Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Laba
2.1.1

Pengertian Laba
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian
pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk
merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Menurut

Harahap (2001:267) yang dimaksud dengan laba adalah perbedaan


antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan
pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan
untuk mendapatkan penghasilan itu.
sedangkan Pengertian Laba Menurut Suwardjono (2008 :
464) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan
menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan
kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat
kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa)
2.1.2 Jenis Jenis Laba
Laba adalah salah satu hal yang paling penting dalam
sebuah perusahaan, Laba terdiri atas beberapa jenis, yaitu :
1. Laba kotor, Laba kotor adalah selisih dari hasil penjualan
dengan harga pokok penjualan
2. Laba Operasional, Laba Operasional merupakan hasil dari
aktivitas-aktivitas yang termasuk rencana perusahaan kecuali

ada perubahan-perubahan besar dalam perekonomiannya,


dapat diharapkan akan dicapai setiap tahun. Oleh karenanya,
angka ini menyatakan kemampuan perusahaan untuk hidup
dan mencapai laba yang pantas sebagai jasa pada pemilik
modal.
3. Laba sebelum dikurangi pajak atau EBIT (Earning Before
Tax), Laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba operasi
ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa. Bagi pihakpihak tertentu terutama dalam hal pajak, angka ini adalah yang
terpenting karena jumlah ini menyatakan laba yang pada
akhirnya dicapai perusahaan.
4. Laba Setelah Pajak Atau Laba Bersih, Laba Bersih adalah laba
setelah dikurangi berbagai pajak. Laba dipindahkan kedalam
perkiraan laba ditahan. Dari perkiraan laba ditahan ini akan
diambil sejumlah tertentu untuk dibagikan sebagai Deviden
kepada para pemegang saham.
2.1.3

Pengertian Pertumbuhan Laba


Pertumbuhan

laba

dapat

digunakan

untuk

menilai

bagaimana kinerja suatu perusahaan. Menurut Stice, et al (2004 :


225-226) Riset mendukung pernyataan FASB bahwa indikator
terbaik atas kinerja adalah laba. Jadi memahami laba, apa yang
diukur oleh laba dan komponen-komponennya adalah penting
untuk

dapat

memahami

dan

menginterpretasikan

keadaan

keuangan suatu perusahaan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia


(2007) penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai
ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti
imbalan investasi (return on investmen) atau penghasilan per
saham (earnig per share).
Pertumbuhan laba merupakan kenaikan laba atau penurunan
laba per tahun. Indikator perubahan laba yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laba sebelum pajak, tidak termasuk item extra
ordinary dan discontinued operation. Penggunaan laba sebelum
pajak sebagai indikator perubahan laba dimaksudkan untuk
menghindari pengaruh penggunaan tarif pajak yang berbeda antar
periode yang dianalisis. Alasan mengeluarkan item extra ordinary
dan discontinued operation dari laba sebelum pajak adalah untuk
menghilangkan elemen yang mungkin meningkatkan perubahan
laba yang mungkin tidak akan timbul dalam periode yang lainnya.
Maka dalam memprediksi pertumbuhan laba dalam penelitian
ini menggunakan rumus pertumbuhan laba bersih.

Pertumbuhan Laba =

Laba Bersih 1

1

2.2

Rasio Keuangan
2.2.1

Pengertian Rasio Keuangan


Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan
perusahaan dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang sudah
dilakukan dituangkan dalam angka-angka, baik dalam bentuk mata
uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Angka-angka yang
ada dalam laporan keuangan menjadi kurang berarti jika hanya
dilihat satu sisi saja. Artinya jika hanya dengan melihat apa
adanya. Angka-angka ini akan menjadi lebih baik apabila dapat
kita bandingkan antara satu komponen dengan komponen lainnya.
Caranya adalah dengan membandingkan angka-angka yang ada
dalam laporan keuangan. Setelah melakukan perbandingan, dapat
disimpulkan posisi keuangan suatu perusahaan untuk periode
tertentu. Perbandingan ini kita kenal dengan nama analisis rasio
keuangan.
Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling
sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai
perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan sehingga kondisi
keuangan

dan

hasil

operasi

suatu

perusahaan

dapat

diinterpretasikan. Menurut Simamora (2000 : 822), rasio


merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi
dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan

dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya atau perusahaaanperusahaan lain.


2.2.2

Manfaat Rasio Keuangan


Analisis rasio keuangan bermanfaat baik bagi pihak internal
perusahaan maupun pihak eksternal. Bagi pihak internal, analisis
rasio keuangan bermanfaat sebagai proses perencanaan dan
pengevaluasian prestasi dan kinerja perusahaan. Sedangkan bagi
pihak eksternal, rasio keuangan bermanfaat untuk memperkirakan
potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan
kelangsungan

pembayaran

bunga dan

pengembalian

pokok

pinjaman. Selain itu analisis rasio juga bermanfaat bagi investor


dalam mengevaluasi nilai saham dan untuk memperkirakan
pertumbuhan (prospek) perusahaan di masa yang akan datang.
2.2.3

Klasifikasi Rasio Keuangan


1) Rasio Likuiditas
Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial
jangka pendek yang berupa hutang hutang jangka pendek.
Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau
mengukur

kemampuan

perusahaan

dalam

memenuhi

kewajiban yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar


perusahaan maupun di dalam perusahaan.

Salah satu rasio likuiditas yang menjadi fokus penelitian


ini

adalah

rasio

lancar

(current

ratio/CR),

dengan

membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar


dengan

komponen

di

passiva

lancar.

Rumus

untuk

menghitungnya adalah:
Current Ratio =

2) Rasio Leverage
Rasio ini disebut juga Ratio Solvabilitas yaitu mengukur
perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan
dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini
dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva
perusahaan dibiayai oleh hutang. Artinya besarnya jumlah
utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan
usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal
sendiri. Adapun Rasio leverage yang menjadi fokus penelitian
ini adalah Debt to Assets Ratio, rumus untuk menghitungnya
adalah :

3) Ratio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur efektivitas
perusahaan dalam menggunakan atau memanfaatkan sumber
daya yang dimilikinya. Misalnya, kita mengukur efektivitas

sebuah perusahaan dalam memanfaatkan asetnya. Singkatnya,


dengan rasio ini kita bisa mengukur tingkat efisiensi
perusahaan dalam memanfaatkan aset untuk menghasilkan
pendapatan.
Rasio aktivitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini
adalah Rasio perputaran total aktiva (total assets turnover).
Rasio ini menunjukkan perputaran

total aktiva diukur dari

volume penjualan, dengan kata lain seberapa jauh kemampuan


semua aktiva menciptakan penjualan. Rumus yang digunakan
adalah:

Total Assets Turnover =

4) Rasio Profitabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan

dalam

memperoleh

laba

atau

keuntungan,

profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan


antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba
tersebut. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang
dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi.
Rasio profitabilitas yang menjadi fokus dalam penelitian
ini adalah Return On Assets (ROA). Rasio ini menunjukkan

berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari


nilai aktiva. Rumus untuk menghitungnya adalah :
Return On Assets =
2.3

Analisis Rasio Keuangan


2.3.1

Pengertian Analisis Rasio Keuangan


Analisis rasio keuangan merupakan salah satu teknik dalam
menganalisa laporan keuangan yang banyak digunakan untuk
menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisis rasio
keuangan dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan
yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan.
Rasio keuangan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada
penganalisa mengenai baik atau buruknya keadaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut
dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan
sebagai standar.

2.3.2

Kegunaan Analisis Rasio Keuangan


Analisis rasio tidak hanya berguna untuk pihak intern
perusahaan, tetapi juga untuk pihak luar. Analisis rasio keuangan
dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang
keadaan perusahaan. Selain itu, dengan membandingkan rasio
keuangan terhadap perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap
rata-rata industri dapat membantu mengidentifikasi adanya
penyimpangan.

