Anda di halaman 1dari 7

Mata kuliah : Manajemen Keuangan Pemerintah (MKP)

(Public Financial Management/PFM)


Prodip IV Akuntansi Khusus STAN
Smester 2 / 2014-2015 Kelas 8 - F / 8- G
Dosen : Abdul Gofar
Pertemuan (TM) III, 16 Oktober 2014
III. Financial Planning and Forecast
1. Perencanaan Keuangan ;
2. - Prakiraan Penerimaan (Pajak dan PNBP);
- Prakiraan Pengeluaran (fixed spending and variable spending);
3. Budget Allocation (Alokasi anggaran);
- Budget development and Budget maintenance;
4. Procurement coceptual (Pengadaan barang dan jasa pemerintah).
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------RBK (Ringkasan Bahan Kuliah) TM III
III. Financial Planning and Forecast.
1. Perencanaan Keuangan
Dalam rangka mendukung terwujudnya clean government and good governance
dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu
diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab sesuai dengan
aturan pokok yang ditetapkan dalam UUD 1945.
Keuangan negara dikelola secara :
- Tertib, Taat pada peraturan per-UU an,
- Efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
- Bertanggung jawab, dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
Prinsip-prinsip perencanaan keuangan/APBN:
APBN disusun sesuai kebutuhan penyelenggaraan negara dan kemampuan
dalam menghimpun pendapatan negara, serta berpedoman pada Rencana
Kerja Pemerintah (RKP) dan sebelumnya memperhatikan Kerangka Ekonomi
Makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi.
APBN yang telah disetujui dirinci lebih lanjut dalam Peraturan Presiden
(Perpres) Rincian APBN.
Semua PENERIMAAN dan PENGELUARAN pada tahun APBN dimasukkan
dalam tahun APBN yang bersangkutan.
Penggunaan surplus diutamakan untuk pembentukan cadangan.
Laporan realisasi disampaikan bulan Juli,
Perubahan APBN dapat diajukan dan dibahas dengan DPR sebelum tahun
anggaran berakhir.
Dalam keadaan darurat Pemerintah dapat melakukan pengeluaran dan
Ketentuan pengelolaan keuangan negara diatur dalam UU Perbendaharaan
Negara.

Baseline Concept dan Rencana Kerja


Berkaitan dengan belanja negara (pagu belanja Kementerian Negara/Lembaga (K/L)
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu Baseline dan New Initative.
1. Baseline (angka dasar) merupakan indikasi awal (ancar-ancar) kebutuhan
anggaran yang harus disediakan untuk melaksanakan program/kegiatan
sesuai kebijakan pemerintah dengan target kinerja tertentu yang telah
ditetapkan. Baseline K/L terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu :
a.Baseline untuk kebutuhan biaya operasional.
b.Baseline untuk biaya non operasional.
2. New Initiative (inisiatif baru) adalah kebijakan baru atau perubahan kebijakan
berjalan yag menyebabkan adanya konsekuensi anggaran baik pada
anggaran baseline maupun anggaran kedepan. Inisiatif baru dapat berupa
penambahan fokus prioritas/outcome/kegiatan/output baru, penambahan
volume target atau percepatan pencapaian target. Alokasi anggaran inisiatif
baru berdasarkan proposal anggaran inisiatif baru yang telah disetujui oleh
Kementerian PPN/Bappenas dan Kemenkeu.
Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) merupakan
dokumen untuk menyusun Rancangan APBN (besaran APBN) yang diajukan kepada
DPR. Jika RAPBN sudah mendapat persetujuan DPR,selanjutnya dituangkan dalam
Perpres. tentang Rincian APBN sesuai organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
Selanjutnya menjadi dasar penyusunan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
sebagai dokumen dasar pada tahap pelaksanaan anggaran.
RKA-K/L disusun dengan menggunakan pendekatan penganggaran terpadu,
kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM) dan penganggaran berbasis
kinerja (PBK).
RKA-K/L disusun secara terstruktur dan dirinci menurut klasifikasi organisasi, fungsi
dan jenis belanja serta disusun menggunakan instrumen (a) Indikator Kinerja; (b)
Standar Biaya, dan (c) Evaluasi Kinerja.
RKA-K/L disusun dengan memperhatikan Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan
RKA-K/L (PP No.90 tahun 2010 sebelumnya PP No.21 tahun 2004) serta
berdasarkan :
a. Pagu anggaran K/L yang ditetapkan Menkeu.
b. Rencana Kerja (Renja) K/L
c. RKP dan kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam pembahasan
pendahuluan Rancangan APBN;
d. Standar Biaya, dan
e. Kebijakan Pemerintah lainnya.
RKA-K/L yang telah dibahas bersama dengan DPR (sesuai Komisi yang ada di
DPR) selanjutnya menjadi dokumen penting untuk menyusun Rancangan APBN
yang diajukan kepada DPR .
Setelah RAPBN disetujui oleh DPR , selanjutnya diterbitkan Peraturan Presiden
(Perpres) tentang Rincian APBN yang menjadi dasar dalam penyusunan dokumen
pelaksanaan anggaran atau Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

