Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. DISKRIPSI SINGKAT MATA KULIAH


Dalam mata kuliah ini akan dibahas tentang system bilangan,
gerbang dasar, aljabar Boolean, serta rangkaian flip-flop,dan multivibrator,
piranti semiconductor untuk rangkaian digital, rangkaian logic digital,
rangkaian terintegrasi digital, rangkaian kombinasi logic, rangkaian logic
sequential, perancangan digital pada rangakaian logic dan contoh
rangkaian counter.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, para taruna diharapkan
dapat menjelaskan prinsip-prinsip teknik digital serta mampu membaca
dan merangkai rangkaian digital sederhana.

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah menyelesaikan mata kuliah ini taruna mampu:
1.

Menjelaskan system bilangan dan menghitung konversi dalam


berbagai system bilangan serta operasi bilangan biner.

2.

Menjelaskan sistem kode / sandi dan menghitung konversi antar


system kode.

3.

Menjelaskan macam-macan gerbang dasar dan mempraktekkan


rangkaian diode dan transistor sebagai gerbang AND, OR dan
NOT.
1

4.

Menggunakan Ajabar Boolean dalam memecahkan berbagai


persamaan logika.

5.

Menjelaskan dan mempraktekkan rangkaian flip flop

D. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


1.

Sistem Bilangan
a. Macam - macam system bilangan.
b. Konversi system bilangan.
c. Operasi system bilangan biner.

2.

Sistem Kode / Sandi


a. Macam - macan system kode / sandi
b. Konversi system kode/sandi

3.

Gerbang Dasar
a. Macam-macam gerbang dasar
b. Merangkai aneka gerbang dasar dan Diode dan Transistor.

4.

Aijabar Boolean
a. Hukum hokum Boolean
b. Teori De Morgan
c. Penyederhanaan persamaan
d. logika dengan aljabar Boolean
e. dan teori de morgan
f. Karnaugh map dan penggunaannya

5.

Rangkaian Flip Flop


a. RS Flip-Flop.
b. NAND RS Flip-flop
2

c. NOR RS Flip-flop
d. DFlip Flop.
e. JK Flip-flop.

BAB II
SISTEM BILANGAN

II. 1 Macam-macam Sistem Bilangan


Dalam bab ini akan dibahas empat macam sistem bilangan yang akan
sering kita pakai dalam mempelajari teknik digital. Sisitem bilangan tersebut
adalah sistem bilangan :
Decimal
Binary
Oktal.
Hexadecimal
1. Decimal Number
Adalah bilangan yang biasa kita gunakan sehari-hari
Bilangan decimal terdiri dari : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9
2. Binary Number
Adalah bilangan yang hanya terdiri dari 0 dan 1.
Umumnya dipakai dalam Digital Logic.
3. Octal.
Adalah bilangan yang hanya terdiri dari : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.
4. Hexadecimal
Adalah bilangan yang terdiri dari : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, dan
F. Bilangan ini sering dipakai dalam pemrograman tingkat tinggi karena
mempersingkat penulisan program. Sebagai contoh apabila kita hendak
menuliskan bilangan 100111000111 maka dalam hexadecimal akan menjadi
AC3
4

II. 2 Konversi Antar System Bilangan


Adakalanya kita perlu merubah dari suatu bentuk / system bilangan ke
system bilangan yang lain. Sebagai contoh dalam proses pembuatan bahasa
pemrograman kita perlu merubah dari sistem bilangan desimal yang biasa
kita pakai sehari hari kedalam sistem bilangan hexadesimal atau sistem
bilangan biner yang bisa dimengerti oleh mesin.
Untuk itu kita perlu mempelajari konversi / perubahan antar sistem
bilangan diatas.
1. Decimal to Binary :
Contoh 1 :
145 (dec) = (bin)
145 : 2

= 72

sisa

1 (LSB)

72 : 2 = 36

sisa

36 : 2 = 18

sisa

18 : 2 = 9

sisa

9:2

=4

sisa

4:2

=2

sisa

2:2

=1

sisa

1:2

=0

sisa

1 (MSB)

Maka diperoleh 145 (dec) = 10010001 (bin)


Contoh 2 :
27,1875 (dec) = (bin)
27 : 2 = 13

sisa

1 (LSB)

13 : 2 = 6

sisa

6:2

sisa

=3

3:2

=1

sisa

1:2

=0

sisa

1 (MSB)

__________________________
untuk nilai di belakang koma :
0,1875 * 2

= 0,375 ambil 0 (MSB)

0,375 * 2

= 0,75 ambil 0

0,75 * 2

= 1,5

ambil 1

0,5 * 2

= 1,0

ambil 1 (LSB)

