Anda di halaman 1dari 5

15

Jan

Istilah-istilah penting : Definisi Thaifah Al


Manshurah
January 15, 2004Manhajwebadmin
Definisi Thaifah Al Manshurah (Golongan yang Mendapat Pertolongan)
Rasulullah bersabda : Senantiasa ada dari umatku sekelompok orang yang menegakkan
perintah Allah Subhanahu wa Taala tidak merugikannya orang yang menghina dan
menyelisihi mereka sampai datang hari kiamat dan mereka berada dalam keadaan demikian
[Mutafaqun Alaihi dan hadits ini dari Muawiyah]
Golongan yang mendapat pertolongan sebagaimana disebut dalam hadis-hadis Rasulullah
Shalallahu alaihi wassalam ialah golongan pejuang dan kalangan Ahli Sunnah yang memang
layak memperoleh pertolongan Allah: baik secara moral maupun material.
Pertolongan Allah itu misalnya, ilmu yang shahih, perilaku yang lurus terhadap sunnahsunnah Allah di alam semesta, serta melaksanakan hal-hal yang dijadikan Allah sebagai
wasilah untuk mencapai hasil yang diharapkan. Jika tidak, atau jika hanya sekedar iman dan
mengikuti aqidah Ahli Sunnah tanpa menjalankan hal-hal yang bisa mendatangkan
kemenangan serta tanpa menjalankan sunnah-sunnah Allah di alam semesta -yang tidak
melebihkan seseorang atas lainnya- maka Allah tidak menjamin pertolongan, kemenangan,
dan kekuasaan di muka bumi, sebagaimana telah di janjikan-Nya buat hamba-hamba-Nya
yang shaleh dan ikhlas.
Maka jelaslah bahwa golongan yang mendapat pertolongan itu ialah golongan Ahli Sunnah
Waljamaah. Golongan ini melaksanakan fiqih yang terpercaya yang mengacu pada Salaf dan
para Imam.
Golongan ini senantiasa menjalankan hal-hal yang dapat mendatangkan kemenangan,
sehingga Allah selayaknya memberi mereka pertolongan. Mereka juga sama sekali tak
mempedulikan orang-orang yang menentang, meremehkan, atau merendahkan mereka.
Sebagai makluk Allah, golongan yang mendapat pertolongan ini sebenarnya sama dengan
makhluk lain, kecuali mereka mendapat perlindungan Allah. Pada diri mereka juga terdapat
kebaikan dan kejelekan, keadilan-kezhaliman, dan ketaatan-kemaksiatan. Namun pada
umumnya mereka lebih unggul daripada manusia lainnya, lebih berhak mendapat pertolongan
Allah, dan lebih mampu memikul tanggung jawab ad-dien serta melaksanakan amanat yang
dipikulkan Rabb-Nya.
Dalam hal tersebut lbnu Taimiyah berkata, Muawiyah dan Al-Mughirah serta lainnya
berhujah atas keunggulan golongan penduduk Syam, berdasarkan dua hadits shahih Nabi
Shalallahu alaihi wassalam, Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang tegak
menjalankan perintah Allah. Mereka tak peduli terhadap orang yang menentang dan

