PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak ditemukan di
klinik. Sebagian besar penderita merasa ketakutan bila nyeri dada tersebut
disebabkan oleh penyakit jantung ataupun penyakit paru yang serius. Diagnosa
yang tepat sangat tergantung dari pemeriksaan fisik yang cermat, pemeriksaan
khusus lainnya serta anamnesis dari sifat nyeri dada mengenai lokasi, penyebaran,
lama nyeri serta faktor pencetus yang dapat menimbulkan nyeri dada.
Salah satu bentuk nyeri dada yang paling sering ditemukan adalah angina
pektoris yang merupakan gejala penyakit jantung koroner dan dapat bersifat
progresif serta menyebabkan kematian, sehingga jenis nyeri dada ini memerlukan
pemeriksaan yang lebih lanjut dan penanganan yang serius. Agar diagnosis lebih
cepat diarahkan, maka perlu juga lebih dulu mengenal macam-macam jenis nyeri
dada yang disebabkan oleh berbagai penyakit lain.
1.2.
Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menbahas aspek medis nyeri dada terutama sindroma koroner akut serta
penatalaksanaannya dan melaporkan kasus seorang pasien dengan diagnosis salah
satu bentuk sindroma koroner akut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
enzim jantung.
b. Prolaps katup mitral dapat menyebabkan nyeri dada prekordial atau
substernal yang dapat berlangsung sebentar maupun lama. Adanya
murmur akhir sistolik dan mid sistolik-click dengan gambaran
ekokardiogram dapat membantu menegakkan diagnosis.
c. Stenosis aorta berat atau substenosis aorta hipertrofi yang idiopatik
juga dapat menimbulkan nyeri dada iskemik
2. Perikardial
Saraf sensoris untuk nyeri terdapat pada perikardium parietalis di atas
diafragma. Nyeri perikardial lokasinya di daerah sternal dan area
prekordial, tetapi dapat menyebar ke epigastrium, leher, bahu dan
punggung. Nyeri biasanya seperti ditusuk dan timbul pada waktu
menarik nafas dalam, menelan, miring atau bergerak. Nyeri hilang bila
penderita duduk dan bersandar ke depan. Gerakan tertentu dapat
menambah rasa nyeri yang membedakannya dengan rasa nyeri angina.
Radang perikardial diafragma lateral dapat menyebabkan nyeri
epigastrium dan punggung seperti pada pankreatitis atau kolesistesis.
3. Aortal
Penderita hipertensi, koartasio aorta, trauma dinding dada merupakan
risiko tinggi untuk pendesakan aorta. Diagnosis dicurigai bila rasa
nyeri dada depan yang hebat timbul tiba-tiba atau nyeri inerskapuler.
Nyeri dada dapat menyerupai infark miokard akan tetapi lebih tajam
dan lebih sering menjalar ke arah interskapuler serta turun ke bawah
tergantung lokasi dan luasnya pendesakan.
4. Gastrointestinal
Refluks esofagitis, keganasan atau infeksi esofagus dapat
menyebabkan nyeri esofageal. Nyeri esofageal lokasinya di tengah,
dapat menjalar ke punggung, bahu dan kadang-kadang ke bawah ke
bagian dalam lengan sehingga sangat menyerupai nyeri angina.
Perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akut disertai gaster kadangkadang dapat menyebabkan nyeri substernal sehingga mengacaukan
nyeri iskemik kardinal. Nyeri seperti terbakar yang sering bersamasama dengan disfagia dan regurgitasi bila bertambah pada posisi
berbaring dan berkurang dengan antasida adalah khas untuk kelainan
esofagus, foto gastrointestinal secara serial, esofagogram, tes perfusi
asam, esofagoskopi dan pemeriksaan gerakan esofageal dapat
membantu menegakkan diagnosis.
5. Muskuloskletal
Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang kartilago sering
menyebabkan nyeri dada setempat. Nyeri biasanya timbul setelah
aktivitas fisik, berbeda halnya nyeri angina yang terjadi waktu bekerja.
Seperti halnya nyeri pleuritik, nyeri dada dapat bertambah waktu
bernafas dalam. Nyeri otot juga timbul pada gerakan yang berputar
sedangkan nyeri pleuritik biasanya tidak demikian.
