Anda di halaman 1dari 10

Bab 1 pendahuluan

A. Latar belakang
Salah satu tujuan negara didirikan adalah memberikan kesejahteraan bagi
rakyatnya.

Untuk

mencapai

kesejahteraan

maka

dibutuhkan

pembangunan yang seimbang dan sinambung. Agar dapat tercipta


pembangunan yang seimbang dan sinambung, maka dibutuhkan daya
pendukung. Salah satunya adalah dana.
Dalam rangka tercapainya pembangunan yang lebih merata, maka
dilakukan otonomi daerah. Ini berarti tiap daerah diberikan kewenangan
mengurus urusannya sendiri. Tentu dengan berbagai batasan yang
sewajarnya.
Desentralisasi keuangan adalah salah satu aspek yang sangat penting
dalam bingkai otonomi daerah. Daerah diberikan keleluasaan untuk
mengatur anggarannya sendiri. Anggaran di daerah ini berasal dari dua
hal, yaitu pandapatan asli daerah(PAD) maupun dana perimbangan pusat
daerah. PAD berfungsi menentukan derajat kemandirian suatu daerah.
Semakin besar persentasi PAD terhadap kebutuhan daerah tersebut, maka
semakin berkualitaslah otonominya.
Pajak daerah adalah salah satu sumber dari PAD. Menurut undang undang
no 28 tahun 2009, berikut jenis-jenis Pajak Daerah:

Pajak Provinsi terdiri dari:

a. Pajak Kendaraan Bermotor;


b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan
e. Pajak Rokok.

Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas:

a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak Sarang Burung Walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Pada makalah ini, kami akan membahas tentang pajak, khususnya pajak
bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan.
B. Rumusan masalah
1. Definisi pajak
2. Unsur pajak
3. Asas pajak
4. Fungsi pajak
5. Syarat pemungutan pajak
6. Definisi pajak daerah
7. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan.

Bab 2 pembahasan
A. Definisi pajak
1. Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat
kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undangundang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung

dapat

ditunjuk

dan

yang

gunanya

adalah

untuk

membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk


menyelenggarakan pemerintahan.
2. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat
kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar

pengeluaran

umum.

Definisi

tersebut

kemudian

dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan


kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving
yang

merupakan

sumber

utama

untuk

membiayai

public

investment.
3. Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., &
Brock Horace R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor
swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum,
namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
lebih

dahulu,

tanpa

mendapat

imbalan

yang

langsung

dan

proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya


untuk menjalankan pemerintahan.
B. Unsur pajak
1. Dipungut berdasar undang undang.
2. Tidak mendapat jasa timbal balik. Cth, orang yang tidak membayar
pajak dapat menikmati jalan yang sama dengan yang membayar
pajak
3. Diperuntukkan bagi pembiayaan umum
4. Dapat dipaksakan
C. Asas pajak
Menurut adam smith dalam wealth of nation, asas pajak adalah:
1. Equality: pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus
sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak
2. Certainty: semua pungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga
bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.

3. Convinience of Payment: pajak harus dipungut pada saat yang tepat

bagi wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak
baru menerima penghasilannya
4. Efficiency: biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin,

jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil
pemungutan pajak

D. Fungsi pajak
1. Budgetair: pajak

berfungsi

untuk

membiayai

pengeluaran-

pengeluaran negara
2. Reguleren. Cth, dalam rangka menggiring penanaman modal, baik
dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam
fasilitas keringanan pajak
3. Stabilitas: dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga inflasi dapat dikendalikan
4. Redistribusi pendapatan: pajak yang sudah dipungut oleh negara
akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum
E. Syarat pemungutan pajak
1. Adil
2. Berdasarkan UU
3. Tidak mengganggu perekonomian
4. Efisien
5. Harus sederhana
F. Definisi pajak daerah
Menurut Muqodim (1999:6), pajak daerah adalah pajak yang wewenang
pemungutannya ada pada pemerintah daerah untuk kepentingan
pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut.
Dalam Undang-Undang Nomor.34 Tahun 2000 dinyatakan bahwa : "Pajak
daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang
pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku,

yang

digunakan

untuk

membiayai

penyelenggaraan

pemerintah daerah dan pembangunan daerah".


Selain itu pengertian tentang pajak daerah juga dikemukakan oleh
Siahian (2006:10) menyatakan bahwa "Pajak daerah merupakan pajak
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah
(Perda), yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah
daerah

dan

hasilnya

pemerintah

daerah

digunakan
dalam

untuk

membiayai

melaksanakan

pengeluaran

penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan daerah".


G. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan.
Pengertian
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak
atas

bumi

dan/atau

bangunan

yang

dimiliki,

dikuasai,

dan/atau

dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang


digunakan

untuk

kegiatan

usaha

perkebunan,

perhutanan,

dan

pertambangan.
Kapan berlakunya PBB Pedesaan dan Perkotaan menjadi Pajak
Daerah Kabupaten/Kota?
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan masih dikenakan Pajak
Pusat paling lambat sampai dengan 31 Desember 2013 sampai ada
ketentuan Peraturan Daerah tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang
terkait dengan Perdesaan dan Perkotaan yang diberlakukan di daerah
masing-masing.
PBB yang dialihkan menjadi Pajak Kabupaten/Kota hanya PBB sektor
Perdesaan dan Perkotaan (P2), sementara PBB sektor Perkebunan,
Perhutanan dan Pertambangan (P3) masih tetap menjadi Pajak Pusat.
Apakah yang dimaksud dengan Bumi dan Bangunan dalam Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan?