mengecewakan
mereka
hingga
datangnya
hari
kiamat.
Lalu berdiri Malik bin Yukhamir dan mengatakan bahwa dia mendengar Muadz berkata,
Mereka itu ada di Syam. Kemudian Muawiyah berkata, Inilah Malik bin Yukhamir yang
menyebutkan bahwa ia mendengar Muadz mengatakan, mereka (golongan yang mendapat
pertolongan) itu ada di Syam. Demikianlah hadits yang diriwayatkan Muawiyah.
Adapun hadits yang diriwayatkan al-Mughirah ialah Nabi Shalallahu alaihi wassalam
bersabda, Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang menang dalam membela kebenaran
hingga datang teputusan Allah, sedangkan mereka tetap dalam keadaan demikian.
Ada dua alasan mengapa mereka menjadikan kedua hadits tersebut sebagai hujjah akan
keunggulan
penduduk
Syam:
Pertama, Mereka (penduduk Syam) telah menzahirkan dan membela kebenaran hingga
akhirnya segala urusan diserahkan kepada mereka -setelah terjadinya peperangan dan fitnah.
Nabi Shalallahu alaihi wassalam bersabda, Mereka tak peduli terhadap orang yang
menentang mereka. Hadits ini mengandung arti bahwa golongan yang menegakkan
kebenaran dari umat ini adalah golongan yang secara nyata akan mendapat kemenangan dan
pertolongan. Maka ketika mereka mendapat pertolongan dan kemenangan, mereka itulah
Ahlul
Haq.
Kedua, nash-nash menentukan bahwa mereka ada di Syam sebagaimana yang dikatakan
Muadz, dan Seperti yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya dari Abi Hurairah dari
Nabi Shalallahu alaihi wassalam yang bersabda, Penduduk kawasan barat akan senantiasa
mendapat kemenangan.
Imam Ahmad berkata, Yang dimaksud penduduk kawasan barat ialah penduduk Syam. Hal
ini disebabkan Nabi Shalallahu alaihi wassalam berdomisili di Madinah. Dengan demikian,
kawasan yang ada disebelah barat Madinah disebut kawasan barat, sedangkan sebelah
timurnya disebut kawasan timur. Penduduk Najd dan sebelah timurnya di sebut penduduk
kawasan timur, sebagimana dikatakan oleh ibnu Umar, Telah datang dua orang dari kawasan
timur, lalu berkhutbah.
Kemudian Nabi Shalallahu alaihi wassalam bersabda, Sesungguhnya dari keindahan bahasa
itu
dapat
timbul
daya
pikat
yang
luar
biasa.
Banyak pula hadits Nabi yang menjelaskan bahwa kejelekan itu berasal dari timur seperti
sabda
beliau:
Fitnah itu berasal dan sini, fitnah itu berasal dari sini.(seraya beliau menunjuk ke arah
timur).
Biang kekufuran berasal dari timur.
Hadits-hadits di atas mengandung maksud bahwa golongan yang mendapat pertolongan dari
umat yang menegakkan kebenaran itu berada di kawasan barat, yaitu di Syam dan kawasan
sebelah baratnya, sedangkan fitnah dan kepala kekufuran akan timbul dari kawasan timur.
Penduduk Madinah menyebut penduduk Syam sebagai penduduk kawasan barat. Mereka
mengatakan, AI-Auzai sebagai imam penduduk kawasan barat, sedangkan Sufyan ats-Tsauri
sebagai imam penduduk kawasan timur.
Alasan mereka karena batas ujung Syam dari Sungai Efrat (di Irak) merupakan pintu gerbang
Madinah yang membentang keseluruh wilayah keduanya, sedangkaan Haran Riqqah serta
bagian lainnya merupakan pintu gerbang Mekah. Oleh karena itu, kiblat mereka adalah seadiladilnya kiblat. Artinya, mereka tepat menghadap sudut Syam dan membelakangi kutub Syam;

