Luka Bakar
Luka Bakar
Luka Bakar
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. (Yefta Moenajat, 2001)
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh perpiondahan energi dari
sumber panas ke tubuh ( Christantie Effendi, 1999)
Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
1. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)
2. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
3. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Fase Luka Bakar
A. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase
ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life
thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan
airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa
saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan
akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah
penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi
yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara
paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat
hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih
ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.
B. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka
yang terjadi menyebabkan:
1.
2.
3.
Keadaan hipermetabolisme.
C. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid,
gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
Penyebab
Penampilan
Ketebalan
partial
ultra
superfisial
(terbakar
(tingkat I)
matahari).
Warna
tidak
ada Bertambah
violet gelembung.
Perasaan
Nyeri
merah.
ketebalan
bahan padat.
partial
Jilatan
(tingkat II)
kepada pakaian.
- Superfi
sial
besar.
Sangat
yang nyeri
kurang jelas,
kimiawi.
- Dalam
Sinar
Ketebalan
violet.
Kontak dengan Kering
sepenuhnya
(tingkat III)
padat.
Pembuluh
Nyala api.
sakit.
Kimia.
yang mengelupas.
Rambut
ultra
disertai
dindingnya
sangat
tipis,
tidak membesar.
sedikit
mudah
lepas bila
dicabut.
: 9%
2) Lengan masing-masing 9%
: 18%
: 36%
: 36%
5) Genetalia/perineum
: 1%
Total
: 100%
b) Tingkat III
b) Tingkat III
disertai komplikasi.
3) Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):
a) Tingkat II
b) Tingkat III
c)
Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan
perineum..
f)
Tingkat II
b) Tingkat III
c)
: 15 30%
b) Tingkat III
: 1 10%
C. Ringan minor:
a) Tingkat II
: kurang 15%
b) Tingkat III
: kurang 1%
Bahan Kimia
Termis
Radiasi
Biologis
LUKA BAKAR
Psikologis
Pada Wajah
Di ruang tertutup
Kerusakan kulit
Kerusakan mukosa
Keracunan gas CO
Penguapan meningkat
Oedema laring
CO mengikat Hb
Peningkatan pembuluh
darah kapiler
Hb tidak mampu
mengikat O2
Gagal nafas
Listrik/petir
MK:
Gangguan
Konsep diri
Kurang
pengetahuan
Anxietas
Masalah Keperawatan:
Resiko tinggi terhadap infeksi
Gangguan rasa nyaman
Ganguan aktivitas
Kerusakan integritas kulit
Hipoxia otak
Tekanan onkotik
menurun. Tekanan
hidrostatik
meningkat
Cairan intravaskuler
menurun
Hipovolemia dan
hemokonsentrasi
Masalah Keperawatan:
Kekurangan volume cairan
Gangguan perfusi jaringan
Gangguan sirkulasi
makro
Gangguan
sirkulasi seluler
Otak
Kardiovaskuler
Ginjal
Hepar
Hipoxia
Kebocoran
kapiler
Hipoxia
sel ginjal
Pelepasan
katekolamin
Penurunan
curah jantung
Fungsi
ginjal
menurun
Hipoxia
hepatik
Sel otak
mati
Gagal
fungsi
sentral
Gagal jantung
Gagal
ginjal
GI
Traktus
Dilatasi
lambung
Neurologi
Imun
Gangguan
Neurologi
Daya
tahan
tubuh
menurun
Hambahan
pertumbuhan
Gagal hepar
Gangguan
perfusi
Laju
metabolisme
meningkat
Glukoneogenesis
glukogenolisis
MK: Perubahan
Efek fisiologi yang merugikan pada luka bakar dapat ringan,
nutrisi
pembentukan jaringan parut lokal atau luka bakar yang berat yang berupa
kematian. Pada luka bakar yang lebih besar terjadi kecacatan. Setelah permulaan
luka bakar dan akibat trauma kulit dapat berkembang dan merusak berbagai
organ. Perkembangan ini kompleks dan pada beberapa kasus kejadiannya tak
dapat dijelaskan. Yang penting besarnya perubahan fisiologi yang disertai dengan
luka bakar berkisar pada dua kejadian yang mendasari yaitu :
1.
2.
1.
3.
kedalaman
pernafasan,
peningkatan
rata-rata
denyut
jantung,
10
Tingkatan hipovolemik
Perubahan
Tingkatan diuretik
Pergeseran
cairan
insterstitial.
ekstraseluler
rasi
oedem vaskuler.
pada
lokasi
.
Fungsi
luka bakar.
Aliran darah renal Oliguri.
Peningkatan
renal.
berkurang
karena
aliran
darah
renal
karena
dan CO berkurang.
desakan darah
Kadar
Na
meningkat.
Kehilangan
tapi sodium.
Na+
Na+
diuresis
(normal
tertahan
kembali
sodium/natri oleh
um.
direabsorbsi Defisit
ginjal,
kehilangan
dalam
Diuresis.
Defisit
melalui sodium.
cairan oedem.
setelah
Kadar
minggu).
K+
bergerak Hipokalemi.
potassium.
akibat
cidera
kembali
jarinagn
sel-sel
dalam sel, K+
darah
merah,
berkurang
K+
ekskresi
ke
terbuang
melalui
diuresis (mulai
berkurang.
Kadar
Kehilangan
protein Hipoproteine
protein.
akibat
berlangsung
kenaikan
permeabilitas.
Kehilangan
Hipoproteine
terus
11
Keseimbang
Katabolisme
Keseimbanga
an nitrogen.
jaringan, kehilangan n
protein
banyak
Keseimbnag
an
perfusi
nitrogen
negatif.
protein,
kehilangan
dari masukan.
Metabolisme
Keseimbanga
n
kehilangan
lebih
asam anaerob
basa.
nitrogen jaringan,
dalam negatif.
jaringan,
katabolisme.
Katabolisme
immobilitas.
Asidosis
karena metabolik.
jarinagn
Kehilangan
Asidosis
sodium
metabolik.
bicarbonas
berkurang
melalui
peningkatan
asam
diuresis,
hipermetabolis
fungsi
me
renal
disertai
berkurang
peningkatan
(menyebabkan
produk
metabolisme.
akhir
tertahan), kehilangan
Respon
bikarbonas serum.
Terjadi
karena Aliran
stres.
sifat
produksi cortison.
berlangsung
berkurang.
karena
cidera luka.
lama
dan
terancam
psikologi
Eritrosit
Terjadi
panas,
Lambung.
karena Luka
pribadi.
bakar Tidak terjadi Hemokonsentr
pecah termal.
menjadi fragil.
Curling ulcer (ulkus Rangsangan
pada
gaster), central
paralise jumlah
cortison.
12
nyeri.
dan
peingkatan
jumlah
Jantung.
cortison.
MDF meningkat 2x Disfungsi
Peningkatan
lipat,
zat
merupakan jantung.
glikoprotein
yang
(miokard
toxic
yang
depresant
CO menurun.
MDF
factor) sampai
yang terbakar.
26
unit,
bertanggung
jawab terhadap
syok spetic.
Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
A. Luka bakar grade II:
1) Dewasa > 20%
2) Anak/orang tua > 15%
B. Luka bakar grade III.
C. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
Penatalaksanaan
A. Resusitasi A, B, C.
1) Pernafasan:
a)
13
: BB x 100 cc
1 3 tahun
: BB x 75 cc
3 5 tahun
: BB x 50 cc
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt.
Anak
Tulle.
14
F.
Obat obatan:
o
Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur.
Analgetik
Antasida
: kalau perlu
Pengkajian
a) Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok
listrik);
takikardia
(syok/ansietas/nyeri);
disritmia
(syok
listrik);
15
f) Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik);
laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan
(syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera
listrik pada aliran saraf).
g) Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada
luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf;
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h) Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
Tanda:
serak;
batuk
mengii;
partikel
karbon
dalam
sputum;
i) Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
16
24
jam
pertama
karena
peningkatan
kalium
dapat
17
Diagnosa Keperawatan
Sebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan
Diagnosa Tambahan selama menderita luka bakar (common and additional).
Diagnosis yang lazim terjadi pada klien yang dirawat di rumah sakit yang
menderila luka bakar lebih dari 25 % Total Body Surface Area :
1. Penurunan
Kardiak
Output
berhubungan
dengan
peningkatan
permiabilitas kapiler.
2. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan ketidak seimbangan elektrolit
dan kehilangan volume plasma dari pembuluh darah.
3. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Penurunan Kardiak
Output dan edema.
4. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan kesukaran bernafas
(Respiratory Distress) dari trauma inhalasi, sumbatan (Obstruksi) jalan
nafas dan pneumoni.
5. Perubahan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan paparan ujung
syaraf pada kulit yang rusak.
6. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar.
7. Potensial Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
8. Perubahan Nutrisi : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan peningkatan rata-rata metabolisme.
9. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka bakar, scar dan
kontraktur.
10. Gangguan Gambaran Tubuh (Body Image) berhubungan dengan
perubahan penampilan fisik
18
melalui
rute
abnormal.
Peningkatan
kebutuhan
: status
Resiko
tinggi
kerusakan
perfusi
jaringan,
perubahan/disfungsi
19
11 Kurang pengetahuan
tentang
kondisi, prognosis
dan kebutuhan
Tujuan dan
Kriteria
Hasil
Resiko
Bersihan
bersihan jalan jalan nafas
nafas
tidak tetap efektif.
efektif
Kriteria
berhubungan Hasil
:
dengan
Bunyi nafas
obstruksi
vesikuler,
trakheobronk RR dalam
hial; oedema batas
mukosa;
normal,
kompressi
bebas
jalan nafas .
dispnoe/cya
nosis.
Intervensi
Rasional
Kaji
refleks Dugaan cedera inhalasi
gangguan/menelan;
perhatikan pengaliran air
liur,
ketidakmampuan
menelan, serak, batuk
mengi.
Awasi frekuensi, irama,
kedalaman pernafasan ;
perhatikan
adanya
pucat/sianosis
dan
sputum
mengandung
karbon atau merah muda.
Takipnea, penggunaan
otot bantu, sianosis dan
perubahan
sputum
menunjukkan
terjadi
distress
pernafasan/edema paru
dan
kebutuhan
intervensi medik.
Auskultasi
paru, Obstruksi
jalan
perhatikan
stridor, nafas/distres pernafasan
mengi/gemericik,
dapat terjadi sangat
penurunan bunyi nafas, cepat atau lambat contoh
batuk rejan.
sampai 48 jam setelah
terbakar.
Perhatikan
adanya
pucat / warna buah ceri
merah pada kulit yang
cidera
Tinggikan kepala tempat
tidur.
Hindari
penggunaan bantal di
bawah kepala, sesuai
indikasi
Dugaan
adanya
hipoksemia atau karbon
monoksida.
Meningkatkan ekspansi
paru
optimal/fungsi
pernafasan.
Bilakepala/leher
terbakar, bantal dapat
menghambat pernafasan,
menyebabkan nekrosis
pada kartilago telinga
yang
terbakar
dan
20
meningkatkan
konstriktur leher.
Meningkatkan ekspansi
paru, memobilisasi dan
Dorong
batuk/latihan drainase sekret.
nafas
dalam
dan
perubahan posisi sering.
Hisapan (bila perlu) pada
perawatan
ekstrem,
pertahankan teknik steril. Membantu
mempertahankan jalan
Tingkatkan istirahat suara nafas bersih, tetapi harus
tetapi kaji kemampuan dilakukan kewaspadaan
untuk bicara dan/atau karena edema mukosa
menelan
sekret
oral dan inflamasi. Teknik
secara periodik.
steril menurunkan risiko
infeksi.
Peningkatan
sekret/penurunan
kemampuan
untuk
menelan menunjukkan
peningkatan
edema
trakeal
dan
dapat
mengindikasikan
kebutuhan
untuk
intubasi.
Meskipun
sering
berhubungan
dengan
Selidiki
perubahan nyeri,
perubahan
perilaku/mental contoh kesadaran
dapat
gelisah, agitasi, kacau menunjukkan
mental.
terjadinya/memburukny
a hipoksia.
Perpindahan cairan atau
kelebihan penggantian
Awasi
24
jam cairan
meningkatkan
keseimbngan
cairan, risiko
edema
paru.
perhatikan
Catatan
:
Cedera
variasi/perubahan.
inhalasi meningkatkan
kebutuhan
cairan
sebanyak 35% atau lebih
karena edema.
21
O2
memperbaiki
hipoksemia/asidosis.
Lakukan
program Pelembaban
kolaborasi meliputi :
menurunkan
Berikan pelembab O2 pengeringan
saluran
melalui cara yang tepat, pernafasan
dan
contoh masker wajah
menurunkan viskositas
Awasi/gambaran
seri sputum.
GDA
Data
dasar
penting
untuk pengkajian lanjut
status pernafasan dan
pedoman
untuk
pengobatan.
PaO2
kurang dari 50, PaCO2
lebih besar dari 50 dan
penurunan
pH
menunjukkan inhalasi
asap dan terjadinya
pneumonia/SDPD.
Perubahan menunjukkan
atelektasis/edema paru
tak dapat terjadi selama
2 3 hari setelah
terbakar
Fisioterapi
dada
mengalirkan
area
Berikan/bantu fisioterapi dependen
paru,
dada/spirometri intensif. sementara
spirometri
intensif dilakukan untuk
memperbaiki ekspansi
paru,
sehingga
meningkatkan
fungsi
pernafasan
dan
menurunkan atelektasis.
Intubasi/dukungan
mekanikal dibutuhkan
Siapkan/bantu intubasi bila jalan nafas edema
atau trakeostomi sesuai atau
luka
bakar
indikasi.
mempengaruhi
fungsi
paru/oksegenasi.
Resiko tinggi Pasien dapat Awasi tanda vital, CVP. Memberikan pedoman
kekurangan
mendemostr Perhatikan kapiler dan untuk
penggantian
volume cairan asikan status kekuatan nadi perifer.
cairan dan mengkaji
22
berhubungan
dengan
Kehilangan
cairan melalui
rute
abnormal.
Peningkatan
kebutuhan :
status
hypermetaboli
k,
ketidak
cukupan
pemasukan.
Kehilangan
perdarahan.
cairan dan
biokimia
membaik.
Kriteria
evaluasi: tak
ada
manifestasi
dehidrasi,
resolusi
oedema,
elektrolit
serum dalam
batas
normal,
haluaran
urine di atas
30 ml/jam.
respon kardiovaskuler.
Awasi pengeluaran urine
dan
berat
jenisnya.
Observasi warna urine
dan
hemates
sesuai
indikasi.
Penggantian
cairan
dititrasi
untuk
meyakinkan
rata-2
pengeluaran urine 30-50
cc/jam
pada
orang
dewasa. Urine berwarna
merah pada kerusakan
otot
masif
karena
adanya
darah
dan
keluarnya mioglobin.
badan Penggantian
cairan
tergantung pada berat
badan pertama dan
perubahan selanjutnya
perubahan Penyimpangan
pada
tingkat kesadaran dapat
mengindikasikan
ketidak
adequatnya
volume
sirkulasi/penurunan
perfusi serebral
Observasi
distensi Stres (Curling) ulcus
abdomen,hematomesis,fe terjadi pada setengah
23
ces hitam.
Hemates drainase NG
dan feces secara periodik.
Lakukan
program
kolaborasi meliputi :
infus
Berikan
penggantian Resusitasi
cairan
cairan IV yang dihitung, menggantikan
elektrolit,
plasma, kehilangan
albumin.
cairan/elektrolit
dan
membantu
mencegah
komplikasi.
Awasi hasil pemeriks
Mengidentifikasi
aan laboratorium ( Hb, kehilangan
elektrolit, natrium ).
darah/kerusakan SDM
dan
kebutuhan
penggantian cairan dan
elektrolit.
Berikan
obat
sesuai
idikasi :
- Diuretika contohnya
Manitol (Osmitrol)
- Kalium
- Antasida
Meningkatkan
pengeluaran urine dan
membersihkan tubulus
dari debris /mencegah
nekrosis.
Penggantian
lanjut
karena kehilangan urine
dalam jumlah besar
Menurunkan keasaman
gastrik
sedangkan
inhibitor
histamin
menurunkan
produksi
asam hidroklorida untuk
menurunkan
produksi
asam hidroklorida untuk
menurunkan
iritasi
gaster.
24
Pantau:
- Tanda-tanda
vital
setiap jam selama
periode
darurat,
setiap 2 jam selama
periode akut, dan
setiap 4 jam selama
periode rehabilitasi.
- Warna urine.
- Masukan
dan
haluaran setiap jam
selama
periode
darurat, setiap 4 jam
selama periode akut,
setiap 8 jam selama
periode rehabilitasi.
- Hasil-hasil JDL dan
laporan elektrolit.
- Berat badan setiap
hari.
- CVP (tekanan vena
sentral) setiap jam
bial diperlukan.
- Status umum setiap 8
jam.
Mengidentifikasi
penyimpangan indikasi
kemajuan
atau
penyimpangan dari hasil
yang
diharapkan.
Periode darurat (awal 48
jam pasca luka bakar)
adalah periode kritis
yang
ditandai
oleh
hipovolemia
yang
mencetuskan individu
pada perfusi ginjal dan
jaringan tak adekuat.
dari
25
Temuan-temuan
ini
menandakan
hipovolemia
dan
perlunya
peningkatan
cairan. Pada lka bakar
luas, perpindahan cairan
dari ruang intravaskular
ke ruang interstitial
menimbukan
hipovolemi.
Pasien
rentan
pada
Konsultasi doketr bila kelebihan beban volume
manifestasi
kelebihan intravaskular
selama
cairan terjadi.
periode pemulihan bila
perpindahan cairan dari
kompartemen interstitial
pada
kompartemen
intravaskuler.
Tes guaiak muntahan
warna kopi atau feses ter
hitam. Laporkan temuantemuan positif.
Resiko
kerusakan
pertukaran
gas
berhubungan
dengan cedera
inhalasi asap
atau sindrom
Temuan-temuan guaiak
positif
menandakan
adanya perdarahan GI.
Perdarahan
GI
menandakan adaya stres
ulkus (Curlings).
Mencegah perdarahan
GI. Luka bakar luas
mencetuskan
pasien
pada ulkus stres yang
disebabkan peningkatan
sekresi hormon-hormon
adrenal dan asam HCl
oleh lambung.
Mengidentifikasi
kemajuan
dan
penyimpangan dari hasil
yang
diharapkan.
Inhalasi asap dapat
merusak
alveoli,
mempengaruhi
pertukaran gas pada
26
kompartemen
torakal
sekunder
terhadap luka
bakar
sirkumfisial
dari dada atau
leher.
warna kulit
normal,
GDA dalam
renatng
normal,
bunyi nafas
bersih, tak
ada
kesulitan
bernafas.
membran
alveoli.
kapiler
Beriakan
suplemen
oksigen pada tingkat
yang ditentukan. Pasang
atau bantu dengan selang
endotrakeal
dan
tempatkan pasien pada
ventilator mekanis sesuai
pesanan
bila
terjadi
insufisiensi pernafasan
(dibuktikan
dispneu
hipoksia,
hiperkapnia,
rales,
takipnea
dan
perubahan sensorium).
Suplemen
oksigen
meningkatkan
jumlah
oksigen yang tersedia
untuk jaringan. Ventilasi
mekanik
diperlukan
untuk
pernafasan
dukungan sampai pasien
dapat dilakukan secara
mandiri.
Anjurkan
pernafasan
dalam
dengan
penggunaan spirometri
selama tirah baring.
Pernafasan
dalam
mengembangkan
alveoli,
menurunkan
resiko atelektasis.
Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan
Pertahanan
primer tidak
adekuat;
kerusakan
perlinduingan
kulit; jaringan
traumatik.
Pasien bebas
dari infeksi.
Kriteria
evaluasi: tak
ada demam,
pembentuka
n jaringan
granulasi
baik.
Mengupas
kulit
(eskarotomi) memung
kinkan ekspansi dada
Mengidentifikasi
indikasi-indikasi
kemajuan
atau
penyimapngan dari hasil
yang diharapkan.
27
Pertahanan
sekunder
tidak adekuat;
penurunan
Hb,
penekanan
respons
inflamasi
yang
dikonsumsi
setiap kali makan.
Bersihkan area luka
bakar setiap hari dan
lepaskan
jarinagn
nekrotik
(debridemen)
sesuai pesanan. Berikan
mandi kolam sesuai
pesanan,
implementasikan
perawatan
yang
ditentukan untuk sisi
donor, yang dapat ditutup
dengan balutan vaseline
atau op site.
Pembersihan
dan
pelepasan
jaringan
nekrotik meningkatkan
pembentukan granulasi.
Antimikroba
topikal
membantu
mencegah
infeksi.
Mengikuti
prinsip
aseptik
melindungi pasien dari
infeksi.
Kulit
yang
gundul menjadi media
yang baik untuk kultur
pertumbuhan baketri.
Temuan-temuan
ini
menandakan infeksi.
Kultur
membantu
mengidentifikasi
patogen
penyebab
sehingga
terapi
antibiotika yang tepat
dapat diresepkan.
28
tempat
tidur
steril,
handuk dan skort untuk
pasien. Gunakan skort
steril, sarung tangan dan
penutup kepala dengan
masker bila memberikan
perawatan pada pasien.
Kurangnya
berbagai
rangsang ekstrenal dan
kebebasan
bergerak
mencetuskan
pasien
pada kebosanan.
Nyeri
berhubungan
dengan
Kerusakan
kulit/jaringan;
pembentukan
edema.
Manipulasi
jaringan
cidera contoh
debridemen
luka.
Pasien dapat
mendemonst
rasikan
hilang dari
ketidaknyam
anan.
Kriteria
evaluasi:
menyangkal
nyeri,
melaporkan
perasaan
terhadap
Ahli
diet
adalah
spesialis nutrisi yang
dapat
mengevaluasi
paling baik status nutrisi
pasien
dan
merencanakan
diet
untuk
emmenuhi
kebuuthan
nutrisi
penderita.
Nutrisi
adekuat
memabntu
penyembuhan luka dan
memenuhi
kebutuhan
energi.
Analgesik
narkotik
diperlukan
utnuk
memblok jaras nyeri
dengan nyeri berat.
Absorpsi obat IM buruk
pada pasien dengan luka
bakar
luas
yang
disebabkan
oleh
perpindahan interstitial
berkenaan
dnegan
peningkatan
permeabilitas kapiler.
29
nyaman,
ekspresi
wajah dan
postur tubuh
rileks.
Resiko tinggi
kerusakan
perfusi
jaringan,
perubahan/dis
fungsi
neurovaskuler
perifer
berhubungan
dengan
Penurunan/int
erupsi aliran
darah
arterial/vena,
contoh luka
bakar seputar
ekstremitas
dengan
edema.
Bantu
dengan
pengubahan posisi setiap
2 jam bila diperlukan.
Dapatkan
bantuan
tambahan
sesuai
kebutuhan,
khususnya
bila pasien tak dapat
membantu membalikkan
badan sendiri.
Pasien
Untuk luka bakar yang
menunjukka mengitari
ekstermitas
n sirkulasi atau luka bakar listrik,
tetap
pantau
status
adekuat.
neurovaskular
dari
Kriteria
ekstermitas setaip 2 jam.
evaluasi:
warna kulit Pertahankan ekstermitas
normal,
bengkak ditinggikan.
menyangkal
kebas dan
kesemutan,
nadi perifer Beritahu dokter dengan
dapat diraba. segera bila terjadi nadi
berkurang,
pengisian
kapiler
buruk,
atau
penurunan sensasi.
Menghilangkan tekanan
pada tonjolan tulang
dependen.
Dukungan
adekuat pada luka bakar
selama
gerakan
membantu meinimalkan
ketidaknyamanan.
Mengidentifikasi
indikasi-indikasi
kemajuan
atau
penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
Meningkatkan
balik
vena
menurunkan
pembengkakan.
aliran
dan
Temuan-temuan
ini
menandakan keruskana
sirkualsi distal. Dokter
dapat mengkaji tekanan
jaringan
untuk
emnentukan kebutuhan
terhadap
intervensi
30
bedah.
Siapkan
untuk Eskarotomi (mengikis
pembedahan eskarotomi pada
eskar)
atau
sesuai pesanan.
fasiotomi
mungkin
diperlukan
untuk
memperbaiki sirkulasi
adekuat.
Kerusakan
Memumjukk Kaji/catat ukuran, warna, Memberikan informasi
integritas
an
kedalaman
luka, dasar tentang kebutuhan
kulit
b/d regenerasi
perhatikan
jaringan penanaman kulit dan
kerusakan
jaringan
nekrotik dan kondisi kemungkinan petunjuk
permukaan
Kriteria
sekitar luka.
tentang sirkulasi pada
kulit sekunder hasil:
aera graft.
destruksi
Mencapai
lapisan kulit.
penyembuha Lakukan perawatan luka Menyiapkan
jaringan
n
tepat bakar yang tepat dan untuk penanaman dan
waktu pada tindakan kontrol infeksi. menurunkan
resiko
area
luka
infeksi/kegagalan kulit.
bakar.
Pertahankan penutupan Kain
nilon/membran
luka sesuai indikasi.
silikon
mengandung
kolagen porcine peptida
yang
melekat
pada
permukaan luka sampai
lepasnya
atau
mengelupas
secara
spontan
kulit
repitelisasi.
Tinggikan area graft bila Menurunkan
mungkin/tepat.
pembengkakan
/membatasi
resiko
pemisahan graft.
Pertahankan posisi yang Gerakan
jaringan
diinginkan
dan dibawah graft dapat
imobilisasi area bila mengubah posisi yang
diindikasikan.
mempengaruhi
penyembuhan optimal.
Pertahankan
balutan
diatas area graft baru
dan/atau sisi donor sesuai
indikasi.
31
Lakukan
program Graft kulit diambil dari
kolaborasi :
kulit
orang
itu
- Siapkan
/
bantu sendiri/orang lain untuk
prosedur
penutupan
sementara
bedah/balutan
pada luka bakar luas
biologis.
sampai kulit orang itu
siap ditanam.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth
Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 1328.
Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B.
Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 752 779.
Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi
2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press.
Surabaya.
32
Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2
nd ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia.
Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing.
A Nursing Process Approach. W. B. Saunders Company.
Philadelphia. Hal. 357 401.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik
Praktis. Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I.
Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. (2001). Pendidikan
Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan
Luka Bakar Secara Paripurna. Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD
Dr. Soetomo. Surabaya.
Jane, B. (1993). Accident and Emergency Nursing. Balck wellScientific
Peblications. London.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Senat Mahasiswa FK Unair. (1996). Diktat Kuliah Ilmu Bedah 1. Surabaya.
Sylvia A. Price. (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 4 Buku 2. Penerbit Buku Kedokteran Egc, Jakarta
33