Setelah APBN ditetapkan, Menteri Keuangan memberitahukan kepada para


Menteri/Pimpinan Lembaga agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran
untuk masing-masing kementerian/lembaga yang dipimpinnya. Segera sesudah itu,
para Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk
kementerian/lembaga yang dipimpinnya.
Di dalam dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA) diuraikan sasaran yang hendak
dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, anggaran untuk mencapai sasaran
tersebut dan rencana penarikan dana tiap satuan kerja serta pendapatan yang
diperkirakan.
Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara.
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara (CEO). Kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri
Keuangan selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan
kekayaan negara yang dipisahkan (CFO);
Kekuasaan tersebut (juga) dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku
Penggunan Anggaran/Pengguna Barang Kementerian/Lembaga yang dipimpinnya
(COO)
Kekuasaan tersebut diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah
daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Tugas Menkeu sebagai CFO/Pengelola Fiskal adalah :(psl.8 UU N0.17 Tahun 2003):
a. Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro
b. Menyusun Rancangan APBN dan Rancangan Perubahan APBN;
c. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;
d. Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;
e. Melaksanakan pemungutan ppendapatan negara yang telah ditetapkan
dengan undang-undang;
f. Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Negara;
g. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN
h. Melaksanakan tugas-tugas lain dibidang pengelolaan fiskal berdasarkan
ketentuan undang-undang.
Tugas Menteri/Pimpinan Lembaga selaku COO/Pengguna Anggaran/Barang :(psl.9
UU No.17 tahun 2003):
a. Menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya;
b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
c. Melaksanakan anggaran kementerian/lembaga yang dipimpinnya;
d. Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan
menyetorkannya ke Kas Negara;
e. Mengelola putang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;
f. Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
kementeria negara/lembaga yang dipimpinnya;

g. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian


negara/lembaga yang dipimpinnya;
h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya
berdasarkan ketentuan undang-undang.
2. Forecast (Prakiraan) Penerimaan/Pengeluaran
Masing-masing besaran komponen postur APBN dipengaruhi oleh asumsi Dasar
Ekonomi Makro (ADEM). Komponen penerimaan/pendapatan dipengaruhi oleh
pertumbuhan ekonomi, inflasi, kurs, ICP dan lifting minyak. Komponen pengeluaran/
belanja dipengaruhi oleh inflasi, kurs, SPN 3 bulan, ICP dan lifting minyak.
Komponen defisit tidak dipengaruhi langsung oleh ADEM tetapi oleh kondisi tarik
menarik antara belanja dan pendapatan. Sedangkan komponen pembiayaan
dipengaruhi langsung oleh kurs.
Perhitungan komponen postur APBN juga memperhatikan karakteristik setiap
komponen. Penerimaan/pendapatan merupakan perkiraan maksimal yang dapat
ditarik pemerintah dari pajak, PNBP dan hibah. Untuk belanja harus
mempertimbangkan pengeluaran pemerintah untuk membiayai kebutuhan
penyelenggaraan operasional dan pengeluaran wajib yang diperkirakan sekitar 80%
dari total belanja negara, termasuk cadangan untuk darurat/mendesak dan resiko
fiskal. Sedangkan defisit tidak boleh melebihi 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB)
Dalam menyusun rencana pengeluaran/belanja negara, pemerintah juga harus
mempertimbangkan karakteristik belanja negara yang digunakan untuk membiayai
program-program kerja pemerintah sesuai RKP. Belanja negara dapat dibedakan
atas fixed spending (belanja yang bersifat tetap) dan variable spending (belanja
yang bersifat variabel/berubah-ubah).
Fixed spending adalah anggaran yang disusun untuk periode tertentu dengan
volume yang sudah ditentukan, contohnya anggaran belanja pegawai, belanja modal
atau belanja trasfer ke daerah.
Variable spending adalah anggaran yang dapat berubah-ubah secara proporsional
atau disesuaikan dengan perubahan volume kegiatan, contohnya anggaran subsidi,
hibah atau bantuan sosial.
Pelaksanaan APBN dalam satu tahun meliputi :
a. Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih
(pendapatan negara);
b. Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersiah (belanja negara);
c. Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya . (utang/piutang negara).
3. Budget Allocation (Alokasi anggaran).
(Budget development/budget maintenance)
Kebijakan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat sebagai komponen dari
belanja negara merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal yang sangat
strategis diantara berbagai pilar kebijakan fiskal lainnya dalam mencapai sasaransasaran pokok pembangunan nasional seperti yang tertuang dalam RPJMN / RKP.