Maka diperoleh 27,1875 (dec) = 11011,0011 (bin)


2. Decimal to Octal :
Contoh :
145 (dec) = (oct)
145 : 8

= 18

sisa

18 : 8 = 2

sisa

2:8

sisa

2 (MSB)

=0

1 (LSB)

Maka diperoleh 145 (dec) = 221 (oct)


3. Decimal to Hexa :
Contoh :
145 (dec) = (hex)
145 : 16 = 9 sisa

1 (LSB)

9 : 16

9 (MSB)

=0

sisa

Maka diperoleh 145 (dec) = 91 (hex)


4. Binary to Decimal :
Contoh :
10110101 (bin) = (dec)
6

= 1.27 + 0.26 + 1.25 + 1.24 + 0.23 + 1.22 + 0.21 + 1.20

10110101

= 128 + 0 + 32 + 16 + 0 + 4 + 0 + 1
= 181 (dec)
Maka diperoleh 10110101 (bin) = 181 (dec)
5. Binary to Octa :
contoh:
10110101 (bin) = (oct)
10110101

= 010 | 110 | 101


= 265 (oct)

Maka diperoleh 10110101 (bin) = 265 (oct)


6. Binary to Hex :
contoh :
10110101 (bin) = (hex)
10110101

= 1011 | 0101
= B5 (hex)

Maka diperoleh 10110101 (bin) = B5 (hex)


7. Octa to Decimal :
contoh :
107 (oct) = (dec)
107 = 1.82 + 0.81 + 7.80
= 1.64 + 0.8 + 7.1
= 64 + 0 + 7
= 71 (dec)
Maka diperoleh 107 (oct) = 71 (dec)
8.Octa to Binner :
7

contoh :
107 (oct) = (bin)
107 = 001 | 000 | 111
= 1000111 (bin)
Maka diperoleh 107 (oct) = 1000111 (bin)
9. Octa to Hexa :
contoh:
107 (oct) = (hex)
107 = (lihat hasil konversi ke binner)
= 1000111
= 0100 | 0111
= 47 (hex)
Maka diperoleh 107 (oct) = 47 (hex)
10. Hexa to Decimal :
contoh:
1AD (hex) = (dec)
1AD = 1.162 + 10.161 + 13.160
= 1.256 + 10.16 + 13.1
= 256 + 160 + 13
= 429 (dec)
Maka diperoleh 1AD (hex) = 429 (dec)
11. Hexa to Binner :
contoh :
1AD (hex) = (bin)
1AD = 0001 | 1010 | 1101
8

= 110101101 (bin)
Maka diperoleh 1AD (hex) = 110101101 (bin)
12. Hexa to Octa :
1AD (hex) = (oct)
1AD = (lihat hasil konversi ke binner)
= 110101101
= 110 | 101 | 101
= 655 (oct)
Maka diperoleh 1AD (hex) = 655 (oct)

II.3. Operasi Bilangan (Numbering Operation)


Operasi penjumlahan dan pengurangan dalam beberapa sistem
bilangan berbeda, terkait dengan siem bilangan itu sendiri. Sebagai contoh
pada sistem bilangan desimal bila kita menjumlahkan bilangan 1 dengan
bilangan 1 maka hasilnya adalah bilangan 2. Hal ini tidak berlaku pada sistem
bilangan biner. Bila kita menjumlahkan bilangan 1 dengan bilangan 1 maka
hasilnya adalah 0 dengan cary 1 atau hasilnya adalah 10, karena dalam
sistem bilangan biner tidak dikenal angka 2.
Untuk lebih jelasnya bisa kita lihat dalam uraian dibawah.
1. Operasi Penjumlahan.
Dalam operasi penjumlahan, baik dalam sistem bilangan biner maupun
desimal aturannya hampir sama. Yang perlu kita perhatikan adalah
bahwa setiap sistem bilangan mempunyai batasan bilangan tertinggi
sehingga hasil penjumlahan tidak boleh melebihi bilanhan tertinggi.

Bila hasil penjumlahan melebihi nilai tertinggi maka kita masukkan sisa
penjumlahan ke depannya.
Contoh:
a. sistem bil biner.
0110
0101 +
1011
b. Sistem bilangan oktal
1345
4531 +
6076
c. Sistem bilangan desimal
1679
5673 +
7352
2. Operasi Pengurangan
Dalam operasi pengurangan akan kita kenal bilangan komplemen.
Bilangan komplemen diperlukan untuk membantu sistem pengurangan
agar

lebih

memudahkan

kita

mengurangkan

dengan

cara

menambahkan bilangan komplemen dengan bilangan yang akan


dikurangi.
Untuk itu kita pelajari dulu sistem bilangan komplemen.
Komplement-1.
Komplement-1 pada bilangan Binner adalah :
Mengubah bit 0 menjadi 1 dan sebaliknya bit 1 menjadi 0
10

