Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN HIPERGLIKEMIA DENGAN AKTIVITAS SUPEROKSIDE DISMUTASE,

KADAR CUPRUM DAN ZINK PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2


ABSTRAK
Diabetes mellitus (DM) adalah kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia. Hemoglobin Glikosilasi (HbA1c) >7% mengindikasikan DM yang tidak terkendali.
Hiperglikemia menyebabkan produksi radikal bebas berlebihan yang memicu terjadinya stress
oksidatif. Superokside Dismutase (SOD) sebagai antioksidan endogen akan meningkat aktivitasnya
dengan merubah anion superokside (O2*) menjadi hidrogen peroksida (H2O2) dan oksigen (O2).
Cuprum (Cu) dan Zink (Zn) merupakan ko-faktor dari SOD yang harus tersedia dalam jumlah cukup
untuk memproteksi stress oksidatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan aktivitas
SOD, kadar Cu dan Zn pada penderita DM Tipe 2 dengan non DM dan mengetahui hubungan
hiperglikemia dengan aktivitas SOD, kadar Cu dan Zn pada penderita DM Tipe 2
Desain Penelitian adalah cross sectional study comparative, tempat penelitian Bagian
Penyakit Dalam RSUP Dr.M.Djamil Padang, Laboratorium Biomedik FK dan Kimia FMIPA Unand.
Jumlah sampel sebanyak 70 orang dibagi dalam kelompok kasus 35 orang dan kontrol 35 orang.
Pemeriksaan aktivitas SOD menggunakan metode ELISA dan kadar Cu dan Zn diukur dengan Atomic
Absorption Sptectrophotometer (AAS).
Hasil penelitian mendapatkan rerata aktivitas SOD dan kadar Cu pada penderita DM Tipe 2
lebih tinggi dibandingkan dengan non DM, tetapi secara statistik tidak bermakna, rerata kadar Zn
tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara penderita DM Tipe 2 dan non DM. Analisis korelasi
regresi untuk hubungan HbA1c dengan aktivitas SOD diperoleh korelasi yang lemah yaitu r= 0,026
(p=0,83). Analisis korelasi regresi untuk hubungan HbA1c dengan kadar Cu diperoleh korelasi yang
lemah yaitu r= 0.058 (p=0,635). Analisis korelasi regresi untuk hubungan HbA1c dengan kadar Zn
tidak terdapat korelasi dengan r<0.001 (p=0,998).
Kesimpulan penelitan adalah tidak terdapat perbedaan yang bermakna aktivitas SOD, kadar
Cu dan Zn pada penderita DM Tipe 2 dibanding non DM . Terdapat hubungan yang lemah antara
hiperglikemia dengan aktivitas SOD dan kadar Cu, tetapi tidak terdapat hubungan antara hiperglikemia
dengan kadar Zn.
Kata kunci : Diabetes Melitus Tipe 2, Hiperglikemia, Superokside Dismutase, Cuprum dan Zink.

