Anda di halaman 1dari 21

JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Jumat, 20 Desember 2013

BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK Kegiatan Evaluasi dan Tindak Lanjut


setelah Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam rangka
membantu konseli menghadapi masalahnya adalah dengan memberikan pelayanan
konseling kelompok. Menurut Prayitno (1997) layanan bimbingan kelompok dan
konseling kelompok merupakan dua jenis layanan kegiatan yang saling
keterkaitannya sangat besar. Keduanya mempergunakan dinamika kelompok
sebagai media kegaitannya. Lebih jauh Sukardi dan Kusmawati (2008)
mengungkapkan bahwa masalah yang dapat dibahas meliputi berbagai masalah
dalam segenap bimbingan (yaitu bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan
karir).
Layanan Konseling kelompok yang memungkinkan beberapa orang secara bersamasama melangsungkan proses kegiatan menjadikannya lebih efisien dalam hal
penggunaan waktu. Hal ini tentu menguntungkan banyak pihak, mulai dari konselor
itu sendiri dan konselinya. Manfaat lain dari BK kelompok ini adalah menjadi luasnya
perspektif siswa yang mengalami masalah karena mendapatkan banyak masukan
dari anggota kelompoknya.
Untuk mendapatkan proses yang maksimal dalam pelaksanaan konseling kelompok,
maka dibutuhkan perencanaan program layanan yang matang. Tidak hanya itu
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam proses pelaksanaan bimbingan
konseling kelompok pun hendaknya telah dipersiapkan dengan matang oleh
konselor, bahkan hingga proses evaluasi dan tindak lanjut sekalipun.

BAB II
PEMBAHASAN
KEGIATAN EVALUASI DAN TINDAK LANJUT SETELAH PELAKSANAAN LAYANAN
KONSELING KELOMPOK
A.

EVALUASI

Untuk mengetahui keberhasilan tujuan berbagai layanan yang digunakan perlu


dilakukan evaluasi. Evaluasi adalah cara yang ditempuh oleh pembimbing untuk
membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tujuan pelayanan Bimbingan dan
Konseling. Dengan demikian dapat dilihat tingkat ketercapaiannya. Cara
mengevaluasi keberhasilan dalam bidang bimbingan dan konseling berbeda dengan
mengevaluasi kemampuan dalam mata pelajaran. Sebab capaian pada mata
pelajaran adalah pada penguasaan materi, sedang pada bidang Bimbingan dan
Konseling pada perubaman pemahaman, sikap dan perilaku peserta didik setelah
memperoleh pelayanan Bimbingan dan Konseling, selain evaluasi terhadap
programnya.
Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain :
a. Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan.
b. Pelaksanaan program.
c. Hambatan-hambatan yang dijumpai.
d. Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar.
e. Respons peserta didik, personal sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap
layanan bimbingan dan konseling.
f. Perubahan kemajuan peserta didik dilihat dari pencapaian tujuan layanan
bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar.
g. Keberhasilan peserta didik setelah menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan
ataupun kehidupannya di masyarakat.
Hasil evaluasi Program Bimbingan dan Konseling kemudian dianalisis untuk
menentukan tindak lanjut.
B.

ASPEK YANG DINILAI

Pada Kesempatan kali ini, penulis akan mencoba mengevaluasi hasil kerja kelompok
kami tentang pembuatan video konseling dengan memaparkan evaluasi yang
mencakup 2 aspek penilaian, yakni; Personal dan Program.

Adapun pemaparannya adalah sebagai berikut :


B.1 Aspek Personal
Yaitu penilaian yang ditujukan kepada si pelaku konseling kelompok, khususnya
pemimpin kelompok, dalam hal ini adalah konselor sekolah. Pada aspek ini, terdapat
3 sub bagian yang akan penulis paparkan, yakni aspek keterampilan, Aspek Teknik,
dan aspek Metode-Metode pemimpin kelompok dalam pelaksanaan Layanan
Konseling Kelompok.
B.1.1. Keterampilan
Pemimpin kelompok harus menguasai dan mengembangkan kemampuan atau
ketrampilan dan sikap untuk terselenggaranya kegiatan kelompok. Ketrampilan dan
sikap yang perlu dimiliki meliputi :
1) Aktif mendengar
2) Refleksi
3) Menguraikan dan menjelaskan pertanyaan.
4) Meringkas.
5) Penjelasan singkat dan pemberian informasi
6) Mendorong dan mendukung
7) Pengaturan nada suara
8) Pemberian model dan penyiapan diri.
9) Penggunaan mata.
Dalam praktik yang kami lakukan, pemimpin kelompok, dalam hal ini adalah
konselor sekolah sudah memenuhi semua kriteria diatas. Kepribadian dan karakter
pemimpin sudah bagus sekali. Mungkin yang perlu ditingkatkan adalah
keterampilan dalam memimpin jalannya konseling.

B.1.2. Aspek Teknik Konseling


Di dalam konseling mengandung suatu proses komunikasi antar pribadi yang
berlangsung melalui saluran komunikasi verbal dan non-verbal. Dengan
menciptakan kondisi-kondisi seperti empati ( dapat merasakan perasaan konseli),
penerimaan serta penghargaan, keikhlasan serta kejujuran dan perhatian tulus
konselor, yang memungkinkan konseli untuk merefleksikan dirinya melalui
tanggapan tanggapan verbal dan reaksi-reaksi non-verbal. Konselor

mengkomunikasikan kondisi-kondisi ini kepada konseli sehingga konseli menyadari


dan bersedia pula untuk berkomunikasi dengan konselor. Kondisi-kondisi tersebut
dapat dikomunikasikan melalui teknik-teknik ungkapan verbal tertentu seperti
klarifikasi, refleksi perasaan, meringkas dan menggunakan pertanyaan (probe)
( ability potential konfrontasi, interpertasi sell disclosure & immediacy, instruction
verbal setting & information giving). Teknik dalam menstimulasi konseling kelompok
dapat dipilih tergantung perkembangan yang terjadi dalam kelompok. Bertujuan
menstimulasi interaksi dalam kelompok agar semua anggota mendapat
kesempatan mengungkapkan dirinya, mendorong anggota agar berani atau lebih
spontan menyatakan pendapatnya. Kelompok seperti juga individu memiliki
kebutuhan yang berbeda. Jadi penting bagi konselor untuk mengenal karakter
anggota kelompok.

Konseling kelompok menggunakan teknik-teknik yang khas dalam memfasilitasi


kelompok. Teknik yang digunakan dalam konseling kelompok memfokuskan pada :
1. Aktivitas untuk menciptakan dinamika kelompok melalui komunikasi yang
terarah, dinamis dan menyeluruh pada semua anggota kelompok (komunikasi
multiarah) yang efektif, terkendali.
2. Pemberian rangsangan agar anggota berinisiatif mengemukakan pendapat untuk
berdiskusi.
3. Dorongan minimal agar anggota kelompok terus beraktivitas
4. Penjelasan lebih mendalam tentang pendapat yang dikemukakan
5. Pelatihan terhadap tingkah laku baru bagi anggota kelompok Selain itu, juga bisa
digunakan kegiatan selingan seperti permainan-permainan yang fungsinya untuk
selingan supaya tidak bosan atau tegang, pembinaan, mengintrospeksi diri.

Beberapa teknik dalam menstimulasi konseling kelompok yang digunakan kelompok


kami adalah sebagai berikut.
1. Teknik Re-Inforcement (Penguatan)
Salah satu cara dalam menstimulasi spontanitas dan interaksi antara anggota
kelompok adalah dengan memberikan pernyataan verbal ataupun non verbal yang
bersifat menyenangkan. Cara ini sangat membantu ketika memulai konseling pada
kelompok baru. Contoh :
Verbal : bagus!. Hebat!.
Non verbal : acungan tangan, anggukan kepala

2. Ability Potential
Dalam suatu ability potential response, konselor menampilkan dan menunjukkan
potensi konseli pada saat itu untuk dapat memasuki suatu aktivitas tertentu. Suatu
ability potential response merupakan suatu respon yang penuh support dari
konselor, dimana konselor dapat secara verbal mengakui potensi atau kapabilitas
konseli untuk melakukan sesuatu. Teknik ini bertujuan :
a) Untuk mendorong konseli yang ingin melakukan sesuatu namun kurang
mempunyai inisiatif, dorongan atau kepercayaan diri untuk memulainya,
b) Dapat mengembangkan kesadaran konseli akan kekuatan-kekuatan yang dimiliki
atau kualitas positif yang dimiliki.