Contoh : Komplement-1 dari 1001 adalah 0110


Komplement-1 pada bilangan Decimal adalah :
Mengubah bilangan Decimal (1, 2 9) menjadi nilai yang jika
dijumlahkan dengan nilai aslinya akan selalu menghasilkan nilai 9.
Contoh : Komplement-1 dari 296 adalah 703
Komplement-1 pada bilangan Octal adalah :
Mengubah bilangan Octal (1, 2 7) menjadi nilai yang jika
dijumlahkan dengan nilai aslinya akan selalu menghasilkan nilai 7.
Contoh : Komplement-1 dari 157 adalah 620
Komplement-1 pada bilangan Heksa adalah :
Mengubah bilangan Heksa (1, 2 F) menjadi nilai yang jika
dijumlahkan dengan nilai aslinya akan selalu menghasilkan nilai F (15).
Contoh : Komplement-1 dari 3A8 adalah C47
Fungsi Komplement :
Membantu dalam operasi pengurangan
Syarat Operasi pengurangan dengan komplement-1 :
Pengurang kita ubah menjadi Komplement-1
Setelah itu, jumlahkan dengan nilai yang sebelumnya akan
dikurangkan.
Jika hasil penjumlahan menghasilkan carry 1, maka carry tersebut
dijumlahkan lagi dengan dengan hasil penjumlahan sebelumnya untuk
memperoleh hasil akhir.
Jika hasil penjumlahan tidak menghasilkan carry 1, maka hasil
akhirnya bernilai negative (-) komplement-1.
11

Operasi pengurangan Binner dengan komplement-1:


Contoh 1 :
10010110

10010110

00110010

11001101

________-

________+
(1)

01100011
1
________+
01100100

Contoh 2 :
10010110

10010110

11010010

00101101

________-

________+

(No Carry) 11000011


Hasil akhir 00111100
Operasi pengurangan Decimal dengan komplement-1 :
Contoh 1:
2043

2043

0546

9453

____-

____+

1497

Carry 1 1496
1
____+
hasil akhir 1497

12

Contoh 2:
1040

1040

8760

1239

____- 7720

____+
No Carry 2279
hasil akhir - 7720

Komplement-2 :
Merupakan komplement-1 + 1
Contoh :

1011 komplement-1 = 0100


Komplement-2 = 0101

Syarat Operasi pengurangan dengan komplement-2 :


Pengurang kita ubah menjadi Komplement-2
Setelah itu, jumlahkan dengan nilai yang sebelumnya akan
dikurangkan.
Jika hasil penjumlahan menghasilkan carry 1, maka carry tersebut
dapat diabaikan
Jika hasil penjumlahan tidak menghasilkan carry 1, maka hasil
akhirnya bernilai negative (-) komplement-2.
Operasi pengurangan Binner dengan komplement-2:
Contoh 1 :
10010110

10010110

00110010

11001110

________-

________+
carry 1 01100100
hasil akhir 01100100 (carry diabaikan)
13

Contoh 2 :
10010110

10010110

11010010

00101110

________-

________+

(No Carry) 11000100


Hasil akhir 00111100 (komplemen-2 dari 11000100)
Operasi pengurangan Decimal dengan komplement-2 :
Contoh 1:
2044

2044

0546

9454

____-

____+

1498

Carry 1 1498
hasil akhir 1498 (carry diabaikan)

Contoh 2:
1040
8761
____- 7720

1040
1240
____+
No Carry 2280
hasil akhir - 7720 (komplemen-2 dari 2280)

14

BAB III
SISTEM SANDI

Selain sistem bilangan tersebut di atas, juga dikenal beberapa sistem


sandi, yaitu :
BCD (Binary Code Decimal)
Merupakan bilangan Decimal yang telah dikonversikan ke binary 4 bit.
Gray Code
Merupakan code binary yang telah dikonversikan sedemikian rupa
sehingga perubahan bertahap antar binary hanya akan menimbulkan
satu perubahan bit saja. Hal ini berguna untuk meminimalkan
kesalahan pembacaan binary bit.
Excess-3
Merupakan nilai BCD + 3 (binary), berfungsi untuk membedakan
pembacaan sistem antara 0 (0011 x-3) dengan Reset (0000)

III. 1 Konversi Antar Sistem Sandi


Conversi BCD to Binner :
Contoh 1 :
0001 0111 BCD = 17 (dec)
= 10001 (bin)
Contoh 2:
0011 0010, 0111 0101 BCD = 32,75 (dec)
= 100000,11 (bin)

15

Tabel Conversi BCD to Binner


DECIMAL
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
16
0.25

BCD
0000
0001
0010
0011
0100
0101
0110
0111
1000
1001
0001 0110
0000,0010 0101

BINNER
0000
0001
0010
0011
0100
0101
0110
0111
1000
1001
10000
0.01

Conversi Binner to Gray Code :


Contoh 1:
1101 (bin)= 1011 (gray)
caranya :
Dimulai dari MSB, kemudian ditambahkan ke bit berikutnya, berurutan
hingga mencapai LSB, dengan mengabaikan carry.
Dari contoh di atas 1101 (bin), berarti (1) (1+1) (1+0) (0+1) hingga
diperoleh hasil 1011 (gray).

Contoh 2:
10100101 (bin) = (1) (1+0) (0+1) (1+0) (0+0) (0+1) (1+0) (0+1)
= 11110111 (gray)
atau
10100101 (bin) = 1_+_0_+_1_+_0_+_0_+_1_+_0_+_1

16

= 1 1

1 (gray)

= 11110111 (gray)
Tabel Conversi Binner to Gray Code
DECIMAL
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
25
76

BINNER
0000
0001
0010
0011
0100
0101
0110
0111
1000
1001
11001
1001100

GRAY CODE
0000
0001
0011
0010
0110
0111
0101
0100
1100
1101
10101
1101010

Conversi Gray Code to Binner :


Contoh 1:
1011 (gray) = 1101 (bin)
caranya :
Dimulai dari MSB, kemudian ditambahkan ke bit berikutnya. Hasil dari
penjumlahan tersebut ditambahkan lagi ke bit berikutnya, dengan
mengabaikan carry. Demikian seterusnya hingga mencapai LSB.
Dari contoh 1011 (gray) = (1) (1+0) (1+1) (0+1) hingga diperoleh hasil
1101 (bin)
Contoh 2:
11110111 (gray) = (1) (1+1) (0+1) (1+1) (0+0) (0+1) (1+1) (0+1)
= 10100101 (bin)
atau
11110111 (gray) = 1

1
17

= 1

1 (bin)

= 10100101 (bin)
Tabel Conversi Gray Code to Binner
GRAY CODE
0000
0001
0010
0011
0100
0101
0110
0111
1000
1001
1010
1011

BINER
0000
0001
0011
0010
0111
0110
0100
0101
1111
1110
1100
1101

DECIMAL
0
1
3
2
7
6
4
5
15
14
12
13

Conversi BCD to Excess-3


contoh :
0011 0100 (BCD) = (0011+0011) (0100+0011)
= 0110 0111 (x3)
Tabel Conversi BCD to Excess-3
DECIMAL
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

BCD
0000
0001
0010
0011
0100
0101
0110
0111
1000
1001

EXCESS-3
0011
0100
0101
0110
0111
1000
1001
1010
1011
1100
18

10
14

0001 0000
0001 0100

0100 0011
0100 0111

Aturan Penjumlahan pada Excess-3


Penjumlahan pada Excess-3 dilakukan seperti pada bilangan
Binner.
Jika hasil penjumlahan tidak menghasilkan carry out (No Carry),
maka hasil penjumlahan tersebut dikurangi 0011 (bin).
Jika hasil penjumlahan menghasilkan Carry Out, maka hasil
penjumlahan tersebut, termasuk Carry Out-nya ditambahkan
dengan 0011 (bin).
Operasi Penjumlahan Excess-3
contoh 1:
5 + 2 = 7 (dec)
0101 (bin) + 0010 (bin) = 0111 (bin)
1000 (x-3) + 0101 (x-3) = 1101 (No Carry)
= 1101 0011
= 1010 (x-3)
contoh 2:
9 + 4 = 13 (dec)
1001 (bin) + 0100 (bin) = 1101 (bin)
1100 (x-3) + 0111 (x-3) = 0011 (with Carry Out)
= (0001 + 0011) (0011 + 0011)
= 0100 0110 (x-3)
KESIMPULAN

19

Dari System Bilangan dan Conversi yang telah dipelajari, maka dapat
dibuat rangkuman sebagai berikut :
OPERATION
Decimal
Octal
Heksa
Binary
Gray Code
BCD
Excess-3
ASCII

CONVERTION
347
533
15B
101011011
111110110
0011 0100 0111
0110 0111 1010
0110011 0110100 0110111

20

BAB IV
GERBANG DASAR

IV. 1. Sinyal dan Logic Level


Sebelum mempelajari bebarapa gerbang dasar perlu kiranya kita
ulangi pengertian tentang sinya dan level logic. Sinyal adalah suatu kumpulan
informasi yang dikemas dalam gelombang elektromagnetik.
Sinyal terbagi dua yaitu :
1. Sinyal analog
sinyal yang dipengaruhi oleh perubahan bentuk dan waktu.