Hal ini terutama karena melalui kebijakan dan alokasi anggaran belanja pemerintah
pusat, pemerintah dapat secara langsung melakukan intervensi anggaran (direct
budget intervention) untuk mencapai sasaran-sasaran program pembangunan yang
ditetapkan pemerintah. Dasar perhitungan alokasi anggaran adalah sesuai programprogram Kementerian Negara/Lembaga (dahulu sesuai sektor, sub sektor, program).
RPJMN merupakan penjabaran visi, misi dan program Presiden selama 5 (lima)
tahun yang memuat sasaran-sasaran pokok yang harus dicapai, arah kebijakan dan
program-program pembangunan. RKP merupakan dokumen perencanaan
pembangunan nasional tahunan yang memuat prioritas pembangunan, rancangan
kerangka ekonomi makro, serta program-program K/L, lintas K/L dan lintas wilayah.
Budget development atau proses penyusunan anggaran untuk tahun anggaran yang
akan datang sudah dilakukan sejak tahun anggaran yang sedang berjalan. Contoh,
RAPBN tahun anggaran 2015 penyusunannya sudah dilakukan pada awal tahun
2014. Sesuai Garis Besar Jadual Pembahasan/Penetapan APBN (lihat RBK TM II, 9
Oktober 2014), Rancangan APBN diajukan kepada DPR pada bulan Agustus dan
harus sudah selesai dibahas bersama dengan DPR pada akhir Oktober.
Rancangan APBN yang diusulkan oleh pemerintah disusun sesuai kebutuhan
penyelenggaraan negara dan disesuaikan dengan kemampuan dalam menghimpun
pendapatan negara, serta berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan
sebelumnya memperhatikan kerangka ekonomi makro (ADEM) dan pokok-pokok
kebijakan fiskal.
Asian Development Bank (ADB) dalam salah satu publikasinya Government Budget:
Direction for Reforms menyatakan well formulated budget can be executed badly;
badly formulated budget can not be executed well. Anggaran yang disusun dan
direncanakan dengan baik, pelaksanaannya dapat saja berjalan buruk, sedangkan
anggaran yang disusun dan direncanakan dengan buruk, sulit untuk dilaksanakan
dengan baik.
Agar APBN yang sudah disusun dan direncanakan dengan baik dapat mencapai
hasil baik sesuai dengan yang diharapkan, perlu adanya upaya budget
maintenance, artinya dalam pelaksanaannya harus dijaga atau dipelhara agar APBN
dapat berjalan sesuai dengan yang digariskan dalam RKP dan pokok-pokok
kebijakan fiskal pemerintah.
Kebijakan Penerimaan dan Pengeluaran Negara.
Semua PENERIMAAN dan PENGELUARAN negara dilakukan melalui satu
rekening, yaitu Rekening Kas Umum Negara (RKUN).
Setiap kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang
mempunyai sumber pendapatan wajib mengintensifkan perolehan
pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya;
PENERIMAAN harus disetor seluruhnya ke Kas Negara/Daerah pada
waktunya yang selanjutnya diatur dalah peraturan pemerintah;
PENERIMAAN kementerian negara/lembaga/SKPD tidak boleh digunakan
langsung untuk membiayai pengeluaran;
PENERIMAAN berupa komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh negara/daerah
adalah hak negara/daerah.