Menurut Alwi (1998) ada 3 kelompok utama pengguna


laporan keunangan, yaitu
1. Bagi pihak intern (perusahaan), analisis rasio keuangan akan
memberikan sebuah informasi bermanfaat mengenai
kelemahan dan kekuatan perusahaan di bidang finansial,
sehingga perusahaan dapat menggunakannya untuk mengatasi
kelemahan dan memaksimalkan kekuatan.
2. Bagi calon investor, analisis rasio keuangan akan membantu
dalam melakukan pengambilan keputusan investasi secara tepat
(layak atau tidak untuk membeli saham perusahaan)
3. Bagi calon kreditur, analisis rasio keuangan akan membantu
dalam melakukan pengambilan keputusan kredit secara tepat
(layak atau tidak untuk memberikan kredit kepada perusahaan.
2.3.3

Keterbatasan Rasio Keuangan


Walaupun rasio keuangan yang digunakan memiliki fungsi
dan kegunaan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam
mengambil keputusan, bukan berarti rasio keuangan yang dibuat
sudah menjamin penuh kondisi dan posisi keuangan yang
sesungguhnya. Artinya kondisi sesungguhnya belum tentu terjadi
seperti hasil perhitungan yang dibuat.
Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga
memiliki keterbatasan atau kelemahan. Menurut Syahyunan (2004
: 82-83) ada beberapa keterbatasan atau kelemahan analisis rasio
keuangan.
Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari
perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak
di beberapa bidang usaha.
Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan
yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau
metode penilaian persediaan.

Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut


dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa
merupakan hasil manipulasi.
Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya
merupakan hasil manipulasi.
2.4

Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain oleh Indah
Widya Ningsih (2010), menguji pengaruh rasio lancar (current ratio),
debt to asset ratio, debt to equity ratio, perputaran total aktiva (total assets
turnover), tingkat pengembalian dari aktiva (return on assets / ROA),
gross profit margin (GPM), tingkat pengembalian dari modal (return on
eqiity / ROE), dan perputaran persediaan (inventory turnover) terhadap
pertumbuhan laba perusahaan manufaktur industri makanan dan minuman
periode 2006-2009. Hasil penelitian menunjukkan current ratio , debt to
equity ratio, debt to asset ratio, total asset turn over, return on asset ,
return on equity , gross profit margin dan inventory turnover berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba secara simultan dan secara parsial
hanya current ratio, total asset turn over dan inventory turnover yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Evy Melinda S (2010) meneliti pengaruh rasio keuangan terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Rasio yang digunakan adalah Debt
Ratio, Net Profit Margin, Inventory Turnover, dan Return On Equity.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008 yang berjumlah

35 perusahaan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan


metode purposive sampling dan diperoleh 33 perusahaan sebagai sampel,
Hasil Penelitian menunjukkan Debt Ratio, Net Profit Margin, Inventory
Turnover, dan Return On Equity berpengaruh secara simultan terhadap
pertumbuhan laba dan secara parsial hanya Debt Ratio yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba.
Meythi (2005) meneliti Rasio Keuangan yang Paling Baik untuk
Memprediksi Pertumbuhan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEJ. Rasio yang digunakan adalah Total Asset Turnover, Net Profit
Margin, Gross Profit Margin, dan Return on Asset. Sampel yang
digunakan adalah perusahaan sektor basic and chemical periode 20002003. Hasil factor analysis menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif
signifikan terhadap pertumbuhan laba. Rasio TAT, NPM dan GPM tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Perbedaan

penelitian

ini

yaitu

mencoba

untuk

meneliti

ketidakkonsistenan dari variabel independent (berupa rasio keuangan)


terhadap variabel dependen (berupa pertumbuhan laba) dari hasil
penelitian terdahulu. Variabel independent tersebut adalah: Current Ratio,
Debt To Asset Ratio, Total Asset Turnover, dan Return On Asset. Selain itu
perbedaan penelitian ini adalah tahun pengamatan dari tahun 2008 sampai
dengan 20011.

Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti
Judul
(Tahun)
Penelitian
Pengaruh Rasio
Widya
Ningsih Keuangan
(2010)
dalam
Memprediksi
Pertumbuhan
Laba
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Industri
Makanan dan
Minuman yang
Terdaftar
di
BEI

Variabel yang
Digunakan
Current Ratio,
Debt to Asset
Ratio, Debt to
Equity Ratio,
Total
Assets
Turnover,
Return
on
Assets, Gross
Profit Margin,
Return
on
Equity,
dan
Inventory
Turnover

Evy
Melinda
(2010)

Debt
Ratio,
Net
Profit
Margin,
Inventory
Turnover, dan
Return
On
Equity

Meythi
(2005)