2. Sinyal digital
sinyal yang terbentuk dengan suatu perbedaan waktu yang kritis.

Logic Level.
Adalah nilai tegangan yang ditandai dengan binary 0 dan 1 yang
beroperasi pada rangkaian digital. Level (1) atau logic 1 adalah suatu level
sinyal digital yang mempunyai nilai maximal dari referensi. Level (0) atau logic
0 adalah suatu level sinyal digital yang mempunyai nilai minimal dari
referensi.
21

Dalam dunia digital dikenal dua macam level logic yaitu positif logic
dan negatif logic. Positif logic apabila logic 1 bernilai positif atau maksimum,
sedangkan negatif logic apabila logic 1 bernilai minimum. Untuk lebih jelasnya
bisa dilihat pada gambar dibawah.

IV. 2. Gerbang Dasar


Adalah merupakan dasar pembentuk rangkaian system digital, dimana
dalam operasinya berdasarkan bilangan biner yang terdiri dari 2 kondisi saja
yaitu, high (1) dan low (0).
Dasar logic gate ada 3 yaitu AND, OR, dan NOT.
1. AND GATE
Adalah gerbang yang berarti hanya dan hanya jika. Artinya Output logic
akan bernilai 1 jika dan hanya jika inputnya 1 semua.

22

Gambar diatas adalah gambar rangkaian elektrik dari pinsip AND gate
dimana lampu akan nyala jika dan hanya jika switch 1 dan 2 on atau sama
dengan 1
Truth Table :
A
0
0
1
1

B
0
1
0
1

Y
0
0
0
1

Gambar symbol AND GATE


2. OR GATE

Gambar diatas merupakan gambar rangkaian listrik dari gerbang OR


dimana lampu akan menyala selama switch 1 atau 2 On / 1. Dua buah diode
yang dipasang pararel akan menunjukkan fungsi gerbang OR. Output Diode
hanya akan bernilai 0bila kedua switch dalam keadaan open. Rangkaian
Listrik dengan dua buah switch juga menunjukkan fungsi kerja gerbang OR.
Lampu hanya akan mati jika kedua buah switch dalam keadaan open.

23

Tabel Kebenarannya bisa dilihat pada table dibawah dimana output akan
0 jika A dan B sama dengan 0.
Truth Table :
A
0
0
1
1

B
0
1
0
1

Y
0
1
1
1
Gambar symbol gerbang OR

3. NOT GATE
Gerbang NOT atau gerbang Inversi adalah gerbang pembalik yang akan
membalikkan semua logic input. Jika semula input berlogic 1 maka output dari
gerbang Not akan berlogic 0 demikian pula sebaliknya.
Gambar rangkaian listriknya dapat anda lihat pada gambar di bawah.
Sebuah rangkaian transistor

NPN yang dirangkai sebagai rangkaian

switching dapat berlaku sebagai gerbang NOT. Dapat kita lihat disini, jika A
diberi tegangan positip atau logic 1 maka transistor akan konduct. Apabila
transistor conduct maka output titik Y akan close to ground sehingga output Y
akan sama dengan 0 volt atau berlogic 0.
Dalam praktek digital ketiga gerbang dasar diatas sudah dikemas dalam
bentuk chip IC sehingga memudahkan kita untuk menggunakannya. IC
tersebut ada yang masuk kategori IC TTL dan CMOS dengan sifat yang
berbeda.

24

Truth Table :
A
0
1

Y
1
0
Gambar symbol gerbang NOT

25

BAB V
ALJABAR BOOLEAN
A. Hukum Hukum Boolean
Hukum hukum Boolean dapat diringkas sebagai berikut :
1. A.(1) = A
2. A.(0) = 0
3. B+1 = 1
4. B+0 = B
5. A.A = A
6. B+B = B
7. A.A = 0
8. B+B = 1
9. A = A
10. A.B = B.A
11. A+B = B+A
12. (A.B)C = A(B.C) = A.B.C
13. A+(B+C) = (A+B)+C = A+B+C
14. AB+AC = A(B+C)
15. (A+B) (A+C) = A+BC
16. A(A+B) = A
17. A+AB = A
18. A(A+B) = AB
19. A+AB = A+B

26

B. Teori De Morgan
Teori de morgan dapat dituliskan sebagai berikut:
Teori pertama:
A+ B = A . B

Teori kedua
A. B = A+ B

Untuk mentransformasikan situasi AND menjadi OR ( atau situasi OR ke


AND ) diperlukan empat langkah yang berdsarkan teori de morgan
sebagai berikut :
1. Ubah semua OR ke AND dan semua AND ke OR.
2. Lengkapi setiap variable individual ( tambahkan tanda strip
diatas pada setiap variable)
3. Lengkapi semua fungsi (tambahkan tanda strip diatasnya).
4. Hilangkan semua kelompok dari tanda strip diatas yang
berjumlah genap.

C. Penyederhanaan Persamaan Logika Dengan Aljabar Boolean Dan


Teori De Morgan

Untuk membuat persamaan logika dari suatu permasalahan logika dapat


dikerjakan dengan dua cara:
1. Sum Of Product (SOP).

27

Sum of product atau Minterm atau jumlah dari kali adalah persamaan
logika yang menjumlahkan ( OR ) kondisi 1 dari setiap hasil kali ( AND).
Contoh:
Masukan
A
B
0
0

Keluaran
Y
0

1
1
1
Dari table kebenaran diatas dapat disusun persamaan logika minterm
sebagai berikut;
A. B + A. B + A. B = Y

2. Product of Sum ( POS)


Product of Sum atau

Maxterm atau perkalian dari jumlah adalah

persamaan logika yang mengalikan ( AND ) kondisi 0 dari setiap


Penjumlahan ( OR ).
Contoh:
Masukan
A
B
0
0

Keluaran
Y
0

1
1
1
Dari table kebenaran diatas dapat disusun persamaan logika maxterm
sebagai berikut;
A+ B . A+ B . A+ B = Y

28

Dengan menerapkan hukum hukum Boolean dan teori de morgan


persamaan diatas dapat disederhanakan.

D. Karnaugh Map Dan Penggunaannya


Selain dengan menggunakan hukum-hukum Boolean dan teori de
morgan, sebuah persamaan logika dapat disederhanakan dengan
menggunakan pemetaan karnaugh / karnaugh map.
Berikut langkah-langkah penyederhanaan suatu pernyataan logika
dengan menggunakan pemetaan karnaugh :
a. Tuliskan pernyataan minterm dari table kebenaran yang ada.
b. Plot 1 pada masing-masing kelompok variable yang di AND kan.
Bilangan satuan pada kolom Y dari table kebenaran akan sama
dengan bilangan satuan pada peta.
c. Gambarkan lingkaran mengelilingi kelompok dari dua, empat,
atau delapan satuan yang berdekatan pada peta ( lingkaranlingkaran tersebut dapat saling tumpang-tindih).
d. Hilangkan variable yang muncul dengan komplemennya pada
satu lingkarandan simpanlah variable yang disebelah kiri.
e. OR-kan kelompok yang tersisa untuk membentuk pernyataan
minterm yang disederhanakan.
Bentuk lain dari peta karnaugh adalah pemetaan dari aljabar Boolean
maksterm. Langkah-langkah untuk penyederhanaan pernyataan maksterm
adalah:
1. Tulislah aljabar Boolean maksterm dari table kebenaran. ( ingat
bentuk yang dibalik).
29

2. Plotkan satuan pada peta tersebut untuk masing-masing


kelompok variable yang di OR kan. Jumlah Nol an pada kolom
Y sama dengan jumlah satuan pada peta.
3. Gambarkan lingkaran yang mengelilingi kelompok dari dua,
empat atau delapan satuan yang berdekatan.
4. Hilangkan

variable

yang

muncul

bersama

dengan

komplemennya pada satu lingkaran, dan simpanlah variable


yang tertinggal.
5. AND-kan kelompok yang tersisa untuk membentuk pernyataan
maksterm yang disederhanakan.

30

BAB VI
FLIP FLOP

FLIP FLOP adalah rangkaian logic yang dapat menyimpan sebuah


data biner (sbg memory). Flip flop adalah basic elemen / dasar dari
rangkaian logika squensial. Rangkaian logika squensial adalah rangkaian
logika yang mempunyai sifat dimana keadaan output tidak hanya tergantung
dari keadaan input melainkan juga tergantung dari keadaan output
sebelumnya. Beberapa contoh rangkaian logika squensial adalah counter dan
register.
Dalam bab ini kita akan mempelajari jenis jenis flip-flop yang
meliputi :

RS- Flip-flop

D- Flip-flop

T Flip-flop

JK-Flip-flop

Untuk mempelajari jenis flip-flop diatas, marilah kita tinjau bentuk


flip-flop yang paling sederhana yaitu RS flip-flop. RS flip-flop terdiri dari dua
jenis yaitu RS FF yang tersusun dari gerbang NAND dan RS-FF yang
tersusun dari gerbang NOR
A. NAND RS Flip-Flop
Adalah RS flip-flop yang tersusun dari gerbang NAND. RS flip-flop
mempunyai sifat dua kondisi akhir yaitu set dan reset. NAND RS flip-flop akan
set bila input S low dan input R high. Sebaliknya ia akan rreset bila kondisi S

31

adalah high dan kondisi R low. Ada keadaan yang tidak diperkenankan yaitu
semua input low, karena hal ini akan menyebabkan output menggantung atau
limbo/ bingung. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah.

S
0

input
R
0

Q
1

output
Q
1

state

Set

Reset

No change

Not allowed / limbo

Analisa :
Output akan Set pada saat input S diberi Logika 0 ( Low ), dan
Output akan Reset pada saat input R diberi Logika 1 ( High ).

Gambar timing diagram dari gerbang RS NAND Flip-flop.


32

Keterangan:

Garis warna hijau adalah kondisi input S

Garis warna hitam adalah kondisi input R

Garis warna biru adalah kondisi output Q

Garis warna merah adalah kondisi output Q

B. NOR RS Flip-Flop
RS NOR flip-flop mempunyai kondisi aktif high dimana output akan
set apabila input S high dan input R low. Sebaliknya ia akan reset apabila
input S low dan input R high. RS NOR Flip-flop mempunyai komdisi
ambiguous atau limbo atau tidak diijinkan ketika kedua inputnya high.
Apabila kedua inputnya low maka kondisi output tidak berubah,
dimana kondisi output dipertahankan pada kondisi terakhir. Sifat inilah yang
menjadi basic memory,

Gambar rangkaian NOR RS Flip-flop

Untuk lebih jelasnya, kita perhatikan truth table dibawah

33

input
S
R
0
0

Output
Q
Q
X
X

state

Reset

Set

Not allowed

No change

Dari truth table diatas terlihat bahwa untuk NOR RS flip-flop berlaku
sifat input aktif high.
Gambar dibawah adalah timing diagram dari NOR RS flip-flop.

Keterangan:

Garis warna hijau adalah kondisi input S

Garis warna merah adalah kondisi input R

Garis warna biru adalah kondisi output Q

Garis warna hitam adalah kondisi output Q

34

Gambar diatas adalah contoh rangkaian RS flip-flop yang dapat kita


rangkaiakan pada board trainer untuk membedakan cara kerja RS flip-flop
yang dibangun dengan chip IC maupun gerbang NAND atau NOR.
Dalam perkembangan selanjutnya kita dapatkan sebuah RS flipflop yang dikendalikan oleh sebuah clock. Clock adalah detak sinkronisasi
dari sebuah sistem. Clock sangat kita perlukan apabila kita membangun
sebuah rangkaian komplek yang menghendaki sinkronisasi. Ibarat jantung
manusia yang akan mesnsinkronkan peredaran darah dalam tubuh, clock
akan mensinkronkan pengolahan dan pergerakan data dalam sistem.
Sebuah perangkat pemroses data tidak akan bekerja sebelum
mendapatkan clock sinkronisasi. Dengan demikian data yang diolah adalah
data yang benar-benar dikehendaki, bukan data sebelumnya.
Rangkaian R-S flip flop nand dengan clock
35

Gambar timing diagram RS NAND Flip-flop dengan clock.


keterangan :
diagram Clock

Diagram Q

diagram set

Diagram Q

diagram reset

Penjelasan Circuit:
36

Berdasarkan Timing Diagram yang dihasilkan, maka prinsip kerja sebuah RSFF with CLK dapat dijelaskan sebagai berikut :

Saat i/p S pada HI dan R pada LOW, maka o/p Q akan HI. Kondisi ini
dinamakan SET.

Pada saat i/p S dan R pada kondisi LOW, maka maka o/p Q tidak akan
berubah, atau akan tetap mempertahankan state sebelumnya. Pada
kondisi ini biasa disebut NO CHANGE.

Saat i/p S pada LOW dan R pada HI, maka o/p Q akan LOW. Kondisi
ini dinamakan RESET.

Pada saat i/p S dan R pada kondisi HI, maka maka state o/p Q dan Q
akan sama, yaitu HI. Pada kondisi ini tidak diperkenankan sehingga
biasa disebut kondisi AMBIGOUS.

Perubahan state o/p hanya akan terjadi apabila terjadi perubahan state
pada CLK dari LOW ke HI (LEADING EDGE).

Walaupun telah terjadi perubahan state pada i/p RS, namun jika pada
i/p CLK belum terjadi perubahan state dari LOW ke HI, maka o/p tidak
berubah.

C. D- Flip-Flop
D-Flip-flop

adalah

flip-flop

yang

mempunyai

sifat

akan

mempertahankan data selama tidak terjadi perubahan clock. Output akan


berubah apabila terjadi perubahan data input dan ada clock yang menyertai.
Gambar dibawah adalah ide dasar dari seduah D-Flip-flop.

37

Gambar dibawah adalah dua buah NAND flikp-flop yang disusun


seri. Dari truth table dapat kita lihat bahwa output Q dont care ketika tidak
ada perubahan kondisi pada input T. kondisi output akan mengikuti input D
bila input T high. Untuk menyempurnakan cerja sebuah D-Flip-flop maka
ditambahkan sebuah inverter sehingga cukup satu input dan satu input clock.

Gambar rangkaian dasar D-Flip-flop dengan dua buah input.


input
D
T
0
0

Output
Q
Q
X
X

Gambar D flip-flop dengan Clock

38

Selanjutnya antara input D dengan input T dapat kita satukan dengan


gerbang

inverter

dan

ditambahkan

sebuah

input

clock

untuk

menyempurnakan fungsi kerja D-Flip-flop dengan clock.


Initial State

Data input

After Clock

Q
0

Q
1

D
0

Q
0

Q
1

Pada cct gate di atas, terbentuk sebuah D-Type FF.

Output pada Q dipengaruhi olah CLK dan Data yang diberikan


pada input.

Perubahan output terjadi saat CLK berubah dari kondisi LOW ke


HI (Leading Edge)

Jika data sudah HI, namun belum menerina CLK, mk o/p tetap
LOW

O/p akan HI jika data pada kondisi HI & FF menerima i/p CLK

Jika data sudah LOW, namun belum menerina CLK, mk o/p


tetap HI

O/p akan LOW jika data pada kondisi LOW & FF menerima i/p
CLK

Untuk mempermudah pemahaman atas kerja D flip-flop dengan clock, dapat


kita rangkaiakan pada project board rangkaian dibawah:

39

Rangkaian D-TYPE FLIP-FLOP DENGAN CLOCK

timing diagram:

keterangan :
diagram data

merah

diagram data inverse

biru

diagram clock

hitam

diagram Q

ungu

diagram Q

hijau
40

D. T- Flip-flop
T-Flip-flop atau togle flip flop adalah flip-flop yang mempunyai sifat
setiap ada perubahan data input maka kondisi output akan selalu berubah,
tidak perduli kondisi output sebelumnya. Sifat ini mirip dengan sifat sebuah
saklar togle, sehingga disebut Togel flip-flop. Flip-flop dengan sifat ini sering
dimanfaatkan sebagai saklar toglel elektronik.
T-flip-flop dibentuk dari sebuah D Flip-flop dengan clock yang
dihubungkan ouput Q dengan input D sehingga tinggal input clock yang kita
pakai sebagai input T.

Gambar

diatas

adalah

gambar

flip-flop.

Kita

tinggal

menghubungkan output Q bar ke dalam Input D sehingga tinggal input Clock


yang kita pakai sebagai input Togel. Tabel benaran yang dihasilkan adalah
sebagai berikut:
Initial State

Togel

output

Q
0

Q
1

D
0

Q
0

Q
1

1
0
1
0
1
Pada cct gate di atas, terbentuk sebuah T-Type FF.

41

Output pada Q dipengaruhi olah Togel Data yang diberikan pada


input.

Perubahan output terjadi saat togel berubah dari kondisi LOW


ke HI (Leading Edge)

O/p akan HI jika togel data pada kondisi HI & output


sebelumnya low

O/p akan LOW jika togel data pada kondisi HI & output pada
kondisi HI

E. JK- Flip-Flop

Teori JK Flip-Flop
Dengan menggunakan pulsa Clock untuk mengontrol perubahan state Flip
flop. Ini akan mencegah "race condition" yang terjadi pada RS flip-flop.
Rangkaian diatas ditrigger oleh negative (falling) edge Clock pulse.
42

JK flip-flop truth table:

Preset Clear

Clock

Kondisi
Unstable

No Change
0

Change to
Opposite

F. Multivibrator

Adalah rangkaian pembangkit pulsa yang menghasilkan keluaran


gelombang dalam bentuk segiempat.
Multivibrator diklasifikasikan menjadi :
1. Astable Multivibrator
2. Bistable Multivibrator
3. Monostable Multivibrator

Rangkaian Astable Multivibrator menggunakan IC TIMER 555


43

Keterangan kaki :
1. Ground

5. Tegangan Control

2. Pemicu

6. Ambang / Threshold

3. Keluaran

7. Pelepasan

4. Reset

8. Vcc

Rumus T (waktu) :
T ~ 1,1 x Ra x C
Gambar Rangkaian Astable Multivibrator menggunakan IC TIMER
555

44

45

Anda mungkin juga menyukai