tidak miring ke arah kanan seperti penduduk Irak dan tidak miring ke arah kiri seperti Orangorang berpendapat, jika nash-nash tersebut menunjukkan bahwa kelompok umat yang
menegakkan kebenaran mereka yang tak peduli terhadap para penentang dan orang-orang
yang menghina mereka itu berada di Syam, maka hal itu bertentangan dengan sabda beliau:
Ammar akan dibunuh oleh kelompok durhaka dan sabda beliau: Mereka akan dibunuh
oleh kelompok yang lebih berhak terhadap kebenaran.
Pernyataan tersebut dijadikan hujjah oleh mereka yang berpendapat bahwa golongan yang
benar atau yang mendapat pertolongan itu tidak hanya terdapat pada penduduk kawasan barat,
tapi ada di semua kawasan. Perkataan itu mengandung permusuhan yang ditujukan untuk
melawan kaum Syiah, Rawafidl, yang dianggap Ahlul Ahwa. Adapun pendapat yang kami
sodorkan ini mengikuti Ahli ilmu yang adil.
Tak diragukan lagi bahwa nash-nash tersebut harus didudukan pada proporsi yang
sebenarnya. Sabda beliau Shalallahu alaihi wassalam tentang Penduduk kawasan barat tetap
mendapat kemenangan dan sejenisnya itu menunjukkan keberadaan penduduk Syam dan
kemenangan mereka. Hal ini sudah menjadi kenyataan karena mereka tampil ke depan dan
mendapat kemenangan. Adapun sabda beliau Akan senantiasa ada segolongan dari umatku
yang menegakkan perintah Allah dan mereka mendapat kemenangan itu masih bersifat
umum.
Artinya, tidak tertutup kemungkinan bahwa di tengan-tengah mereka ada orang durhaka atau
terdapat penyimpangan, sementara di luar mereka ada yang lebih patut terhadap kebenaran.
Alhasil, di tengah-tengah mereka ada yang begini dan ada yang begitu.
Ihwal hadits Nabi Mereka akan dibunuh oleh kelompok yang lebih patut terhadap kebenaran
di antara dua kelompok yang ada menunjukkan bahwa Ali dan pengikutnya lebih patut
terhadap
kebenaran
karena
selain
mereka
merupakan
kelompok
lain.
Jika ada seseorang atau kelompok yang kalah dalam sebagian hal, maka hal itu tidak
mencegah kemungkinan di lain pihak ia (mereka) taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya.
Sebab, ada kalanya suatu perbuatan bisa bernilai lebih taat dan perbuatan lainnya. Dan jika
sebagian mereka menyimpang pada suatu saat dan penyimpangannya itu menipakan dosa
yang tak terampuni, maka yang demikian ini pun tidak menghalangi berlakunya nash-nash
tersebut. Untuk itu, Nabi Shalallahu alaihi wassalam menyebutkan keunggulan sebagian
besar
penduduk
Syam
dalam
berbagai
hal.
Begitu pun pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Beliau lebih mengutamakan penduduk
Syam daripada penduduk Irak sehingga beliau berkali-kali datang ke Syam dan enggan pergi
ke Irak. Demikian juga sewaktu beliau wafat -karena dibunuh seorang musuh maka yang
pertama kali diperkenankan melayatnya adalah penduduk Madinah, sebagai ummat paling
utama. Setelah itu baru penduduk Syam dan terakhir penduduk Irak. Demikianlah menurut
riwayat yang sahih.
Sebelumnya, pada masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq juga sama. Beliau lebih
mencurahkan perhatiannya untuk menaklukkan Syam daripada Irak, sehingga beliau berkata,
tertutupnya (terkudinya) wilayah Syam lebih aku sukai daripada penaklukan (penguasaan)
sebuah kota di Irak.
Nash-nash dari Kitabullah, Sunnah Rasul, dan para Sahabat beliau yang lebih mengutamakan
Syam daripada Najd, Irak, dan semua kawasan timur, sangat banyak jumlahnya. Bahkan ada
pula nash shahih dari beliau Shalallahu alaihi wassalam yang mencela penduduk kawasan
timur seperti sabdanya: Fitnah dan biang kekufuran berasal dari timur.

Adalah sesuatu yang kontroversial manakala munculnya anggapan pada masa kekhalifahan
Ali bahwa penduduk kawasan timur lebih utama daripada barat. Karena itu, setelah Ali wafat,
muncullah berbagai macam fitnah, nifaq, kemurtadan, dan bidah yang kebanyakan berasal
dari penduduk kawasan timur (pendukung Ali). Tak bisa dipungkiri, di kalangan mereka pun
menemui ulama dan orang-orang shaleh yang lebih utama dari kebanyakan penduduk Syam,
sebagaimana
juga
All,
lbnu
Masud,
Ammar,
Hudzaifah, dan lain-lain lebih afdhol daripada shahabat yang dari Syam. Namun, adanya
sejumlah orang istimewa tersebut tidak menutup kemungkinan bagi kelompok lain untuk
menyandang keutamaan.
Nabi Shalallahu alaihi wassalam sendiri memang mengistimewakan kelompok Syam sebagai
pelaksana perintah Allah dan golongan yang mendapat pertolongan-Nya sepanjang masa. Hal
ini merupakan kabar yang tidak ada putus-putusnya bagi mereka. Di samping jumlahnya
banyak, mereka juga penduduk yang kuat. Ciri ini hanya ada pada penduduk Syam di bumi
Islam ini, dan tidak pada yang lain Bahkan Hijaz, yang merupakan cikal-bakal tumbuhnya
keimananan, pada akhir jaman akan mengalami kemerosotan, baik dalam bidang ilmu, iman,
maupun perjuangan. Begitu pun Yaman, Irak, dan negeri-negeri timur lainnya.
Adapun negeri Syam, yang didalamnya senantiasa ada ilmu dan iman akan selalu mendapat
pertolongan dan kemenangan bagi siapa saja yang memperjuangkannya. Demikianlah
kiranya, wallohu alam. Dan ini menunjukkan keunggulan kelompok Syam dalam banyak hal,
meskipun Ali lebih benar daripada musuhnya dan Ammar dibunuh oleh kelompok yang
durhaka sebagaimana ditunjukkan oleh beberapa nash hadits.
Karena itu, kita mesti mengimani semua kebenaran yang datang dari Allah; kita tidak boleh
memperturutkan hawa nafsu dan jangan berbicara seenaknya tanpa berdasarkan ilmu. Kita
harus menempuh jalan ilmu dan keadilan yakni mengikuti Alquran dan as-Sunnah. Adapun
orang yang berpegang pada sebagian kebenaran dan mengabaikan sebagiannya, maka sikap
demikianlah yang menyebabkan timbulnya perpecahan dan perelisihan. (Majmu Fatawa
4:445-450)
Selanjutnya lbnu Taimiyah juga memperkuat pendapatnya tentang posisi kenyataan yang
terjadi pada masa hidup beliau. Menurut beliau, Kelompok yang ada di Syam, Mesir, dan
lain-lain, yang membela Dinul Islam adalah kelompok yang lebih menyandang predikat
Thaifah Manshurah (Golongan yang mendapat pertolongan) sebagaimana disebutkan bahwa
di antara ciri-ciri Thaifah Manshurah ini ialah Mereka berada di Baitul Maqdis. Dan
sekarang, mereka inilah yang berada di Baitul Maqdis. (Majmu Fatawa 28:531~32,552)
Sikap Seorang Muslim dalam Menjalankan Perintah Syari dan Hukum Alam
Perlu kami suguhkan di sini akan suatu hal yang sangat penting, yang seringkali mengacaukan
pikiran sebagian kaum muslim. Sesuatu itu ialah tentang perbedaan antara peristiwa alami
(alam semesta) dengan perintah syari, atau antara kehendak alam dengan kehendak syariat,
atau antara yang dikehendaki. Allah terhadap kita dengan yang dikehendaki Allah dari kita.
Kita harus membedakan dua hal tersebut. Artinya, setiap muslim senantiasa dituntut
mengikuti dan melaksanakan segala perintah syara sekuat tenaga, kapan pun saatnya dan di
mana pun ia berada. Sebab, masalah inilah kelak yang akan dihisab Allah Subhanahu wa
Taala.
Adapun di luar itu merupakan urusan-urusan alami yang berjalan menurut kehendak Allah
yang mutlak dan kebijaksanaan-Nya yang luhur. Untuk urusan ini, Allah lebih tahu di mana

dan kapan Dia memberikan pertolongan-Nya kepada orang yang berhak memperolehnya di
antara
hamba-hamba-Nya.
Sikap yang dituntut dari seorang muslim sebagaimana ditentukan dalam nash-nash syariathanyalah mengimani, menerimanya, dan melakukan usaha-usaha positif semaksimal mungkin
untuk mencapai keberhasilan.
(Dikutip dari Ahlus Sunnah wal Jamaah Maalimul Inthilaqah al-Kubra, Muhammad Abdul
Hadi al-Mishri)

Anda mungkin juga menyukai