LAPORAN PENDAHULUAN
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)(Brunner & Suddarth, 2002).
Gagal ginjal kronik (chronic renal failure, CRF) terjadi apabila kedua ginjal sudah
tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup.
Kerusakan pada kedua ginjal ini ireversibel. Eksaserbasi nefritis, obstruksi saluran kemih,
kerusakan vascular akibat diabetes mellitus, dan hipertensi yang berlangsung terusmenerus dapat dan hilangnya fungsi ginjal secara progresif (Mary Baradero dkk, 2005).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun(Price, 1995).
`
Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari krhilangan fungsi ginjal lanjut
secara bertahap. Penyebab termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vascular
(nefrosklerosis), proses obstruksif (kalkuli), penyakit kolagen (lupus sistemik), agen
nefrotik (aminoglikosida), penyakit endokrin (diabetes). Berlanjutnya sindrom ini melalui
tahap dan menghasilkan perubahan utama pada semua system tubuh(Doenges, 1999).
B. ETIOLOGI
Penyebab utama end-stage renal disease (ESRD) adalah diabetes mellitus (32%),
hipertensi (28%), dan glomerulonefritis (45%)(Mary Baradero dkk, 2005).
Penyebab GGK menurut Price (1995) dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
Infeksi misalnya pielonefritis kronik
Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi sistem tubuh pada gagal ginjal menurut Mary Baradero (2005) sebagai
berikut:
Penyebab
Tanda/gejala
Sistem Hematopoietik
Anemia, cepat lelah
Eritropoietin menurun
Trombositopenia
Perdarahan n
Ekimosis
Trombositopenia ringan
perdarahan
Kegiatan
trombosit
menurun
Sistem Kardiovaskular
Kelebihan beban cairan
Mekanisme
renin
angiotensin
Anemia
Hipertensi kronik
Toksin uremik dalam
cairan perikardium
Sistem Pernapasan
Mekanisme
kompensasi
Hipervolemia
Hipertensi
Takikardia
Disritmia
Gagal
jantung
kongestif
Perikarditis
Takipnea
Pernapasan
Kuusmaul
Halitosis
atau fetor
Sputum yang lengket
Batuk disertai nyeri
Suhu
tubuh
meningkat
Hilar pneumonitis
Pleural friction rub
Edema paru
Anoreksia
Mual dan muntah
Perdarahan
untuk
asidosis metabolic
Toksin uremik
Kelebihan beban cairan
Sistem gastrointestinal
Perubahan
kegiatan
trombosit
uremik
Parameter Pengkajian
hematokrit
hemoglobin
hitung trombosit
petekie dan hematoma
hematemesis dan melena
Tanda vital
Berat badan
Elektrokardiogram
Auskultasi jantung
Pemantauan elektrolit
Kaji keluhan nyeri
Pengkajian pernapasan
Hasil pemeriksaan gas
darah arteri
Inspeksi mukosa oral
Tanda vital
elektrolit
Urea diubah menjadi
elektrolit
Edema serebral karena
perpindahan cairan
System skeletal
Absorpsi
kalsium
menurun
Ekskresi
fosfat
gastrointestinal
Distensi abdomen
Diare dan konstipasi
Perubahan
tingkat
kesadaran;
letargi,
Tingkat kesadaran
Reflex
Elektroensefalogram
Keseimbangan elektrolit
Fosfor serum
Kalsium serum
Kaji nyeri sendi
pada anak
menurun
Kulit
Anemia
Pigmentasi
Kelenjar
keringat
mengecil
Kegiatan klenjar lemak
menurun
Ekskresi
metabolism
koma
Kejang
Tidur terganggu
Asteriksis
Osteodistrofi ginjal
Rickets ginjal
Nyeri sendi
Pertumbuhan lambat
Pucat
Pigmentasi
Pruritus
Ekimosis
Lecet
Uremic frosts
Haluaran
urine
berkurang
Berat jenis
urine
menurun
Proteinuria
Fragmen dan
dalam urine
Natrium dalam urine
kulit
sisa
melalui
kulit
System perkemihan
Kerusakan nefron
berkurang
sel
serum
Elektrolit serum
Berat jenis urine
System reproduksi
Abnormalitas hormonal
Anemia
Hipertensi
Malnutrisi
Infertilitas
Libido menurun
Disfungsi ereksi
Amenorea
Lambat pubertas
Menstruasi
Hematorit
Hemoglobin
D. PATOFISIOLOGI (PATHWAY)
Pada CRF, kerusakan ginjal bersifat progresif dan ireversibel. Progresi CRF melewati
empat tahap, yaitu penurunan cadangan ginjal, insufisiensi ginjal, gagal ginjal, dan end
stage renal disease.