3. Teknik Probing
Teknik Probing seringkali digunakan dimana saja. Kepada konseli diajukan
pertanyaan-pertanyaan pengarahan sehingga diperoleh jawaban yang diinginkan.
Teknik ini dapat juga digunakan sebagai teknik pendahuluan untuk menstimulasi
minat anggota terhadap materi yang ingin disajikan oleh konselor. Dalam
mengajukan pertanyaan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika konselor
ingin mengarahkan konseli memperoleh jawaban khusus yang tepat. Konselor
membuat suatu keadaan dan membawa opini konseli kedalam suatu keadaan yang
mengarah kepada jawaban atas pertanyaan, sampai diperoleh jawaban selektif
Suatu probe merupakan pertanyaan yang dimulai dengan Apa, bagaimana, siapa,
bilamana atau dimana. Pertanyaan hendaknya bersifat terbuka. Melalui probe,
dapat diperoleh lebih banyak informasi. Adapun tujuannya adalah :
a) Untuk memulai suatu interview, misal apa yang akan dibicarakan hari ini?;
b) Untuk mendorong konseli agar dapat mengekspresikan lebih banyak keterangan,
misal apa lagi yang dapat anda beritahukan kepada saya mengenai hal ini?.;
c) Menanyakan apa yang dirasakan oleh konseli, misal bagaimana perasaan anda
ketika membicarakan hal ini?.
d) Untuk dapat memperoleh gambaran mengenai tingkah laku tertentu sehingga
konselor dapat memahami lebih baik kondisikondisi yang turut berperan dalam
masalah yang dialami oleh konseli, misal dimana anda berada pada saat itu?,
siapa saja yang terlibat dalam hal ini? apa yang anda lakukan dalam situasi itu ?.
4. Teknik Diskusi

Diskusi kelompok merupakan bentuk konseling dimana konselor melaksanakan


konseling dengan cara diskusi kelompok. Teknik ini biasa digunakan dalam satu atau
dua sesi konseling kelompok untuk menanyakan informasi yang penting.
Penekanannya bukan pada diskusi, tetapi pada penjelasan hal-hal yang belum
dipahami oleh kelompok.

5. Teknik Interpretasi
Digunakan oleh konselor yang ingin membawa atau menyampaikan ide kepada
kelompok. Mungkin sekali interpretasi itu tidak tepat, namun dapat diarahkan untuk
menstimulasi diskusi lebih lanjut dan mendorong/menguatkan kemampuan
individual untuk boleh tidak sepakat dengan konselor. Interpretasi merupakan suatu
teknik menyampaikan arti dari pesan yang disampaikan oleh konseli. Dalam
membuat interpretasi, konselor akan membuka suatu pandangan baru atau
penjelasan mengenai sikap dan tingkah laku interpretasi seperti mengajukan
pertanyaan mengenai hipotesa mengenai hubungan atau mengenai arti suatu
tingkah laku yang harus dipikirkan oleh konseli. Tujuannya :
a) Untuk mengidentifikasi hubungan antara pernyataan dan tingkah laku konseli
yang eksplisit maupun implisit.
b) Membantu konseli memeriksa kembali tingkah laku mereka. Dalam interpretasi,
konselor harus menaruh perhatian kepada anggota yang lain terutama anggota
yang pasif atau yang datang dengan latar belakang keluarga yang tidak
mengizinkan seorang anak tidak setuju dengan pendapat orang tua. Ini akan
menempatkan konseli pada posisi yang sulit. Interpretasi sebaiknya tepat, bilamana
keliru konselor harus tahu letak kekeliruannya kemudian meralatnya.

B.1.3. Metode
Metode yang kami gunakan dalam praktik konseling kelompok adalah
mempersiapkan sebagai berikut :
A. Kegiatan Prakonseling Kelompok
Kegiatan pra konseling kelompok dilakukan dalam rangka merancang sebuah
kegiatan kelompok yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh konseli. Langkah
awal yang dapat dilakukan pada kegiatan pra konseling kelompok adalah
melakukan studi kelayakan. Fenti Hikmawati (2010) mengungkapkan bahwa studi
kelayakan ini mengacu pada semua refleksi tentang alasan mengapa diperlukan
suatu program dan kebutuhan siswa apa yang dapat dipenuhi melalui program itu,
sekaligus ditentukan garis-garis kebijakan umum yang diambil di institusi
pendidikan.

Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah melakukan studi kelayakan tentang


bimbingan dan konseling kelompok apa yang dapat diberikan kepada konseli, maka
dilakukanlah penyusunan tujuan dari bimbingan konseling kelompok yang akan
dilaksanakan. Tujuan ini dimaksudkan agar proses bimbingan dan konseling
nantinya dapat berjalan dalam bingkai yang seharusnya, sehingga hasil dari proses
bimbingan konseling kelompok pun dapat lebih maksimal.
Sederhananya kegiatan prakonseling kelompok kami lakukan tahapan sebagai
berikut :
Menyampaikan kepada siswa tentang adanya proses bimbingan konseling kelompok
Menjelaskan tentang pengertian bimbingan dan konseling kelompok
Menjelaskan kepada siswa tentang tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan
bimbingan dan konseling kelompok
Dan terakhir adalah menjelasakan kepada siswa kegunaan dari layanan bimbingan
konseling kelompok.
Diharapkan dengan hal ini akan terbentuklah sekelompok siswa yang jumlahnya
terdiri sejumlah orang, maksimal 15, untuk selanjutnya diarahkan kedalam proses
bimbingan konseling kelompok.
B. Kegiatan Konseling Kelompok
Kegiatan konseling kelompok memiliki beberapa tahap yang antara satu tahap
dengan tahap yang lainnya bersifat kontinu, sehingga tak bisa dihilangkan
keberadaannya. Menurut Sitti Hartinah (2009) kegiatan konseling kelompok ini pada
umumnya terdiri atas empat tahap perkembangan, yaitu tahap pembentukan,
tahap peralihan, tahap pelaksanaan kegiatan, dan penghakhiran.

C.Kegiatan Pasca Konseling Kelompok


Tahap yang terakhir dari serangkaian kegiatan yang dilakukan pada proses
bimbingan dan konseling kelompok adalah pasca konseling kelompok.
Pertanyaannya adalah apa yang dilakukan pada proses ini?
Kegiatan yang dilakukan pada proses ini adalah menyelenggarakan evaluasi
pelaksanaan bimbingan dan konseling kelompok. secara umum evaluasi dalam
program bimbingan dan konseling ialah berupaya untuk menelaah program
pelayanan bimbingan dan konseling yang telah dan sedang dilaksanakan untuk
mengembangkan dan memperbaiki program bimbingan dan konseling di sekolah
yang bersangkutan (Sukardi dan Kusmawati, 2008). Demikian pula dengan evaluasi
kegiatan bimbingan dan konseling kelompok, dimaksudkan agar kekurangan-

kekurangan pada tahapan proses konseling kelompok yang telah di lakukan dapat
diperbaiki agar dapat diminimalisir pada kegiatan selanjutya.

B.2 Aspek Program


Yaitu penilaian yang ditujukan kepada program yang harus dijalankan dalam praktik
konseling kelompok. Pada aspek ini, terdapat 4 sub bagian yang akan penulis
paparkan, yakni aspek Tujuan, Satuan Layanan Bimbingan Konseling, aspek
Perencanaan dan tahap-tahap dalam praktik pelaksanaan Layanan Konseling
Kelompok.
B.2.1 Aspek Tujuan
Pada dasarnya setiap program bimbingan dan konseling mempunyai tujuan yang
sama. Tergantung pada tema tema materi yang diberikan dalam pelayanan
konseling kelompok itu sendiri. Begitu juga dengan praktik konseling kelompok yang
kami lakukan. Yakni bertujuan untuk :
1.
Membantu mengatasi masalah baik yang disadari maupun yang tidak disadari
oleh siswa secara kelompok
2.
Membantu siswa agar berkembang menjadi pribadi yang mandiri,
bertanggung jawab, kreatif, produktif dan berperilaku jujur
3.

Membantu meringankan beban mental siswa dalam belajar

4.

Membantu siswa untuk memahami diri dan lingkungannya

5.
Membantu mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan
yang dapat menghambat perkembangan dirinya
6.
Membantu mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima atau
menyampaikan pendapat, bertingkah laku dan hubungan sosial, baik di rumah,
sekolah maupun masyarakat.
7.
Membantu untuk mencari dan menggali informasi tentang karir, dunia kerja
dan prospek masa depan siswa.

B.2.2 Satuan Layanan Bimbingan Dan Konseling


SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A.

Topik Permasalahan/ bahasan

B.

Bidang Bimbingan

C.

Jenis Layanan

D.

Fungsi Layanan

: Sering Datang Terlambat Sekolah


: Pribadi, Belajar
: Konseling Kelompok
: Pengentasan, Pemahaman

E. Tujuan Layanan
: agar siswa mampu menenemukan
penyebab masalah kenapa sering datang terlambat dan mencari pemecahan
masalah.
F.

Sasaran Layanan

G.

Uraian Kegiatan

Alokasi Waktu
Kegiatan
10

Menit

Berdoa
Menyapa dan menanyakan kabar.
Membangkitkan perhatian siswa

: Siswa kelas XII.IPS 2


:

30 Menit
Konselor mengawali konseling dengan mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaannya.
Mendengarkan pengungkapan maslah-masalah siswa secara bergiliran.
Konselor menerima perasaan positif ataupun negative yang di ungkapkan klien.
Konselor mengaktifkan forum diskusi untuk memecahkan satu permasalahan
yang sudah disepakati.
Konselor Memimpin jalannya diskusi
Mempersilahkan atau memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
(tanya jawab/ Sharing)
Menjawab apa yang ditanyakan.
5 Menit
Konselor memberi kesimpulan
Mengakhiri konseling.

H.

Metode

I.

Tempat Penyelenggaraan

J.

Waktu, Tanggal

K.

Penyelenggara Layanan

L.

Pihak- Pihak Yang disertakan

M. Alat dan Perlengkapan

: Diskusi dan Tanya Jawab


: Ruang BK
: Kamis, 3 Januari 2013
: Supardiyo
: : -

N.

Rencana penilaian dan Tindak Lanjut

O.

Keterkaitan Layanan dg Kegiatan Pendukung: -

P.

Catatan Khusus

: laiseg, laijapen, laijapang

:-

Mengetahui,

Metro, 3 Januari 2013

Dosen Pengampu,

Perencana Layanan,

Eko Susanto, M.Pd., Kons

Supardiyo

B.2.3. Perencanaan
Matriks Perencanaan Penilaian Layanan BK Per-Komponen
a.

Evaluasi input

No
Unsur unsur yang dinilai
Kriteria harus terlaksana
1
Pembentukan kelompok

2
Penyusunan jadwal kegiatan

3
Penetapan fasilitas layanan

4
Penyiapan kelengkapan administrasi dalam pelaksanann konseling kelompok

b.
No

Evaluasi proses

Unsur unsur yang dinilai


Kriteria harus terlaksana
1
Keterlaksanaan Pengkomunikasian rencana layanan Kkp

2
Pengkoordiniran kegiatan layanan Kkp

3
Penyelenggaraan layanan konseling kelompok melalui tahap pelaksanaan
(pembentukan, peralihan, kegiatan, pengakhiran)

4
Minat dan respon serta keaktifan anggota kelompok selama pelaksanaan layanan
konseling kelompok berlangsung

c.

Evaluasi produk

No
Unsur unsur yang dinilai
Kriteria harus terlaksana
1
Pengukuran dan pengintepretasikan capaian

2
Penyediaan informasi lanjutan

Tabel Perencanaan Penilaian Layanan BK Keseluruhan


Layanan
Model Evaluasi CIPP
Sasaran/unsur Penilaian
Konseling Kelompok
Conteks
Tujuan
Input
Pembentukan kelompok
Penyusunan jadwal kegiatan
Penetapan fasilitas layanan
Penyiapan kelengkapan administrasi dalam pelaksanann konseling kelompok
Proses
Keterlaksanaan Pengkomunikasian rencana layanan Kkp
Pengkoordiniran kegiatan layanan Kkp
Penyelenggaraan layanan konseling kelompok melalui tahap pelaksanaan
(pembentukan, peralihan, kegiatan, pengakhiran)
Minat dan respon serta keaktifan anggota kelompok selama pelaksanaan layanan
konseling kelompok berlangsung
Produk
Pengukuran dan pengintepretasikan capaian
Penyediaan informasi lanjutan

B.2.4. Tahap-Tahap Pelaksanaan Konseling Kelompok


Kegiatan konseling kelompok memiliki beberapa tahap yang antara satu tahap
dengan tahap yang lainnya bersifat kontinu, sehingga tak bisa dihilangkan
keberadaannya. Menurut Sitti Hartinah (2009) kegiatan konseling kelompok ini pada

umumnya terdiri atas empat tahap perkembangan, yaitu tahap pembentukan,


tahap peralihan, tahap pelaksanaan kegiatan, dan penghakhiran.
Berikut ini uraian ringkas dari tahapan-tahapan tersebut yang dikemukakan oleh
Sitti Hartinah (2009)
Tahap I : Tahap Pembentukan
Tahap pembentukan merupakan tahap awal dari kegiatan konseling kelompok. Pada
tahap ini para anggota kelompok masih harus menyesuaikan diri dilingkungan
kelompoknya.
Peran konselor sebagai pemimpin kelompok sangat dibutuhkan disini. Sitt
Hartinah(2009) mengungkapkan beberapa hal yang perlu dipusatkan untuk
diusahakan oleh pimpinan kelompok yaitu :
Penjelasan tentang tujuan kegiatan
Penumbuhan rasa saling mengenal antar anggota
Penumbuhan sikap saling mempercayai dan menerima,
Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan suasan perasaan dalam
kelompok.
Yang paling penting sebenarnya dilakukan oleh konselor dalam tahap pembentukan
ini adalah menciptakan suasana yang tidak kaku dikalangan para peserta.
Rangkaian kegiatan di atas dapat dilakukan melalui berbagai macam permainanpermainan Ice Breaking. Salah satu permainan yang dapat memecah kebekuan
antar anggota adalah bisik berantai.
Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan sikap terbuka, kebersamaan, dan
keterbukaan antar anggota kelompok dapat dimunculkan
Tahap II : Tahap Peralihan (transisi)
Tahap selanjutnya setelah tahap pembentukan adalah tahap transisi atau peralihan.
Tahap ini merupakan tahap penghubung antara tahap pembentukan dan tahap
kerja (pelaksanaan kegiatan)
Pemimpin kelompok, dalam hal ini konselor, harus menjelaskan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai di tahap selanjutnya yang akan segera dilalui oleh para peserta.
Pemimpin kelompok juga harus jeli melihat kesiapan-kesiapan anggota kelompok
untuk masuk dan memulai tahap pelaksanaan kegiatan. Jika dirasa sudah siap maka
tahap selanjutnya sudah dapat dilaksanakan. Namun, jika dirasa anggota kelompok
belum begitu siap, maka pemimpin kelompok harus menggiring kembali para
peserta ke tahap sebelumnya.

Tahap III : Tahap kegiatan kelompok (Work)


Kegiatan konseling kelompok ini diselenggarakan dalam jangka waktu tertentu dan
dengan alokasi waktu tertentu pula. Menurut prayitno (1997) penyelenggaraan
konseling kelompok untuk satu masalah memakan waktu tertentu, misalnya 30
menit, atau 1 jam atau bahkan 2 jam atau lebih.
Jumlah anggota pada kegiatan bimbingan kelompok berbeda dengan jumlah
anggota pada kegiatan konseling kelompok. Prayitno (2010) membuat tabel
perbandingan antara bimbingan dan konseling kelompok, dan salah satu aspek
yang menjadi perbandingan adalah jumlah anggota. Bimbingan kelompok jumlah
anggotanya tidak dibatasi mengingat orientasinya pada fungsi preventif
(pencegahan), sedangkan anggota konseling kelompok dibatasi maksimal 10 orang
karena fungsi pengentasan yang lebih ditekankan.
Dalam kegiatan kelompok (baik layanan bimbingan kelompok maupun konseling
kelompok) hal-hal yang perlu ditampilkan oleh seluruh anggota kelompok menurut
Prayitno (1997) adalah :
Membina keakraban dalam kelompok
Melibatkan diri secara penuh dalam suasana kelompok
Bersama-sama mencapai tujuan kelompok
Membina dan mematuhi aturan kegiatan kelompok
Ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok
Berkomunikasi secara bebas dan terbuka
Membantu anggota lain dalam kelompok
Memberikan kesempatan kepada anggota lain dalam kelompok
Menyadari pentingnya kegiatan kelompok
Kegiatan pembahasan permasalahan dalam pelaksanaan konseling kelompok pada
dasarnya sama dengan pembahasan masalah pada kelompok bebas. Kegiatan
pembahasan pada kelompok tidak hanya mementingkan aspek isi akan tetapi juga
pada prosesnya. Dengan demikian, pembahasan dalam kelompok tugas juga
menyangkut kepada pemecahan masalah di satu segi dan pengembangan pribadi
seluruh anggota kelompok di sisi lain (Prayitno, 2008).
Setelah pembahasan berakhir maka hasil pembahasan akan ditinjau kembali oleh
pimpinan kelompok bersama-sama dengan para anggota kelompok.
Tahap IV : Tahap Pengkahiran

Tahap terakhir yang dilalui pada inti kegiatan kelompok adalah tahap pengakhiran.
Ketika kelompok memasuki tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya
dipusatkan pada pembahasan dan penjelasan tentang apakah para anggota
kelompok akan mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana
kelompok), pada kehidupan nyata sehari-hari (Sitti Hartinah, 2009).
Tugas utama dari konselor, selaku pemimpin kelompok, adalah memberikan
penguatan-penguatan kembali atau merefleksikan kembali hal-hal positif yang telah
dipelajari oleh para anggota kelompok dalam kegiatan kelompok. Hal yang tidak
kalah penting dilakukan adalah membicarakan follow Up atau tindak lanjut yang
akan dilakukan setelah ini.

C.

ANALISIS VIDEO PRAKTIK KONSELING KELOMPOK

Video Praktik Konseling Kelompok yang kami buat pada tanggal 03 Januari 2013
bertempat di Gedung E 2.6 Kampus Universitas Muhammadiyah Metro. Video yang
berdurasi 22 menit ini mengangkat tema tugas konseling Sering Datang
Terlambat Sekolah. Beranggotakan mahasiswa Program Studi Bimbingan dan
Konseling Tingkat semester 5 kelas B, Yakni Bp. Supardiyo sebagai Konselor
Sekolah, Andesi Wulandari, Dewi Syahputri, Devy Nuraisya, Fera, Retno Rahmawati,
Septazema Suciana, Siti Marfuah, dan Yuli Astuti berperan sebagai siswa.

Dalam video ini di ceritakan ke-8 siswa pak Supardiyo di undang ke ruang BK karena
memiliki ciri masalah yang sama, yaitu sering terlambat datang ke sekolah. Sengaja
Bp. Supardiyo memanggil siswanya untuk diberikan layanan Konseling Kelompok.

Dalam proses praktik konseling kelompok yang kami lakukan, secara umum
menurut penulis sudah sesuai dengan standar operasional prosedur dalam
melakukan konseling kelompok. Namun, masih perlu perbaikan- perbaikan demi
terlaksananya layanan konseling kelompok yang sebenarnya.

Yang penulis soroti dalam kelemahan video praktik konseling ini adalah pemimpin
kelompok, dalam hal ini adalah konselor. Dalam konseling kelompok Seharusnya
seorang konselor hanya memfasilitasi siswa saja, atau hanya sebagai mediator dan
menyimpulkan hasil konseling kelompok yang dilakukan pada akhir kegiatan, serta
memberikan tindak lanjut layanan. Tetapi pada kenyataannya dalam video yang
kami buat ini, konselor terlalu banyak cakap. Hal ini mengakibatkan ada siswa yang
kurang aktif ( tidak banyak bicara) dalam mengikuti kegiatan konseling kelompok.
Hanya siswa-siswa tertentu saja yang tampil aktif didalam konseling kelompok
tersebut. Seharusnya, setiap siswa itu diberikan kesempatan untuk berbicara
menyampaikan pendapat ataupun smbangsih ide kepada temannya yang
mempunyai masalah dan diselesaikan dalam konseling kelompok. Selain itu, dalam
video ini konselor membahas lebih dari satu masalah yang dialami siswa-siswanya.
Seharusnya dalam konseling kelompok hanya satu masalah saja yang diselesaikan.
Disamping itu, kemampuan konselor dalam memimpin konseling kelompok perlu
ditingkatkan lagi. Khususnya dalam keterampilan konseling. Terlihat konselor kurang
luwes dalam memimpin jalannya konseling kelompok, sistematika susunan tahapantahapan masih terlihat berantakan dan belum sistematis. Ini menjadi pelajaran
untuk kami, untuk kedepannya semoga kami bisa lebih baik lagi.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Salah satu upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling dalam rangka
membantu konseli menghadapi masalahnya adalah dengan memberikan pelayanan
konseling kelompok. Untuk mengetahui keberhasilan tujuan berbagai layanan yang
digunakan perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi adalah cara yang ditempuh oleh
pembimbing untuk membandingkan hasil yang telah dicapai dengan tujuan
pelayanan Bimbingan dan Konseling. Dengan demikian dapat dilihat tingkat
ketercapaiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Dewa Ketut Sukardi. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan


Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Djunaidi Lababa. 2008. Evaluasi Program : Sebuah Pengantar. Tersedia dalam


http://evaluasipendidikan.blogspot.com/2008/03/evaluasi-program-sebuahpengantar.html Diunduh 10 Maret 2011.

Prayitno, 1995. Layanan Bimbingan&Konseling Kelompok : Dasar & Profil. Cetakan


Pertama. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rika Dwi Kurniasih. 2009. Evaluasi. Tersedia dalam

http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:P8JGemQ1QVQJ:images.rikania09.multiply.multiplycontent.com/attachmen
t/0/SUdfiwoKCF8AADuyo-81/Rika%2520Eva.doc?nmid
%3D148657139+pengertian+evaluasi&hl=id&gl=id Diunduh 10 maret 2011.

Sunawan. 2009. Handout Bimbingan Konseling Belajar. Semarang : FIP Universitas


Negeri Semarang.

http://li2kmaryanto.blogspot.com/2012/06/produk-perencanaan-penilaianlayanan.html

Diposkan oleh Devi Nur Aisya di 07.07


Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog

2013 (10)
Desember (10)
BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK Kegiatan Evaluasi...
DASAR, APLIKASI DAN PERMASALAHAN PENGAWAS DALAM P...
PEKA DAN EMPATI TERHADAP KONSELI
PEKA DAN EMPATI TERHADAP KONSELI
PEKA DAN EMPATI TERHADAP KONSELI
PEKA DAN EMPATI TERHADAP KONSELI
PEKA DAN EMPATI TERHADAP KONSELI
PEKA DAN EMPATI TERHADAP KONSELI
pengertian bimbingan dan konseling dan jenis-jenis...
Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Mengenai Saya

Foto Saya
Devi Nur Aisya

Lihat profil lengkapku


Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai