Anda di halaman 1dari 5

BIMBINGAN AMALAN DAN ZIKIR NUR

AL-MUMIN
Alamat : Jl. H. U. Bawadi Gg. Family No. 28 RT. 19 RW. 04 Condong Telp. (0562) 632524 Singkawang Kalimantan Barat - 79111

PEDOMAN MEMBACA AL QURAN


A.

KEUTAMAAN AL QURAN

Mengenai keutamaan Al-Quran dapat dilihat dari hadits Rasulullah


SAW di bawah ini :
Al-Qur'an lebih dicintai oleh Allah dari tujuh petala langit dan tujuh lapis
bumi dan dari segala isinya.
(H.R. Abu Nuaim dari Ibnu Umar r.a.)
Al-Qur'an adalah pemberi syafaat yang diterima syafaatnya dan petunjuk
yang diakui sungguh kebenarannya. Barangsiapa menjadikan Quran
pemimpinnya, maka ia (Quran) akan menuntunnya ke dalam surga. Dan
barangsiapa meletakkan Al-Quran dibelakangnya, maka ia (Quran) akan
menghelanya ke dalam neraka. (H.R. Ibnu Hibban)

B.

FADHILAH MEMBACA AL QURAN

1. Pembaca
Al-Quran
akan
ditempatkan di dalam shaf
(barisan)
orang-orang
yang
besar yang utama dan tinggi.
2. Akan memperoleh beberapa
kebajikan dari tiap-tiap huruf
yang dibacanya dan ditambah
derajatnya di sisi Allah sebanyak
kebajikan yang diperolehnya itu.
3. Akan dinaungi rahmat, dikelilingi
oleh
para
malaikat
dan
diturunkan
Allah
kepadanya
ketenangan dan kewaspadaan.
4. Akan digemilangkan hatinya
oleh Allah dan dipeliharanya
dari kegelapan.
5. Akan
diharumkan
baunya,
disegani dan dicintai oleh orangorang shaleh. Apabila pentilawat
itu memperbagus bacaan dan
hafalannya, maka ia dapat
mencapai derajat malaikat.
6.
Pentilawat Al-Quran tiada
bergundah hati di hari qiamat,

C.

karena ia senantiasa dalam


pemeliharaan dan penjagaan
Allah.
7. Akan memperoleh kemuliaan,
dan diberikan rahmat kepada
ibu bapaknya.
8. Akan memperoleh kedudukan
yang tinggi dalam surga.
9. Akan memperoleh pula derajat
seperti yang diingini oleh orangorang shaleh.
10.
Akan ditemani dan
dikelilingi oleh para malaikat
dan semuanya mendoakan dan
memohonkan
ampunan
dan
derajat yang setinggi-tingginya.
11. Akan terlepas dari kesusahankesusahan akhirat.
12.
Termasuk orang yang dekat
kepada Allah dan berada dalam
rombongan orang-orang yang
bersama Allah di surga.

FADHILAH BERKUMPUL MEMBACA AL QURAN,


ISTIMEWA DI BULAN RAMADHAN

Bersabda Rasulullah SAW : Barangsiapa melapangkah kesusahan


seorang
Mumin
dari
sesuatu
kesusahan
dunia,
niscaya
Allah
melapangkannya dari kesusahan akhirat. Dan barangsiapa memudahkan
bagi seseorang yang sedang dalam kesukaran, niscaya Allah memudahkan
baginya kesukaran dunia dan akhirat. Dan barangsiapa menutupi aib
seorang Muslim, niscaya Allah menutupi aibnya di dunia dan di akhirat,
Allah senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba itu senantiasa pula
menolong saudaranya. Dan barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencapai
ilmu, niscaya Allah memudahkan baginya jalan ke surga. Dan tiada
berkumpul kaum di dalam suatu rumah Allah kemudian mereka baca Kitab
dan mereka pelajari bersama-sama (bertadarus), melainkan diturunkan
kepada mereka ketenangan hati, diselubungi mereka dengan rahmat,
dikelilingi mereka oleh malaikat, dan Allah akan menyebut mereka kepada
orang-orang yang disisi-Nya. Dan barangsiapa dilambatkan oleh amalannya,
niscaya dicepatkannya oleh keturunannya. (H.R. Muslim).
Dari hadits tersebut di atas maka jelaslah bahwa mentadarruskan AlQuran amat disukai. Yaitu membaca Al-Quran bersama-sama, seorang
membaca di hadapan yang lain secara berganti-ganti untuk sama-sama
mempelajari isinya. Ketahuilah, bahwa pada tiap-tiap malam bulan
Ramadhan, Jibril datang kepada Rasulullah untuk bertadarus Al-Quran
bersama Rasulullah.

D.

WAKTU-WAKTU YANG UTAMA UNTUK MEMBACA AL


QURAN

Waktu yang lebih utama (afdal) membaca Al-Quran, ialah malam


hari, seperti antara maghrib dan Isya, istimewa seperdua yang akhir tiap-tiap
malam. Jika siang hari, maka yang lebih utama (afdhal), ialah sesudah
sembahyang fardhu, atau pada waktu shubuh. Perlu diketahui bahwa tidak
ada waktu yang makruh untuk membaca Al-Quran, kecuali pada waktuwaktu yang dilarang menyebut nama Allah SWT.
Hari-hari yang terbaik untuk membaca Al-Quran, ialah hari Jumat, hari
Senin, hari Kamis, hari Arafah, sepuluh hari yang pertama di bulan Zulhijjah
(1-9) Zulhijjah), hari-hari bulan Ramadhan, istimewa sepuluh hari yang akhir
di bulan itu (20-30 Ramadhan).

E.

ADAB-ADAB MEMBACA AL QURAN

Imam An-Nawawi menjelaskan beberapa adab (etika) yang dituntut


saat membaca Al-Quran dan hukum-hukumnya diantaranya sebagai
berikut :
1. Bersikap ikhlas dalam membaca Al-Quran dan menghadirkan munajat
kepada Allah SWT.
2. Membersihkan mulutnya dengan siwak (menggosok gigi) atau yang
sejenis dengannya.
3. Pada saat membaca, berada dalam keadaan suci dari hadats kecil dan
besar. Adapun diperbolehkannya seseorang membaca Al-Quran walau
berada dalam keadaan berhadats kecil adalah disertai dengan syarat
tidak menyentuh mushhaf.
4. Diharamkan bagi yang tengah berada dalam keadaan junub dan bagi
wanita yang tengah mengalami masa haidh untuk membaca Al-Quran,
baik seluruhnya atau sebagian ayatnya. Terkecuali jika bagian dari ayat
tersebut merupakan zikir-zikir yang ditentukan waktunya untuk pagi atau
sore hari. Atau zikir-zikir mutlak yang mengandung sebagian ayat AlQuran. Akan tetapi, diperbolehkan bagi mereka yang berjunub untuk
membaca Al-Quran dalam hati, tanpa diucapkan secara lisan, dan juga
diperbolehkan untuk memandang mushhaf tanpa menyentuhnya secara
langsung.

5. Apabila orang yang junub atau wanita yang tengah haidh hendak bersuci,
akan tetapi tidak menemukan air, maka hendaknya ia bertayamum, dan
diperbolehkan baginya untuk melaksanakan shalat, membaca Al-Quran
dan ibadah yang lainnya, selama belum berhadats atau belum
menemukan air.
6. Dianjurkan agar membaca Al-Quran ditempat yang bersih. Dan
dianjurkan membacanya di masjid. Karena masjid merupakan tempat
yang bersih dan mulia kedudukannya, sebagai tempat ibadah. Sebab,
dimungkinkan dengan duduk di dalamnya, ia pun dapat tergerak untuk
melanjutkannya beritikaf, dengan catatan berniat terlebih dahulu. Dan
juga sudah sepantasnya tidak membaca Al-Quran terkecuali di tempat
yang bersih dan suci.
7. Bagi para pembaca Al-Quran dianjurkan menghadap ke arah kiblat saat
membaca, duduk dengan khusyu, bersikap tenang dan merendahkan
posisi kepala. Akan tetapi jika ia membaca sambil tiduran atau berbaring
atau berada dalam posisi lainnya, maka hal itu boleh saja dan ia juga
mendapatkan pahala. Akan tetapi tidak mendapatkan pahala yang sama
dengan kondisi pertama.
8. Ketika membaca Al-Quran dianjurkan agar diawali dengan ber-istiadza
terlebih dahulu, yaitu mengucapkan Auudzubillahi
minasysyaithoonirrajiim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan
yang terkutuk). Ini merupakan pendapat mayoritas para alim ulama. Dan
membaca basmalah : Bismillahirrahmaanirraahiim (Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). pada
setiap bacaan pertama dari setiap surah, terkecuali surah Baraaah (At
Taubah).
9. Apabila hendak memulai membaca Al-Quran, hendaknya terlebih dahulu
mengkonsentrasikan keinginannya untuk bersikap khusyu dalam
membaca dan untuk merenungkan kandungannya.
10. Seyogyanya seseorang yang hendak membaca Al-Quran dapat
merasakan perasaan takut kepada Allah.
Rasulullah SAW bersabda : Bacalah oleh kalian Al-Qur'an, dan
menangislah kalian. Akan tetapi, jika kalian tidak mampu untuk
menangis, maka pura-puralah menangis. (H.R. Ibn Majah)
Sesungguhnya manusia yang paling baik suaranya dengan (membaca)
Al-Qur'an, jika kalian mendengarnya membaca (Al-Qur'an) kalian
menyangka bahwa ia takut kepada Allah. (H.R. Ibn Majah dari Jabir ra)
Caranya adalah dengan memperhatikan kandungan Al-Quran, baik
ancamannya, perjanjian dan persetujuannya. Kemudian melakukan
introspeksi atas kekurangan pada dirinya. Jika kesedihan dan tangis
belum juga hadir dalam dirinya, maka tangisilah kekerasan hatinya,
karena hal itu merupakan musibah yang paling besar.
11. Hendaknya membaca Al-Quran itu melafazkan bacaannya dengan tartil.
Karena, bacaan yang dilakukan dengan tartil itu sangat mengagumkan
(enak didengar), dan pengaruhnya pada hati lebih mendalam daripada
membacanya secara cepat atau terburu-buru.
Firman Allah SWT : Dan bacalah Al Quran dengan perlahan-lahan
(tartil). (Q.S. Al Muzammil : 4)
12. Dianjurkan jika pada saat membaca mendapatkan ayat yang
mengandung ungkapan rahmat, maka hendaknya ia meminta karuniaNya. Dan jika mendapatkan ayat yang mengandung akan siksa-Nya, maka
hendaknya ia meminta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan dunia
dan siksa akhirat. Dan apabila mendapatkan bacaan ayat yang
mensucikan Allah SWT maka hendaknya ia mensucikan-Nya dengan
berkata : Maha Suci Allah, atau betapa besar keagungan-Nya, atau
lafaz-lafaz lain yang semakna dengannya.
13. Memuliakan dan membesarkan (kedudukan) Al-Quran dengan tidak
bermain-main saat membacanya, baik dengan tertawa, membuat
kegaduhan, bertengkar, atau bersenda gurau.
3

Firman Allah SWT : Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka


dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu
mendapat rahmat. (Q.S. Al-Araaf : 204)
14. Tidak diperbolehkan membaca Al-Quran selain dengan bahasa AlQuran, baik pada saat menunaikan shalat atau diluar shalat.
15. Hendaklah membacanya menurut susunan dalam mushhaf baik dalam
shalat atau bukan. Sebab ketertibannya itu mendatangkan hikmah yang
besar.
16. Membaca Al-Quran langsung dari mushhafnya adalah lebih utama
daripada membacanya dengan hafalan tanpa mushhaf, selain pada saat
menunaikan shalat. Dikarenakan melihat mushhaf Al-Quran itu sendiri
merupakan ibadah yang disyariatkan. Oleh sebab itu, sebaiknya bagi
seseorang yang membaca Al-Quran mengkombinasikan antara membaca
dan melihat mushhafnya secara bersamaan, terkecuali jika ia membaca
dengan dihafal bacaannya menjadikan dirinya lebih khusyu.
17. Dianjurkan untuk membuat halaqah (semacam kelompok) dalam
membaca dan tadarrus Al-Quran.
Rasulullah SAW bersabda : Tidak berkumpul suatu kaum di dalam
rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), dimana mereka tengah
membaca kitab Allah (Al-Qur'an) dan saling bertadarrus (belajar) di
antara mereka, terkecuali ketenangan akan turun atas mereka, dinaungi
rahmat-Nya, para malaikat mengelilingi (menghormati) mereka dan Allah
menyebutkan mereka sebagai orang-orang yang berkedudukan mulia
disisi-Nya. (H.R. Abu Daud, Turmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
18. Dianjurkan untuk mengeraskan suara pada saat membaca Al-Quran,
jika ia tidak takut akan merasa riya atau tidak takut mengganggu orang
lain. Karena membaca ayat-ayat Al-Quran dengan suara yang jelas dapat
membangkitkan semangat dalam hati, menghimpun keinginan dan
mentranformasikan pendengaran menjadi perenungan pada bacaannya.
Sabda Rasulullah SAW : Allah SWT tidak memperkenankan melalui lisan
Nabi-Nya SAW suara yang bagus dalam membaca Al-Qur'an, jika hal itu
akan dapat mengacuhkan makna yang terkandung di dalamnya (bagi
yang mendengarkan). (H.R. Bukhari)
19. Dianjurkan agar memperindah suaranya disaat membaca Al-Quran,
Sabda Nabi SAW : Hiasilah bacaan Al-Qur'an itu dengan suara indah
kalian. (H.R. Bukhari, Abu Daud, An Nasai)
20. Dianjurkan agar meminta untuk membaca dengan indah, bagi yang
bagus suaranya.
Diriwayatkan oleh Ibn Abbas r.a : Ibnu Masud r.a. berkata, bahwa
Nabi SAW berkata kepadaku : Bacalah untukku Al-Qur'an ini. Aku
menjawab : Bagaimana aku akan membacakan untukmu tentang
sesuatu (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu ? Maka beliau berkata :
Sungguh aku sangat ingin mendengarnya dari selain diriku. Lalu aku
(Ibnu Masud) membaca surah An Nisa ayat 41 sampai pada ayat yang
berbunyi : Maka bagaimanakah halnya orang-orang kafir nanti, apabila
Kami mendatangkan seseorang sebagai saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat
dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka
itu (sebagai umatmu). Kemudian beliau berkata kepadaku : Berhenti,
atau tahan ! Seketika aku menyaksikan dari kedua mata beliau
bercucuran air mata. (H.R. Ibn Abbas, Bukhari, Muslim)
21. Dianjurkan agar segala majelis ilmu (majelis talim) diawali
pembukaannya dengan bacaan Al-Quran, yang dibawakan oleh seorang
pembaca yang bersuara merdu.
22. Makruh membaca Al-Quran pada tempat-tempat dan kondisi-kondisi
tertentu, seperti pada saat ruku dan sujud, saat membaca tasyahud dan
yang lainnya dari gerakan-gerakan shalat, terkecuali pada saat berdiri.
Makruh untuk membaca lebih dari surah Al-Fatihah bagi makmum jika ia
membacanya pada saat mendengar Imam membacanya. Makruh

membacanya saat mengantuk dan pada saat menyimak khutbah bagi


yang sedang mendengarnya.
23. Tidak dianjurkan bagi para pembaca untuk memulai dan mengakhiri
bacaan Al-Quran jika maknanya (saat berhenti) belum sempurna, atau
jika ia terikat dengan bacaan berikutnya.
24. Jika ia mendengar seseorang mengucapkan salam, sedangkan ia
membaca Al-Quran, maka seyogyanya ia berhenti sejenak dari
bacaannya, kemudian menjawab salamnya. Seandainya ada orang lain
yang bersin dan ia tengah membaca Al-Quran, bukan pada saat
mengerjakan shalat, kemudian orang yang bersin tadi mengucapkan kata
Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), maka dianjurkan bagi yang tengah
membaca Al-Quran berhenti sejenak dan mendoakannya dengan
membaca Rahimakallah (semoga Allah menyayangimu). Seandainya
pembaca Al-Quran mendengarkan suara adzan, maka seyogyanya ia
menghentikan bacaannya dan menjawab panggilan muadzdzin.
25. Apabila disaat membaca mendapatkan ayat sajadah tilawah, maka
disunatkan pada saat itu ia melakukan sujud tilawah.

Anda mungkin juga menyukai