Anda di halaman 1dari 4

Menghadapi Ledakan Emosi Anak

Posted by Hianoto Santoso


Tingkah laku kemarahan anak Anda yang masih kecil tidak kunjung berhenti juga hari itu.
Terdengar jeritan tingginya begitu memekakkan telinga. Dan banyak barang telah menjadi
sasaran kemarahannya. Semua tindakan orangtua jadi salah. Secara naluriah, Anda ingin
pergi meninggalkan situasi seperti ini bukan?? Namun ini bukanlah pilihan bijaksana.
Pastilah ada solusi pemecahannya.
Hiruk-pikuk si kecil yang sedang berteriak dan menendang ini dapat membuat kita, para
orangtua, frustasi. Bagaimana menghadapi situasi ini? Alih-alih melihat kemarahan sebagai suatu
bencana, mari kita coba melihat kemarahan sebagai kesempatan untuk belajar.
Kenapa Emosi Anak-anak Bisa Meledak?
Ada berbagai perilaku ledakan emosi, mulai dari menangis dan melolong hingga menjerit, menendang,
memukul, maupun menahan nafas kuat-kuat. Ledakan emosi biasanya terjadi dari usia 1 hingga 3 tahun,
baik anak laki maupun perempuan. Temperamen anak-anak berubah secara dramatis, jadi beberapa
anak mungkin mengalami ledakan emosi secara berkala, sedangkan yang lain mungkin hanya jarangjarang saja.
Bahkan anak kecil yang baik sekalipun terkadang bisa mengalami ledakan emosi yang sangat kuat. Ini
adalah bagian pengembangan diri yang normal dan tidaklah perlu dipandang sebagai sesuatu yang
negatif. Perlu disadari bahwa anak-anak belum memiliki kemampuan kontrol diri seperti orang dewasa.
Bayangkan bagaimana rasanya saat Anda butuh untuk mengoperasikan sebuah DVD Player dan tidak
bisa melakukannya, tidak peduli betapa kerasnya Anda mencoba. Hal ini disebabkan karena Anda tidak
mengerti cara melakukannya. Sangatlah membuat frustasi, bukan? Beberapa dari kita mungkin
mengomel, melemparkan buku petunjuk pengoperasian, membanting pintu dan lain sebagainya. Itu
adalah luapan emosi versi orang dewasa. Nah anak-anak juga mencoba menguasai dunia mereka, dan di
saat mereka tidak bisa melakukan sesuatu, sering kali mereka menggunakan satu cara untuk
melampiaskan kejengkelan mereka, yaitu meluapkan emosinya.
Beberapa penyebab dasar dari ledakan emosi yang sering dikenali adalah kebutuhan akan perhatian,
lelah, lapar, ataupun perasaan tidak nyaman. Sebagai tambahan, ledakan emosi ini adalah akibat
frustasinya si anak karena mereka tidak bisa mendapatkan sesuatu (misalnya suatu benda ataupun
perhatian orangtuanya) untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Frustasi merupakan suatu bagian
dari hidup mereka yang tidak bisa dihindarkan sembari mereka mempelajari bagaimana manusia, benda,
dan tubuh mereka bekerja.
Ledakan emosi juga umum dialami saat usia 2 tahun, saat di mana anak-anak belajar menguasai bahasa.
Mereka mengerti akan sesuatu namun susah untuk mengatakannya karena keterbatasan bahasa.
Bayangkan bila kita tidak bisa mengkomunikasikan kebutuhan kita kepada seseorang; ini adalah
pengalaman buruk yang bisa memicu emosi. Dengan meningkatnya kemampuan berkomunikasi,
ledakan emosi ini cenderung menurun.
Penyebab lain dari ledakan emosi terjadi saat anak harus melewati suatu masa dimana kebutuhan akan
otonomi meningkat. Di masa ini mereka ingin mendapatkan suatu kebebasan dan pengendalian.

