Oleh :
Ustadz Muhammad Efendi Saad
DIFINISI IMAN
Menurut bahasa (lughah)
adalah membenarkan.
Firman Allah :
1. Allah itu pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada
cahaya (minadz-dzulumati ilannuur). Dan orang-orang kafir itu pelindung-pelindungnya adalah
syaitan, yang mengeluarkan mereka dari pada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu
adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. (Q.S.Al Baqarah : 257)
2. Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini bahwasanya Al-Quran itulah yang haq
dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepada-Nya dan sesungguhnya Allah
adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (Q.S.Al Hajj :
54)
3. Sesungguhnya Kami menolong Rasul-Rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam
kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (Q.S.Al Mumin : 51)
4. Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman lalu imannya itu bermanfaat
kepadanya selain kaum Yunus tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman Kami hilangkan dari
mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia dan Kami beri kesenangan kepada
mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (Q.S.Yunus : 98)
5. Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang
mengerjakan amal-amal sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka
berkuasa dan sungguh Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka
berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah janji
itu maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (Q.S.An Nur : 55)
6. Jikalau sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi tetapi mereka mendustakan (ayat-
ayat) Kami itu maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Q.S.Al Araf : 96)
POKOK-POKOK KEIMANAN
Rukun Pertama : Iman kepada Allah
Yaitu suatu keyakinan yang mantap dan menghunjam bahwasanya Allah adalah Rabb segala sesuatu,
meyakini bahwa Allah adalah pemilik dan pengaturnya, menciptakannya, memberi rezeki, mematikan dan
menghidupkannya. Dialah yang berhak untuk diibadahi dan ditaati, ketundukan dan kepatuhan hanya
diberikan kepada-Nya dalam bentuk ibadah. Dialah yang memiliki segala sifat yang Maha Sempurna serta
jauh dari sifat kekurangan. Iman kepada Allah juga berarti mentauhidkan-Nya, baik dalam Rububiyah-
Nya, Uluhiyah-Nya, maupun Asma dan Sifat-Nya.
Yaitu membenarkan dengan keyakinan yang mantap bahwasanya Allah memiliki kitab-kitab yang
telah diturunkan kepada para Nabinya sebagai kalam yang sesungguhnya, dimana Allah
berbicara menurut kehendak-Nya. Kitab-kitab itu adalah cahaya dan petunjuk yang penuh dengan
kebenaran dan tanpa ada keraguan sedikitpun.
Kitab-kitab yang telah Allah turunkan adalah : Taurat kepada Musa as, Zabur kepada Daud as,
Injil kepada Isa as dan Kitab suci Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW. Disamping itu juga
ada beberapa Nabi yang hanya mendapatkan lembaran-lembaran suhuf seperti diberikan kepada
Nabi Idris as dan Nabi Ibrahim as.
Diantara unsur yang terkandung di dalam keimanan kepada kitab Allah adalah;
Bahwa seluruh kitab-kitab itu turun dari Allah kepada Rasu-lNya untuk seluruh hamba-Nya.
Al-Quran adalah kalamullah dan bukan makhluk dan sesungguhnya Allah telah berbicara
dengan-Nya secara hakikat.
Bahwa seluruh ayat yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran adalah syariaat yang harus
ditegakkan oleh manusia, dengan demikian maka seluruh hukum yang ada di dalamnya harus
dilaksanakan oleh manusia.
Bahwa ada sebagian syariat pertama yang telah dihapus dengan datangnya hukum Al-Quran.
Harus meyakini bahwa Al-Quran tidak akan terhapus dengan kitab yang datang setelahnya tidak
pula merubahnya atau menggantinya baik keseluruhan maupun salah satu dari hukum-Nya. Dan
Allah telah menjamin kemurniannya.
Mengakui apa yang disampaikan Al-Quran baik secara global maupun secara terperinci.
Bahwa Taurat dan Injil yang ada sekarang ini telah mengalami perubahan dan penyimpangan.
Dengan demikian tidak ada kewajiban mengimaninya secara terperinci.
Rukun Keempat : Iman Kepada Rasul-Rasul-Nya.
Iman kepada para Rasul adalah membenarkan denan mantap bahwasanya Allah telah mengutus
Rasul-Nya untuk memberikan petunjuk kepada makhluk-Nya dalam kehidupan dan tempat
kembalinya. Rasul itu datang untuk mengajak seluruh ummat manusia agar beribadah kepada-Nya
semata, mengingatkan manusia agar tidak terjerumus kepada kesyirikan dan kekufuran.