Dalam hal PENGELUARAN atau belanja negara, setiap Pengguna Anggaran/Kuasa


Pengguna Anggaran melaksanakan kegiatan sesuai dengan DIPA masing-masing
PA/KPA.Untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam DIPA, para PA/KPA berwenang
mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang telah
ditetapkan dalam DIPA. Ikatan atau perjanjian dengan pihak lain termasuk dalam
lingkup Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diatur dalam Perpres
No.54 tahun 2010 (dan segala perubahan yang terjadi sesudah 2010)..
Berkenaan dengan pembayaran tagihan yang menjadi beban APBN tersebut
PENCAIRAN DANANYA dilakukan oleh Bendahara Umum Negara/Kuasa
Bendahara Umum Negara. Untuk tagihan atas beban APBD dilakukan Bendahara
Umum Daerah.
4. Procurement conceptual (Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah)
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (PBJP) adalah kegiatan untuk memperoleh
barang/jasa oleh Kementerian Negara/Lembaga (K/L), Satuan Kerja Perangkat
Gaerah (SKPD), Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan memperoleh barang/jasa.
Kedudukan pengadaan dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah (pembangunan) :
Perencanaan (planning);
Pemrograman (programming);
Penganggaran (budgeting);
Pengadaan (procurement) terdiri dari Perencanaan pengadaan dan Pemilihan
Penyedia (tender) ;
Pelaksanaan kontrak dan pembayaran (contract implementation and
payment);
Penyerahan pekerjaan/barang (handover);
Pemanfaatan dan pemeliharaan (operation and maintenance).
Beberapa Pengertian :
Barang : setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun
tidak bergerak yang dapat diperdagangkan, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh
pengguna barang.
Pekerjaan konstruksi : seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan
konstruksi bangunan atau pembuatan fisik lainnya.
Jasa lainnya : jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan
ketrampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa konsultansi, pekerjaan konstruksi
dan pengadaan barang.
Jasa konsultansi : jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu
diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware).
Prinsip PBJP : efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif,
akuntabel.
Kebijakan umum PBJP :
1. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri;
2. Kemandirian industri alutsista dan almatsus dalam negeri;

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Peningkatan peran UMKM dan kelompok masyarakat;


Pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam;
Penggunaan teknologi informasi dan transaksi elektronik;
Menyederhanakn ketentuan dan tata cara;
Meningkatkan profesionalisme para pihak;
Meningkatkan pajak;
Menumbuh kembangkan peran usaha nasional, industri kreatif inovatif,
budaya dan hasil penelitian;
10. Memanfaatkan sarana/prasarana penelitian dan pengembangan dalam
negeri;
11. Pelaksanaan PBJP di wilayah RI termasuk Kantor Perwakilan RI;
12. Mengharuskan pengumuman secara terbuka.
PBJP dapat dilakukan melalui penyedia dan secara swakelola.
Metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa :
1. Pelelangan : a.Pelelangan Umum. b. Pelelangan Sederhana
2. Penunjukan Langsung;
3. Pengadaan Langsung;
4. Kontes/Sayembara.
Dalam upaya mendorong terciptanya efisiensi, transparansi dan akuntabel PBJP
dilakukan melalui e-procurement ( Layanan Pengadaan Secara Elektronik/LPSE).
Referensi buku/modul/literatur bahasa Inggris :
1. Dasar-dasar Praktek Penyusunan APBN di Indonesia, Direkegiatan
memperolehktorat Penyusunan APBN, Ditjen.Anggaran Kemenkeu;
2. Perencanaan dan Penganggaran,Sekretariat Jenderal Kemenkeu;
3. Modul Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, LKPP RI;
4. Public Expenditure Management Handbook. The World Bank.
5. Public Finance Management by Howard Frank
( Public Expenditure Management:Selected Themes and Issues) by
A.Premchand)
6. Case Studies in Public Budgeting and Financial Management adited by Aman
Khan and W.Bartley Hildreth).

Anda mungkin juga menyukai