6. Fungsional
2.2.
Definisi
Sindroma koroner Akut (SKA) atau Acute Coronary Sindrome (ACS) adalah suatu
istilah atau terminologi yang digunakan untuk menggambarkan spektrum keadaan
atau kumpulan proses penyakit yang meliputi angina pektoris tidak stabil
(unstable angina/UA), infark miokard non-Q atau infark miokard tanpa elevasi
segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/NSTEMI), dan infark
miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST
elevation
myocardial
infarction/STEMI). UA dan
NSTEMI mempunyai
patogenesis dan presentasi klinik yang sama, hanya berbeda dalam derajatnya.
Bila ditemui petanda biokimia nekrosis miokard (peningkatan troponin I, troponin
T, atau CKMB) maka diagnosis adalah NSTEMI; sedangkan bila petanda
biokimia ini tidak meninggi, maka diagnosis adalah UA.
Pada UA dan NSTEMI pembuluh darah yang terlibat tidak mengalami
oklusi total/oklusi tidak total (patency), sehingga dibutuhkan stabilisasi plak untuk
mencegah progresi, trombosis dan vasokonstriksi. Penentuan troponin I/T adalah
ciri paling sensitif dan spesifik untuk nekrose miosit dan penentuan patogenesis
dan alur pengobatannya. Sedangkan kebutuhan miokard tetap dipengaruhi obatobat yang bekerja terhadap kerja jantung, beban akhir, status inotropik, beban
awal untuk mengurangi konsumsi O2 miokard. UA dan NSTEMI merupakan SKA
yang ditandai oleh ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan oksigen miokard.
Penyebab utama adalah stenosis koroner akibat trombus non-oklusif yang terjadi
pada plak ateroskelrosis yang mengalami erosi, fisur, dan/atau ruptur.
Ketiga jenis kejadian koroner itu sesungguhnya merupakan suatu proses
berjenjang: dari fenomena yang ringan sampai yang terberat. Dan jenjang itu
terutama dipengaruhi oleh kolateralisasi, tingkat oklusinya, akut tidaknya dan
lamanya iskemia miokard berlangsung.
2.3.
Patogenesis SKA
SKA merupakan salah satu bentuk manifestasi klinis dari PJK akibat utama dari
proses aterotrombosis selain stroke iskemik serta peripheral arterial disease
(PAD). Aterotrombosis merupakan suatu penyakit kronik dengan proses yang
sangat komplek dan multifaktor serta saling terkait.
Aterotrombosis terdiri dari aterosklerosis dan trombosis. Aterosklerosis
merupakan proses pembentukan plak (plak aterosklerotik) akibat akumulasi
6
terkini
menjelaskan
aterosklerosis
adalah
suatu
proses
kematian
jaringan.
Trombus
biasanya
transien/labil
dan
Inflamasi dapat bersifat lokal (pada plak itu sendiri) dan dapat bersifat sistemik.
Inflamasi juga dapat mengganggu keseimbangan homeostatik. Pada keadaan
inflamasi terdapat peninggian konsentrasi fibrinogen dan inhibitor aktivator
plasminogen di dalam sirkulasi. Inflamasi juga dapat menyebabkan vasospasme
pada pembuluh darah karena tergganggunya aliran darah.
Vasokonstriksi pembuluh darah koroner juga ikut berperan pada
patogenesis SKA. Vasokonstriksi terjadi sebagai respon terhadap disfungsi endotel
ringan dekat lesi atau sebagai respon terhadap disrupsi plak dari lesi itu sendiri.