Dalam mengimani para Nabi dan Rasul seseorang harus meyakini hal-hal sebagai
berikut:
Bahwasanya para Nabi dan Rasul adalah manusia yang dipilih Allah untuk membawa wahyu
sebagai syariat atau petunjuk.
Bahwasanya mereka mashum dari melakukan dosa-dosa besar, mereka memiliki sifat amanah,
fathanah, shiddiq, dan tabligh.
Para Nabi telah menyampaikan seluruh amanat yang Allah berikan, tidak menyembunyikannya
walaupun hanya satu huruf. Substansi dawah para Nabi dan Rasul adalah tauhid dan
mengingatkan manusia dari bahaya syirik (mempersekutukan Allah).
Para Rasul adalah manusia biasa, mereka menjadi Nabi atas kehendak dan pilihan Allah bukan
keinginan dan usaha mereka.
Para Nabi dan Rasul tidak memiliki ilmu ghaib kecuali apa yang telah Allah ajarkan kepada mereka.
Para Nabi dan Rasul adalah golongan laki-laki bukan wanita, bukan dari bangsa jin serta bukan pula
dari golongan para malaikat.
Kewajiban seorang muslim terhadap Rasulullah SAW antara lain :
Beriman Kepadanya
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada
Kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barangsiapa yang kafir kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya,
dan hari kemudian maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.(Q.S. An Nisa : 136)
Taat dan Mengikutinya
Katakanlah : Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Taatilah
Allah dan Rasul-Nya jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
kafir. (Q.S. Ali Imran : 31-32)
Mecintainya
Katakanlah : Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan dari
berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.(Q.S. At Taubah : 24)
Rasulullah SAW bersabda :
Tidak beriman seseorang (dengan sempurna) diantara kalian kecuali aku lebih dicintai
dari dirinya sendiri, orang tua, dan seluruh manusia.
Yaitu keimanan yang mantap bahwa semua kebaikan dan keburukan merupakan ketentuan takdir
Allah. Allah akan berbuat menurut kehendak-Nya, apa yang dikehendaki-Nya akan terjadi dan apa
yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Tidak ada peristiwa yang terjadi di alam ini kecuali
menurut kehendak dan takdir-Nya semuanya telah tercatat di Lauhil Mahfudz. Golongan yang
selamat yaitu Ahlussunnah Wal Jamaah di dalam memahami takdir adalah bahwa mereka beriman
kepada Rububiyah Allah secara mutlak, mereka tidak menjadikan takdir sebagai hujjah untuk
meninggalkan perintah atau melangar larangan. Mereka meyakini bahwasanya kemampuan dan
kehendak seorang hamba yang dengannya ia bisa berbuat dan beramal, semuanya itu tidak
terlepas dari Allah. Itulah yang diberikan kepada manusia dan Allah menjadikannya mampu
membedakan apa yang diinginkan olehnya dan kesemuanya itu tetap berada dalam kehendak dan
ketentuan Allah.
CABANG - CABANG IMAN
Diriyawatkan dari Abu Hurairoh ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda :
Iman itu mempunyai lebih dari 70 (tujuh puluh ) cabang (menurut riwayat lain
mempunyai 77 cabang), cabang yang paling utama ialah kalimat Laa ilaaha
illallah, dan yang paling rendah ialah menyingkirkan duri dari jalan. Malu
juga merupakan salah satu cabang iman.
Imam Nawawi menjelaskan : Rasulullah SAW telah bersabda bahwa cabang
iman yang tertinggi ialah kalimat tauhid Laa ilaaha illallah. Ini menunjukkan
bahwa iman merupakan derajat yang paling tinggi. Dengan demikian, berarti
kita telah mengetahui bahwa sumber dari semua itu adalah tauhid. Tauhid
merupakan hal terpenting dalam semua aspek. Sedangkan, cabang iman
yang paling rendah ialah menyingkirkan sesuatu dari jalan yang dapat
merintangi manusia. Cabang iman lainnya adalah diantara kedua derajat ini.
Para pensyarah kitab hadits Bukhari juga telah menjelaskan secara singkat
kandungan yang terdapat di dalamnya, yang pada hakikatnya menjelaskan
bahwa iman yang sempurna itu adalah :
Pertama, tashdiqun bilqalbi, yaitu meyakini dalam hati atas beberapa
perkara.
