SOLIDARITAS SOSIAL
Hadirin, Sidang Jamaaah Idul Adha yang berbahagia!
Setiap orang yang beriman senantiasa mendambakan rahmat, maghfirah, dan ridha
Allah SWT. Seluruh aktivitasnya duniawiyah dan ukhrawiyah ia maksudkan
untuk memperoleh rahmat dan ridha Allah SWT.Bagi orang beriman tidak ada
perbedaan antara aktivitas duniawiyah dan aktivitas ukhrawiyah. Sebab, keduanya
dilakukan dengan niat untuk mencari ridha Allah. Ridha artinya senang. Kedua
aktivitas itu dilakukan sesuai dengan tuntunan dan petunjuk Allah. Bila kedua
aktivitas tersebut sudah diridhai Allah maka tentu rahmat dan maghfirah-Nya pun
akan dicurahkan Allah kepadanya. Demi memperoleh rahmat, maghfirah, dan ridha
Allah, seorang yang beriman akan melakukan apa saja yang mungkin ia lakukan
dan memberikan apa saja yang mungkin ia berikan; dan mengorbankan apa saja
yang mungkin ia korbankan.
Kesadaran dan keinsyafan untuk berkurban karena Allah inilah
yang merupakan makna hakiki dari Id al-Adha. Makna ini akan
dirasakan kemanfaatannya apabila diwujudkan ke dalam
kehidupan realitas kita melalui makna instrumental-nya.
II. Makna Hakiki Idul Adha
(5: 98\ )
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan
agama dengan lurus .
Niat karena Allah mempunyai fungsi antara lain: (1)
menumbuhkan kesadaran tentang keberadaan (existensi) Allah ,
(2) menginsyafkan bahwa ketaatan, kepatuhan, kepasrahan, dan
ketundukan hanya pantas diberikan kepada Allah, (3)
menanamkan kesadaran bahwa Allah tidak membeda-bedakan
manusia, tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin, majikan
atau buruh, pejabat atau bukan, semuanya dituntut untuk
mentaati hukum; yaitu mengedepankan supremasi hukum; untuk
melaksanakan kewajiban, ketentuan, dan peraturan, seluruh
manusia sama di hadapan Allah; iman dan takwalah yang
membuat seseorang dekat dan mulia di sisi Allah. (4) menjadikan
Allah sebagai motivasi dan tujuan hidup dan (5) menghilangkan
semua penyakit hati, seperti Syirik, kufur, munafik, takabbur, riya,
ujub,, dan lain sebagainya.
Orang yang memiliki niat yang mempunyai keimanan dan
kesadaran seperti ini, akan dapat melakukan apa saja yang
diperintahkan Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi
(37:102\ ).
Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu,
insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar.
a. Siti Hajar ra, sekalipun air matanya nampak menitik pertanda
bahwa ia tidak dapat menyembunyikan kesedihannya, tetapi
secara pasti ia berkata: aku rela kalau itu memang perintah
Allah.
b. Setelah merasa pasti bahwa itu adalah keputusan dan
ketetapan Allah, dalam kepastiannya sebagai pemimpin, sebagai
orang kaya, bahkan sebagai orang yang bergelar Khalilullah,
sebagai orang yang mempunyai kedekatan dengan Sumber
Hukum dan Sumber Kebijakan. Tidak sedikitpun terbetik di hati
Ibrahim dan keluarganya agar mereka diperlakukan secara
berbeda di dalam melaksanakan peraturan dan ketentuan. Karena
Nabi Ibrahim dan keluarganya sadar bahwa di hadapan Hukum
Allah semua manusia sama; harus taat kepada perintah, taat
kepada keputusan hukum, taat kepada peraturan dan ketentuan.
Kepatuhan dan ketaatan yang dijiwai oleh semangat pengorbanan
karena Allah ini, divisualisasikan (diragakan) secara simbolik
dengan penuh keimanan dan keinsyafan oleh mereka yang
.
( 10 : 39 \)
Sesungguhnya hanya orang-orang yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
bersabarlah
yang
.
.
.
[1] (207 : 2: ).
Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena
mencari keridhaan Allah ; dan Allah Maha Penyantun kepada
hamba-hambanya.
[2] (37 : 22: )
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat
mencapai (keridhaan) Allah , tetapi ketaqwaan dari kamu yang
dapat mencapainya.
[3]
(36 : 22 \ ).
Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari
syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya,
maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamuj meyembelinya
dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Dan kemudian telah
roboh (mati), maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah
orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak mintaminta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah
menundukkan unta-unta itu kepadamu, mudah-mudahan kamu
bersyukur.
[4] (33 : 22 \ ).
Bagi kamu pada binatang-binatang (hadyu), itu ada beberapa
manfaat sampai kepada waktu yang telah ditentukan, kemudian
tempat wajib (serta akhir masa), menyembelihnya ialah setelah
sampai ke Baitul Atiq (Baitullah).
[5] Pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan
kenikmatan adalah tujuan utama dalam hidup. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia: 1989: 302
[6]
(102 :37\ ).
(103).
(104).
(105) .
(106) .
(107).
Maka tatkala anak itu sampai pada usia dapat berusaha bersamasama Ibrahi, Ibrahim berkata; Hai anakku sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu . Maka
fikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab : Wahai ayahku ,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (102)
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya .(103)
Dan Kami panggil dia: Hai Ibrahim. (104)
Sesungguhnya
kamu
telah
membenarkan
mimpi
itu,
sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orangorang yang berbuat baik.(105)
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.(106)
Dan Kami tebus anak itu dengan seokor sembelihan yang besar.
(107)