Sebenarnya hal ini adalah kondisi yang bagus untuk memupuk semangat berjuang, di mana seringkali
anak berpikir aku bisa mengerjakannya sendiri atau aku mau itu, berikan itu padaku. Nah, saat
mereka merasa bahwa mereka tidak bisa mengerjakan atau tidak bisa memperoleh apa yang mereka
inginkan, maka ledakan emosi bisa terpicu.
Menghindari Ledakan Emosi Kemarahan
Cara terbaik untuk mengatasi ledakan emosi adalah dengan menghindarinya bilamana memungkinkan.
Berikut ini adalah strategi yang bisa membantu:

Pastikan anak Anda tidak bersandiwara hanya karena dia tidak mendapatkan perhatian yang
cukup. Bagi seorang anak, perhatian negatif (reaksi orangtua terhadap ledakan emosi
kemarahannya) adalah lebih baik ketimbang tidak ada perhatian sama sekali. Cobalah untuk
membiasakan diri mengenali perilaku baik sang anak dan memberikan penghargaan atas
perilaku baiknya.

Cobalah memberi anak-anak tersebut suatu kontrol atas hal-hal kecil yang mereka sanggup
lakukan. Hal ini akan memenuhi kebutuhan mereka akan kebebasan dan mengurangi ledakan
emosi kemarahan secara drastis. Tawarkan pilihan kecil seperti Apakah kamu mau jus jeruk
atau jus apel? atau Apakah kamu mau menggosok gigi sebelum atau setelah mandi?. Dengan
cara ini, Anda tidak bertanya Apakah kamu mau menggosok gigi sekarang? yang tanpa bisa
dihindari akan dijawab oleh sang anak dengan Tidak.

Simpan dengan baik benda-benda berbahaya agar di luar jangkauan anak-anak, jauhkan dari
pandangan mata ataupun jangkauan tangan mereka; sehingga mereka tidak perlu berjuang
begitu keras untuk mendapatkan benda-benda tersebut. Tentu saja hal ini tidaklah mungkin bisa
dilakukan setiap waktu, khususnya di luar rumah di mana lingkungan tersebut tidaklah bisa
dikendalikan.

Alihkan perhatian sang anak. Manfaatkan rentang perhatian anak yang pendek dengan
menawarkan barang pengganti ataupun memulai aktivitas baru untuk menggantikan aktivitas
yang berpotensi membuat frustasi ataupun yang dilarang. Atau bisa juga dengan mengganti
suasana dengan membawa mereka ke ruang lain.

Tatkala anak-anak bermain atau berusaha menguasai suatu tugas baru, aturlah agar mereka bisa
mengalami keberhasilan setahap demi setahap. Berikan mainan yang sesuai dengan umurnya.
Juga mulailah dengan sesuatu yang sederhana dan mudah sebelum melanjutkannya dengan
tugas yang lebih menantang.

Pertimbangkan permintaan anak dengan seksama. Apakah permintaan ini terlalu berlebihan
atau tidak? Pertimbangkan dengan baik, penuhi permintaan tersebut bilamana tidak berlebihan.

Ketahui limit/batasan anak Anda. Jika Anda tahu anak sedang lelah, maka tidaklah tepat untuk
mengajaknya berbelanja ataupun memintanya melakukan satu tugas lagi.

Jika anak masih mengulangi aktivitas yang dilarang padahal membahayakan, peganglah sang anak
dengan kuat untuk beberapa menit. Tatap matanya dan katakan Anda tidak mengijinkan tindakannya.
Tetaplah konsisten. Anak-anak harus mengerti bahwa Anda serius untuk masalah yang berkaitan dengan
keamanan.

Taktik Menghadapi Ledakan Emosi Kemarahan


Hal terpenting yang harus diingat tatkala berhadapan dengan seorang anak yang sedang marah, tidak
peduli apa sebabnya, adalah tetap bersikap tenang. Jangan memperparah keadaan dengan rasa frustasi
Anda. Anak-anak bisa merasakan saat orangtua mereka menjadi frustasi. Hal ini bisa membuat frustasi
mereka menjadi lebih parah. Tarik nafas dalam-dalam dan cobalah untuk berpikir lebih jernih. Anak
Anda meniru teladan Anda. Memukul anak tidaklah membantu dalam situasi seperti ini; karena anak
akan menangkap pesan bahwa kita bisa menyelesaikan masalah dengan pukulan. Milikilah kontrol diri
yang cukup.
Pertama, coba pahami apa yang sedang terjadi. Ledakan emosi kemarahan harus ditangani secara
tersendiri tergantung dari penyebabnya. Cobalah untuk mengerti penyebabnya. Misalnya ketika anak
Anda sedang mengalami kekecewaan besar, Anda perlu berempati dengannya sebelum mengarahkan
tindakan dan sikap selanjutnya.
Situasinya akan berbeda saat menghadapi ledakan emosi dari seorang anak yang mengalami penolakan.
Sadarilah bahwa anak kecil belum memiliki kemampuan untuk menjelaskan suatu alasan dengan baik,
sehingga Anda mungkin tidak menerima penjelasan yang memuaskan. Mengabaikan ledakan amarah
mereka adalah satu cara untuk menangani hal ini dengan catatan ledakan emosi ini tidak
membahayakan anak Anda ataupun orang lain. Lanjutkan saja aktivitas Anda setelah memberikan
perhatian sesaat, biarkan ia berkutat sendiri dengan perasaannya namun masih dalam jarak pandangan
Anda. Jangan tinggalkan anak kecil Anda sendirian, bila tidak, dia akan merasa ditinggalkan dengan
emosi yang masih belum terkontrol. Ingat cara ini tidak selalu berhasil namun untuk kasus ringan bisa
jadi sangat membantu.
Nah ceritanya akan sangat berbeda jika anak-anak yang sedang marah tersebut berada dalam bahaya
karena menyakiti dirinya sendiri atau orang lain. Sebaiknya anak ini dibawa ke tempat yang tenang dan
aman untuk ditenangkan. Hal ini juga berlaku untuk ledakan emosi yang terjadi di tempat umum.
Anak-anak yang lebih besar cenderung memanfaatkan ledakan emosi untuk mendapatkan apa yang
mereka inginkan. Apalagi jika mereka telah mengetahui taktik ini berhasil sebelumnya. Jika anak-anak
tersebut telah bersekolah, adalah pantas untuk meminta mereka ke kamar mereka untuk menenangkan
diri dan memikirkan perilakunya. Ketimbang menggunakan batasan waktu tertentu, orangtua bisa
meminta mereka tetap berada di kamar hingga mereka telah bisa mengendalikan diri. Ini adalah pilihan
untuk penguasaan di mana anak belajar untuk mengendalikan diri dengan tindakan mereka.
Setelah Badai Kemarahan
Terkadang seorang anak mengalami kesulitan menghentikan kemarahannya. Dalam kasus ini, kita bisa
bantu mereka dengan berkata Saya akan membantu menenangkanmu sekarang. Tapi jangan beri
penghargaan kepada anak Anda setelah kemarahannya dengan mengalah. Hal ini hanya akan
membuktikan kepada anak Anda bahwa ledakan emosi adalah efektif untuk memaksakan kehendaknya.
Sebagai gantinya, puji anak Anda atas keberhasilannya mengendalikan diri.
Setelah kemarahan, anak juga menjadi peka ketika mereka mengetahui bahwa mereka tidak lagi berlaku
manis. Nah inilah saat yang tepat untuk memeluk mereka dan meyakinkan bahwa mereka tetap dicintai
tanpa syarat.

Penjelasan detail mengenai hal ini bisa juga Anda dapatkan dalam materi Parents Club Multimedia
Course dalam bentuk DVD/CD beserta petunjuk pelatihannya.

Anda mungkin juga menyukai