RELATION OF HYPERGLYCEMIA WITH THE ACTIVITIES OF SUPEROXIDE DISMUTASE,


CUPRUM AND ZINK CONTENT ON TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENTS
ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a group of metabolic diseases with characteristic
hyperglycemia. Glycosylated hemoglobin (HbA1c) > 7% indicated uncontrolled DM. Hyperglycemia
causes excessive production of free radicals that trigger oxidative stress. Superoxide Dismutase (SOD)
as an endogenous antioxidant will increase its activity by changing superoxide anion (O2*) into
hydrogen peroxide (H2O2) and oxygen (O2). Cuprum (Cu) and zinc (Zn) is a co-factor of the SOD to
be available in sufficient quantities to protect the oxidative stress. The purpose of this research was to
determine differences in SOD activity, Cu and Zn levels in Type 2 DM patients with non-DM and to
determine the relationship of hyperglycemia with the activity of SOD, Cu and Zn levels in patients
with Type 2 DM
The research design was cross sectional comparative study, conducted in Internal Medicine
Department of Dr.M.Djamil Hospital in Padang, Biomedical Laboratory of Medical College, Chemical
Laboratory of College of Mathematics and Physical Sciences Andalas University. The total number
of samples are 70, divided into two groups, consist of 35 people cases and 35 people controlled.
ELISA method was used for examination of SOD activity and levels of Cu and Zn were
measured by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).
The research results are SOD mean activity and Cu levels in patients with Type 2 DM is higher
than the non-DM, but not statistically significant, mean levels of Zn there is no significant difference
between patients with Type 2 DM and non DM. Regression correlation analysis for relationship
between HbA1c with the activity of SOD denoted a weak correlation, r = 0.026 (p = 0.83).
Regression correlation analysis for the relationship of HbA1c and levels of Cu denoted a weak
correlation, r = 0058 (p = 0.635). There is no corelationship between HbA1c and levels of Zn based on
regression correlation analysis with r < 0,001 (p=0,998).
The research conclusion are there is no significant difference between SOD activity, level of
Cu and Zn levels in patients with Type 2 DM and non DM, there is a weak relationship between
hyperglycemia with SOD activity and Cu levels, but there is no relationship between hyperglycemia
and levels of Zn.
Key words: Diabetes Mellitus Type 2, Hyperglycemia, Superoxide Dismutase ,
Cuprum and Zink.
kerja insulin. Pada penderita dengan DM tipe
2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
PENDAHULUAN
Diabetes
mellitus
(DM)
merupakan
dengan reseptor.
Ini dapat DISMUTASE,
disebabkan oleh
RELATION OF HYPERGLYCEMIA WITH THE ACTIVITIES
OF SUPEROXIDE
suatu kelompok
penyakit
metabolik
dengan
berkurangnya
jumlah
tempat
reseptor yang
CUPRUM AND ZINK CONTENT ON TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENS
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
responsive insulin pada membran sel, yang
12
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
ABSTRACTmengakibatkan hiperglikemia . Persentase
57
kedua-duanya . DM merupakan salah satu
Hemoglobin Glikosilasi (HbA1c) merupakan
dari lima
penyebab
utama
kematian
di
dunia.
dari diseases
keterkendalian
darah
Diabetes mellitus (DM) is a group ofcerminan
metabolic
with glukosa
characteristic
Prevalensi DMGlycosylated
tipe 2 mencakup
lebih(HbA1c)
dari
periode
waktu yang
lama.
Peningkatan
hyperglycemia.
hemoglobin
> 7%untuk
indicated
uncontrolled
DM.
Hyperglycemia
90% dari
semua production
kasus diabetes.
Pada
penderita
HbA1c >stress.Superoxide
7% mengindikasikan
DM
yang
causes
excessive
of free
radicals
that trigger oxidative
Dismutase
(SOD)
11
DM
tipe
2,
penyakitnya
mempunyai
pola
tidak
terkendali
.
as an endogenous antioxidant will increase its activity by changing superoxide anion (O2*) into
familial yang
kuat.(H
DM
tipe 2 ditandai dengan
Hiperglikemia
ini
dapat
hydrogen
peroxide
2O2) and oxygen (O2). Cuprum (Cu) and zinc (Zn) is a co-factor of the SOD to
kelainan
dalam
sekresi
insulin
maupun
dalam
menyebabkan
produksi
Reactive
Oxygen
be available in sufficient quantities to protect the oxidative stress. The purpose of this research was to
determine differences in SOD activity, Cu and Zn levels in Type 2 DM patients with non-DM and to
determine the relationship of hyperglycemia with the activity of SOD, Cu and Zn levels in patients
with Type 2 DM
The study design was cross sectional study comparative, conducted in Dr.M.Djamil
Department of Internal Medicine department of Padang, Faculty of Medicine Biomedical, Chemistry
Natural Science Laboratories Unand. The number of samples as 70 people were divided into groups
of cases and controls 35 people. Examination of SOD activity using the ELISA method and

Species (ROS) atau radikal bebas yang


berlebihan dan akan memicu terjadinya stress
oksidatif, yaitu suatu keadaan dimana jumlah
radikal bebas yang diproduksi melebihi
kapasitas tubuh untuk menangkalnya56.
Dengan adanya paparan stress oksidatif, enzim
Superoksode Dismutase (SOD) sebagai
antioksidan
endogen
akan
meningkat
aktivitasnya untuk meredam stress oksidatif
tersebut, yaitu dengan merubah anion
superokside (O2*) menjadi hidrogen peroksida
(H2O2) dan
oksigen (O2), sehingga dapat
melindungi sel-sel pankreas. Peningkatan
aktivitas SOD dilaporkan dapat memperlemah
tekanan vaskuler pada diabetes, sehingga
menyebabkan kadar gula darah semakin tidak
terkendali. Cuprum dan Zink merupakan kofaktor dari SOD. Agar aktivitas SOD dapat
berjalan, Cuprum dan Zink harus tersedia
dalam jumlah yang cukup. Hal ini akan
mengakibatkan tubuh mengkompensasi untuk
memproduksi Cuprum dan Zink, misalnya dari
pankreas untuk memproteksi stress oksidatif38.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan aktivitas Superokside
Dismutase, kadar Cuprum dan Zink pada
penderita DM Tipe 2 dengan non DM dan
mengetahui hubungan hiperglikemia dengan
aktivitas Superokside Dismutase, kadar
Cuprum dan Zink pada penderita DM Tipe 2.
METODE
Penelitian ini merupakan cross
sectional study comperative, tempat penelitian
adalah Bagian Penyakit dalam RSUP
Dr.M.Djamil Padang, Laboratorium Biomedik
Fakultas Kedokteran Unand dan Laboratorium
Kimia FMIPA Unand. Jumlah sampel
sebanyak 70 orang dibagi dalam kelompok
kasus 35 orang dan kontrol 35 orang.
Pemeriksaan aktivitas Superokside Dismutase
menggunakan metode ELISA dan kadar
Cuprum dan Zin diukur dengan Atomic
Absorption Sptectrophotometer (AAS).

HASIL

Aktifitas SOD
(unit/mg)
Kadar
Cu
(g/ml)
Kadar
Zn
(g/ml)

MeanSD
DM
Non DM
35,2010,4 33,29,04
3
32,37 5,17 31,444,2
3
1,510,31
1,510,29

p
0,392
0,414
0,969

Hasil penelitian mendapatkan rerata


aktivitas Superokside Dismutase pada
kelompok penderita DM Tipe 2 lebih tinggi
dibandingkan dengan non DM tetapi secara
statistik tidak bermakna, rerata kadar Cuprum
pada kelompok penderita DM Tipe 2 lebih
tinggi dari pada non DM, tetapi secara statistik
tidak bermakna, rerata kadar Zn dalam darah
pada penderita DM tipe 2 dan non DM tidak
terdapat perbedaan yang bermakna. Analisis
korelasi regresi untuk hubungan
HbA1c
dengan aktivitas SOD diperoleh korelasi yang
lemah yaitu r= 0,026 (p=0,83). Analisis
korelasi regresi untuk hubungan HbA1c
dengan kadar Cuprum diperoleh korelasi yang
lemah yaitu r= 0.058 (p=0,635). Analisis
korelasi regresi untuk hubungan HbA1c
dengan kadar Zink tidak terdapat korelasi
dengan r<0.001 (p=0,998)
DISKUSI
Hasil penelitian terhadap aktivitas
SOD pada penderita DM
didapatkan
35,2010,43 unit/mg, sedangkan kelompok
non DM 33,29,04 unit/mg. Walaupun
perbedaannya tidak bermakna berdasarkan uji
statistik, tetapi rerata aktivitas SOD pada
penderita DM lebih tinggi dibanding non DM.
Mekanisme ini disebabkan oleh karena pada
penderita DM yang tidak terkontrol terjadi
hiperglikemia. Hiperglikemia ini dapat
menyebabkan produksi radikal bebas yang
berlebihan dan akan memicu terjadinya stress
oksidatif, yaitu suatu keadaan dimana jumlah
radikal bebas yang diproduksi melebihi
kapasitas tubuh untuk menangkalnya50.
Dengan adanya paparan stress oksidatif, enzim
SOD sebagai antioksidan endogen akan
meningkat aktivitasnya untuk meredam stress
oksidatif tersebut. Apabila stress oksidatif
telah dapat diatasi, maka aktivitas SOD
kembali normal Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh


S.A Moussa tahun 2005 di Kairo, terhadap 75
penderita DM dan 20 kontrol, pada penderita
DM aktivitas SOD meningkat secara
bermakna dibanding non DM.
Hasil analisa perbedaan kadar Cu
pada penderita DM tipe 2 dan non DM ,
menunjukkan pada kedua kelompok tidak
terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05)
dengan derajat kepercayaan 95%. Bila dilihat
dari rerata kadar Cu pada penderita DM tipe 2
lebih tinggi dibanding kadar Cu pada non DM.
Hal ini disebabkan karena dengan tingginya
stress oksidatif pada hiperglikemia, memicu
peningkatan
aktivitas
SOD
sebagai
antioksidan
endogen,
sedangkan
Cu
merupakan ko-faktor dari SOD. Agar aktivitas
SOD dapat berjalan, Cu harus tersedia dalam
jumlah yang cukup. Hal ini akan
mengakibatkan tubuh mengkompensasi untuk
memproduksi Cu, misalnya dari pankreas
untuk memproteksi stress oksidatif.
Hasil analisa perbedaan kadar Zn
dalam darah pada penderita DM tipe 2 dan
non DM dengan uji statistik , menunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang bermakna
dengan derajat kepercayaan 95% pada kedua
kelompok dengan nilai p>0,05. Hal ini tidak
sesuai dengan yang dikemukakan Chausmer
1998 yang menyatakan bahwa Zn serum 40%
lebih rendah pada penderita DM tipe 2
dibanding non DM. Hal ini disebabkan karena
ekskresi zink yang meningkat lewat urin
(hiperzinkuria) dan penurunan absorpsi pada
gastrointestinal atau karena keduanya.
Didapatkan kadar Zn dalam darah penderita
DM tipe 2 lebih rendah secara signifikan
dibandingkan pada non DM, yaitu 0,68 0,31
g/ml.
Hubungan HbA1c dengan Aktivitas
SOD pada penderita DM Tipe 2 menunjukkan
bahwa dengan meningkatnya HbA1c diikuti
oleh kecenderungan peningkatan aktivitas
SOD dalam darah. Tetapi secara statistik tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara
peningkatan persentase HbA1c dengan
aktivitas SOD. Hal ini mungkin disebabkan
karena subjek penelitian yang menderita DM
tipe 2 tidak mengalami komplikasi sehingga
efek kerja antioksidan dalam mengkatalisis
radikal bebas masih cukup, tetapi aktivitas

SOD sudah nampak kecenderungan meningkat


secara perlahan terhadap kenaikan HbA1c
meskipun tidak bermakna. Penelitian serupa
juga pernah dilakukan oleh T. Adachi dan M.
Inoue terhadap 122 penderita DM tipe 2 yang
terdiri dari 82 orang laki laki dan 40 orang
wanita pada tahun 2000 di Jepang. Terdapat
korelasi yang lemah antara peningkatan
aktivitas SOD dengan persentase HbA1c
dengan nilai r = 0.099. Dan ditemukan bahwa
peningkatan aktivitas SOD lebih bermakna
pada penderita wanita dibandingkan dengan
penderita laki laki dengan nilai p = 0,001.
Hubungan HbA1c dengan Kadar Cu
pada penderita DM Tipe 2 terdapat korelasi
yang lemah dengan nilai r = 0,058 dan secara
statistik
tidak terdapat hubungan yang
bermakna dengan nilai p > 0,05, dengan
derajat kepercayaan 95%. Pada penelitian ini
terjadi kecenderungan peningkatan kadar Cu
seiring dengan peningkatan persentase HbA1c,
tetapi tidak bermakna. Hal ini disebabkan oleh
dengan makin
meningkatnya HbA1c
menunjukkan semakin ketidak terkendalian
gula darah, yang akan memicu peningkatan
stress
oksidatif.
Proses
ini
memicu
peningkatan aktivitas antioksidan endogen
SOD, sedangkan Cu berfungsi sebagai kofaktor dari SOD tersebut. Seiring dengan
peningkatan aktivitas SOD akan terjadi
peningkatan kadar Cu untuk mengkatalisi
reaksi tersebut. Meskipun korelasinya lemah,
tetapi terjadi peningkatan kadar Cu seiring
dengan peningkatan persentase HbA1c.
Hubungan HbA1c dengan Kadar Zn
pada penderita DM Tipe 2 tidak didapatkan
korelasi dengan nilai r < 0,001 dan secara
statistik tidak terdapat hubungan yang
bermakna p > 0,05 . Ini menunjukkan bahwa
dengan meningkatnya kadar HbA1c tidak
diikuti oleh peningkatan atau penurunan kadar
Zn dalam darah. Jadi dapat dikatakan bahwa
secara statistik tidak terdapat hubungan antara
persentase HbA1c dengan kadar Zn dalam
darah pada penderita DM tipe 2. Hasil
penelitian yang penulis lakukan sesuai dengan
penelitian yang telah dilaporkan oleh
Mooradian.MD dan John E Morley
menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara
kadar Zn pada serum dan urin penderita DM
Tipe 2 dengan tingkat keparahan intoleransi

insulin yang diidentifikasi dengan persentase


HbA1c. Dalam studi percontohan yang juga
dilakukan Mooradian.MD dan John E Morley
menemukan bahwa tidak ada efek yang
bermakna dari suplementasi Zn secara
farmakologis terhadap persentase HbA1c pada
penderita DM Tipe 2. Walaupun ada beberapa
pendapat mengemukakan bahwa defisiensi Zn
berperan penting dalam intoleransi glukosa,
namun data yang tersedia saat ini
menyimpulkan defisiensi Zn memegang
peranan penting dalam patogenesis DM Tipe 2
adalah tidak terbukti.
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan tidak
terdapat perbedaan yang bermakna aktivitas
Superokside Dismurase, kadar Cuprum dan
Zink pada penderita DM Tipe 2 dibanding non
DM. Terdapat hubungan yang lemah antara
hiperglikemia dengan aktivitas Superokside
Dismutase dan kadar Cuprum, tetapi tidak
terdapat hubungan antara hiperglikemia
dengan Zink.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abate C, Patel L, Raucher FJ III, 1990
Redox regulation of fos and jun DNAbinding activity in vitro. Science.
249;1990:1157-61.
2. Allen RG, Tressini M,2000. Oxidative
stress and gene regulation. Free Radical
Biol Med. 28;2000:463-99.
3. Almatsier S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: Percetakan PT Gramedia
Pustaka Utama
4. American Diabetes Association. ADA
Position Statement : Standard of Medical
Care in Diabetes. Diabetes Care 2004 ;
29 (suppl 1) : S4-S42
5. Anderson MM, Requena JR, Crowley JR,
Thorpe SR, Heinecke JW, 1999. The
myeloperoxidase of human phagocytes
generates N- (carboxymethyl)lysine on
proteins: a mechanism for producing
advanced glycation end products at sites
of inflammation. J Clin Invest
1999;104(1):103-13.
6. Baynes JW, Thorpe SR, 1999. Role of
oxidative
stress
in
diabetic
complications: A new perspective on an
old paradigm. Diabetes 1999;48:1-9.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

Carr AC, Frei B, 1999. Toward a new


recommended dietary allowance for
vitamin C based on antioxidant and
health effects in humans. Am J Clin Nutr
1999;69:1086-107.
Chausmer AB, 1998. Zinc, Insulin and
Diabetes. Journal of American Colledge
of Nutrition: 17;2; 109-115.
Cousins RJ, Hempe JM. 1996. Zink
dalam : Brown ML (ed). Present
knowledge in Nutrient 6th ed. ILSI press.
251-67. Washington, D.C.
Darmono, 2007. Pola Hidup Sehat
Penderita Diabetes Mellitus. Dalam :
Naskah lengkap diabetes mellitus ditinjau
dari berbagai aspek penyakit dalam.
Editor : darmono, Suhartono T, Pemayun
TGD, Padmomartono FS. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
15-29.
Depkes RI,2005. Pedoman Pemeriksaan
Laboratorium Untuk Penyakit Diabetes
Melitus, Jakarta.
DepKes RI, 2008. Jumlah Penderita
Diabetes Indonesia Ranking ke-4 di
Dunia, Jakarta.
Dijkhuizen MA, Wieringa FT, 2001.
Vitamin A, iron and zinc deficiency in
Indonesia Micronutrient interaction and
effects of supplementation. Thesis.
Wageningen University.
Dominguez, C, E. Ruiz, M. Gussinye, A.
Carrascosa,1998. Oxidative stress at
onset and in
early stages of type 1
diabetes in children and adolescent,
Diabetes Care, 1998, 21, 1736 42.
Droge W.2002. Free radicals in the
physiological control of cell function.
Physiol Rev. 82;2002:47-95.
Dutra RL, Cantos GA, Carasek E, 2006.
Analysis of Zinc in Biological Samples
by
Flame
Atomic
Absorption
Spectrometry. Biological Trace Element
Research. Clifton : Summer vol 111.Iss.
1-3; p.265.
Fumiaki Kimura, Goji Hasegawa,
Hiroshi Obayashi, Tetsuo Adachi,
Hirokazu Hara, Mitsuhiro Ohta, Michiaki
Fukui, Yoshihiro Kitagawa, Hyohun
Park, Naoto Nakamura, Koji Nakano,
and Toshikazu Yoshikawa 2003.
Diabetes Care; 26: 1246 - 1250.

18. Grider A, 2006. Zinc, copper, and


manganese dalam Stipanuk MH.
Biochemical, physiological, & molecular
aspects of human nutrition 2nd ed.
Missouri. Elsevier.2006: p1043-6
19. Gustaviani R. 2006. Diagnosis dan
Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam :
Sudoyo, AW, et al., Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi IV. Jilid III.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
20. Haffner SM, 1999. The importance of
hyperglycemia in the non fasting state to
the development cardiovasculer state.
Endocrine Review 1999;19(5):583-92.
21. Halliwell, B., J.M.C. Gutteridge ,1997.
Free radicals and toxicology, in: Free
Radicals in Biology and Medicine,
Clarendon Press, Oxford, 1997, pp. 127.
22. Inoue M, 2001. Protective mechanisms
against reactive oxygen species. In: Arias
IM The liver biology and pathobiology
Lippincott Williams and Wilkins 4th-ed.
Philadelphia. 2001:281-90.
23. Kowluru RA, Tang J, Kern TS, 2001.
Abnormalities of retinal metabolism in
diabetes
and
experiment
galactosemia.Diabetes 2001:1938-42.
24. Lawrence J C, 1994. Insulin and Oral
Hypoglycemic Agents, In Brody. T, M.
Larner, J. Minneman, K, P, and
Neu,H,C.(Ed),Human Pharmacology. 2nd
Ed., 523-539, Mosby, London.
25. Li X, Lu C, Feng W. 2007. Diabetes and
Metallothionein.
Mini-review
in
Medicinal Chemistry. 2007. 7.761-768.
26. Mahan LK, Stump SE. 2004. Food,
Nutrition, & Diet Therapy. II Edition.
Philadelphia. Saunders.
27. Manaf A, 2007. Chronic Acute
Postprandial Hyperglycemia with Stress
Oxidative : The Background of Tissue
Damage in Type 2 Diabetes Mellitus,
Pertemuan Ilmiah Berkala VIII Ilmu
Penyakit Dalam, Pangeran Beach Hotel,
Padang 8-9 September.
28. Marks, et al., 2000 Radikal Bebas dalam
Biokimia Kedokteran Dasar, Sebuah
Pendekatan Klinis, EGC : Jakarta hal 323
29. Mills, 1998. Zinc in HumanBiology.
Spinger-Verlag; 337-49. London.

30. Miyata T, Hori O, Zhang J, 1996. The


receptor for advanced glycation end
products (RAGE) is a central mediator of
the interaction of AGE-b2 microglobulin
with human mononuclear phagocytes via
an oxidant-sensitive pathway. J Clin
Invest 1996;98(5):1088-94.
31. Mooradian Ad and JE Morley, 1987.
Micronutrient Statusin Diabetes Mellitus;
Original Research Communications ;Am
J Clin Nutr,; 45: 877 - 895.
32. Murray R K et al., 2009, Harpers
Biochemistry. Ed 27 , diterjemahkan :
Brahm U dalam biokimia Harper. EGC,
Jakarta 103,135,640
33. Nishimura CY, 1998. Aldose reductase
in glucose toxicity: A potential targets for
there
vention
of
diabetic
complications.Pharmacological Reviews
1998;50(1):21-33.
34. Niwa T, Katsuzaki T, Miyazaki S,
1997.Immunohistochemical detection of
imidazolone, a novel advanced glycation
end product, in kidney and aortas of
diabetic patients. J Clin Invest
1997;99(6):1272-80.
35. Notoatmodjo S, 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
36. Nuttal SL, Dunne F, Kendal MJ, Martin
U, 1999. Age-independent oxidative
stress in elderly patiens with non-insulin
dependent diabetes mellitus. Q J Med
1999;92:33-8.
37. Oldfield MD, Bach LA, Forbes JM,
2001. Advanced glycation end products
cause
epithelial
myofibrobalst
transdifferentiation via the receptor for
advanced glycation end products
(RAGE).J Clin Invest 2001;108:1853-63.
38. Pande, Sienni Gayatri, 2010. Pengaruh
Pemberian Teh Hitam Terhadap Kadar
SOD dan MDA Pada Rattus Norvegicus
Galur Wistar Yang Diberi Diet
Aterogenik. Malang; FKUB. 2010.
39. PERKENI, 2006. Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
di Indonesia. PB Perkeni. Jakarta.
40. Piliang WG, Al Haj SD. 2006. Fisiologi
Nutrisi Volume II. Bogor: IPB Press.

41. Rahbani-Nobar ME, Rahimi-Pour A,


Rahbani-Nobar
M,
Adi-Beig
F,
Mirhashemi SM, 1999. Total antioxidant
capacity, superoxide dismutase and
glutathione peroxidase in diabetic
patients. Medical Journal of Islamic
Academy of Sciences 1999;12(4):109-14.
42. Reynolds ES, 1984. Free radicals and
disease in man. Physiol Chem Phys Med.
Proctor PH 16;1984:175-95.
43. Rosalina I, 2007. Efikasi pemberian zinc
pada diare dalam Naskah lengkap
Konggres nasional III Badan Koordinasi
Gastroenterologi
Anak
Indonesia
Penanganan optimal masalah saluran
cerna dan hati pada anak. Surabaya:
BKGAI; 2007.p. 159-67.
44. Rowland N E bellush L L, 1989.
Diabetes Mellitus: Stress Neurochemistry
and
Behavior,
Neuroscience
and
Biobehavioral Reviews, 13 (4) : 199-206.
45. S.A. Moussa, 2006. Oxidative Stress in
Diabetes Mellitus ; Biophysics Group,
Department of Biochemistry, National
Research Centre, Dokki, Cairo, Egypt
46. Schteigart D E, 1994. Metabolisme
Glukosa dan Diabetes Mellitus. Dalam:
Price SA, Wilson LM. Patofisiologi,
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Volume 1. Alih Bahasa: Pendit
BU, Hartonto H, Wulansari P, Mahanani
DA. Jakarta: EGC, 2005: 247-267.
47. Shoda H, Miyata S, Liu BF, 1997.
Inhibitory effect of tenilsetam on the
Maillard
reaction.
Endocrinology
1997;138(5):1886-92.
48. Soesilowati S,2003. Diabetic neuropathy:
pathogenesis and treatment. Acta Medica
Indonesiana 2003;35(1):27-34.
49. Soegondo, S, 2005. Diagnosis dan
Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini,
dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu, 17-26, Fakultas Kedokteran
Uneversitas Indonesia, Jakarta.
50. Syahbuddin, 2000. Peran Radikal Bebas
dan Antioksidan pada Proses Penuaan
pada DM. Naskah Lengkap Simpsium
Pengaruh Radika Bebas Terhadap
Penuaan daam Rangka ustrum IX
Fakutas Kedkteran Universitas Andalas
Padang 7 September 1055-2000

51. T Adachi, M Inoue, H Hara, E Maehata,


andSuzuki
2004.
Relationshipof
plasmaextracellularsuperoxide dismutase
level with insulin resistance in type 2
diabetic patients. Endocrinol., ; 181: 413
- 417.
52. Tjokroprawiro, A, 2001. Diabetes
Melitus, Klasifikasi, Diagnosis dan
Terapi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
53. Unger R H and Foster D W, 1992.
Diabetes Mellitus. In Wilson, J.D. and
Foster, D. W, Endocrinology, 1255-1317,
W, B Sunders Company, A Division of
Harcourt Brace and Company, London.
54. Warner DS, Sheng H, Haberle IB, 2004.
Oxidants, antioxidants and the ischemic
Brain. The Jurnal of Experimental
Biology. 207 : 3221-3231
55. Widijanti A,Ratulangi BT, 2003.
Pemeriksaan laboratorium penderita
diabetes melitus. Medika ;3:166-9.
56. Wiryana Made, 2008, Peranan Terapi
Insulin Intensif Terhadap SOD, TNF-
dan IL-6 Pada Penderita Kritis Dengan
Hiperglikemia, Denpasar; Pasca S3
Universitas Udayana, 2008 .
57. World
Health Organization. 1999.
Definition of Metabolic Syndrome in
Definition, Diagnosis and Classification
of Diabetes Mellitus. Geneva, World
Helth Organization, Departement of
Noncommunicable Disease Suveillance.
58. Zainal
musthafa,
2000.
Peran
Antioksidan
dalam
Penghambatan
Aterosklerosis pada Tikus Wistar
Diabetes
Melitus.
Cermin Dunia
Kedokteran . No.127. 32-33.

Anda mungkin juga menyukai