Anda di halaman 1dari 3

Pelajar Menulis dan Pelajar yang Tidak Menulis

Pada tahun 1970 an-80 an banyak sekali pelajar sekolah menengan


di DIY, mulai dari SPG SMA, SMK baik

Mhammadiyah maupun Negeri

sudah bergabung dengan komunitas sastra di yang ada di Jogja. Sebagian


dari mereka ada yang bergabung di harian berita nasional, Persada Studi
Klub (PSK) di Malioboro, Insani dan masih banyak lagi yang lainnya. Setiap
minggu para pelajar ini berkumpul kemudian mendiskusikan sastra
,puisi ,dan cerpen, bahkan ada juga yang berani menulis essai. Mereka
sangat percaya diri dengan tulisan tulisanya, hingga beberapa diantara
mereka ada yang sudah di muat di Majalah Hai, Gadis ,Kompas dan Koran
terkemuka di Jogja dan Jakarta.
Kemudian hari Pelajar yang suka menulis tersebut mempunyai
prestasi

yang

bagus

di

dunianya

masing-masing.

Dulu

di

SPG

Muhammadiyah 1 Yogyakarta ada seorang pelajar yang suka menulis,


kemudian dia menjadi , lalu menjadi kepala sekolah. Saat menjadi kepala
sekolah terbukti sekolah yang dia pimpin semakin maju. Dan masih
banyak lagi para penyair-penyair dan penulis-penulis yang dikemudian
hari menjadi kepala sekolah dan guru yang berkualitas.

Hal itu juga

berlanjut pada generasi 80 an.


Ada hubunganya kegiatan menulis dengan prestasi intelektual atau
akademik akademik. Hal ini dikarenakan , pertama, orang yang menulis
nanti akan menyerap banyak bahan yang ada entah dari bacaan ataupun
pengalaman, kedua , orang yang menulis mampu mengorganisir informasi
dan imajinasi yang dimiliki, dan ketiga mampu mengungkapan apa yang
ada di dalam pikirannya menggunakan tulisan.
Mereka yang terbiasa menulis akan mempunyai naluri atau intuisi
manajemen informasi di pikirannya, dan juga terbiasa dengan time
manageman. Sehingga nantinya mereka akan menjadi seorang yang
terampil atau mrantasi ing gawe. Karena mereka

sudah terbiasa

menyelesaikan masalah sendiri. Seorang penulis itu membuat masalah


sendiri dan membuat penyelesainnya sendiri. Misalkan dalam membuat

cerpen mereka membuat masalah cerita


penyelesain masalah untuk
Ketika

dia

selesai

dan harus menemukan

menyelesaikan cerita yang mereka buat.

menulis

berarti

dia

telah

selesai

mengatasi

permasalahanya sendiri. Hal itu akan terlatih dan terasah terus menerus,
jadi ketika mengahdapi

suatu masalah akan mudah sekali untuk

menyelesaikannya.
Pemimpin-pemimpin Muhammadiyah dari dulu sampai sekarang banyak
diantara mereka adalah penulis. Misalkan KHA Dahlan , dan begitu juga
Pak Amin Rais yang pernah menjadi juara menulis nasional saat masih
menjadi mahasiswa.
Pelajar tidak menulis
Berbeda lagi dengan pelajar yang tidak menulis, yang hidupnya
menyerupai ping-pong dari Rumah-sekolah-rumah-sekolah-rumah-dst.
Meraka jenis manusis tipe konsumtif ilmu dan dia tidak dapat mengolah
ilmu dan imajinasi miskin. Kemudian hari jika sudah besar mungkin hanya
kan menjadi sebagai seorang pegawai yang taat dan tunduk minim
kreativitas.

Jika diantara mereka ada yang jadi pegawai negeri (PNS),

mungkin kerjaanya hanya main catur dan baca Koran saja. Berbeda
dengan pelajar yang gemar menulis.
Pelajar menulis dan pelajar membaca
Kemudian perlu ditambahkan bahwa pelajar suka menulis adalah
pelajar yang suka membaca. Karena ada hubungan antara pelajar yang
suka menulis dengan pelajar yang suka membaca. Hal ini pernah saya
temukan ketika mengadakan pelatihan menulis novel untuk anak SMP.
Diantara 50 peserta ada satu anak yang novelnya bagus dan naskah
begitu tebal. Padahal anak SMP, saya begitu heran dan mencoba bertanya
pada anak tersebut dik sepanjang hidupmu sudah membaca berapa
banyak buku? 300 sampai 500 buku jawab anak tersebut. Jadi ketika
menulis dia sudah memiliki banyak bahan dari hasil membaca buku
kemudian ketika menulis tinggal memainkan imajinasinya saja.

Demikian maka bisa kita balik, orang yang ingin sukses menulis itu
dipastikan dia suka membaca buku terlebih dahulu. Maka yang perlu
ditingkatkan bukanlah kampanye minat baca tapi kampanye minat tulis.
Karena orang menulis pasti akan mencari buku sendiri untuk dibaca.
Misalkan saja anda tertarik ingin menulis cerpen atau novel tentang
kereta api, maka

anda harus membaca terlebih dahulu buku tentang

kereta, sejarah kereta, nama-nama kereta kenapa diberi nama kereta api
gajah wong, kereta api argo wilis, tentang stasiun dan juga tentang jadwal
kereta api. Karena orang berimajinatif itu harus tetap logis . pngetahuan
nyata bisa didapatkan dengan mudah dengan cara membaca.

Pun

dengan orang yang membaca sastra akan mengetahui teknik-teknik


menulis. Adapun tema yang kita tulis adalah kehidupan kita sendiri.
Para pelajar yang menulis akan merasakan manfaat penulis saat
sudah tidak lagi menjadi pelajar. Hal ini akan dirasakan nantinya saat
sudah dewasa misalkan saja dalam mengerjakan skripsi,laporan atau
penelitian,

orang yang tidak terbiasa menulis jelas kan menggeh-

menggeh dalam menyelesaikannya.


Dalam surat Ala disebutkan bahwa dengan kalam maka seseorang
akan bertambah pengetahuannya. Yang awalnya tidak tahu dengan
menulis akan menjadi tahu, yang awalnya tidak mengerti dengan menulis
akan mengerti. Ikatan pelajar Muhammadiyah harus bisa menyediakan
forum dan ruang untuk melatih pelajar untuk menulis dan mencintai
menulis. Untuk maslah minat baca akan terbentuk dengan sendirinya.
Membekali para pelajar dengan itu adalah suatu hal yang sangat luar
biasa.
Mustofa W, Hasyim
Kauman 5 Januari 2015

Anda mungkin juga menyukai