No
1

Pengaruh Rasio
Keuangan
Terhadap
Pertumbuhan
Laba
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Sektor Barang
Konsumsi Yang
Terdaftar
Di
Bursa
Efek
Indonesia
Rasio
Keuangan yang
Paling
Baik
untuk
Memprediksi
Pertumbuhan
Pada
Perusahaan
Manufaktur
yang Terdaftar
di BEJ

Total
Asset
Turnover, Net
Profit Margin,
Gross Profit
Margin, dan
Return
on
Asset

Hasil Penelitian
Hasil
penelitian
menunjukkan current ratio
, debt to equity ratio, debt
to asset ratio, total asset
turn over, return on asset ,
return on equity , gross
profit margin dan inventory
turnover
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan laba secara
simultan dan secara parsial
hanya current ratio, total
asset turn over
dan
inventory turnover yang
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba.
Hasil
Penelitian
menunjukkan Debt Ratio,
Net
Profit
Margin,
Inventory Turnover, dan
Return
On
Equity
berpengaruh
secara
simultan
terhadap
pertumbuhan laba dan
secara parsial hanya Debt
Ratio yang berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba.
Hasil
penelitian
menunjukkan hanya Return
on Asset yang berpengaruh
positif signifikan dalam
memprediksi pertumbuhan
laba sedangkan Total Asset
Turnover,
Net
Profit
Margin dan Gross Profit
Margin tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan laba.

2.5

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Rasio Keuangan
Rasio Likuiditas

Current Ratio (X1)


Rasio Leverage

Debt to Asset Ratio (X2)

Pertumbuhan Laba

Rasio Aktivitas
Total Asset Turnover (X3)

(Y)

Rasio Profitabilitas

Return On Asset (X4)

Gambar 2. 1
Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah rasio
keuangan yang terdiri dari Current Ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Total
Assets Turnover (TATO), Return On Assets (ROA). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah pertumbuhan laba.
Semakin tinggi current ratio, maka perusahaan semakin likuid dan akan
semakin mudah memperoleh pendanaan dari kreditor maupun investor untuk
memperlancar kegiatan operasionalnya sehingga laba juga dapat meningkat. Hal

ini didukung dengan penelitian Indah Widya (2010) yang menyimpulkan bahwa
current ratio berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Debt to asset ratio yaitu rasio total kewajiban terhadap asset. Rasio ini
menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase
aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan
informasi

tentang

kemampuan

perusahaan

dalam

mengadaptasi

kondisi

pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada


kreditor (Darsono, 2005:54). Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan
dari resiko kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua
kewajibannya. Meningkatnya beban hutang perusahaan terhadap aset berdampak
pada berkurangnya kemampuan perusahaan dalam meningkatkan produktifitasnya
sehingga sangat mengganggu jalannya perusahaan dan akhirnya dapat mengurangi
tingkat pendapatan dan pertumbuhan laba perusahaan. Debt to asset ratio
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini tidak didukung dengan
penelitian Indah Widya (2010) dan Evy Melinda (2010) yang menyimpulkan
bahwa Debt to asset ratio berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Total Assets Turnover merupakan perbandingan antara volume usaha
dengan jumlah aktiva, yaitu kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan
aktiva berputar dalam suatu periode atau kemampuan modal yang diinvestasikan
untuk menghasilkan revenue. Rasio aktivitas yang tinggi akan meningkatkan laba.
Tingginya total assets turnover menunjukkan efektivitas penggunaan dana.
Dengan demikian tinggi rendahnya total assets turnover akan mempengaruhi
tinggi rendahnya pertumbuhan laba. Hal ini didukung dengan penelitian Indah

Widya (2010) yang menyimpulkan Total Assets Turnover berpengaruh terhadap


pertumbuhan laba
Semakin tinggi return on asset (ROA), semakin tinggi laba yang akan
diperoleh perusahaan dari aktiva yang dimilikinya dan akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba. Hal ini tidak didukung dengan penelitian Indah Widya (2010)
yang menyimpulkan return on asset tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
laba.
2.6

Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis

dari penelitian ini adalah Current Ratio,

Debt to Asset Ratio,

Total Assets

Turnover, Return On Assets bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan


laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai