Anda di halaman 1dari 3

JARINGAN MASYARAKAT PEDULI PEGUNUNGAN KENDENG

JM-PPK
Sekretariat: Omah Kendeng, Dk. Ledok. Ds. Sukolilo, Kec. Sukolilo
E-mail: jm-ppk@yahoo.com Web: http://www.omahkendeng.org
Sukolilo, 29 September 2014
No

: 17/JM-PKK/IX/2014

Lampiran : 2 (dua) lembar


Hal

Kepada Yth:

: Undangan
Di Tempat
Salam,
Kedaulatan petani sedang dipertaruhkan saat ini. Kebijakan pembangunan yang
dikembangkan terus saja menjadikan posisi petani sebagai pihak yang selalu
lemah. Mahalnya pupuk dan perawatan tanaman berbiaya tinggi tidak diimbangi
dengan harga jual hasil pertanian yang memadai. Belum lagi kebijakan
peruntukan ruang yang terus menggerus keberadaan lahan pertanian. Seperti yang
terjadi pada kasus rencana pembangunan pabrik semen di wilayah pegunungan
Kendeng Utara. Persoalan ini harus diuraikan dan dipecahkan dengan penuh
komitmen dan kesabaran.
Untuk itu kami mengundang bapak/ibu untuk menyampaiakan pikiran terkait hal
ini dalam acara Rembug Kendeng untuk Indonesia dengan tema Menjaga
Kedaulatan Pangan Nusantara pada:
Hari/tanggal

: Jumat, 3 Oktober 2014

Waktu

: 09.30 WIB sampai selesai

Tempat

: Omah Sonokeling, Ds. Gadudero (sebelah timur SPBU


Sukolilo)

Demikian dan atas kehadirannya disampaikan terima kasih.