Menurut Mary Baradero (2005) perkembangan gagal ginjal kronik ada 4 tahap, yaitu:
Tahap perkembangan gagal ginjal kronik
1. Penurunan cadangan ginjal
- Sekitar 40-75% nefron tidak berfungsi
- Laju filtrasi glomerulus 40-50% normal
- BUN dan kreatinin serum masih normal
- Pasien asimtomatik
2. Gagal ginjal
- 75-80% nefron tidak berfungsi
- Laju filtrasi glomerulus 20-40% normal
- BUN dan kreatinin serum mulai meningkat
- Anemia ringan dan azotemia ringan
- Nokturia dan poliuria
3. Gagal ginjal
- Laju filtrasi glpmerulus 10-20% normal
- BUN dan kreatinin serum meningkat
- Anemia, azotemia, dan asidosis metabolic
- Berat jenis urine
- Poliuria dan nokturia
- Gejala gagal ginjal
4. End-Stage Renal Disease (ESRD)
- Lebih dari 85% nefron tidak berfungsi
- Laju filtrasi glomerulus kurang dari 10% normal
- BUN dan kreatinin tinggi
- Anemia, azotemia, dan asidosis metabolic
- Berat jenis urine tetap 1,010
- Oliguria
- Gejala gagal ginjal
Selama gagal ginjal kronik, beberapa nefron termasuk glomeruli dan tubula masih
berfungsi, sedangkan nefron yang lain sudah rusak dan tidak berfungsi mengalami
hipertrofi dan menghasilkan filtrate dalam jumlah banyak. Reabsorpsi tubula juga
meningkat walaupun laju filtrasi glomerulus berkurang. Kompensasi nefron yang masih
utuh dapat membuat ginjal mempertahankan fungsinya sampai tiga perempat nefron
rusak. Solute dalam cairan menjadi lebih banyak dari yang dapat direabsorpsi dan
mengakibatkan dieresis osmotic dengan poluria dan haus. Akhirnya, nefron yang rusak
bertambah dan terjadi oligurua akibatnya sisa metabolism tidak diekskresikan(Mary
Baradero dkk, 2005).
Tanda dan gejala timbul akibat cairan dan elektrolit yang tidak seimbang,
perubahan fungsi regulator tubuh, dan retensi solute. Anemia terjadi karena produksi
eritrosit juga terganggu (sekresi eritropoietin ginjal berkurang). Pasien mengeluh cepat
lelah, pusing, dan letargi(Mary Baradero dkk, 2005).
Hiperurisemia sering ditemukan pada pasien dengan ESRD. Fosfat serum juga
meningkat, tetapi kalsium mungkin normal atau dibawah normal. Hal ini disebabkan
ekskresi ginjal terhadap fosfat menurun. Ada peningkatan produksi parathormon sehingga
kalsium serum mungkin normal(Mary Baradero dkk, 2005).
Tekanan darah meningkat karena adanya hipervolemia; ginjal mengeluarkan
vasopresor (renin). Kulit pasien juga mengalami hiperpigmentasi serta kulit tampak
kekuningan atau kecoklatan. Uremic frosts adalah Kristal deposit yang tampak pada poripori kulit. Sisa metabolism yang tidak dapat diekskresikan oleh ginjal diekskresikan
melalui kapiler kulit yang halus sehingga tampak uremic frosts. Pasien dengan gagal
ginjal yang berkembang dan menjadi berat (tanpa pengobatan yang efektif), dapat
mengalami tremor otot, kesemutan betis dan kaki, perikarditis dan pleuritis. Tanda ini
dapat hilang apabila kegagalan ginjal ditandai dengan modifikasi diet, medikasi, dan/atau
dialysis(Mary Baradero dkk, 2005).
Gejala uremia terjadi sangat perlahan sehingga pasien tidak dapat menyebutkan
awitan uremianya. Gejala azotemia juga berkembang, termasuk letargi, sakit kepala,
kelelahan fisik dan mental, berat badan menurun, cepat marah, dan depresi. Gagal ginjal
yang berat menunjukkan gejala anoreksia, mual, dan muntah yang berlangsung terus,
pernapasan pendek, edema pitting, serta pruritus(Mary Baradero dkk, 2005).
Wanita dengan ESRD yang sudah berkembang mengalami perubahan siklus
mentruasi. Kemungkinan terjadi perdarahan diantara menstruasi (ringan atau berat) atau
abdomen/asites,
pembesaran
hati,
perubahan
turgor
Tanda
gangguan status
mental,
contoh penurunan
lapang
perhatian,
Kadar kreatinin akan berubah sebagai respons hanya terhadap disfungsi ginjal,
sedangkan BUN akan berubah sebagai respons terhadap dehidrasi dan pemecahan
protein(Mary Baradero dkk, 2005).
Pemeriksaan radiografik tidak banyak bermanfaat untuk pasien dengan ESRD.
Sinar X KUB hanya memperlihatkan bentuk, besar, dan posisi ginjal. Pasien dengan
ESRD mempunyai ginjal yang atrofik. Ultrasonografi atau pemindaian CT hanya
mengesampingkan adanya obstruksi. Tidak dianjurkan pemindaian CT dengan zat kontras
karena nefrotoksik efek zat kontras(Mary Baradero dkk, 2005).
G. DIAGNOSA
Diagnose yang mungkin muncul pada gagal ginjal kronik menurut Suzanne (2001) dan
Carpenito (2000) adalah sebagai berikut:
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan sekunder terhadap penurunan COP.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru sekunder
3. Gangguan keseimbangan volume ciran berhubungan dengan penurunan haluaran urin
diet berlebih dan retensi cairan dan natrium
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual,
muntah
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur dialisis
H. INTERVENSI
Intervensi keperawatan untuk diagnose keperawatan pada gagal ginjal kronik menurut
Suzanne (2001) dan Carpenito (2000) adalah sebagai berikut:
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi ke
jaringan sekunder terhadap penurunan COP.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan perfusi jaringan adekuat
a. Awasi tanda-tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna kulit dan dasar kuku.
b. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
c. Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat
sesuai dengan indikasi.
d. Kolaborasi untuk pemberian O2
e. Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium (hemoglobin).
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru sekunder
Tujuan: klien menunjukkan pertukaran gas terhadap adanya edema pulmoner.
dapat
DAFTAR PUSTAKA
1. Baradero, Mary, Mary Wilrid Dayrit, Yakobus Siswadi. 2005. Seri Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC
2. Carpenito, L.J.2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8 Alih Bahasa Ester M.
Jakarta: EGC
3. Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
4. Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 1995 . Patofisiologi Konsep Kllinis Prosesproses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
5. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001 . Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta :EGC
6. Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 3 Jilid I II. Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI
7. Subianto,
Teguh.2009.
Pathway
Gagal
Ginjal
diakses
di
LAPORAN PENDAHULUAN
CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)
Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik Keperawatan Anak semester 6
Koordinator: Ns. Sidik Awaludin, S.Kep
Disusun oleh:
Ghilma Agutia R
22020110141010