Objek PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan


yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau
Badan,

kecuali

kawasan

yang

digunakan

untuk

kegiatan

usaha

perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.


Dalam UU PBB dikenakan untuk semua sektor:
1. Bumi : Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang
ada di pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota.
2. Bangunan : Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.

Objek Pajak Apakah Yang Tidak Dikenakan PBB Perdesaan dan


Perkotaan?
Objek pajak yang tidak dikenakan PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah
objek yang :
a. Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaran
pemerintahan;
b. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan, seperti mesjid, gereja,
rumah sakit pemerintah, sekolah, panti asuhan, candi, dan lain-lain.
c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis
dengan itu.

d. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional,


tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang
belum dibebani suatu hak.
e. Digunakan oleh perwakilan diplomatik berdasarkan asas perlakuan
timbal balik.
f. Digunakan oleh badan dan perwakilan organisasi internasional yang
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Siapakah yang termasuk Subjek Pajak dan Wajib Pajak PBB
Perdesaan dan Perkotaan?
Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata :

mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau;

memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau;

memiliki bangunan, dan/atau;

menguasai bangunan, dan/atau;

memperoleh manfaat atas bangunan.

Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang
pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi
dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai,
dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.
Bagaimana

cara

mendaftarkan

Objek

PBB

Perdesaan

dan

Perkotaan?
Pendataan dilakukan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Objek
Pajak (SPOP) yang telah diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta
ditandatangani oleh Wajib Pajak dan disampaikan kepada Kepala Daerah
yang wilayah kerjanya meliputi objek pajak selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak.

Berdasarkan

SPOP,

Kepala

Daerah

menerbitkan

SPPT

(Surat

Pemberitahuan Pajak Terutang). Apabila Wajib Pajak setelah ditegur secara


tertulis oleh Kepala Daerah tidak juga menyampaikan SPOP atau
berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah
pajak yang terutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung
berdasarkan SPOP yang disampaikan Wajib Pajak, maka Kepala Daerah
dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD).
Apakah Dasar Pengenaan PBB Perdesaan dan Perkotaan?
Dasar pengenaan PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP). NJOP ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun kecuali untuk objek
pajak tertentu dapat ditetapkan osetiap tahun sesuai perkembangan
wilayah. Penetapan besarnya NJOP dilakukan oleh Kepala Daerah.
Kapan dan Di Manakah PBB Perdesaan dan Perkotaan Terutang?
PBB Pedesaan dan Perkotaan terutang menurut keadaan objek pajak pada
tanggal 1 Januari dan terutang di wilayah daerah yang meliputi letak
objek pajak
Berapakah Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak PBB Perdesaan
dan Perkotaan?
Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) paling rendah
Rp10.000.000,00 untuk setiap Wajib Pajak. Nilai Jual Objek Pajak Tidak
Kena Pajak (NJOPTKP) ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Berapakah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) PBB Perdesaan dan
Perkotaan?
PBB Perdesaan dan Perkotaan tidak lagi NJKP, yang dalam UU PBB
menerapkan NJKP 20% atau 40% dari NJOP.
Berapakah Tarif PBB Perdesaan dan Perkotaan?

Besarnya tarif PBB Perdesaan dan Perkotaan paling tinggi sebesar 0,3%,
berbeda dengan UU PBB yang menerapkan tarif tunggal sebesar 0,5%.
Bagaimanakah Cara Menghitung PBB Perdesaan dan Perkotaan?
Rumus penghitungan PBB Pedesaan dan Perkotaan : Tarif x (NJOPNJOPTKP)
Contoh :
Wajib Pajak A mempunyai objek pajak berupa :

Tanah seluas 800 m2 dengan harga jual Rp300.000,00/m2

Bangunan seluas 400 m2 dengan nilai jual Rp350.000,00/m2

Taman seluas 200 m2 dengan nilai jual Rp50.000,00/m2

Besarnya pokok pajak yang terutang adalah sebagai berikut:


1. NJOP Bumi : 800 x Rp300.000,00 = Rp 240.000.000,00
2. NJOP Bangunan
a. Rumah dan garasi: 400 x Rp350.000,00 = Rp 140.000.000,00
b. Taman: 200 x Rp50.000,00 = Rp 10.000.000,00
c. Pagar: (120 x 1,5) x Rp175.000,00 = Rp 31.000.000,00 (+)
d. Total NJOP Bangunan = Rp 181.500.000,00
3. NJOPTKP = Rp 10.000.000,00 (-)
4. Nilai Jual Bangunan Kena Pajak = Rp 171.500.000,00
5. Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak = Rp 411.500.000,00
6. Tarif pajak efektif yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah 0,2%
7. PBB terutang : 0,2% x Rp411.500.000,00 = Rp 823.000,00

Daftar pustaka
http://www.pajak.go.id/content/seri-pbb-pbb-dalam-uu-pajak-daerahdan-retribusi-daerah
http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak#Pajak_Daerah
http://indraachmadi.blogspot.com/2012/04/pajak-daerah.html
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH
DALAM ERA OTONOMI DAERAH oleh Rona Rositawati

Anda mungkin juga menyukai