 & 2 DITUANGKAN KEMBALI DALAM DPA SKPD SEBAGAI
DASAR PELAKSANAAN.

KEGIATAN-KEGIATAN BARU UNTUK DITAMPUNG


PERUBAHAN APBD DITUANGKAN DALAM RKA SKPD.

DALAM

58

Anda mungkin juga menyukai