Endotel berfungsi mengatur tonus vaskular dengan mengeluarkan faktor relaksasi
yaitu nitrit oksida (NO) yang dikenal sebagai Endothelium Derived Relaxing
Factor (EDRF), prostasiklin, dan faktor kontraksi seperti endotelin-1, tromboksan
A2, prostaglandin H2. Pada disfungsi endotel, faktor kontraksi lebih dominan dari
pada faktor relaksasi. Pada plak yang mengalami disrupsi terjadi platelet
dependent vasocontriction yang diperantarai oleh serotonin dan tromboksan A2,
dan thrombin dependent vasoconstriction diduga akibat interaksi langsung antara
zat tersebut dengan sel otot polos pembuluh darah.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia dalam Pedoman
tentang Tata Laksana Sindrom Koroner Akut Tanpa ST-ELEVASI (2004)
menjelaskan tentang patogenesis SKA, secara garis besar ada lima penyebab yang
tidak terpisah satu sama lain (Tabel 2). Dengan kata lain penyebab- penyebab
tersebut tidak berdiri sendiri, beberapa pasien mempunyai lebih dari dua
penyebab. Dalam empat penyebab pertama, ketidakseimbangan oksigen terjadi
terutama oleh karena suplai oksigen ke miokard yang berkurang, sedangkan pada
penyebab ke lima adalah ketidakseimbangan terutama akibat meningkatnya
kebutuhan oksigen miokard, biasanya disertai adanya keadaan kekurangan
pasokan oksigen yang menetap.
Kelima penyebab SKA di atas tidak sepenuhnya berdiri sendiri dan banyak terjadi
tumpang tindih. Dengan kata lain tiap penderita mempunyai lebih dari satu
penyebab dan saling terkait.
2.4.
Diagnosis
2.4.1. Riwayat/Anamnesis
Diagnosa adanya suatu SKA harus ditegakkan secara cepat dan tepat dan
didasarkan pada tiga kriteria, yaitu; gejala klinis nyeri dada spesifik, gambaran
EKG (elektrokardiogram) dan evaluasi biokimia dari enzim jantung.
Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardinal pasien SKA. Nyeri
dada atau rasa tidak nyaman di dada merupakan keluhan dari sebagian besar
pasien dengan SKA. Seorang dokter harus mampu mengenal nyeri dada angina
dan mampu membedakan dengan nyeri dada lainnya karena gejala ini merupakan
petanda awal dalam pengelolaan pasien SKA.
Sifat nyeri dada yang spesifik angina sebagai berikut :
Sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat,
seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.
Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah
makan
Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, dan
12
lemas.
Berat ringannya nyeri bervariasi. Sulit untuk membedakan antara gejala
APTS/NSTEMI dan STEMI. Pada beberapa pasien dapat ditemukan tanda-tanda
gagal ventrikel kiri akut. Gejala yang tidak tipikal seperti rasa lelah yang tidak
jelas, nafas pendek, rasa tidak nyaman di epigastrium atau mual dan muntah dapat
terjadi, terutama pada wanita, penderita diabetes dan pasien lanjut usia.
Kecurigaan harus lebih besar pada pasien dengan faktor risiko kardiovaskular
multipel dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan diagnosis.
2.4.2. Pemeriksaan Fisik
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk mengidentifikasi faktor pencetus dan
kondisi lain sebagai konsekuensi dari APTS/NSTEMI. Hipertensi tak terkontrol,
anemia, tirotoksikosis, stenosis aorta berat, kardiomiopati hipertropik dan kondisi
lain, seperti penyakit paru.
Keadaan disfungsi ventrikel kiri (hipotensi, ronki dan gallop S3)
menunjukkan prognosis yang buruk. Adanya bruit di karotis atau penyakit
vaskuler perifer menunjukkan bahwa pasien memiliki kemungkinan juga
penderita penyakit jantung koroner (PJK).
2.4.3. Elektrokardiografi
onset serangan. Risiko yang lebih buruk pada pasien tnpa segment ST elevasi
lebih besar pada pasien dengan peningkatan nilai CKMB.
Meskipun mioglobin tidak spesifikasi untuk jantung, tapi memiliki
sensitifitas yang tinggi. Dapat terdeteksi secara dini 2 jam setelah onset nyeri. Tes
negatif dari mioglobin dalam 4-8 jam sangat berguna dalam menetukan adanya
nekrosis miokard. Meskipun demikian mioglobin tak dapat digunakan sebagai
satu- satunya petanda jantung untuk mengidentifikasi pasien dengan NSTEMI.
Peningkatan kadar CKMB sangat erat berkaitan dengan kematian pasien
dengan SKA tanpa elevasi segmen ST, dan naiknya risiko dimulai dengan
meningkatnya kadar CKMB diatas normal. Meskipun demikian nilai normal
CKMB tidak menyingkirkan adanya kerusakan ringan miokard dan adanya risiko
terjadinya perburukan penderita.