Ketua JM-PPK

Koordinator Acara

GUNRITNO

BAMBANG SUTIKNYO

Term Of Reference
REMBUG KENDENG UNTUK INDONESIA:
MENJAGA KEDAULATAN LUMBUNG PANGAN
Pembangunan yang harus memperbesar resiko bencana, mungkin istilah yang tepat untuk
menggambarkan bagaimana konsep pembangunan saat ini hanya berorientasi pada akumulasi
kapital dan jaminan keamanan modal. Kasus rencana pembangunan pabrik semen di
pegunungan Kendeng Utara menunjukkan bagaimana kuatnya keinginan investor tambang
untuk sesegera mungkin mengamankan wilayah potensi tambang untuk cadangan kebutuhan
produksi. Rencana besar pembangunan yang dikerangkai dalam Master Plant Percepatan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) menjadi rantai panjang lahirnya industri
pertambangan baru di Jawa, pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia. Potensi krisis
ekologis dalam konsep pembangunan, tak mampu dibendung oleh regulasi yang dikeluarkan
oleh Negara seperti UU Rencana Tata Ruang dan UU Lingkungan Hidup. Dengan dalil
menaikkan Pendapatan Asli Daerah dan pemerataan pembangunan, wilayah-wilayah yang
sebelumnya diperuntukkan sebagai kawasan konsevasi dan pertanian, diubah oleh pemerintah
daerah menjadi kawasan pertambangan. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati
menunjukkan bagaimana perubahan ini dijalankan tanpa melalui mekanisme dialog dan kajian
ilmiah yang dapat dipertanggunjawabkan. Ide kemajuan yang dapat dicapai dalam waktu
singkat dengan mendirikan sebanyak mungkin proyek mercu suar industri ekstratif menjadi
pola yang umum dikembangkan oleh banyak pemerintah daerah. Tercatat 8 (delapan) pabrik
semen yang merencanakan mendirikan pabrik di wilayah Jawa Tengah, hal yang ironis bagi
daerah yang dikenal sebagai lumbung pangan Nusantara. Harapan akan sebuah tatanan
pembangunan yang lebih manusiawi datang seiring lahirnya sikap kritis warga yang akan
menjadi korban proyek pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng Utara.
Sejak dibentuk pada tahun 2008 di Pati, Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng
(JM-PPK) terus melakukan rangkaian kegiatan untuk menolak kehadiran pabrik semen di
wilayahnya. Tak terhitung aksi masa dan audensi yang dijalanan untuk mendesak pejabat
publik untuk berpihak kepada kepentingan alam dan petani. Juga berbagai jalur media yang
digunakan untuk menyuarakan bahwa kelestarian alam akan lebih menguntungkan untuk
pembangunan jangka panjang sebuah daerah. Namun, lagi-lagi usaha ini dimentahkan oleh
kepentingan jangka pendek elite politik. Mengetahui bahwa ide pembangunan yang
dijalankan selama ini adalah pembangunan yang hanya mengejar akumulasi modal tanpa
memperhatikan keselamatan alam dalam jangka panjang.
JM-PPK bersama akademisi dan pegiat lingkungan membentuk forum tata ruang yang akan
merumuskan blue print pembangunan alternatif kawasan Kendeng Utara. Dalam beberapa
pertemuan yang berlangsung pada tahun 2012, forum ini telah merintis roadmap untuk
memberikan sebuah tawaran kepada pemerintah provinsi Jawa Tengah tentang bagaimana
pengelolaan sumber daya alam harus dijalankan tanpa harus mengorbankan kepentingan alam.
Sudah saatnya keterpinggiran kaum tani sebagai bagian penting dari berdirinya republik ini
harus diakhiri. Menuju sebuah tatanan pembangunan yang lebih berorientasi pada rasa
keadilan, melestarikan alam dan kemanusiaan. Model-model pembangunan yang
mengedepankan industri yang memakan korban kelestarian alam harus dihindari dengan
mengedepankan konsep pembangunan yang lebih berperspektif lingkungan. Untuk itu dalam
pertemuan Rembug Kendeng untuk Indonesia #1 ini akan dibahas strategi mengenai
gerakan penyelamatan Kendeng Utara ke depan dengan melibatkan berbagai potensi jaringan
yang selama ini terlibat demi Kedaulatan Pangan Nusantara.

JADWAL
REMBUG KENDENG UNTUK INDONESIA:
MENJAGA KEDAULATAN PANGAN NUSANTARA
09.30 - 10.00

: Pembukaan oleh Gunritno (JM-PPK)

10.00 - 11.30

: Sarasehan Budaya I
- Peran penting kearifan lokal untuk Indonesia (Amrih Widodo)
- Pembangunan yang membawa bencana (Eko Teguh Paripurno)
- Perubahan KBAK Sukolilo dan CAT Rembang (Sunuwijanarko)

12.00 - 13.00

: Ishoma

13.00 - 14.30

: Sarasehan Budaya II
- Tanggapan AMDAL pabrik semen Pati dan Rembang (Soeryo Adi
Wibowo)
- Tata Ruang Wilayah sebagai pendukung kedaulatan pangan Nusantara
(Sudharto P. Hadi)
- Konservasi gua, air, dan lahan untuk kedaulatan pangan Nusantara. (Eko
Haryono)
- Pembangunan ekonomi Jateng berdasarkan Hasil Riset Daerah (Daniel D.
Kameo)

14.30 - 17.00

: Sarasehan Budaya III


- Pentingnya Kendeng untuk kedaulatan Nusantara (Bondan Gunawan)
- Pembangunan Ekonomi Global (Hendro Sangkoyo)
- Fungsi Peg. Kendeng (Subarkah)
- Sosial budaya (Gus Zaim)
- Paparan bersama hasil sarasehan budaya
- Pentas Sahita

19.00 - 20.30

: Brokohan Gunung
- Lamporan Petani Pegunungan Kendeng
- Padhepokan Lemah Putih Karanganyar
- Teater Ruang

20.30 selesai : Diskusi umum bersama Bondan Gunawan.

Anda mungkin juga menyukai