Kedua, ikrarun billisan, yaitu lisannya menyebut serta mengamalkan apa
yang diyakini oleh hatinya.
Ketiga, amalun bilarqan, yaitu mengamalkan dengan anggota badannya.
Bagian pertama
Yang berhubungan dengan masalah keyakinan (aqidah),
meliputi tiga puluh perkara :
1. Beriman kepada Allah, termasuk kepada Zat-Nya, 13. Ikhlas, yaitu tidak riya dalam beramal dan menjauhi
atau sifat- sifat-Nya, dan meyakini bahwa Allah sifat munafiq.
adalah Maha Esa, tidak ada bandingannya dan 14. Bertaubat, yaitu menyesali perbuatan dosanya dan
perumpamaannya. berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
2. Selain Allah, semuanya adalah ciptaan-Nya. 15. Takut kepada Allah.
16. Senantiasa mengharap rahmat Allah.
3. Beriman kepada para malaikat. 17. Tidak putus asa terhadap rahmat Allah.
4. Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan oleh 18. Senantiasa bersyukur atas segala nikmat Allah.
Allah kepada para Rasul-Nya. 19. Menunaikan amanah.
5. Beriman kepada para Rasul Allah. 20. S a b a r.
6. Beriman kepada takdir yang baik dan buruk, 21. Tawadhu, termasuk menghormati yang lebih tua.
semuanya datang dari Allah. 22. Kasih sayang dan lemah lembut, termasuk
mencintai anak-anak kecil.
7. Beriman kepada hari kiamat, meliputi azab dan 23. Menerima dan ridho terhadap apa yang telah
pertanyaan di kubur, kehidupan setelah mati, ditakdirkan.
ditimbangnya seluruh amalan, shirat. 24. Tawakkal kepada Allah SWT.
8. Yakin terhadap adanya surga, Insya Allah semua 25. Meninggalkan takabur dan membanggakan diri,
orang mumin akan masuk ke dalamnya. termasuk ishlah diri dan menundukkan hawa nafsu.
9. Yakin terhadap adanya neraka jahannam, di 26. Tidak memendam dengki dan iri hati kepada orang
lain.
dalamnya terdapat azab yang sangat pedih. 27. Memiliki rasa malu.
10. Cinta kepada Allah. 28. Mengendalikan amarah.
11. Mencintai dan membenci semata-mata karena Allah. 29. Tidak menipu, tidak buruk sangka kepada siapa saja,
12. Mencintai dan memuliakan Rasulullah SAW, tidak merencanakan perbuatan buruk dan munkar.
bershalawat ke atas beliau, mentaati dan mengikuti 30. Menjauhi cinta dunia, termasuk cinta harta dan
pangkat.
sunnah-sunnahnya.
Bagian kedua
Yang berhubungan dengan lisan,meliputi tujuh perkara :
1. Kebersihan, termasuk kebersihan badan, pakaian, dan tempat tinggal. Untuk kesucian
badan (hadats kecil) cukup dengan berwudhu. Akan tetapi untuk nifas atau haid dan
junub (hadats besar) diperlukan mandi janabat.
2. Menjaga sholat, termasuk mendirikan sholat fardhu dan sunnat.
3. Mengeluarkan zakat maal dan fithrah, bersedekah, juga termasuk memberi makan
orang miskin, memuliakan tamu, dan membebaskan hamba sahaya.
4. Berpuasa, baik puasa wajib ataupun sunnat.
5. Menunaikan haji, baik yang fardhu maupun yang sunnah.
6. Beritikaf di bulan ramadhan termasuk mencari lailatul qadar.
7. Memperjuangkan agama dengan jiwa, raga dan harta.
8. Menunaikan nazar, yakni menunaikan janji ketika hajatnya dikabulkan.
9. Memelihara sumpah.
10. Menunaikan kifarah jika ada kewajiban yang dilalaikan.
11. Menutup aurat, baik di dalam sholat maupun di luar sholat.
12. Berkorban hewan, termasuk memperhatikan dan menjaga hewan korban yang akan
disembelih.
13. Merawat jenazah dan menyelesaikan segala urusan yang berkaitan dengannya.
14. Membayar hutang.
15. Memperbaiki muamalah, meninggalkan suap menyuap.
16. Menjadi saksi dalam kebenaran dengan jujur, dan tidak menutupi kebenaran
Kedua adalah berbuat baik kepada orang lain,
yang terdiri dari enam perkara :