Troponin khusus jantung merupakan petanda biokimia primer untuk SKA.
Sudah diketahui bahwa kadar troponin negatif saat < 6 jam harus diulang saat 612 jam setelah onset nyeri dada. Pemeriksaan troponin jantung dapat dilakukan di
laboratorium kimia atau dengan peralatan sederhana / bediside. Jika dilakukan di
laboratorium, hasilnya harus dapat diketahui dalam waktu 60 menit.
2.5.
Stratifikasi Risiko
Jenis kelamin
Usia
14
15
2.6.
Triase
Nyeri dada merupakan keluhan yang paling sering dijumpai pada sebagian besar
fasilitas kesehatan. Dengan banyaknya variasi penyebab nyeri dada, yang
bervariasi dari keluhan yang mengacam jiwa sampai dengan nyeri karena otot,
dokter di fasilitas kesehatan harus dapat mentriase pasien nyeri dada dengan
akurat sehingga jika ditemukan kecurigaan SKA dapat dievaluasi dengan cepat
dan pengobatan definitif segera dilakukan.
Pada sebagian besar pasien tanpa riwayat PJK sebelumnya, nyeri dada
bukan merupakan suatu kegawatan. Oleh sebab itu, triase yang efektif dapat
dilakukan dengan anamnesa sesuai target untuk menyingkirkan gejala yang
berkaitan dengan SKA.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan seperti berikut:
Adakah nyeri saat istirahat dan apakah terus menerus (> 20 menit)?
16
Depresi segment ST
Pada pasien dengan faktor risiko positif, penilaian ulang EKG dan petanda
biokimia merupakan indikasi. Petanda jantung saat ini merupakan suatu hal yang
sangat penting dalam elevasi dan stratifikasi pasien dengan UA/NSTEMI.
Pemilihan petanda biokimia tersebut tergantung pada onset dan lamanya nyeri
dada.
Penyelenggara kesehatan harus merujuk setiap pasiennya yang dicurigai
SKA dengan keluhan dada tidak enak dan petanda biokimia positif ke fasilitas
kesehatan lainnya dimana terapi definitif dapat segera dimulai.
2.7.
Penatalaksanaan
jantung dan pada pasien dengan diabetes. Dapat diperlukan intra-aortic ballon
pump bila ditemukan iskemia berat yang menetap atau berulang walaupun telah
diberikan terapi medik atau bila terdapat instabilitas hemodinamik berat.
18
penghilang rasa sakit, nitrat dan oksigen nasal. Pasien harus ditandu dengan posisi
yang menyenangkan, dianjurkan elevasi kepala 40 derajat dan harus terpasang
akses intravena. Sebaiknya digunakan ambulan/ambulan khusus.
nitrat
sublingual/transdermal/nitrogliserin
intravena
titrasi
terapi trombolitik bila waktu mulai nyeri dada sampai terapi < 12
jam, usia < 75 tahun dan tidak ada kontraindikasi.
b. Bila sangat mencurigai ada iskemia (depresi segmen ST, insersi T),
diberi terapi anti-iskemia, maka segera dirawat di ICCU; dan
c. EKG normal atau nondiagnostik, maka pemantauan dilanjutkan di
UGD. Perhatikan monitoring EKG dan ulang secara serial dalam
pemantauan 12 jam pemeriksaan enzim jantung dari mulai nyeri dada
dan bila pada evaluasi selama 12 jam, bila:
EKG normal dan enzim jantung normal, pasien berobat jalan untuk
evaluasi stress test atau rawat inap di ruangan (bukan di ICCU),
dan
20
21
22
23
24
25
26
BAB III
LAPORAN KASUS
KOLEGIUM PENYAKIT DALAM (KPD)
27
Heternomentesi
Automentesis
Deskripsi
Sesak Nafas
Hal ini dialami pasien sejak 1 minggu yang lalu, memberat 1 hari ini.
Sesak berhubungan dengan aktivitas, tidak berhubungan dengan cuaca.
Batuk (+) dialami pasien sejak 1 minggu ini, dahak (+), warna putih
kental, frekuensi 2-3x/hari, volume 1 sdt/x, batuk (-), darah (-)
Nyeri ulu hati (+) dirasakan OS sejak 3 bulan yang lalu, nyeri dirasa OS
seperti menghisap. Nyeri bersifat hilang timbul dan tidak berkurang
dengan makan.
Muka pucat (+) dialami OS 1 bulan ini. Riwayat gusi berdarah (-),
riwayat keluar darah dari hidung (-), riwayat muntah darah (-).
28
Kedua tangan dan kaki bengkak dialami OS 2 minggu ini, merah (-),
panas (-), nyeri (-)
Riwayat minum obat anti rematik (-), riwayat minum obat anti nyeri (-)
RPT
: Hipertensi
RPO
: tidak jelas
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Tanggal
-
Penyakit
-
Tempat Perawatan
-
RIWAYAT KELUARGA
Pria
Wanita
X Meninggal (hipertensi)
HT
Kakek-Nenek
AyahIbu
Pasien
RIWAYAT PRIBADI
Riwayat Alergi
Tahun
Bahan / obat
-
Riwayat imunisasi
Gejala
-
Anak Tahun
Jenis imunisasi
29
Hobi
Olah Raga
:+
Minum Alkohol
:+
Hubungan Seks
:+
Abdomen
Kulit : pucat
tekan (+)
Alat kelamin laki-laki: Tidak dijumpai
kelainan
Ginjal dan Saluran Kencing: Tidak
dijumpai kelainan
Hematologi: Anemia
Endokrin / Metabolik : Tidak dijumpai
kelainan
Musculoskeletal:
Mulut: kering
kelainan
Sistem saraf: Tidak dijumpai kelainan
Emosi : Terkontrol
Vaskuler : kedua tangan dan kaki
Tidak
dijumpai
bengkak
DISKRIPSI UMUM
Kesan Sakit : Sedang
Gizi
TANDA VITAL
30
Kesadara
Compos Mentis
Nadi
92 x/i
HR
Tekanan darah
92 x/i
Berbaring:
Duduk:
Lengan kiri
Temperatur
Pernafasan
: 200/130 mmHg
Deskripsi:
regular,
torakoabdominal
KULIT : dalam batas normal
KEPALA DAN LEHER : dalam batas normal RAMBUT : hitam
TVJ R-2 cmH20, trakea medial, pembesaran KGB (-), struma (-)
TELINGA: Meatus aurikula eksterna : dalam batas normal
HIDUNG : dalam batas normal
RONGGA MULUT DAN TENGGOROKAN : dalam batas normal
MATA : Conjunctiva palpebra inferior pucat (-),
Sclera ikterik (-), RC +/+, Pupil isokor, ki=ka, 3 mm
THORAX
31
Depan
Belakang
Inspeksi
Simetris Fusiformis
Simetris Fusiformis
Palpasi
SF kanan = kiri
SF kanan = kiri
Perkusi
Auskultasi
ST: -
JANTUNG
Batas Jantung Relatif: Atas
Simetris
Palpasi
Perkusi
Auskultasi:
PINGGANG
Simetris, tapping pain (-)
EKSTREMITAS:
Superior: pitting oedem -/Inferior : pitting oedem -/-
ALAT KELAMIN
32
pada
Laki-laki
REKTUM
Perineum : biasa, Fisura : dbn, sphincter ani : ketat, ampula rekti : kosong,
mukosa : licin, feces (+), Darah (+), lendir (+)
NEUROLOGI
Refleks Fisiologis (+/+) Normal
Refleks Patologis (-/-)
BICARA
Komunikasi baik
PEMERIKSAAN LAB
Urinalisa ruangan :
Feses rutin :
SATUAN
RUJUKAN
HASIL
gr%
106/mm3
103/mm3
%
103/mm
mm/jam
13,5-18
4,5-6,3
4.500-10.000
150.000-450.000
< 15
11,0
3,52
11.800
357.000
32
PEMERIKSAAN
SATUAN
RUJUKAN
HASIL
Kimia Klinik
Hati
33
AST / SGOT
U/L
< 38
33
ALT / SGPT
U/L
< 41
35
mg/dl
< 200
132
Ureum
mg/dl
< 50
79
Kreatinin
mg/dl
0,70 1,20
1,5
Metabolisme
Karbonat
Glukosa Sewaktu
Glukosa Darah
Ginjal
RESUME
KU : Melena
Anamnesis :
Melena dialami os sejak 1 minggu lalu. BAB berwarna hitam seperti aspal,
konsistensi lunak, lendir (+). Nyeri ulu hati (+) dirasakan OS sejak 3 bulan yang
lalu, nyeri dirasa OS seperti menghisap. Nyeri bersifat hilang timbul dan tidak
berkurang dengan makan. Muka pucat (+) dialami OS 1 bulan ini. Riwayat gusi
berdarah (-), riwayat keluar darah dari hidung (-), riwayat muntah darah (-). Perut
membesar dialami OS 3 minggu ini, awalnya kecil, semakin lama membesar.
Riwayat sakit kuning (-). Riwayat minum alkohol (+). Kedua tangan dan kaki
bengkak dialami OS 2 minggu ini. Riwayat demam (+). Riwayat minum obat
anti rematik (-), riwayat minum obat anti nyeri (-). OS sebelumnya dirawat di
RSU Herna, dengan keluhan yang sama, dan mendapat transfusi darah 25
34
kantong. Dan OS telah di endoskopi dengan hasil gastritis erosiva. BAK (+) N,
BAB (+) N.
RPT : gastritis
RPO : tidak jelas
Status Presens :
Sens : CM
anemis (+)
TD : 110/60 mmHg
ikterik (-)
HR : 104 x/i
sianosis (-)
RR : 24 x/i
dispnoe (-)
T : 37.5 C
oedem (+)
Status Lokalisata :
Kepala
Abdomen
Ekstremitas
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb : 4.09 gr%
Trombosit 84 x 103/ mm3
Leukosit 16,10 x 103/ mm3
DAFTAR MASALAH
No
1
Masalah
Rencana
Rencana Terapi
Rencana
Rencana
Diagnosa
PSMBA ec. Pemeriksaan
Tirah Baring
Monitoring
Edukasi
Klinis
dan Menjelaskan
Gastritis
laboratorium :
O2 2-4 L/i
Laboratorium
Erosif
Darah Rutin
NGT
pada
pasien
mengenai
penyakit :
35
Urin Rutin
Diet Sonde
RFT
IVFD RL 20
Feces rutin
Inj Cefotaxim
Gastroskopi
Inj Ranitidin
Edukasi
preventif
gtt/i
LFT
Edukasi
Prognosa
1 amp/8 jam
Inj.
Transamin
500 mg / 8
Anemia
jam
ec
perdarahan
Darah Rutin
Rencana transfusi
Morfologi
5 bag
darah tepi
3
Asites
ec.
SI/TIBC
Sirosis
Serum Feritin
Hepatis
HBsAg
Spironolakton 1 x
100 mg
LFT / AFT
Furosemide
AFP
40 mg
1 x
Albumin
USG
Abdomen
FOLLOW-UP PASIEN
Sabtu, 6 November 2010
S
: BAB berdarah
:sens
: compos mentis
36
PD
TD
: 110/60 mmHg
Pols
: 100x/i
RR
: 22x/i
: 37C
: mata
thorax
: SP: vesikuler
: ST: -
Hepatis
P
: - Tirah Baring
- O2 3L/i
- NGT
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Cefotaxim 1 g / 8 jam
- Inj. Ranitidn 1 amp / 12 jam
- Inj. Transamin 1 amp / 8 jam
- Inj. Vit. K / 24 jam
- Transfusi PRC 5 bag @ 175 cc
:sens
: compos mentis
TD
: 110/60 mmHg
Pols
: 104x/i
RR
: 22x/i
: 37C
PD
: mata
thorax
37
Hepatis
P
: - Tirah Baring
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj. Cefotaxim 1 g / 8 jam
- Lansoprazole 2 x 30mg
- Inj. Transamin 1 amp / 8 jam
:sens
: compos mentis
TD
: 110/60 mmHg
Pols
: 104x/i
RR
: 22x/i
: 37C
PD
: mata
thorax
Hepatis
P
: - Tirah Baring
- O2 3L/i
- Diet sonde
- IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
38
:sens
: compos mentis
TD
: 120/70 mmHg
Pols
: 80x/i
RR
: 20x/i
: 36,5C
PD
: mata
thorax
: SP: vesikuler
: ST: -
Abdomen
Ekstremitas
Hepatis
P
: - Tirah Baring
- IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
- Inj. Cefotaxim 1 g / 8 jam
- Inj. Transamin 1 amp / 8 jam
- Lansaprazole 2x30 mg
- Transfusi PRC 3 bag
Penjajakan :
- Konsul HOM
- USG Abdomen
- Gastroscopy
- Konsul Gastro
- Albumin
39
SATUAN
RUJUKAN
HASIL
gr%
106/mm3
103/mm3
%
13,2-17,3
4,20-4,87
4,5-11,0
43-49
5,10
1,86
14,20
16,30
40
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PCT
PDW
LED
Hitung Jenis
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
Neutrofil absolut
Limfosit Absolut
Monosit Absolut
Eosinofil Absolut
Basofil Absolut
103/mm
fL
Pg
gr%
%
fL
%
fL
mm/jam
150-450
85-95
28-32
33-35
11,6-14,8
7,0-10,2
< 15
78
87,60
27,40
31,30
13,60
11,90
0,09
16,6
-
%
%
%
%
%
103/L
103/L
103/L
103/L
103/L
37-80
20-40
2-8
1-6
0-1
2,7-6,5
1,5-3,7
0,2-0,4
0-0,1
0-0,1
73,70
11,30
14,60
0,30
0,1
10,47
1,60
2,08
0,04
0,01
Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
41
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perdarahan saluran makan bagian atas (PSMBA) adalah perdarahan saluran
makanan proksimal dari ligamentum Treitz. Manifestasi yang mungkin timbul
dapat berupa: hematemesis, melena, hematokezia, perdarahan tersembunyi, dan
anemia (sakit kepala ringan, sinkop, nyeri dada, sesak nafas). Manifestasi klinik
perdarahan saluran cerna bagian atas bisa beragam tergantung lama, kecepatan,
banyak sedikitnya darah yang hilang, dan apakah perdarahan terus menerus atau
tidak.
Penyebab PSMBA digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu perdarah
varises dan perdarahan non-varises. Penyebab umum perdarahan saluran
pencernaan bagian atas adalah kelainan pada esofagus: varises, esofagitis, ulkus,
sindroma Mallory-Weiss, keganasan, kelainan pada lambung dan doudenum:
gastritis erosiva, ulkus peptikum ventrikuli dan duodeni, keganasan, polip,
penyakit darah: leukemia, DIC, trombositopenia, dan penyakit sistemik: uremia.
Pengelolaan perdarahan saluran makan secara praktis meliputi: evaluasi
status
hemodinamik,
stabilisasi
hemodinamik,
melanjutkan
anamnesis,
42
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Laine L. Gastrointestinal Bleeding. Dalam: Kasper DL, dkk. penyunting.
Harrisons Principle of Internal Medicine. Edisi ke-16. Hal 235-238.
United States, McGraw-Hill; 2005.
2. Isbagio, H., Kasjmir, Y.I, Setyohadi, B., Suarjana, N., 2009. Pengelolaan
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. In : Sudoyo, A Et al. Buku ajar
Ilmu Penyakit Dalam,. Hal 291-94. Balai Penerbit FKUI, Jakarta; 2007
3. Riddle, Janet T.E., Sistem pencernaan. Dalam: Muhammad SA, ed. Buku
pelajaran dasar anatomi dan fisiologi untuk perawatan. Edisi ke 5. Hal 99.
Edinburgh London dan New York: Churchill Livingstone; 1977.
4. Scribd.
Anatomi
Pencernaan.
Diunduh
dari:
www.scribd.com/doc/38226110/anatomi-saluran-pencernaan. [Diakses 7
November 2010]
5. Cerulli MA. Upper Gastrointestinal Bleeding. eMedicine Specialties,
Gastroenterology,
Systemic
Disease.
Diunduh
http://emedicine.medscape.com/article/187857-overview
[Diakses
dari:
7
November 2010]
6. Gastrointestinal Bleeding. Dalam: Miksad RA, DeLaMora PA, Meyer GK.
Last Minute Internal Medicine. Hal 113. USA,McGraw-Hill. 2008.
44
JWD,
Burroughs
AK,
Feagan
BG.
Evidence-Based
45